Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Petrologi

Acara : Mineralogi

Nama : Ezra Brillyantama Putra


NPM : 1806197020
Jurusan/Angkatan : Geofisika/2018
Asisten :
Shift : 14

Departemen Geosains
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
BAB 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang
Salah satu dasar dalam dunia geosains adalah ilmu Petrologi. Ilmu petrologi
sendiri merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang keterbentukan,
sifat, dan komponen batuan. Dasar dalam mempelajari petrologi adalah
pemahaman tentang mineral-mineral penyusun batuan. Tanpa memahami mineral-
mineral penyusun batuan, pemahaman petrologi tidak akan maksimal. Mineral
sendiri merupakan zat padat alami, memiliki struktur atom yang teratur, dan ikatan
kimia yang jelas, serta bersifat anorganik (Klein dan Philpotts,2012).
Mineral dapat dijumpai di alam dalam berbagai macam wujud, seperti
batuan, pasir, dan tanah. Pada umumnya mineral di alam dibedakan menjadi dua
berdasarkan strukturnya, yaitu kristalin dan amorf. Mineral struktur kristalin adalah
mineral yang memiliki struktur yang jelas. Sementara mineral struktur amorf adalah
mineral yang memiliki struktur tidak jelas.
Mempelajari Mineralogi sebagai pendahuluan Petrologi berguna untuk
mengeidentifikasi batuan. Karena penyusun batuan merupakan mineral-mineral.
Mineral penyusun batuan sebagian besar berasal dari deret bowen, seperti Olivin,
Piroksen, Biotit, Plagioklass, dan Kuarsa. Dengan mengetahui penyusun batuan,
yaitu mineral, proses mengidentifikasi batuan akan menjadi lebih mudah.

2. Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis mineral
b. Untuk mengidentifikasi mineral
BAB 2 Teori

1. Landasan Teori
Menurut Klein dan Philpotts, mineral adalah zat padat yang terbentuk secara
alami, memiliki struktur atom yang teratur, dan ikatan kimia yang tetap, serta
bersifat anorganik. Maksud dari terbentuk alami adalah mineral terbentuk melalui
proses-proses yang hanya terjadi di alam, dan tidak terjadi secara buatan seperti di
lab. Mineral memiliki sifat solid akibat dari struktur atom yang saling berdekatan,
tetapi terdapat pengecualian untuk beberapa mineral seperti merkuri yang bersifat
cair. Ikatan kimia tetap berarti suatu mineral memiliki perbandingan unsur yang
tetap pada setiap jenis yang sama. Contoh sederhananya seperti mineral kuarsa,
SiO2, perbandingan antara kation dan anion akan selalu 1:2 pada setiap kuarsa yang
ada. Sementara bersifat anorganik karena pembentuk mineral merupakan
anorganik.
Mineralogi dibagi menjadi dua jenis, yaitu mineralogi fisik dan mineralogi
kimiawi. Mineralogi fisik mempelajari tentang sifat-sifat fisik mineral, sementara
mineralogi kimiawi mempelajari tentang sifat-sifat kimiawi dari suatu mineral.
Terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan parameter dalam identifikasi mineral,
yaitu warna (Colour), Kilap (Luster), Kekerasan (Hardness), Cerat (Streak), Bentuk
(Form), Struktur, Belahan (Cleavage), Pecahan (Fracture), Sifat Dalam (Tenacity),
Berat Jenis, Rasa, Bau, Sifat Kemagnetan, dan Ketembusan Cahaya.
1. Warna (Colour)
Warna pada mineral adalah kenampakan yang dapat dilihat bila mineral
terkena cahaya. Warna sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik dan
Alokromatik. Warna idiokromatik merupakan warna yang tetap dan tidak dapat
berubah, biasanya pada mineral tidak tembus cahaya seperti pirit, galena, dan
piroksen. Sementara warna alokromatik merupakan warna yang dapat berubah
tergantung pengotornya dan biasanya pada mineral tembus cahaya, seperti kalsit
dan kuarsa.
2. Kilap (Luster)
Kilap merupakan kesan pantulan cahaya dari mineral bila diberi cahaya. Kilap
dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan non-logam.
 Kilap Logam: Pantulan oleh cahaya memberikan kesan seperti logam. Kilap
jenis ini biasa ditemukan pada mineral yang mengandung logam atau mineral
bijih seperti emas, pirit, kalkopirit dan galena.
 Kilap Non Logam: Kilap ini tidak memberikan kesan logam saat terkena
cahaya. Kilap non logam dapat dibedakan menjadi:
a. Kilap kaca atau vitreous luster: kesan yang diberikan seperti kaca saat
terkena cahaya. Contohnya yaitu kuarsa, kalsit dan halit.
b. Kilap intan atau adamantine luster: kasan yang diberikan seperti intan
saat terkena cahaya contohnya intan.
c. Kilap sutera atau silky luster: memberikan kesan seperti sutera dan
biasanya ditemukan pada mineral yang memiliki struktur serat, seperti
gipsum, asbes dan aktinolit.
d. Kilap damar atau resinous luster: kasan yang diberikan seperti damar,
contohnya resin dan sfalerit.
e. Kilap mutiara atau pearl luster: kesan yang diberikan seperti mutiara atau
bagian dalam dari cangkang kerang, contohnya yaitu talk, muskovit,
dolomit dan tremolit.
f. Kilap lemak atau greasy luster: mirip dengan sabun atau lemak,
contohnya talk dan serpentin.
g. Kilap tanah: memiliki kenampakan buram seperti halnya tanah,
contohnya kaolin, bentonit, dan limonit.
3. Cerat (Streak)
Cerat merupakan warna asli mineral dalam bentuk serbuk. Cara mengetahui
cerat adalah mengoreskan mineral pada bidang yang memiliki skala mohs lebih
tinggi dari mineral yang ingin diketahui ceratnya. Warna cerat terdiri dari 3 jenis,
yaitu warna cerat yang sama dengan warna mineral, warna cerat yang tidak sama
dengan mineral, dan cerat tidk bewarna.
4. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan merupakan ketahanan suatu mineral jika digores. Kekerasan diuji
menggunakan skala Mohs, dengan nilai 1 untuk kekerasan terendah hingga nilai
10 untuk kekerasan tertinggi.

(Pellant, 1992)
5. Bentuk (Form)
Bentuk mineral ada 2 macam, yaitu :
 Bentuk kristalin : apabila mineral mempunyai bidang kristal yang ideal dan
biasanya terdapat pada mineral yang mempunyai bidang belahan.
 Bentuk amorf : apabila mineral tidak mempunyai batasan-batasan kristal
yang jelas.
6. Struktur
Struktur mineral sering khas untuk mineral tertentu, terutama mineral dalam
bentuk kelompok-kelompoknya (agregasi mineral). Struktur-struktur tersebut
antara lain sebagai berikut :
A. Struktur Granular atau Butiran
Struktur ini terdiri dari butiran - butiran mineral yang mempunyai dimensi
sama atau isometris. Struktur ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
 Fanerokristalin : apabila butirannya dapat dilihat dengan mata biasa.
 Kriptokristalin : apabila butirannya tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa, melainkan harus dengan alat bantu (mikroskop).
 Saccharoidal : apabila kesan kelompok butiran tersebut seperti gula
pasir.
B. Struktur Kolom
Stuktur ini terdiri dari prisma yang panjang-panjang dan bentuknya ramping.
Bila prisma tersebut memanjang dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous
atau berserat. Struktur kolom ini dapat dibedakan menjadi : struktur jaring
(reticulated), struktur bintang (stellated), dan struktur radier (radiated).
 Struktur jaring (reticulated) adalah bentuk kristal kecil panjang yang
tersusun menyerupai jaring. Contoh : rutile dan cerussite.
 Struktur bintang (stellated) adalah bentuk kristal yang tersusun
menyerupai bintang. Contoh : pirofilit.
 Struktur radier (radiated) adalah bentuk-bentuk kristal yang tersusun
menyerupai bentuk jaring-jaring. Contoh : markasit, netrolit.
C. Struktur Lembaran atau Lamellar
 Struktur tabular : bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana
lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contoh : barite, hematite,
hypersthene.
 Struktur konsentris : bentuk kristal yang bulat dan konsentris. Contoh :
mangan.
 Struktur foliasi : bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar), perlapisan
yang mudah dikupas / dipisahkan. Contoh : mica, talk, chlorite
D. Struktur imitasi
Terdiri dari kelompok-kelompok mineral yang menyerupai bentuk benda lain,
seperti dibawah ini :
a. Bila mineral berdiri sendiri
 Menjarum (acicular) : bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : natrolite, glaucophane
 Membenang (filliformis) : bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai
benang. Contoh : perak
 Membilah (bladded) : bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai
bilah kayu, denga perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : kyanite, gloucophane, kalaverite.
b. Bila mineral bersatu dalam kelompok tertentu
 Dendritik : bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut / daun.
Contoh : cuprite, bysolite.
 Botroidal :
 Mengginjal (reniformis) : bentuk kristal yang menyerupai bentuk
ginjal. Contoh : hematite.
 Mamillary : bentuk kristal bulat-bulat (breast like). Contoh :
malachite, opal, hemimorphite.
c. Bila kelompok mineral paralel atau radier
 Meniang (columnar) : bentuk kristal prismatik yang menyerupai bentuk
tiang. Contoh: tourmaline, pyrolusite, wollastonite
 Menyerat (fibrous) : bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
Contoh: asbes, silimanite, tremolite, pyrophillite.
 Globular : bentuk kristal yang membulat dengan struktur dalam memancar
menyerupai bentuk jari. Contoh : pyrolorphyte.
7. Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kenampakan mineral untuk membelah melalui bidang
belahan yang rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu berpasangan.
Belahan ini merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Berdasarkan
dari baik / tidaknya permukaan bidang belahan, belahan dapat dibedakan
menjadi :
 Belahan sempurna (perfect cleavage) : ada bidang belahan dan mudah
dibelah, contoh : muscovite, calcite, halite dan biotite.
 Belahan baik (good cleavage) : ada bidang belahan tetapi tidak mudah
dibelah, contoh : calcite, ortoklas, augite dan gypsum.
 Belahan tidak jelas (indistinc cleavage) : bidang belahan seperti garis atau
kenampakan striasi pada bidang belahannya, contoh : plagioklas, beryl,
emas, korundum dll.
 Belahan tidak menentu : tidak ada bidang belahan, contoh: kuarsa, opal,
kalsedon.
Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan menjadi:
 Belahan satu arah, contoh : muskovit, asbes.
 Belahan dua arah, contoh : feldspar, gypsum.
 Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.
 Tidak ada belahan, contoh : kuarsa
8. Pecahan (Fracture)
Pecahan merupakan kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dibagi menjadi lima jenis yaitu pecahan
Konkoidal, pecahan berserat, pecahan tidak rata, pecahan rata, dan pecahan
runcing.
9. SIfat Kemagnetan
Merupakan reaksi suatu mineral jika didekatkan dengan magnet. Kemagnetan
dibagi menjadi tiga, yaitu ferromagnetic(tertarik magnet), paramagnetic(tertarik
sedikit magnet), dan diamagnetic(tidak ada reaksi).
10. Sifat Dalam (Tenacity)
Sifat dalam adalah reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti
penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, atau
penghancuran. Sifat dalam dibagi menjadi enam, yaitu Rapuh (brittle), Dapat
diiris (sectile), Dapat dipintal (ductile), Dapat ditempa (maleabel), Lentur (elastis),
dan Fleksibel.
11. Ketembusan Cahaya (Diaphaneity)
kemampuan mineral untuk meneruskan cahaya. Dibagi menjadi tiga, yaitu
Transparant (mampu meneruskan cahaya), Translucent (meneruskan cahaya
sebagian), Opaque (tidak meneruskan cahaya).
12. Bau
Beberapa mineral memiliki bau khusus seperti bau logam dan bau sulfur.
BAB 3 Hasil

1. Mineral No.

Identifikasi yang dilakukan pada mineral no. x menunjukan warna ungu dan
memiliki kilap kaca (vitreous). Warna ungu yang ada berasal dari pengotor berupa
senyawa besi dan mangan. Kekerasan dari mineral ini sebesar 7 dalam skala mohs.
Dibuktikan dengan permukaan mineral sangat sukar digores dengan menggunakan
kuku jari, paku paying, maupun porselen karena mineral ini memiliki struktur yang
cukup keras. Warna asli serbuk mineral ini adalah putih. Mineral ini tidak memiliki
belahan, pecahannya termasuk jenis Konkoidal karena melihatkan pecahan yang
melengkung, dan sifat dalamnya adalah brittle. Mineral ini memiliki bentuk kristalin
dan berstruktur kolom. Mineral ini jika diberi cahaya, mampu meneruskan cahaya
keluar, sehingga bersifat Transparent. Mineral ini bersifat diamagnetic karena tidak
merespon jika didekatkan dengan magnet. Infomasi tambahan untuk mineral ini
merupakan salah satu jenis dari mineral SiO2 dan umum ditemukan di permukaan
bumi. Mineral ini dapat menjadi penyusun batu beku, sedimen, dan metamorf.
Karena warna ungunya, mineral ini banyak digunakan sebagai perhiasan dan
gemstone. Nama mineral ini adalah Amethyst.
2. Mineral No.
3. Mineral No.
4. Mineral No.
5. Mineral No.
6. Mineral No.
7. Mineral No.
8. Mineral No.
9. Mineral No.
10. Mineral No.
11. Mineral No.
12. Mineral No.
13. Mineral No.
14. Mineral No.

Anda mungkin juga menyukai