ACARA 5
BATUAN PIROKLASTIK
5.1 Dasar Teori
5.1.1 Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik merupakan sebuah jenis batuan vulkanik klastik
yang diciptakan oleh urutan proses yang berkaitan dengan letusan gunung
api. Material penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan sebelum
mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada
umumnya, erupsi gunung api mengeluarkan magma yang bersifat eksplosif
atau magma yang dilemparkan ke udara melalui lubang kepundan dan
membeku dalam berbagai ukuran mulai dari debu hingga bongkah dari
material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut
gunung api.
5.1.2 Penyusun Batuan Piroklastik
Material penyusun batuan piroklastik dikelompokkan sebagai berikut :
1) Kelompok Juvenil (Essential)
Bila material penyusun langsung dari magma terdiri dari padatan, atau
partikel tertelan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal.
2) Kelompok Cognate (Accesory)
Bila material penyusunnya dari material hubungan yang berasal dari
letusan sebelumnya, dari gunung api yang sama atau tubuh vulkanik yang
lebih tua dari dinding kawah.
3) Kelompok Accidental (bahan asing)
Bila material penyusunnya merupakan bahan hamburan yang berasal dari
batuan non gunung api atau batuan dasar berupa batuan beku, sedimen
ataupun metamorf sehingga mempunyai komposisi yang beragam
(Suharwanto, 2023).
5.1.3 Klasifikasi Batuan Piroklastik
Menurut (Williams, 1982) , pengklasifikasian material piroklastik
dapat dikelompokan berdasarkan ukurunnya. Pengklasifikasin tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Bomb gunung api. Defenisi bomb ialah gumpalan-gumpalan lava yang
ukuran lebih besar dari 64 mm, dan sebagian atau semuanya plastis pada
waktu tererupsi.
b. Block Gunung Api (Volcanic Block), merupakan batuan piroklastik
yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah
memadat
lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
c. Lapilli berasal dari bahasa latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi
eksplosif gunungapi yang berukuran 2mm- 64mm. Selain dari atau
fragmen batuan kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augit,
olivine dan plagioklas. Bentuk khusus lapilli yang terdiri dari jatuhan
lava diinjeksi dalam keadaan sangat cair dan membeku diudara,
mempunyai bentuk membola atau memanjang dan berakhir dengan
meruncing.
d. Debu Gunungapi adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-1/256
mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi.
Eksplosif Namun ada juga debu gunung api yang teriadi karena proses
penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunungapi masih
dalam keadaan belum terkonsolidasi.
5.1.4 Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan piroklastik
mempunyai struktur vesikuler, skoria dan amigdaloidal. Selain itu batuan
jenis ini juga mengalami proses pengendapan, sehingga struktur sedimen
seperti laminasi,perlapisan dan graded bedding juga dapat terbentuk. Jika
klastika pijar dilemparkan ke udara dan kemudian terendapkan dalam
kondisi masih panas, memiliki kecenderungan mengalami pengelasan antara
klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan
atau welded.
Struktur batuan piroklastik hampir sama dengan batuan beku, namun
karena batuan piroklastik mempunyai ukuran skala kecil maka hanya
terdapat beberapa struktur seperti :
a) Masif, merupakan struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang
kenampakannya seragam.
b) Skoria, yaitu struktur batuan yang sangat banyak lubang – lubang gas
yang tidak beraturan.
c) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang – lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas saat pembekuan.
d) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
5.1.5 Tekstur Batuan Piroklastik
1. Derajat Pembundaran. Kebundaran adalah nilai membulat atau
meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan klastika sedang sampai
kasar. Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran
dimana sifat ini hanya bisa diamati pada batuan kasar dan dapat dilihat
dari bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut.
a. Well rounded (membudar baik)
Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, speroidal.
b. Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan
tepi- tepi butiran bundar.
c. Sub rounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
d. Sub angular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
e. Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.
2. Derajat Pemilahan (Sorting) Pemilahan adalah keseragaman ukuran
besar butir penyusun batuan klastika. Pemilahan adalah keseragaman
dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin
seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin baik.
Dalam pemilahan dipakai batasan – batasan sebagai berikut:
a. Pemilihan baik (well sorted)
b. Pemilihan sedang (moderated sorted)
c. Pemilihan buruk (poorly sorted)
3. Kemas (Fabric) Kemas terbagi menjadi dua yaitu :
5.2 Pembahasan
5.2.1 Batu Apung
Gambar 5.4
Batu Tuff
(Sumber : Koleksi
Pribadi, 2023)
Berdasarkan hasil pengamatan di
laboratorium mengenai sampel
batuan yang diamati berwarna putih. Batuan
ini memiliki panjang 14,5 cm, lebar
4 cm, dan tinggi 12 cm. Batuan ini memiliki jenis piroklastik, dan struktur
batuannya masif. Batuan pirosklastik ini mempunyai tekstur dengan ukuran
butir termasuk jenis debu. Batuan ini memiliki kemas tertutup, dengan
penilahan baik dan kebundarannya membundar (rounded). Batuan ini
memiliki komposisi debu vulkanik 91%, dan mineral sialis 9%. Berdasarkan
pengamatan dengan melihat ciri fisik suatu batuan dapat disimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu tuff.
Tuff adalah endapan piroklastik berupa abu vulkanis dan bersifat
material detrital yang berasal dari proses pelapukan batuan gunung api
(Solihin, 2020). Tuff merupakan batuan berpori yang relatif lunak dan terbuat
dari abu dan sedimen lain yang dikeluarkan dari bentilasi vulkanik yang ada
lalu dipadatkan menjadi batuan dan dikenal sebagai tuff. Tuff berasal dari
magma yang keluar dari permukaan sebagai campuran gas panas dan partikel
pijar dandikeluarkan dari gunung api. Warna putih pada tuff terjadi karena
mengandung silika. Batuan ini memiliki struktur masif karena tidak
menunjukan adanya bekas gas-gas atau jejak fragmen lain. Tuff memiliki
ukuran butir 1/16 mm karena pendinginan magma yang cepat. Tuff dapat
bervariasi baik dalam tekstur atau komposisi kimia dan mineral karena variasi
dalam kondisi pembentukannya dan komposisi bahan nya yang dikeluarkan
(Bonewitz, 2012). Tuff biasa dijumpai di daerah Kecamatan Warung Kiara
Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka, Kecamatan
5.3 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Astari, Dinar dkk. 2022. Pemetaan Zona Bahaya Aliran Piroklastik Gunung
Merapi, Jawa Tengah dan Sekitarnya menggunakan Aplikasi Titan2D.
Jurnal Geosains dan Teknologi. Vol 5. No 1
Budiwati, Tuti. 2009. Analisis Hujan Asam Dan CO2 Atmosfer. Yogyakarta:
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Boneswitz, Luiz Ronald. 2008. Rocks and Minerals: The Dedinitive Visual Guide.
London: Dorling Kindersley Limited.
Fauzi, Muhammad Rully dkk. 2019. Identifikasi Sumber Obsidian di Merangin dan
Sarolangun, Provinsi Jambi, Berdasarkan Analisis Portable X-Ray
Fluorescence Spectrometry (pXRF). Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Arkeologi. Vol 37. No 2
Hendrawan, Hasan Bintang. 2018. Pemanfaatan Batu Apung Sebagai Substitusi
Parsial Agregat Halus Pada Beton Normal. Jurusan Teknik Sipili. Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Kumalawati, dkk. 2013. Analisis Pengaruh Penggunaan Abu Batu Apung Sebagai
Pengganti Filler Untuk Campuran Aspal. Jurnal Teknik Spili. Vol 2 No 2.
Kurniasih, Wiwin dkk. 2017. Pemanfaatan Batu Zeolit Sebagai Media Aklimatisasi
Untuk Mengoptimalkan Pertumbuhan Anggrek Bulan Hibrida. Jurnal
Bioma. Vol 6. No 2
Kusdarto. (2008). Potensi Zeolit di Indonesia. Jurnal Zeolit Indonesia, 7(2).
Miswar, K. (2020). Pemanfaatan Batu Apung Sebagai Material Beton Ringan.
Jurnal Teknik Sipil, 12(1).
Prakoso, Arie dkk. 2018. Analisis Kuat Geser Pada Pemanfaatan Batu Apung
Berlapis Cat Sebagai Alternatif Pengganti Agregat Kasar Pada Beton.
Jurusan Teknik Sipil. Universitas Brawijaya.
Setiawan, Iwan dkk. 2020. Geologi dan Petrokimia Endapan Zeolit Daerah Bayah dan
Sukabumi. Riset Geologi dan Pertambangan. Vol 30. No 1
Solihin. 2020. Potensi Sumber Daya dan Pemanfaatan Bahan Galian Tuff Di
Daerah Parungkujang. Jurnal Teknologi Vol 1. Edisi 35
Suharwanto. 2023. Buku Panduan Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta :
Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknologi Mineral. UPN “Veteran”
Yogyakarta.
Subari dan widodo. 2015. Tuff Sebagai Bahan Pelebur Pada Pembuatan Kramik
Bodi Stonew Are. Riset Geologi dan Pertambangan. Vol 25. No 1
Wijayanto, Wahyudi. 2022. Geografi : Mengenal Batuan. Surabaya : Cv Media
Edukasi Creative
William C. Peters 1954, Exploration and Mining Geology, John Wiley & Sons, New
York.