KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karuniaNya sehingga tugas besar Rekayasa Lalu Lintas ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tujuan penulisan tugas besar ini adalah sebagai salah satu syarat
kelulusan mata kuliah SI-2223 Rekayasa Lalu Lintas. Tugas besar ini berisi tentang
analisis jalan simpang pramuka.
Dalam menyelesaikan tugas besar ini, penulis mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak sehingga tugas besar ini pada akhirnya dapat selesai dengan
baik. Oleh karna itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga dapat menyelesaikan tugas besar dengan baik.
2. Orang tua yang telah mendukung dan mendoakan baik secara moril dan materil.
3. Ir. Titi Liliani Soedirjo, M.Sc. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas
yang telah memberikan materi dengan baik.
4. Dr. Ir. Sri Hendarto, M.Sc. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas yang
telah memberikan materi dengan baik.
5. Nurwanda Sari, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas yang
telah memberikan materi dengan baik.
6. Michael, S.T., M.Sc. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Lalu Lintas yang telah
memberikan materi dengan baik.
7. Nurmagita Pamursari, S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Lalu
Lintas yang telah memberikan materi dengan baik.
8. Siti Rahma, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Rekayasa Lalu
Lintas yang telah memberi materi dengan baik.
9. Ariq Badruzzaman selaku koordinator asisten tugas besar Rekayasa Lalu Lintas
yang selalu memberi bimbingan dalam proses mengerjakan tugas besar ini.
10. Aulia Azra Asbhythama selaku asisten tugas besar Rekayasa Lalu Lintas yang
selalu memberi bimbingan dalam proses mengerjakan tugas besar ini.
11. Fanny Juliana selaku asisten tugas besar Rekayasa Lalu Lintas yang selalu
memberi bimbingan dalam proses mengerjakan tugas besar ini.
12. Ahmad Yusuf Habibie selaku asisten tugas besar Rekayasa Lalu Lintas yang
selalu memberi bimbingan dalam proses mengerjakan tugas besar ini.
13. Riksi Juliardi selaku asisten tugas besar Rekayasa Lalu Lintas yang selalu
memberi bimbingan dalam proses mengerjakan tugas besar ini.
14. Serlly Permata Sari selaku asisten tugas besar Rekayasa Lalu Lintas yang selalu
memberi bimbingan dalam proses mengerjakan tugas besar ini.
15. Seluruh teman-teman prodi Teknik Sipil angkatan 2019 Institut Teknologi
Sumatera.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tugas besar ini masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis,
semoga laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dalam
penulisan kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Lampung Selatan, 02 Mei 2021
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk sarana dan prasarana yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Menurut
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 lalu lintas didefinisikan sebagai gerak
kendaraan dan orang di ruas lalu lintas jalan, yaitu prasarana yang disediakan bagi
gerak pindah kendaraan, orang, barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.
Permasalahan lalu lintas yang ada seperti arus kendaraan pada jam puncak dan
menumpuknya kendaraan di persimpangan tertentu sehingga terjadi kemacetan.
Sehingga perlu adanya suatu system pengaturan lalu lintas yang berpengaruh pada
kelancaran dan keefektifan dalam pengoprasiannya.
Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu lintas lebih ditekankan pada lokasi-
lokasi dimana terjadi pertemuan jalan atau persimpangan jalan karena pada
pertemuan dua jalan atau lebih mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya
terjadi kemacetan lalu lintas. Persimpangan merupakan faktor yang paling penting
dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan.
Sebagai contoh kami melakukan survei lalu lintas di persimpangan Jl. Urip
Sumoharjo-Jl. Arif Rahman Hakim, Bandar Lampung.
1.3 Tujuan
Laporan Tugas Besar Rekayasa Lalu lintas ini memiliki beberapa tujuan, antara
sebagai berikut :
1. Mengetahui jam puncak arus lalu lintas di di persimpangan Jl. Urip Sumoharjo
- Jl. Arif Rahman Hakim.
2. Mengetahui tingkat pelayanan simpang Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Arif Rahman
Hakim pada kondisi lalu lintas harian.
3. Mengetahui tingkat kinerja pengaturan lampu pada simpang Jl. Urip
Sumoharjo - Jl. Arif Rahman Hakim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simpang
Persimpangan adalah pertemuan antara dua jalan atau lebih, baik sebidang maupun
tidak sebidang atau titik jaringan dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan jalan
saling berpotongan (Morlok, 1991). Menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat
berbelok atau bercabang dari yang lurus. Persimpangan jalan adalah daerah atau
tempat dimana dua atau lebih jalan raya yang berpencar, bergabung, bersilangan
dan berpotongan, termasuk fasilitas jalan dan sisi jalan untuk pergerakan lalu lintas
pada daerah itu.
a. Kapasitas yaitu arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada
suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu yang dinyatakan dalam satuan
kendaraan/ jam atau smp/jam.
b. Derajat Kejenuhan yaitu rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas.
c. Tundaan yaitu waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati
suatu simpang dibandingkan tanpa melewati suatu simpang.
d. Peluang antrian yaitu kemungkinan terjadinya penumpukan kendaraan di
sekitar lengan simpang.
2. Kinerja Simpang Bersinyal
Menurut MKJI(1997), pada umumya kinerja simpang bersinyal adalah :
Keterangan :
d = lamanya penundaan per kendaraan
c = waktu siklus
λ = perbandingan waktu hijau efektif (g) dengan waktu siklus (c),
yakni g/c
x = derajat kejenuhan, yakni perbandingan arus normal (q) dengan
kapasitas jalan (λs), dirumuskan dengan q/ λs
q = arus normal.
Suku pertama pada Persamaan (1) merupakan kondisi saat kedatangan kendaraan
di lalu lintas tersebut memiliki laju yang seragam (Wardrop, 1952). Suku kedua
pada persamaan merupakan kondisi lalu lintas pada kedatangan acak yang artinya
jarak dari setiap kendaraan yang akan memasuki lampu lalu lintas berbeda-beda.
Pada kedatangan acak ini, diasumsikan adanya hambatan atau gangguan dalam
berlalu lintas (Kendall, 1951). Berbeda dengan suku pertama dan suku kedua, suku
ketiga ini tidak memiliki makna, sehingga hanya suku pertama dan kedua saja yang
digunakan untuk memperoleh hasil selanjutnya. Kemudian, persamaan di atas
menjadi:
Tujuan dari penelitian yang dilakukan Webster ini adalah untuk menghasilkan
waktu siklus yang optimum di semua persimpangan. Berdasarkan hasil penelitian
Webster, waktu siklus optimum dapat diperoleh dengan menentukan total lamanya
penundaan kendaraan minimum untuk persimpangan n fase. Fase adalah
pengaturan pergerakan arus lalu lintas khususnya terkait lajur yang boleh dilewati
oleh kendaraan di persimpangan.
kendaraan dari jalur utara ke selatan sebaliknya fase 2 adalah pergerakan kendaraan
dari jalur timur ke barat dan sebaliknya. Secara ringkas, untuk menghitung lamanya
waktu-nyala lampu hijau diberikan tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Menghitung rasio antara volume lalu lintas dan arus jenuh setiap
persimpangan. Dihitung menggunakan persamaan 2.3.
q
y = .....................................................(2.3)
s
2. Menghitung ukuran kemacetan yang dinyatakan sebagai Ratio Fase (Y) dapat
dihitung menggunakan rumus 2.4.
Y = Σymax.................................................(2.4)
3. Faktor yang diperlukan untuk menghitung siklus waktu maksimum adalah
waktu hilang (L), yaitu lama waktu satu siklus penuh pada saat merah dan
merah/kuning tetapi Sebagian waktu persiapan jalan (starting-up) dan
persiapan terhenti (tailing-off) yang terjadi pada saat perubahan warna lampu.
Waktu yang terbuang dihitung dengan rumus 2.5.
L = n x (lp – a) + n x (I1 + I2).....................................(2.5)
4. Waktu siklus merupakan urutan lengkap dari indikasi sinyal (antara dua saat
permulaan hijau yang berurutan didalam pendekat yang sama). Dalam
menghitung waktu siklus optimum (co) digunakan persamaan.
1,5L + 5
c0 = ..............................................(2.6)
1-Y
c = 0,75 x c0 hingga 1,5 x c0......................................(2.7)
Jika waktu siklus tersebut lebih kecil maka ada reiko serius akan terjadinya
lewat jenuh pada simpang tersebut. waktu siklus yang terlau Panjang akan
meningkatnya tundaan rata-rata.
5. Waktu hijau efektif merupakan lamanya waktu hijau tampilan sinyal dikurangi
dengan kehilangan awal dan ditambah hija tambahan akhir. Waktu hijau efektif
tiap fase dalam siklus.
gn = yn /Y. C – L..........................................(2.9)
6. Waktu hijau efektif tiap fashijau efektif tiap fase dalam siklus.
Eg = C – L................................................(2.10)
7. Waktu hijau aktual, k dapat dilihat pada rumus 2.11.
k = g + I1 + I2 – a...........................................(2.11)
Kinerja suatu simpang bersinyal pada umumnya lebih peka terhadap kesalahan
– kesalahan dalam pebagian waktu hijau daripada terhadap terlalu panjangnya
waktu siklus. Penyimpangan kecilpun dari rasio hijau (g/c) mengahasilkan
bertambah tingginya tundaan rata-rata pada simpang tersebut.
Keterangan :
y = Rasio arus normal dan arus jenuh
q = Arus normal
qLV = Jumlah kendaraan ringan (mobil)
qHV = Jumlah knedaraan berat (bus dan truk)
qMC = Jumlah sepeda motor
n = Jumlah fase
Ip = Intergreen period
L = Total waktu hilang per fase
I1 = Waktu hilang di awal periode
I2 = Waktu hilang di akhir periode
8. Tundaan, dapat dilihat pada rumus 2.12
𝑆 ( 𝐶𝑜−𝑔)² 1800 . 𝑞.𝐶𝑜²
d = 0,9 x 2 𝐶𝑜 ( 𝑆−𝑞 ) x 𝑞 . ......................(2.12)
𝑆 ( 𝑞 . 𝑆−𝑞 . 𝐶𝑜 )
Keterangan :
d = Tundaan (detik/smp)
Co = Waktu Siklus
g = Waktu Hijau
q = Arus Kendaraan (kend/jam)
S = Arus Jenuh (kend/jam)
.................................(2.13)
WLTOR <2m : Dalam hal ini dianggap bahwa kendaraan LTOR tidak dapat
mendahului antrian kendaraan lainnya dalam pendekat selama sinyal merah.
..............................(2.14)
3. Tentukan arus jenuh dasar (S0) untuk setiap pendekat seperti diuraikan pada
rumus 2.15.
S0 = 600 × We.........................................(2.15)
6. Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio
belok kiri PLT
FLT = 1,0 - PLT ×0,16,.................................(2.18)
7. Nilai arus jenuh yang disesuaikan dihitung sebagai rumus 2.19 berikut.
S = S0 × FCS × FSF × FG × FP × FRT × FLT (smp/jam hijau).......(2.19)
IFR = ∑ (FRcrit)...........................................(2.21)
Hitung Rasio Fase(PR) masing-masing fase sebagai rasio antara FRcrit dan IFR,
dan masukkan hasilnya pada Kolom 20.
PR = FRcrit / IFR.........................................(2.22)
Hitung waktu siklus yang disesuaikan (c) berdasar pada waktu hijau yang
diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI).
c = ∑g + LTI.............................................(2.25)
2.3.5 Kapasitas
Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas. Derajat
kejenuhan digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
simpang dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan (DS) menunjukkan apakah
segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan
dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam smp/jam.
Besarnya derajat kejenuhan secara teoritis tidak bisa lebih nilai 1 (satu), yang
artinya apabila nilai tersebut mendekati nilai 1 maka kondisi lalu lintas sudah
mendekati jenuh, dan secara visual atau secara langsung bisa dilihat di lapangan
kondisi lalu lintas yang terjadi mendekati padat dengan kecepatan rendah.
Persamaan derajat kejenuhan yaitu:
Q
DS= C...........................................(2.26)
Keterangan :
DS = derajat kejenuhan
Q = arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
8.(DS-0,5)
NQ1 =0,25.c. [(𝐷𝐽 -1)+√(𝐷𝐽 -1)2 + ]……...............…(2.27)
C
Keterangan :
DS = derajat kejenuhan
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
C = kapasitas (smp/jam)
Jumlah antrian selama fase merah (NQ2) dihitung dengan rumus :
1- 𝑅ℎ Qmaks
NQ2 = cx x ……………..........…...(2.28)
1-𝑅ℎ .𝐷𝐽 3600
Keterangan :
NQ2 = jumlah smp yang tersisa dari fase merah
C = waktu siklus (detik)
Qmaks = arus lalu lintas yang masuk diluar LTOR (smp/jam)
Jumlah kendaraan antri menjadi :
NQ = NQ1 + NQ2………………………....….(2.29)
Panjang antrian (PA) diperoleh dari perkalian NQ dengan luas area rata-rata yang
digunakan oleh satu kendaraan ringan yaitu 20m 2, dibagi lebar masuk (m),
sebagaimana persamaan.
PA = NQ x
20 …………………………….(2.30)
Lm
2.3.7 Tundaan (D)
Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal :
1. Tundaan lalu lintas (DT) karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya
pada suatu simpang. Tundaan lalu lintas dapat dihitung menggunakan rumus
2.31.
2. Tundaan geometri (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok
pada suatu simpang dan/atau terhenti karena lampu merah. Tundaan geometri
dapat dihitung menggunakan rumus 2.32.
Gabungan dari tundaan lalu lintas dengan tundaan geometri adalah tundaan rata-
rata untuk suatu pendekat, tundaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 2.33. setelah mendapatkan tundaan rata-rata, maka peneliti dapat
menghitung tundaan total atau D seperti yang dapat dilihat pada rumus 2.34.
DG = (1-psv) × PT × 6 +(psv×4).............................(2.32)
Dj = DTj+DGj......................................(2.33)
D = Dj x Q.........................................(2.34)
Keterangan :
DTj = Tundaan lalu-lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp)
GR = Rasio hijau (g/c)
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
DG = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp)
Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat
PT = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat
D = Tundaan total (smp.det)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Identifikasi Masalah
Kesimpulan
Selesai
pada waktu jam-jam sibuk yaitu pukul 16.00. hal ini dilakukan karen
Traffic Counting selama 24 jm tidak bisa dilakukan mengingat
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga. Oleh karena itu, penulis melakukan
survey pada waktu yang dianggap terdapat jam puncak (Pick Hour) yang
dapat mewakili volume arus lalu lintas. Kendaraan yang dicatat
dikategorikan atas 4 (empat) jenis kendaraan, yaitu :
1) Sepeda motor (MC)
2) Kendaraan ringan (LV), meliputi mobil pribadi, angkutan umum,
taxi/angguna, truk kecil.
3) Kendaraan berat (HV), meliputi truk besar, bus
4) Kendaraan tak bermotor (UM), meliputi becak, sepeda dan gerobak.
7. Menghitung waktu hijau efektif yaitu waktu hijau yang telah dikurangi
dengan kehilangan waktu, seperti yang dapat dilihat pada rumus 2.9.
8. Menghitung waktu hijau efektif tiap fase menggunakan rumus 2.10.
9. Menghitung waktu hijau aktual yang sesuai pada lapangan seperti pada rumus
2.11.
3.5.2 Tundaan
Setelah menghitung arus, arus jenuh, siklus, kapasitas, waktu hijau, dan derajat
kejenuhan. Selanjutnya adalah menghitung tundaan yang nantinya akan digunakan
dalam parameter penilaian Level of service simpang. Tundaan didapatkan dengan
menggunakan rumus 2.1, sedangkan LOS didapat menggunakan tabel 2.5.
3.6.3 Tundaan
1. Tundaan akibat lalu lintas (DT) dapat dihitung menggunakan rumus 2.30.
2. Tundaan akibat geometri (DG) dapat dihitung menggunakan rumus2.31.
3. Tundaan total dapat dihitung dengan menjumlahkan DT dengan DG seperti
pada rumus 2.32.
4. Tundaan rata-rata simpang (det/skr) digunakan untuk mengetahui level of
service simpang. Yaitu dengan menggunakan rumus 2.33.
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Dengan mengalikan antara jumlah kendaraan dengan emp masing masing didapat
data seperti di atas.
Pendekat Waktu HV MC
LV HV MC LV (1,0)
(1,75) (0,33)
Simbol
U 17:00-18.00 604 32 1576 604 56 520,08
S 17:00-18.00 636 40 721 636 70 237,93
B 17:00-18.00 647 31 1160 647 54,25 382,8
T 17:00-18.00 626 26 776 626 45,5 256,08
= 604 x 1
= 604
LE q q s s
5,6 1 1180,08 0,328 2940 0,817
5,6 2 943,93 0,262 2940 0,817
4,7 3 1084,05 0,301 2467,5 0,685
4,7 4 927,58 0,258 2467,5 0,685
Contoh perhitungan arus menggunakan pendekat utara, adalah jumlah dari arus tiap
jenis kendaraan.
= 604 + 56 + 520,08
= 1180,08 smp/jam
Contoh perhitungan arus jenuh menggunakan pendekat utara, adalah jumlah dari
arus tiap jenis kendaraan.
= 5,6 x 525
= 2940 smp/jam
Perhitungan Lost time, Rasio arus, Rasio arus kritis, Rasio arus simpang, Waktu
siklus optimal, Waktu siklus, Waktu hijau efektif, Waktu hijau tiap fase, Waktu
hijau aktual Menggunakan contoh pendekat Utara.
= 4 x (4 – 3) + 4 x (1 + 1)
= 12
= 0,4
= 0,4
= 1,54
Tabel 4.9 Penyesuaian Siklus Dengan Asumsi Maksimal Rasio Arus Simpang
Penyesuaian Siklus
Rasio Waktu Waktu Waktu Waktu
Waktu
Arus Siklus Hijau Hijau Tiap Hijau
Siklus
Simpang Optimal Efektif Fase Aktual
Y c0 c Eg gn k
0,80 115 115 103 51,68 50,68
0,80 115 115 103 41,34 40,34
0,80 115 115 103 56,56 55,56
0,80 115 115 103 48,40 47,40
4.3.2 Tundaan
Tabel 4.10 Derajat Kejenuhan Dan Tundaan
Derajat Kejenuhan Tundaan
Proporsi
Derajat
Kapasitas waktu hijau Tundaan rata-rata perkendaraan (det/smp)
Kejenuhan
efektif
Q x λ c(1 - λ)² 2(1 - λx) x² 2q(1 - x) d
1295,61 0,91 0,45 34,87 1,18 0,83 0,06 4,78 40,60
1031,23 0,92 0,36 47,18 1,34 0,84 0,04 5,86 50,23
1192,21 0,91 0,49 29,69 1,11 0,83 0,05 4,75 38,90
1017,03 0,91 0,42 38,57 1,23 0,83 0,05 5,49 46,08
d =
34,87 0,83
= 1,18 + 0,06 – 0,65 x 4,78
= 40,60 det/smp
KONDISI LAPANGAN
Tipe Hambatan Lebar Pendekat (m)
Belok kiri Jarak ke
Kode lingkungan Samping Median Kelandaia Belok kiri
langsung kendaraan Pendekat Masuk Keluar
pendekat jalan (Tinggi/Re ya/tidak n +/- % lgs.
ya/tidak parkir (m) WA W entry W exit
(com/res/ra) ndah) W LT OR
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11]
U Com rendah tidak - ya - 5,6 5,6 0 5,6
S Com rendah tidak - ya 20 5,6 5,6 0 5,6
B Com rendah tidak - Ya 20 4,7 4,7 0 4,7
T Com rendah tidak - Ya 20 4,7 4,7 0 4,7
Untuk formulir SIG I hanya menginput data geometrik dan persinyalan yang terjadi
pada simpang Jl. Urip Sumoharjo – Jl. Arif Rahman Hakim.
m Terlindung Terlawan am Terlindung Terlawan am Terlindung Terlawan am Terlindung Terlawan PLT PRT
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]
LTOR 57 57 10 13 548 109,6 615 179,6 0,12
ST 824 824 16 20,8 824 164,8 1664 1009,6
U
RT 204 204 6 7,8 204 40,8 414 252,6 0,18
Total 1085 1085 32 41,6 1576 315,2 2693 1441,8 0
LTOR 69 69 10 13 128 25,6 207 107,6 0,13
ST 477 477 20 26 385 77 882 580
S
35
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA KELOMPOK 41
1. Arus Lv LTOR
= 57 x 1
= 57 smp/jam
Untuk SIG-III hanya menginput jumlah waktu yang disurvey/asumsi yang telah
disetujui oleh asisten praktikum.
Kode Hijau Tipe Arus RT smp/jam Lebar Arus jenuh smp/jam hijau
Rasio kendaraan
Pendekat dalam pendekat Arah efektif Nilai Faktor-Faktor Penyesuaian Nilai Arus lalu Rasio Rasio Waktu Kapasitas Derajat
berbelok Arah diri
fase lawan (m) dasar Semua tipe pendekat Hanya tipe P disesuaikan lintas arus fase PR hijau smp/jam kejenuhan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
smp/jam Ukuran Hambatan Kelandaia Belok smp/jam smp/jam FR = Frcrit (det) S x g/c DS
Parkir Belok kiri
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Waktu hilang total Waktu siklus pra penyesuaian Cua (det) Eq.(29) 141 IFR = ∑ FRKritis 1,31
6
LTI (det) Waktu siklus disesuaikan C (det) Eq.(31) 141
KELOMPOK 41
38
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA KELOMPOK 41
U 1441,80 947,45 1,52 0,28 249,12 71,18 320,30 425,80 1143,93 5,10 7360,08 6424,17 15,78 6439,96 9285131,09
S 832,20 709,78 1,17 0,21 64,89 34,19 99,08 133,78 353,84 2,74 2276,63 1714,92 7,55 1722,46 1433435,06
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
B 919,30 685,63 1,34 0,25 119,25 40,57 159,82 213,97 680,10 3,99 3672,53 3104,44 10,67 3115,12 2863728,86
T 815,00 594,71 1,37 0,28 112,45 37,41 149,86 200,81 637,68 4,23 3443,49 2930,17 10,46 2940,62 2396608,10
40
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA KELOMPOK 41
Untuk perhitungan Panjang antrian, digunakan contoh dari pendekat Utara, antara
lain sebagai berikut.
NQ1 =
NQ2 =
= 71,18 smp
3. Jumlah antrian total (NQ)
NQ = NQ1 + NQ2
= 249,12 + 71,18 (smp)
= 320,30 smp
4. Panjang antrian (QL)
QL = NQ x 20/Lmasuk
= 320,30 x 20 / 5,6
= 1143,93 meter
4.4.3 Tundaan
Untuk perhitungan tundaan, digunakan contoh dari pendekat Utara, antara lain
sebagai berikut.
1. Tundaan lalu lintas (DT)
DT =
= 6424, 17 det/smp
2. Tundaan geometrik (DG)
DG = (1 – PSV) × PT × 6 + ( PSV × 4)
= (1 – 5,1) x 0,19 x 6 + (5,1 x 4)
= 15,783 det/smp
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pengolahan data, didapat kesimpulan antara lain sebagai
berikut.
1. Jam puncak simpang Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Arif Rahman Hakim berada pada
jam 17.00-18.00 dengan arus total yang memasuki simpang sebesar 3573,5
smp/jam.
2. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Webster, Indeks tingkat
pelayanan simpang pada Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Arif Rahman Hakim adalah E
3. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode MKJI 1997, indeks
tingkat pelayanan simpang pada Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Arif Rahman Hakim
adalah F
4. Tingkat kinerja lampu lalu lintas sudah cukup baik. namun untuk kondisi
geometrik seperti lebar jalur atau lebar efektid masih kurang mampu dalam
melayani arus yang akan masuk ke simpang.
5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa simpang tersebut memerlukan perbaikan
untuk meningkatkan kapasitas simpang. Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan simpang pada Jl. Urip Sumoharjo - Jl. Arif Rahman Hakim antara
lain adalah pelebaran, fly over, underpass, dan lain sebagainya.
5.2 Saran
Pada pengerjaan laporan tugas besar ini didapatkan saran dalampembuatan laporan
sebagai berikut.
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menghitung dan pembuatan format
laporan.
2. Sebaiknya praktikan lebih sering konsultasi dengan asisten agar laporan dapat
terselesaikan dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA