Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS PENGARUH PELAPUKAN BATUAN TERHADAP

KUAT TEKAN BATUAN ANDESIT DI BONTO LERUNG


PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROPOSAL PENELITIAN

RISA SASWATI
09320180113

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

RISA SASWATI
09320180113

ANALISIS PENGARUH PELAPUKAN BATUAN


TERHADAP KUAT TEKAN BATUAN ANDESIT DI
BONTO LERUNG PROVINSI SULAWESI SELATAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S-1)
pada Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Abdul Salam Munir, S.T., M.T. Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP.
NIPS. 109 17 1485 NIPS. 109 10 1032

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Muslim Indonesia

Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP.


NIPS. 109 101 032

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatu
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian sebelum
melakukan penelitian yang berjudul ―Analisis Pengaruh Pelapukan Batuan
Terhadap Kuat Tekan Batuan Andesit Di Bonto Lerung Provinsi Sulawesi Selatan‖,
semoga masa pendidikan program sarjana ini bisa mendapatkan ilmu yang dapat
diaplikasikan dalam dunia kerja dan semoga ilmunya berkah beserta dengan
gelarnya.
Laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya partisipasi dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada:
1. Orang tua yang tersayang dan terhormat serta saudara-saudara yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil selama penulis menempuh
pendidikan.
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. Selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim
Indonesia.
3. Bapak Ir. Hasbi Bakri, S.T., M.T., IPP. Selaku pembimbing akademik
4. Bapak Ir. Abdul Salam Munir, S.T., M.T. selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan sampai terselesainya tugas akhir.
5. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. selaku Pembimbing II yang
telah membimbing dan mengarahkan sampai terselesainya tugas akhir.
6. Seluruh Dosen, Staf Karyawan dan Karyawati Universitas Muslim
Indonesia.
7. Seluruh Kerabat, sahabat, dan teman yang selalu menyemangati dan
membantu dalam kegiatan kerja praktek penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian tugas akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat dari perbaikan dan penyempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis
mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan

iii
proposal terdapat banyak kekurangan, Semoga Allah SWT memberikan berkah pada
setiap umatnya yang senantiasa berbagi ilmu.

Wabillahi Taufik wal hidayah, wassalamu a’laikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 14 Juni 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………….………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR .................................................... ………………………… iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..…… vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
1.6 Lokasi dan Kesampaian Daerah ............................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5
2.1 Batuan Andesit ......................................................................................... 5
2.2 Pelapukan Batuan ..................................................................................... 6
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan ........................................ 11
2.4 Uniaxial compressive strength ................................................................ 13
BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN ............................ 18
3.1 Tahap Pendahuluan ................................................................................. 18
3.1.1 Tahap persiapan administrasi ................................................... ………… 18
3.1.2 Studi Pustaka …………………………………………………………… 18
3.1.3 Penyusunan Laporan……………………………………………………. 18
3.2 Tahap Pengambilan Data ......................................................................... 18
3.2.1 Jenis Data ................................................................................................. 19
3.2.2 Sumber Data ............................................................................................. 19
3.2.3 Teknik Pengambilan Data ........................................................................ 19
3.3 Tahap Pengolahan Data ........................................................................... 19
3.3.1 Teknik Pengolahan Data ......................................................................... 19
3.3.2 Metode Analisis Data .............................................................................. 20

v
3.4 Tahap Penyajian Data ............................................................................... 20
3.4.1 Seminar .................................................................................................... 20
3.4.2 Skripsi ........................................................................................................ 20
BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU ............................ 22
4.1 Rencana Anggaran Biaya ......................................................................... 22
4.2 Rencana Jadwal Kegiatan ......................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta lokasi penelitian………………………………….……………. 4


Gambar 2. 1 Pelapukan fisika ................................................................................ 8
Gambar 2. 2 Pelapukan Kimia Hidrolisis .............................................................. 9
Gambar 2. 3 Pelapukan Kimia Oksidasi................................................................ 9
Gambar 2. 4 Sistem Klasifikasi ............................................................................. 11
Gambar 2. 5 Pelapukan Batuan yang dipengaruhi iklim dan cuaca ...................... 13
Gambar 2. 6 Mesin kuat tekan ............................................................................... 15
Gambar 2. 7 Kondisi sampel yang menerima beban ............................................. 16
Gambar 3. 1 Bagan alir penelitian ......................................................................... 21

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Rencana anggaran biaya ....................................................................... 22


Tabel 4. 2 Rencana jadwal kegiatan penelitian ..................................................... 23

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat pelapukan
batuan yang tinggi. Adanya pelapukan akan terlihat lebih intensif bahkan dapat
terjadi secara simultan. Kondisi iklim tropis ikut berperan dalam mempengaruhi sifat
keteknikan batuan. Perubahan- perubahan yang terjadi pada proses pelapukan
kebanyakan berlangsung secara gradual dan biasanya diikuti oleh pola-pola
perubahan yang teratur. Namun demikian profil pelapukan yang terbentuk umumnya
berkembang tidak seragam sebagai akibat dari adanya pengaruh yang kompleks, baik
secara internal dalam batuan itu sendiri atau pengaruh lain yang bersifat eksternal
seperti kondisi iklim topografi atau morfologi, air tanah dan aktifitas organisme
(Hanifah dkk., 2021).
Batuan adalah kompleks atau kumpulan dari mineral sejenis atau tidak sejenis
yang terikat secara gembur ataupun padat. Ada beberapa jenis batuan salah satu
batuan yaitu batuan andesit dimana batuan ini merupakan salah satu jenis batuan
beku. Batuan andesit merupakan batuan intermediet yang terjadi hasil pendinginan
magma pada permukaan bumi ataupun aktivitas gunung api akibat perbedaan suhu
pada saat pendinginan (Tamanak dkk., 2020).
Pelapukan adalah proses alterasi dan pemecahan material tanah dan batuan
yang dekat permukaan bumi oleh proses kimia, fisika dan biologis untuk membentuk
tanah liat, oksida besi, dan produk pelapukan lainnya. Pelapukan terjadi pada semua
batuan yang sudah tersingkap di permukaan. Pelapukan dapat terjadi di semua daerah
baik lintang tinggi atau pun lintang rendah. Di Indonesia pelapukan pada batuan
berlangsung lebih intensif disebakan posisi Indonesia yang berada di lintang rendah
menyebabkan faktor-faktor penyebab pelapukan berkerja lebih dominan (Tamanak
dkk., 2020).
Proses pelapukan merupakan hal yang umum dijumpai pada batuan. Apalagi
di daerah yang beriklim tropis memiliki peran dalam mempengaruhi sifat mekanik
batuan, termasuk kuat tekan batuan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis
melakukan analisis pengaruh tingkat pelapukan batuan terhadap kuat tekan batuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelapukan terhadap kuat tekan batuan.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:


1. Bagaimana mengetahui tingkat pelapukan batuan andesit ?
2. Bagaimana mengetahui kuat tekan batuan andesit ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud
Maksud dari kegiatan penelitian ini yaitu mempelajari pengaruh tingkat
pelapukan terhadap kuat tekan batuan andesit di Bonto Lerung, Provinsi Sulawesi
Selatan.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kuat tekan dan tingkat pelapukan batuan andesit;
2. Mengetahui pengaruh tingkat pelapukan batuan terhadap kuat tekan batuan
andesit.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini yaitu fokus pada tingkat pelapukan dan
kuat tekan batuan andesit di Bonto Lerung, Provinsi Sulawesi Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menjadi sarana dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan


yang telah dipelajari di perkuliahan.
2. Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan yang akan memperluas bagi
pengembangan inovasi atau penemuan baru.
3. Dapat menjadi salah satu referensi bacaan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan serta menjadi bahan kajian ilmiah untuk penelitian berikutnya.

1.6 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi kegiatan penelitian secara geografis terletak pada koordinat


5°16‘58,481‖S 119°51‘34,3233‖ E. Secara administratif terletak di Desa Bonto
Lerung, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa yaitu pada lereng sekitar
Jembatan Merah Punggawa D‘Emba. Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan jalur

2
darat dengan mengendarai motor selama ± 3 jam menuju Desa Bonto Lerung,
Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa.

3
Gambar 1. 1 Peta lokasi penelitian

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Andesit

Batuan beku merupakan jenis batuan yang pembentukannya berasal dari


magma yang mendingin dengan atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah
permukaan sebagai batuan instrusif maupun di atas permukaan bumi sebagai
ekstrutif. Klasifikasi batuan beku berdasarkan tempat terbentuknya. Batuan beku
berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif dan batuan beku
ekstrusif. Batuan ekstrusif tersusun oleh semua material yang dikeluarkan ke
permukaan bumi baik di darat maupun di bawah permukaan laut. Material ini
mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padatan, debu atau larutan kental dan
panas, yang disebut dengan istilah lava (Yuwanto dan Araujo, 2020).
Batuan andesit merupakan batuan intermediet yang terjadi hasil pendinginan
magma pada permukaan bumi ataupun aktivitas gunung api akibat perbedaan suhu
pada saat pendinginan. Batuan andesit secara umum terdiri dari batuan padat dan pori
(Tamanak dkk., 2020).
Batuan Andesit termasuk salah satu batuan beku Ekstrusif atau vulkanik.
Mineral-mineral yang dikandung batuan andesit bersifat mikroskopis, sehingga tak
bisa dilihat tanpa batuan mikroskop. Di lapangan, morfologi batuan Andesit bisa
dikenali dari warna abu-abu yang berpengaruh sampai merah. Warna ini menandakan
kandungan silikanya yang lumayan besar. Ciri morfologi lainnya ialah mempunyai
pori-pori yang lumayan padat dan struktur yang paling pejal. Tapi struktur kepadatan
batuan Andesit masih dibawah batuan Granit. Seperti batuan alam lainnya, batu
Andesit penuh dengan komposisi mineral. Batu Andesit harus dipecahkan untuk
melihat warna dan komposisi mineralnya dengan baik.
Material yang banyak terkandung di dalam batuan andesit antara lain
1. Silika
2. Plagioclase
3. feldspar
4. Kuarsa
5. Biotite dalam jumlah kecil
6. Basal

5
7. Feltise
8. Pyroxene
Perbedaan warna batuan andesit mungkin terjadi karena perbedaan komposisi
penyusunnya. Paling banyak batuan andesit berwarna abu-abu, namun terdapat
variasi hingga berwarna kemerahan. Warna ini menunjukkan kandungan silika yang
lebih tinggi.

2.2 Pelapukan Batuan

Pelapukan adalah proses alterasi dan pemecahan material tanah dan batuan
yang dekat permukaan bumi oleh proses kimia, fisika dan biologis untuk membentuk
tanah liat, oksida besi, dan produk pelapukan lainnya. Pelapukan merupakan salah
satu bagian dari proses eksogenik. Pelapukan terjadi pada semua batuan yang sudah
tersingkap di permukaan. Pelapukan dapat terjadi di semua daerah baik lintang tinggi
atau pun lintang rendah.
Proses pelapukan merupakan hal yang umum di jumpai pada batuan. Apalagi
di daerah yang beriklim tropis, adanya pelapukan akan terlihat lebih intensif bahkan
dapat terjadi secara simultan. Hal ini akan tercermin pada tebalnya tanah residu
(residual soil) yang menjadi hasil akhir dari suatu proses pelapukan. Kondisi iklim
tropis ikut berperan dalam mempengaruhi sifat keteknikan batuan, terutama kekuatan
batuan. Perubahanperubahan yang terjadi pada proses pelapukan kebanyakan
berlangsung secara gradual dan biasanya diikuti oleh pola-pola perubahan yang
teratur. Namun demikian profil pelapukan yang terbentuk umumnya berkembang
tidak seragam sebagai akibat dari adanya pengaruh yang kompleks, baik secara
internal dalam batuan itu sendiri atau pengaruh lain yang bersifat eksternal seperti
kondisi iklim, topografi atau morfologi, air tanah dan aktifitas organisme (Tamanak
dkk., 2020).
Contoh pelapukan bisa dilihat pada batuan besar yang ada di hutan. Batuan
tersebut tentu secara terus-menerus terkena panas dan hujan sehingga lama-kelamaan
menjadi lapuk.
2.2.1 Jenis-jenis pelapukan
Ada 3 jenis pelapukan, yaitu:

6
a. Pelapukan fisika
Pelapukan fisika merupakan pelapukan yang sering disebut pelapukan
mekanik. Pelapukan fisika adalah proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan
pengaruh faktor fisik pada batuan. Faktor utama penyebab pelapukan fisika
adalah suhu udara, tekanan, serta kristalisasi garam. Itulah mengapa, pelapukan
fisika juga dikenal sebagai pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau
iklim. Pelapukan fisika ini hanya bisa ditemukan di daerah dengan iklim
ekstrem, seperti sub tropis, gurun, pesisir pantai, dan daerah-daerah yang
mempunyai topografi yang curam.
Adapun sejumlah contoh pelapukan fisika ini antara lain ialah sebagai
berikut:
1. Melapuknya batuan di wilayah gurun dampak adanya evolusi cuaca harian
secara ekstrim. Suhu udara tinggi pada siang hari akan menciptakan batuan
memuai, lantas pada malam hari suhu udara bakal turun dan menciptakan
batuan menjadi mengkerut. Karena proses ini dilangsungkan secara berulang-
ulang bakal memungkinkan ikatan mineral dalam batuan merasakan
pelemahan sampai-sampai pada kesudahannya batuan bakal hancur menjadi
sejumlah bagian.
2. Kristalisasi air garam yang terjadi pada batuan di pantai. kristalisasi garam
yang terjadi pada pori batuan di dekat ekosistem pantai akan mengurangi
batuan secara endogen sampai-sampai akan memunculkan bisa jadi batuan
bakal pecah.

7
Gambar 2.1 pelapukan fisika (Sumber: Rankingkelas.net)
b. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang disebabkan perubahan
struktur kimiawi yang terdapat pada batuan melewati reaksi tertentu. Dalam
pelapukan kimia ini, reaksi yang terjadi pada proses pelapukan dibedakan
menjadi tiga macam. 3 macam reaksi yang terjadi pada pelapukan kimia ini
antara lain ialah Hidrolisis,oksidasi dan karbonasi.
1. Hidrolisis, merupakan pelapukan dimana prosesnya mempengaruhi
mineral dalam batuan. Air menjadi unsur yang menyebabkan proses
penghancuran batuan, dimana air yang terionisasi lalu bereaksi dengan
mineral dalam batuan memungkinkan terjadinya korosi pada batuan.

8
Gambar 2.2 Pelapukan kimia hidrolisis (Sumber: Neededthing.Blogspot)
2. Oksidasi yang terjadi pada batuan yang kaya mineral besi memungkinkan
ikatan mineral di permukaan batuan menjadi lemah dan akan mengalami
pelapukan.

Gambar 2.3 Pelapukan kimia oksidasi (Sumber: Kabarkan.com)


3. Karbonasi, Umumnya disebabkan oleh asam karbonat yang terdapat di dalam
air lalu bereaksi terhadap batuan sehingga silikat / sifat keras batu menurun
dan mudah mengalami penghancuran.

9
c. Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi adalah pelapukan yang disebabkan karena adanya aktivitas
makhluk hidup. Makhluk hidup yang menyebabkan pelapukan biologi ini bisa
manusia, binatang, maupun tumbuh- tumbuhan. Contoh pelapukan secara
biologi atau organik ini antara lain adalah:
1. Adanya penetrasi akar tanaman. Batuan yang berada di sekitar tanaman
akan lebih cepat melapuk karena adanya penetrasi akar tumbuhan ke
dalam sela-sela batuan tersebut, sehingga mudah mengalami
perpecahan. Dalam proses penerobosan atau penetrasinya, akar-akar
tumbuhan akan mengeluarkan semacam enzim yang berfungsi untuk
menghancurkan batuan. Semakin lama, akar tersebut akan membesar
dan memecah belah batu tersebut menjadi beberapa bagian.
2. Adanya lumut. Tanaman lumut yang berada di permukaan batuan
kemungkinan akan membuat batuan tersebut mengalami degradasi.
Lembabnya permukaan batuan tersebut diakibatkan oleh proses
penyerapan akar serta tingginya pH di sekitar permukaan batuan
tersebut karena eksresi sisa metabolisme lumut. Hal ini akan
mengakibatkan permukaan batuan akan cepat mengalami pelapukan.
Batuan andesit merupakan jenis batuan beku luar dan terbentuk pada
tempratur antara 900 dan 100 derajat celcius. Batuan ini termasuk golongan batuan
intermediet dengan kadar silika (SiO3) adalah 57.5 persen. Batuan ini umumnya
akan menghasilkan tanah-tanah yang kaya dan subur karena mengandung unsur-
unsur basa yang mudah mengalami proses pelapukan sehingga membentuk tanah
dengan tekstur yang halus. Andesit dapat dibedakan kedalam beberapa kelompok
berdasarkan pada kandungan mineral kelam yang ada yakni : andesit-amfibol,
andesitpiroksin, andesit-biotit, andesit-amfibol-biotit.
Klasifikasi pelapukan batuan untuk tujuan keteknikan didasarkan pada
karakteristik batuan yang dapat ditentukan baik dari investigasi lapangan maupun
laboratorium. Karakterisasi bertujuan untuk memperoleh karakteristik khusus yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan dan menyusun klasifikasi
perkembangan derajat pelapukan (Nugraha dkk., 2020).

10
Gambar 2.4 Tabel Sistem klasifikasi derajat pelapukan menurut Irfan dan
Dearman (1978) dalam Nugraha dan Winonazada (2020).

2.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi pelapukan

Pelapukan adalah proses yang mengubah keadaan fisik atau kimia batuan
oleh pengaruh faktor waktu, iklim dan cuaca, organisme (vegetasi), dan topografi
Iklim dan organisme sebagai faktor aktif dalam pelapukan, batuan sebagai obyek
yang terkena pelapukan, sedangkan waktu dan topografi sebagai faktor pengontrol
yang berpengaruh secara tidak langsung.(Tamanak dkk., 2020)
Pelapukan merupakan proses yang kompleks dari interaksi litosfer dengan
atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Variasi keempat unsur lingkungan tersebut
sangatlah beragam, oleh karenanya pelapukan juga beragam dari tempat satu dan
lainnya. Batuan induk mempengaruhi tingkat pelapukan karena mineral penyusun
batuan mempunyai kepekaan melapuk yang berbeda. Goldich (1838) telah
memberikan temuan mendasar tentang urutan pelapukan batuan yang diacu oleh
peneliti lain selama 50 tahun. Menurut Goldich (1938) urutan mineral dari yang
mudah lapuk hingga yang paling sukar lapuk adalah olivin-piroksen-
ampibolortoklas-muskovit hingga kuarsa. Namun menurut Engelton (1986) teori
Goldich tidak mempunyai cukup bukti. Fritz (1986) bahkan mendapatkan hasil yang
bertolak belakang dengan yang dikemukakan Goldich (1938). Wasklewicz (1984)
dalam studinya menemukan bahwa hanya pada daerah yang sedikit atau tanpa ada

11
pengaruh organisme teori Goldich dapat diterapkan, sedangkan untuk daerah yang
terpengruh oleh organisme (vegetasi), Wasklewicz (1984) mendapatkan hasil yang
berlawanan. Goenadi D.H (1991) menemukan urutan pelapukan yang berbeda dari
dua lokasi yang berbeda pada tanah-tanah vulkanik dengan bahan induk sama.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain ialah sebagai
berikut:
a. Waktu
Faktor yang paling erat dan paling identik dengan peristiwa pelapukan
ialah waktu. pelapukan ini terjadi karena sebuah batuan yang terlalu
lama, sampai akhirnya batuan itu megalami pelapukan.
b. Keadaan struktur batuan .
Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh
batuan. Sifat fisik batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia
batuan adalah unsur-unsur kimia yang terkandung dalam batuan tersebut.
Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan daya tahan batuan
terhadap pelapukan.
c. Topografi
Topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya
pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam,
cenderung akan mudah melapuk dibandingkan dengan batuan yang
berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan
dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena
langsung bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi pada lereng yang
landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan, sehingga
akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
d. Organisme
Organisme marupakan hal yang cukup penting dalam proses pelapukan,
seperti halnya dengan proses penguraian tumbuh-tumbuhan secara alami.
e. Iklim dan cuaca
Unsur iklim dan cuaca yang mempengaruhi proses pelapukan adalah
suhu udara, curah hujan, sinar matahari, angina dan lain-lain. Pada
daerah yang memiliki iklim lembab dan panas, batuan akan cepat
mengalami proses pelapukan. Pergantian temperatur antara siang yang

12
panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan,
apabila dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim dingin.

Gambar 2.5 pelapukan batuan yang dipengaruhi iklim dan cuaca ( Sumber:
catatansidogol.com).
f. Keadaan vegetasi
Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses
pelapukan, sebab akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-
celah batuan. Apabila akar tersebut semakin membesar, maka
kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos batuan.

2.4 Uniaxial Compressive Strength


Pengujian ini merupakan salah satu pengujian yang penting dalam mekanika
batuan, uji tekan dilakukan untuk mengukur kuat tekan uniaksial dari sebuah contoh
batuan berbentuk silinder dalam satu arah (uniaksial). Tujuan utama uji ini adalah
untuk mengklasifikasi kekuatan dan karakteristik batuan utuh. Hasil uji ini berupa
beberapa informasi, seperti kurva tegangan-regangan, kuat tekan uniaksial, modulus
elastisitas, nisbah poisson, energi fraktur, dan energi fraktur spesifik.
Pengujian ini dilakukan menggunakan mesin tekan (compression machine)
dan dalam pembebanannya mengikuti standar dari International Society of Rock
Mechanics. Secara teoritis penyebaran tegangan di dalam conto batuan searah
dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya

13
arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh. Hal ini terjadi
karena ada pengaruh dari pelat penekan pada mesin tekan yang berbentuk bidang
pecah yang searah dengan gata bentuk cone.
Contoh batuan yang akan digunakan dalam pengujian kuat tekan harus
memenuhi beberapa syarat. Kedua muka contoh batuan uji harus mencapai kerataan
hingga 0,02 mm dan tidak melenceng dari sumbu tegak lurus lebih besar daripada
0,001 radian (sekitar 3,5 min) atau 0,05 mm dalam 50 mm (0,06˚). Demikian juga
sisi panjangnya harus bebas dari ketidakrataan sehingga kelurusannya sepanjang
contoh batuan uji tidak melenceng lebih dari 0,3 mm.(Tamanak dkk., 2020)
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh batuan (L/D) akan
mempengaruhi nilai kuat tekan batuan. Jika digunakan perbandingan (L/D) = 1,
kondisi tegangan triaxial saling bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan
batuan. sesuai dengan ISRM (1981) untuk pengujian kuat tekan digunakan rasio
(L/D) antara 2 – 2,5 dan sebaliknya diameter (D) contoh batuan uji paling tidak
berukuran tidak kurang dari NX, atau kurang lebih 45 mm. Semakin besar
perbandingan antara tinggi dan diameter contoh batuan yang digunakan, kuat
tekannya akan semakin kecil, sama halnya dengan pelapukan, semakin banyak
pelapukan yang terjadi pada conto batuan yang digunakan, kuat tekannya semakin
kecil. Deplacement dari contoh batuan, baik pada arah axial (Δl) maupun arah lateral
(ΔD) selama pengujian berlangsung dapat diukur menggunakan dial gauge atau
electric strain gauge.
Hasil dari pengujian kuat tekan batuan yaitu nilai kuat tekan, modulus
elastisitas, dan nisbah Poisson. Prosedur untuk mengukur kuat tekan uniaksial telah
distandarisasi oleh American Society for Testing and Materials (ASTM) dan
International Society for Rock Mechanics (ISRM).
Prosedur untuk pengujian kuat tekan uniaksial menggunakan mesin kuat
tekan yaitu (ISRM, 1979):
a. sampel uji harus berbentuk silinder sirkular yang memiliki rasio tinggi
terhadap diameter 2—2,5 cm dan diameter sebaiknya tidak kurang dari
ukuran inti, kira-kira 54 mm. Diameter sampel setidaknya harus 10 kali
ukuran butiran terbesar di batuan;

14
b. ujung sampel harus rata (±0,02 mm) dan tegak lurus terhadap sumbu
spesiimen dengan penyimpangan lebih dari 0,001 rad atau 0,05 mm dalam
50 mm;
c. sisi-sisi sampel harus halus dan bebas dari ketidakteraturan;
d. penggunaan bahan capping atau perawatan permukaan selain penggunaan
mesin tidak diizinkan;
e. sampel harus disimpan tidak lebih dari 30 hari, sedemikian rupa untuk
menjaga kadar air alami dan diuji dalam kondisi tersebut;
f. beban pada sampel harus diterapkan secara kontinu pada laju tegangan
konstan sehingga kegagalan akan terjadi dalam 5—10 menit pembebanan,
sebagai alternatif laju pembebanan harus dalam batas 0,5—1,0 MPa s−1;
g. beban maksimum pada sampel harus dicatat dalam satuan newton;
h. harus ada setidaknya lima kali pengulangan untuk setiap pengujian.
Kuat tekan uniaksial dari sampel dapat dihitung dengan membagi beban
maksimum (P) yang diterapkan pada sampel saat terjadi failure dengan luas
penampang dari sampel (A)

Gambar 2.6 mesin kuat tekan (Sumber: LBE Geomekanika, UNHAS)


2.4.1 Regangan
Pada saat sampel batuan yang di uji menerima beban yang meningkat
secara teratur, maka kondisi sampel batuan cenderung mengalami perubahan bentuk.
Perubahan bentuk ini akan terjadi dalam arah lateral (∆𝑑) dan aksial (∆𝑙), sehingga

15
pada sampel batuan secara langsung mengalami pula perubahan bentuk secara
volumetrik.

Gambar 2.7 Kondisi sampel batuan yang menerima beban (Sumber: Rai dkk., 2012)

2.4.2 Batas Elastis


Harga batas elastis dinotasikan dengan 𝜎𝐸, pada grafik (Gambar 2.7)
diukur pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik
tertentu. Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada
daerah linier dari grafik tersebut, sehingga pada suatu kondisi jelas terlihat grafik
meninggalkan keadaan linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak
(peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan
aksial sehingga didapat nilai batas elastis (𝜎𝐸).
2.4.3 Modulus Young
Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara selisih
tegangan aksial () dengan selisih regangan aksial (𝜀𝑎), yang diambil pada
perbandingan tertentu pada grafik regangan aksial dihitung pada rata–rata
kemiringan kurva dalam kondisi linier sehingga didapat modulus young.
2.4.4 Poisson Ratio
Poisson ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan lateral
dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar 𝜎𝑖. Tegangan sebesar 𝜎𝑖 yang
diukur pada titik singgung antara grafik regangan volumetrik dengan garis sejajar
sumbu tegangan aksial pada saat grafik regangan volumetrik mulai berubah arah.

16
Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat
titik 𝜎𝑖. Melalui titik 𝜎𝑖 buat garik tegak lurus sumbu tegangan aksial, sehingga
memotong kurva regangan aksial dan lateral. Kemudian masing – masing titik
potong tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral
sehingga didapatkan nilai 𝜀𝑎𝑖 dan 𝜀𝑙𝑖. Sehingga dari nilai tersebut ditentukan
besarnya nilai Poisson Ratio.(Asisten Batuan, 2020)

17
BAB III
TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Metode pengambilan data pada rencana penelitian ini dimulai dari tahap
pendahuluan, tahap pengambilan data, tahap pengolahan data, tahap penyusunan
laporan penelitian dan tahap seminar.

3.1 Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini persiapan awal yang dilakukan berupa kelengkapan administrasi
dan studi pustaka yang dilakukan di Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia.
3.1.1 Persiapan Administrasi
Tahap persiapan administrasi berupa pengurusan persyaratan dari Jurusan dan
Fakultas sebelum penyusunan proposal penelitian.
3.1.2. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kegiatan guna
memperlancar penyelesaian dalam penulisan penelitian ini, diantaranya dengan
mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penulisan proposal
penelitian dan mengutip hal-hal penting yang diperlukan dalam penulisan ini.
3.1.3 Penyusunan Proposal Penelitian
Penyusunan proposal dilakukan setelah melakukan penelitian dan
mempelajari literatur yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan yang sesuai
dengan metode penulisan yang berlaku di Program Studi Teknik Pertambangan,
Universitas Muslim Indonesia.

3.2 Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data merupakan tahap pelaksanaan penelitian, dimana


segala data yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan nantinya. Dimana data
tersebut menjadi dua metode pengambilan data yaitu:

18
3.2.1 Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dan
bersumber langsung dari objek penelitian di lapangan. Adapun data-data tersebut
ialah:
a. Data koordinat lokasi penelitian.
b. tingkat pelapukan batuan.
c. nilai kuat tekan batu andesit.
d. Tata guna lahan.
e. Jenis batuan
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti
dan bersumber langsung dari objek penelitian di lapangan. Adapun data–data trsebut
ialah:
a. Data geologi lokasi penelitian
3.2.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini diperoleh
langsung dari pengamatan di lapangan.
3.2.3 Teknik Pengambilan Data
a. Pengumpulan data lapangan
 Pengambilan sampel
 Deskripsi tingkat pelapukan
b. Pengujian laboratorium
 uji kuat tekan uniaksial (Uniaxial Compressive Strength)

3.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

3.3.1 Teknik Pengolahan Data


Data-data penelitian yang didapatkan dari hasil pengamatan di lapangan serta
pengujian di laboratorium akan diolah untuk dijadikan bahan analisis. Rangkaian
pengolahan data sebagai berikut:
a. Pengambilan data lapangan
Pengambilan data lapangan dilakukan untuk mengambil sampel batuan dan
menentukan tingkat pelapukan batuan.

19
b. Pengujian laboratorium
Pengujian di laboratorium menggunakan alat uji kuat tekan, pengujian ini
dilakukan untuk mendapatkan kekuatan batuan menahan tekanan satu arah
yang diberikan.
3.3.2 Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan nilai kuat tekan batu andesit
hasil dari uji laboratorium untuk mengetahui pengaruh tingkat pelapukan
batuan terhadap kuat tekan batuan andesit.

3.4 Tahap Penyajian Data

3.4.1 Tahap Penulisan Skripsi


Seluruh hasil penelitian baik dalam bentuk hasil pengambilan data maupun
pengolahan data serta hasil interpretasi data yang dilakukan, setelah dievaluasi
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah berupa laporan Skripsi yang
disusun sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku pada program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

3.4.2 Seminar
Tahap seminar dilakukan dengan tiga tahapan yaitu seminar proposal, seminar
hasil dan seminar sidang sarjana. Kegiatan ini dalam bentuk presentasi di hadapan
dosen pembimbing dan dosen penguji Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

20
Tahap Pendahuluan
1. Administrasi
2. Studi Pustaka
3. Penyusunan proposal penelitian

Tahap Pengambilan Data


1. Pengambilan sampel
2. Deskripsi tingkat pelapukan
3. Pengujian laboratorium

Data Primer
Data Sekunder
1. koordinat lokasi penelitian;
1. Data geologi lokasi
2. tingkat pelapukan;
penelitian.
3. nilai kuat tekan batuan;
4. tata guna lahan;
5. jenis batuan.

Tahap Pengolahan Data

Analisis Data

Penyusunan Skripsi

Seminar

Gambar 3. 1 Bagan alir penelitian

21
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU

4.1 Rencana Anggaran Biaya

Dalam melakukan kegiatan penelitian terdapat kebutuhan yang akan


diperlukan selama berkegiatan mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan,
adapun rencan anggaran yang akan dikeluarkan sebabagi berikut:
Tabel 4. 1 Rencana anggaran biaya

No. Keterangan Biaya


1. Keperluan perisapan Rp. 300.000
2. Transportasi darat Rp. 300.000
3. Wifi Rp. 70.000
4. Biaya Pengujian Rp. 400.000
5. Biaya tak terduga Rp. 100.000
Total Biaya Rp. 1.170.000

4.2 Rencana Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tahap persiapan di pekan pertama bulan
juli 2022 sampai dengan seminar tugas akhir dengan rencana di pekan ke empat
bulan September 2022, adapun jadwal rencana kegiatan sebagai berikut:

22
Tabel 4. 2 Rencana jadwal kegiatan penelitian

Juli Agustus September


No. Kegiatan 2022 2022 2022
I II III IV I II III IV I II III IV

1. Persiapan
2. Studi literatur

3. Konsultasi ke dosen
pembimbing
4. Seminar proposal
5. Pengambilan data
6. Pengolahan data
7. Penyusunan laporan
7. Konsultasi ke dosen
pembimping
8. Seminar tugas akhir

23
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. R., 2018, Pelapukan Kimiawi, www.neededthing.blogspot.com diakses


tanggal 10 Juni 2022.
Astawa Rai, Made, Suseno Kramadibrata, and Ridho Kresna Wattimena. "Mekanika
Batuan." Bandung: Penerbit ITB (2012).
D., Asisten, T. I. M. dan Batuan, M. (2020) ‗Buku panduan praktikum mekanika
batuan‘.
Gufandri, O.M.A., 2018, Pelapukan Batuan, www.rankingkelas.net diakses tanggal
10 Juni 2022.
Hanifah, D. A., Santoso, E. dan Kartini, K. (2021) ‗Analisis Pengaruh Tingkat
Pelapukan Terhadap Kekuatan Batuan (Studi Kasus Pada Batulempung Dari
Formasi Warukin)‘, Jurnal Himasapta, 5(3), p. 89. doi:
10.20527/jhs.v5i3.2898.
Nugraha, Listiyawati, dan Rety Winonazada. "pengaruh pelapukan terhadap kuat
tekan uniaksial pada batuan andesit." Prosiding Temu Profesi Tahunan perhapi
(2020): 857-864.
Rizal. G., 2022, Pelapukan, www.kabarkan.com diakses tanggal 13 juni 2022.
Saputra. H.D., Pelapukan Batuan, www.catatansidogol.com diakses tanggal 13 Juni
2022
Tamanak, M. A., Berhitu, T., Ode, D. G., & Cahyono, Y. D. G. (2020, July).
Pengaruh Pelapukan Terhadap Kekuatan Batuan Andesit. In Prosiding Seminar
Teknologi Kebumian dan Kelautan (Vol. 2, No. 1, pp. 599-604)
Yuwanto, S. H. and Araujo, N. S. R. (2020) ‗Analisis Pemanfaatan Batu Andesit Di
Desa Klakah Dan Sekitarnya, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan–Jawa
Timur‘, Prosiding Seminar Teknologi …, pp. 177–181. Available at:
https://ejurnal.itats.ac.id/semitan/article/view/1069.

24
25

Anda mungkin juga menyukai