Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rifaldin

Stmbk: 09320180101
Kelas : C1

Rangkuman Materi Mata Kuliah Mineralogi

Sejarah perkembangan ilmu mineralogi


 Babilonia kuno, dunia Yunani-Romawi kuno, Cina kuno dan abad pertengahan, teks
Sansekerta dari India kuno, Dunia Islam.
 Georgius Agricola, asal Jerman, buku “De Natura Fossilium” (1546), pendekatan ilmiah
pada subjek sifat batuan dan buku “De re metallica” (1556).
 Kitab al Jawahir (Kitab Batu Mulia) oleh Al Biruni (ilmuwan Persia).

Saat memasuki zaman modern abad ke 19, X-ray difraksi (XRD) diperkenalkan oleh Max
von Laue pada tahun 1912, XRD berkembang menjadi alat untuk menganalisis struktur kristal
mineral oleh William Henry Bragg dan William Lawrence Bragg.
UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, Mineral adalah senyawa anorganik yang
terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang
padu.
Batasan Definisi Mineral
Suatu bahan alam. Contoh: NaCl di alam disebut Halite, di laboratorium disebut Natrium
Chlorida.
Mempunyai sifat fisik dan kimia yang tetap.
1. Sifat fisik warna, kekerasan, belahan dan pecahan.
2. Sifat kimia memiliki sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap oksida, reduksi.
Simbol Kristalografi
Simbol WEISS (Simbol koefisien)
Indeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena indeks ini
digunakan pada semua ilmu matematika dan struktur kristalografi.
𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔
𝑆𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙 𝑊𝑒𝑖𝑠𝑠 =
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑘𝑢𝑟
Simbol Weiss membagi panjang yang harus diukurkan dengan satuan Panjang.

Simbol MILLER(Simbol indice)


Simbol Weiss digunakan dalam penggambaran Kristal ke dalam bentuk proy eksi orthogonal dan
proyeksi stereografis. Simbol Miller digunakan sebagai symbol bidang dan symbol bentuk suatu
Kristal
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑢𝑘𝑢𝑟
𝑆𝑖𝑚𝑏𝑜𝑙 𝑀𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟 =
𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔
Cara menentukan indeks MILLER
 Tentukan sumbu acuannya
 Tentukan titik perpotongannya
 Bagi nilai 1 dengan titik perpotongannya
 Catat hasilnya
 Tulis indeks MILLERnya sesuai aturan

Gyroda (sumbu perputaran dan pencerminan/sumbu simetri jenis kedua)


Sumbu perputaran dan pencerminan ini merupakan dari pemutaran melalui sumbu dan
pencerminan pada bidang yang tegak lurus pada sumbu tadi. Bidang normal ini disebut bidang
cermin perputaran dan keseluruhanya disebut sumbu dan bidang simetri majemuk.
MINERALOGI
 Mineralogi adalah ilmu-ilmu yang mempelajari mineral-mineral, baik dalam kesatuan-
kesatuan yang disebut batuan atau sebagai bahan itu sendiri sebagai penyusun kerak bumi
dan litosfer.
 Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai susunan kimiawi tertentu, umumnya
besifat homogen, anisotrop dan dapat berupa bahan padat.
 Kristal ialah suatu bangun polyeder yang teratur dan dibatasi bidangbidang datar yang
tertentu jumlahnya
KRISTALOGRAFI
 Kristalografi adalah ilmu yang mejelaskan tentang bentuk, struktur dan proses
pembentukan kristal dari suatu mineral.
 Bidang-bidang datar yang licin membatasi kristal-kristal disebut bidang batas kristal,
tersusun secara teratur mengikuti hukum-hukum matematis serta mempunyai keadaan
simetri yang tertentu.

MACAM-MACAM SUMBU KRISTAL


Dalam Kristalografi kita mengenal 7 macam susunan sumbu, yang berbeda-beda mengingat:
 Jumlah Sumbu
 Sudut yang dibentuk sumbu
 Satuan parameter yang diukurkan pada sumbu-sumbu

Berdasarkan Jumlah Sumbu:


1. Tiga Sumbu
2. Empat Sumbu

Berdasarkan sudut-sudut:
1. Tiga sumbu yang saling tegak lurus
2. Empat buah sumbu, di mana 3 sumbu terletak dalam satu bidang datar dan saling
meyudut 120º sedangkan sumbu keempat tegak lurus pada ketiga sumbu yang tadi.
3. Tiga sumbu, dimana satu sumbu tegak lurus pada dua sumbu yang lain. Sedang kedua
sumbu terakhir ini saling menyudut antara 90º dan 180º serta terdapat pada satu bidang
datar.
4. Tiga buah sumbu yang saling berpotongan dengan membuat sudut lebih besar dari 90º.
Berdasarkan satuan panjang (parameter) pada sumbu-sumbu, kita bedakan:
1. Pada ketiga sumbu diukurkan satuan yang sama.
2. Pada sebuah sumbu diukurkan satuan yang berlainan dengan kedua/ketiga sumbu lain.
3. Pada ketiga sumbu diberikan satuan panjang yang berbeda-beda.

SISTEM KRISTAL
1. System Reguler (Cubic = Isometric = Tesseral = Tessural)
2. System Tetragonal
3. System Orthorhombic
4. System Hexagonal
5. System Trigonal (Rhombohedral)
6. System Monoclin (oblique = Monosymetric)
7. System Triklin (Anorthic)

MINERALOGI FISIK
Sifat-sifat fisik mineral dibedakan:
 Sifat yang bergantung terhadap gaya kohesi (cohesion) dan elastisitas (elasticity)
 Sifat-sifat berdasarkan gaya berat bumi
 Sifat-sifat yang bergantung pada pengaruh cahaya
 Sifat-sifat yang bergantung pada panas
 Sifat-sifat berdasarkan gaya listrik dan gaya-gaya magnet
 Sifat-sifat berdasarkan perangsang pancaindera

Perawakan (crystal habit)


Beberapa mineral umumnya berupa bentuk kristal yang terdiri dari kristal tunggal atau rangkaian
kristal, yang dikenal istilahnya sebagai perawakan (crystal habit).
Belahan (cleavage) adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah/terpisah
melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya.
Belahan suatu kristal ditentukan berdasarkan:
1. Mudah tidaknya dibelah
2. Bentuk bidang belahan
3. Arah belahan

Pecahan (fracture) Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau
mineral tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut sebagai pecahan (fracture).
1. Concoidal, Merupakan pecahan yang bentuknya berupa gelombang lengkung yang mirip
dengan pecahan pada kaca ataupun botol. Contoh mineral yang memiliki pecahan
concloidal adalah kuarsa, obsidian, kalkosit.
2. Splintery/fibrous, Merupakan pecahan yang bentuknya berserat seperti jarum. Contohnya
adalah pecahan pada augit, hipersten, asbes.
3. Even, Pecahan dengan permukaan kasar tidak beratuan. Contohnya pada pirit, kalkopirit,
garnet dan hematit.
4. Uneven
5. Hackly, Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

Sifat-sifat yang bergantung pada pengaruh cahaya


1. Warna (color)
Warna dari mineral adalah warna yang terlihat di permukaan yang bersih dan sinar yang cukup.
Suatu mineral dapat berwarna terang, transparan (tidak berwarna atau memperlihatkan warna
yang berangsur atau berubah). Warna sangat berariasi, umumnya karena perbedaan kompisisi
kimia atau pengotoran pada mineral.
2. Derajat kejernihan (degree of transparency)
Mineral Opak, Mineral transparan, Sifat antara tidak tembus cahaya dan jernih disebut keruh
(transculent)
Sifat-sifat yang tergantung pada panas
1. Sebagai penghantar/isolator
Ada mineral-mineral sebagai penghantar panas seperti Cu, Fe, dan lain-lain. Ada pula sebagai
isolator seperti asbes, mika dan lain-lain
2. Nilai Lebur
 Stibinite ; 525°C
 Chalcopirt ; 800°C
 Almandit ; 1050°C
 Aktinolite ; 1200°C
 Orthoklas ; 1300°C
 Enstatit ; 1400°C
 Quartz ; 1400°C

Kemagnetan
 Mineral yang bersifat sedikit di tolak oleh magnet disebut Diamagnetis
 Mineral sifatnya sedikit tertarik oleh magnet disebut Paramagnetis.
Sifat-sifat berdasarkan perangsang pancaindera
1. Rasa, Mineral-mineral yang alrut dalam air atau air liur dapat memberikan rasa yang khas,
contohnya:
 Asin; halit, Nacl
 Pahit; epsomit
 Dingin; chillisalpeter
 Alkalis; alunit (tawas)
2. Bau (odor) Kebanyakan mineral dalam keadaan kering atau baru/segar tidak memberikan bau,
tetapi beberapa mineral akan memberikan bau khusus kalua mineral tersebut kita gosok,
dibasahi, direaksikan dengan asam, contohnya:
 Berbau bawang putih; mineral yang memiliki kandungan unsur As
 Berbau lobak; mineral yang memilki kandunga unsur Se
 Berbau belerang; mineral yang memiliki kandunga unsur S
 Berbau arang; batubara, aspal
 Berbau tanah; kaolin
3. Rabaan Mineral mempunyai bentuk permuan masing-masing yang apabila disentuh dengan
indera peraba akan memberikan bermacam-macam bentuk rabaan, diantarnya:
 Lemak; talk
 Kasar; kapur
 Licin; sepiolit
 Melekat; kaolin

MINERALOGI KIMIA I
1. Lithophile: Unsur-unsur yang terdapat bersama silika. Unsur-unsurnya sebagian besar
adalah logam bersifat sangat reaktif
2. Siderophile: unsur-unsur yang terdapat bersama besi
3. Chalcophile: Unsur-unsur yang terdapat bersama sulfida
4. Atmophile: unsur-unsur yang secara umum berada di udara
Berdasarkan geokimianya, unsur di kelompok kan menjadi 3 yaitu:
1. Unsur utama (major element)
2. Unsur runut (tracer element)
3. Unsur tanah Jarang (Rare earth element/REE
Unsur utama adalah unsur yang ada dalam jumlah kira-kira 1% berat dari suatu batuan unsur-
unsur tersebut adalah O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K dan Mg.
Unsur runut (trace element)

 Unsur runut didefinisikan sebagai sembaran unsur yang ada dalam jumlah kurang dari
1000 ppm atau 0,1% berat dari suatu batuan.
 Unsur-unsurnya terdiri dari Li, Be, Sc, V, Cr, Co, Ni, Cu, Zn, Ga Rb, Sr, Y, Zr, Nb Ba,
Pb plus F, Cl, S.
Unsur runut berada dalam batuan bersama dengan unsur-unsur utama
Unsur Jarang (REE)
Unsur jarang adalah kumpulan 17 unsur kimia pada tabel periodik, terutama 15 lantanida
ditambah skandium dan yttrium. Skandium dan yttrium dianggap sebagai unsur jarang karena
sering ditemukan pada depositdeposit bijih lantanida dan memiliki karakteristik kimia yang
mirip dengan lantanida.

 Logam tanah jarang tidak ditemukan berupa unsur bebas dalam lapisan kerak bumi.
Namun ia berbentuk paduan membentuk senyawa kompleks. Sehingga logam tanah harus
dipisahkan terlebih dahulu dari senyawa kompleks tersebut.
 Secara umum, logam tanah jarang ditemukan dalam bentuk senyawa kompleks fosfat dan
karbonat
Contoh mineral unsur jarang yang ditemukan di alam:

 Bastnaesit (CeFCO3)
 Monazit ((Ce,La,Y,Th)PO3)
 Xenotime (YPO4)
 Mineral-mineral yang mendominasi dalam senyawa unsur jarang di atas adalah
Lanthanum, Cerium, Neodymium. Hal ini mengakibatkan mineral ini, menjadi ekonomis
untuk dilakukan proses ekstraksi. Sehingga pemanfaatan ketiga mineral ini, sangat tinggi
dibanding mineral logam tanah jarang lainnya.

Kegunaan REE
 Unsur jarang diguanakan untuk bahan baku untuk peralatan vital militer seperti alat
pelacak dan peralatan perang lainnya.
 Unsur jarang memegang peranan yang sangat penting dalam kebutuhan material produksi
modern seperti: superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan keramik
Stuktur kristal
a) Pada mineral logam, umumnya mempunyai struktur kristal kubik atau heksagonal yang
rapat/padat.
b) Pada mineral semilogam dan nonlogam, umumnya mempunyai struktur kristal yang
lebih kompleks.
c) Beberapa unsur tunggal, misalnya carbon, mempunyai satu atau lebih bentuk polimorph,
tergantung pada kondisi pembentukannya.
Sangat tidak mungkin untuk membuat generalisasi pada pembentukan/keterdapatan dari unsur-
unsur tunggal:
a) Unsur-unsur tunggal terbentuk pada kondisi fisika-kimia (physicochemical) yang sangat
bervariasi dan dapat dijumpai pada semua jenis batuan.
b) Bahkan untuk satu jenis unsur tunggal dapat dijumpai pada lingkungan yang sangat
berbedabeda. Mis: Native iron (kamacite) dijumpai utamanya pada meteorit. Walaupun
sangat jarang dijumpai di Bumi, tapi dapat dijumpai keterdapatannya pada batuan beku
(basalt), batuan sedimen karbonatan dan pada fosil kayu.

ISOMETRIK DAN TETRAGONAL


Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal kubus
atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki perbandingan sumbu a = b = c,
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c, dan sudut kristalografi α = β
= γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚).
Sistim Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-
masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c
berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).
Sistim Heksagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a = b = d
≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak
sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.
Sistim Trigonal
Sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli
memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara
penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang
dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c
, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Anda mungkin juga menyukai