Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

MINERALOGI
PETROLOGI
Acara I
MINERAL

Disusun Oleh :
Nama : Garry Fangaro Zebua
NIM : 114220130
Plug : 10
Hari/Tanggal : Jumat, 17 Februari 2023
Waktu : 13.30 – 15.30
Asisten Plug : 1. Habib Nur Muhammad
2. Endah Sulistyaningrum

LABORATORIUM MINERALOGI DAN PETROLOGI


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

MINERALOGI PETROLOGI
Acara I
MINERAL

Disusun Oleh:
Nama : Garry Fangaro Zebua
NIM :114220130
Plug : 10

Disetujui Oleh:

Koordinator Plug Asisten Plug

Habib Nur Muhammad Endah Sulistuaningrum


NIM. 114210021 NIM. 114210077
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

ACARA 1
MINERAL

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Mineral
Mineral merupakan suatu benda padat (homogen) yang dapat
ditemukan di alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia
pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang tersusun secara
teratur (Berry dan Mason dalam Suharwanto 2023).
Mineral adalah material berbentuk padatan yang terbentuk secara
alamiah di alam, berasal dari bahan anorganik, memiliki komposisi kimia,
dan bentuk fisik tertentu yang mencerminkan susunan atom di dalamnya.
(Meirawaty, Nugraheni, dan Riyandhani 2020).
1.1.2 Jenis Mineral
Menurut Suharwanto (2023) Mineral pembetuk batuan dibagi
menjadi empat kelompok sesuai dengan proses pembentukannya, yaitu;
A. Mineral silikat
Hampir seluruh batuan di dunia ini dibentuk oleh silikat ini.
Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu
sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk
batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
a) Mineral Ferromagnesium
Mineral ini umumnya memiliki berat jenis yang relatif sama besar
dan warnannya cenderung gelap, contohnya;
a. Olivine memiliki warna hijau zaitun sesuai dengan namanya olive
dan memiliki berat jenis berkisar antara 3.27 – 3.37.
b. Augite memiliki warna hijau gelap serta memiliki berat jenis
berkisar 3.2 – 3.4.
c. Hornblende memiliki warna hijau hingga hitam serta memiliki
berat jenis 3.2. Mempunyai bidang belah yang berpotongan pada

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-1


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

sudut 56º dan 124º dimana bedang belah ini sangat berperan
dalam membedakan dengan Augite.
d. Biotit merupakan mineral mika dengan bentuk pipih dan mudah
terkelupas. Memiliki warna hijau tua hingga kecoklatan serta
memiliki berat jenis 2.8 – 3.2.
b) Mineral non-ferromagnesium
Yang termasuk ke dalam mineral Non – Ferromagnesium adalah :
a. Muskovit memiliki warna yang terang, kuning muda, coklat , hijau
atau merah. Muskovit memilik berat 2.8 – 3.2.
b. Feldspar merupakan pembentuk batuan terbanyak, jumlah feldspar
pada kerak bumi diperkirakan mencapai 54%.
c. Orthoklas mineral ini memiliki warna putih ke abu-abuan atau
merah jambu. Mineral ini memiliki berat 2.57.
d. Kuarsa biasa disebut silika memiliki warna yang bermacam macam
karena dipengaruhi unsur lain yang tidak bersih.
B. Mineral Oksida
Mineral yang dibentuk oleh ikatan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Mineral oksida pada umumnya lebih keras dibanding
mineral lain terkecuali silikat.
C. Mineral Sulfida
Merupakan mineral yang dibentuk oleh ikatan langsung antar
unsur tertentu dengan sulfur belerang seperti besi, perak, tembaga,
timbal, seng dan merkuri.
D. Mineral karbonat dan sulfat
Mineral yang terbentuk dari persenyawaan dengan ion
(CO3)2-. dan disebut karbonat. Mineral ini merupakan susunan utama
yang membentuk batuan sedimen.
1.1.3 Sifat Fisik Mineral
Mineral terbentuk secara alami di alam dan dalam peembentukannya
mengalami proses yang berbeda-beda, ditambah dengan komposisi kimia
yang berbeda pula, membuat mineral yang tersebar di alam memiliki jenis-

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-2


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

jenis dan kenampakan yang beragam. Berikut adalah sifat-sifat fisik


mineral, meliputi :
A. Warna (colour)
Jika suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka
cahaya yang mengenai permukaan tersebut sebagian akan mengalami
penyerapan (absorbsi) dan sebagian akan dipantulkan (refleksi).
Warna ini sangat penting dalam membedakan mineral asli dengan
mineral akibat pengotoran (Suharwanto ,2023). Warna pada mineral
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya unsur tertentu pada
suatu mineral. Pengaruh warna dalam mineral dibagi menjadi tiga,
yaitu
a. Idiochromatic : Warna mineral yang tetap dikarenakan elemen-
elemen utama pada mineral contohnya : sulfur, magnetite,
pyrite.
b. Allochromatic : Warna mineral yang dipengaruhi campuran
pnegotoran unsur lain sehingga menghasilkan warna yang
berbeda tergantung pada unsur yang mengotorinya, Contohnya
adalah halite.
c. Chronophores : Kehadiran kelompok ion asing yang dapat
nemberikan warna tertentu pada mineral.
B. Perawakan Kristal (Crystal Habit)
Mineral yang dijumpai di alam bentuk mineralnya tidak
berkembang semestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan
mineral ke dalam sistem kristalografi. Hal ini dikarenakan ada
gangguan pada perkembangan mineral tersebut. Richard M Pearl
(1975) dalam Suharwanto (2023) membagi perawakan kristal ke
dalam 3 golongan yaitu :
1) Elongated Habits (meniang/berserabut)
a. Meniang (Coloumnar): bentuk kristal prismatic yang
menyerupai bentuk tiang. Contohnya: tourmaline, pyrolusite,
dan wollastonite.
b. Menyerat (Fibrous): bentuk kristal yang menyerupai serat-serat
kecil. Contohnya asbestos dan gypsum.
GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-3
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

c. Menjarum (Acicular): bentuk kristal yang menyerupai jarum-


jarum kecil. Contohnya: natrolite dan glaucophane.
d. Menjaring (Reticulate): bentuk kristal kecil panjang yang
tersusun menyerupai jaring. Contohnya: rutile dan cerrusite.
e. Membenang (Filiform): bentuk kristal kecil kecil yang
menyerupai benang. Contohnya: Silver.
f. Merambut (Capillary) : bentuk kristal kecil-kecil yang
menyerupai rambut. Contohnya: Cuprite, Bysolite.
g. Mondok (Stout): Bentuk kristal pendek, gemuk, stubby. Sering
terdapat pada kristal dengan sumbu C kebih bendek dari sumbu
lainnya. Contohnya: Zircon.
h. Membintang (Stellated): bentuk kristal yang tersusun
menyerupai bintang. Contohnya: Pirofilit.
i. Menjari (Radiated): bentuk kristal yang tersusun menyerupai
bentuk jari-jari. Contohnya : markasit dan natro.
2) Flattened Habits (lembaran tipis)
a. Membilah (bladed): Bentuk kristal yang panjang dan tipis
menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar
dengan tebal sangat jauh. Contoh : Kyanite, Glaucophane,
Kalaverit.
b. Memapan (tabular): Bentuk kristal pipih meneyrupai bentuk
papan, di mana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh. Contohnya
barite, hematite, dan hypersthene.
c. Membata (blocky): Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata,
dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama.
Contohnya Microcline.
d. Mendaun (foliated): bentuk kristal pipih dengan melapis
(lamellar), perlapisan yang mudah dikelupas. Contohnya mica,
talc, thlorite.
e. Memencar (divergent) Contohnya gypsum, millerit.
f. Membulu (plumose): membentuk tumpukan bulu. Contohnya
mica.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-4


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

3) Rounded Habits (membutir)


a. Mendada (Mamillary): Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah
dada (breast like). Contohnya Opal, Hemimorphite.
b. Membulat (Colloform): Bentuk kristal yang menunjukkan
permukaan yang bulat-bulat. Contohnya glauconite (hijau,
terbentuk di laut), cobaltite, bismuth.
c. Membulat jari (Colloform radial): Bentuk kristal yang membulat
dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.
Contohnya pyromorphyte.
d. Membutir (Granular): Kelompok kristal kecil yang berbentuk
butiran. Contohnya olivine, anhydrite, chromite, cordierite,
sodalite.
e. Memisolit (Pisolitic): Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil,
seperti kacang tanah. Contoh opal (variasi Hyalite), Gibbsite,
Pisolitic, dan limestone.
f. Stalaktit (Stalactitic): Bentuk kristal yang membulat dengan
litologi gamping. Contohnya goethite.
C. Kilap (Luster)
Kilap merupakan sifat mineral yang berhubungan dengan
refleksi dan refraksi. Kilap sendiri dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1) Kilap metalik
Mineral-mineral yang mempunyai indeks bias sama dengan 3
atau lebih. Contohnya galena.
2) Kilap submetalik
Mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2.6
sampai 3, Contohnya cuprite, cinnabar.
3) Kilap bukan logam
Mineral-mineral yang mempunyai indeks bias kurang dari
2,5. Kilap bukan logam terdiri dari :
a) Kilap kaca merupakan Kilap yang ditimbulkan oleh
permukaan kaca atau gelas. Contohnya fluorite, corondum.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-5


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

b) Kilap Intan (Adamantine luster) adalah kilap yang sangat


cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contohnya Diamond, cassiterite.
c) Kilap Lemak (Greasy luster) adalah kilap yang mirip
dengan sabun atau lemak. Contohnya : Nepheline, halite.
d) Kilap lilin (Waxy Iuster), kilap seperti lilin yang khas.
Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau
kena lemak, akibat proses oksidasi. Contohnya adalah
serpentine, ceragyrite.
e) Kilap Sutera (Silky luster) adalah Kilap seperti sutera yang
terdapat pada mineral-mineral yang paralel atau berserabut
(pararel fibrous structure). Contohnya Asbestos, hematite.
f) Kilap Mutiara (Pearly luster) adalah kilap yang
ditimbulkan oleh mineral transparant yang berbentuk
lembaran dan menyerupai mutiara. Contohnya talc, mika,
gypsum.
g) Kilap Tanah (Earthy luster) adalah kilap yang ditunjukkan
oleh mineral yang poros dan sinar yang masuk tidak
dipantulkan kembali. Contohnya Kaoline, diotema.

D. Cerat
(Streak)
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus. Gores dapat lebih dipertanggungjawabkan karena
lebih stabil dan penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya
sama namun goresnya berbeda. (Suharwanto, 2023)
E. Belahan (Cleavage)
Belahan merupakan sifat fisik suatu mineral yang merupakan hasil
dari pembelahan suatu mineral setelah menerima tekanan dari luar. Belahan
terjadi ketika mineral terbelah sesuai dengan bidang pembelahannya.
Belahan dapat terbagi menjadi lima kelompok yaitu yang di mulai dari
sempurna, terus menjadi baik lalu jelas kemudian menjadi tidak jelas dan
yang terakhir yaitu tidak sempurna. Berikut penjelasan masing-masing dari
GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-6
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

kelima bagian tersebut :

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-7


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

a. Sempurna (Perfect) : bila mineral mudah terbelah melalui arah


belahan yang berupa bidang yang rata dan sukar pecah. Contohnya:
muscovite dan galena.
b. Baik (Good) : bila mineral mudah terbelah melalui bidang belahnya
yang rata. Contohnya : feldspar dan augite.
c. Jelas (Distinct) : bila budang belahan mineral terlihat jelas tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahnya.
Contohnya : Scapolite dan hornblende.
d. Tidak jelas (Indistinct) : bila arah belahan mineral masih terlihat,
tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama
besar. Contohnya : beryl dan magnetite.
e. Tidak Sempurna (Imperfect) : bila mineral sudah tak terlihat arah
belahannya dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak
rata. Contohnya : apatite dan cassiterite (timah).
F. Rasa dan Bau (Taste and Odour)
Beberapa mineral memiliki rasa dan bau juga. Rasa (Taste) hanya
dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat cair. Sedangkan bau sendiri
didapatkan melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang
bersifat Violatile, melalui pemanasan, atau penambahan suatu asam
G. Berat Jenis (Specific Gravity)
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan
oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur
tersebut dalam susunan kristalnya (Noor, 2009). Berat jenis dapat
diperoleh dari rumus :

BJ = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙
Rumus =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡

H. Daya Tahan terhadap Pukulan (Tenacity)


a. Brittle, apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
Contohnya adalah kalsit dan kuarsa.
b. Sectile, apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak
berkurang menjadi tepung. Contohnya adalah gypsum.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-8


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

c. Malleable, apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi


pipih. Contohnya adalah emas dan tembaga.
d. Ductile, apabila mineral dapat ditarik ulur dan kembali seperti
semula. Contohnya adalah perak dan olivin.
I. Kekerasan (hardness):
Kekerasan dari suatu mineral dapat ditentukan dengan cara
penggoresan dua macam mineral, mineral yang tergores berarti lebih
lunak daripada yang tidak tergores. Selain itu, kekerasan mineral dapat
ditentukan dari skala kekerasan Mohs, yaitu ketentuan level kekerasan
beberapa mineral.

Tabel 1.1 skala mohs


Kekerasan Unsur
(Hardness)
1 Talc
2 Gypsum
3 Calcite
4 Fluorite
5 Apatite
6 Orthoclase
7 Quartz
8 Topaz
9 Corondum
10 Diamond
(Sumber : Noor, 2009)
J. Pecahan (Fracture)
Bila tidak membelah secara teratur, maka mineral akan pecah dengan
arah tidak teratur. Beberapa macam pecahan, di antaranya :
a. Chonocoidal : Pecahan yang menyerupai pecahan botol atau kulit.
b. Splintery : pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil tajam
menyerupai benang atau serabut.
c. Uneven/irregular : pecahan yang permukaanya kasar tidak teratur.
d. Hackly : pecahan besi runcing-runcing tajam, serta kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi
e. Even : pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-
kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar.
f. Earthy : pecahan mineral yang hancur seperti tanah.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I-9


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.1.4 Sifat Kimia Mineral


Selain dikenali lewat sifat-sifat fisik, mineral juga dapat dikenali
melalui sifat-sifat kimianya. Sifat-sifat kimia suatu mineral dapat diketahui
dengan cara direaksikan dengan larutan kimia tertentu.
a. Pengujian dengan tetes HCl 0.1 N
Dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral-mineral karbonat,
ketika mineral-mineral diteteskan dengan larutan HCl 0.1 N maka akan
menimbulkan buih-buih. Mineral-mineral seperti kalsit, aragonite,
dolomit, dan siderite adalah mineral mineral yang mengalami reaksi
jika diteteskan HCL 0.1 N yaitu akan menimbulkan buih
b. Pengujian dengan tetes Kobal Nitrat
Dilakukan untuk membedakan mineral-mineral kelompok potash
feldspar dari mineral-mineral plagioclase.
c. Pengujian dengan larutan Alizarin Red
Dilakukan untuk membedakan antara mineral calcite dan dolomite.
Pada batu gamping yang terdapat kandungan calcite dan dolomite akan
memberikan suatu perubahan warna. Jika terkena larutan Alizarin red
maka mineral dolomite berwarna putih akan berubah menjadi pink,
sedangkan calcite berwarna putih akan berubah menjadi putih abu-abu
(Suharwanto, 2023).
1.1.5 Reaksi Bowen
Gambar 1. 1 Reaksi Bowen

(Sumber : Abidin & Palili, 2011)

Deret Reaksi Bowen merupakan deret proses reaksi pembekuan


mineral-mineral yang dipengaruhi atau diakibatkan karena adanya
penurunan suhu pada tubuh magma (Milson, 2003). Reaksi ini
menggambarkan
GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 10
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

pembentukan mineral yang diakibatkan karena proses pendinginan magma


yang sangat lambat, magma akan mengalami reaksi yang spesifik baik
bentuk dan ukuran kristalnya. Pada deret reaksi bowen terdapat dua reaksi,
yaitu reaksi kontinu dan diskontinu. Bowen menunjukan bahwa ketika
magma basaltic mendingin, mineral cenderung mengkristal secara
sistematis, berdasarkan pada suhu lelehnya. Dari deret reaksi bowen juga
dapat diketahui bahwa pada kisaran berapa suatu mineral terbentuk (Noor,
2009).
Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali
yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan
Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang
kontinu, pembentukan 9 mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-
Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada
penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral K-
Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri
dengan terbentuknya mineral kuarsa (Noor, 2009). Dinamakan seri
diskontinu dikarenakan pada proses pembekuan mineral ini, pembentukan
mineral di tiap suhunya tidak mewariskan senyawa pada mineral yang
terbentuk pertama. Berbeda dengan seri diskontinu, seri kontinu pada reaksi
bowen memiliki senyawa yang sama, yaitu Natrium (Na) dan Al
(Aluminium).

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 11


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2 Pembahasan
1.2.1 Mineral Kuarsa (Quartz)

Gambar 1.2 Mineral Kuarsa


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)
Mineral yang diamati memiliki dimensi panjang 4,5 cm, lebar 2 cm,
dan tinggi 3 cm. Mineral yang diamati memiliki warna putih, namun
terdapat beberapa noda hijau. Perawakan dari mineral ini adalah kristal
meniang dan memiliki kilap kaca. Pada pengujian menggunakan HCl 0.1 N
mineral ini tidak menimbulkan buih, dikarenakan mineral ini tidak
mengandung karbonat. Maka mineral tersebut adalah kuarsa. Mineral kuarsa
ini merupakan mineral primer yang terdapat pada Bowen’s Reaction Series.
Karena kuarsa merupakan allochromatic maka kuarsa dapat berubah warna
dasarnya, hal ini dikarenakan adanya pengotoran dari unsur lainnya.
Differensiasi magma adalah proses dimana magma itu mengalami
penurunan temperature yang terjadi secara perlahan dan di ikuti dengan
terbentuknya mineral-mineral. Sehingga pada penurunan temperature
selanjutnya secara ber-urutan akan membantuk mineral K-feldspar
(orthoclase), Muscovite, dan diakhiri dengan pembentukan mineral kuarsa
(Quartz) (Noor, 2009).
Mineral kuarsa ini banyak ditemukan di berbagai jenis batuan. Pada
jenis batuan beku kuarsa dapat dijumpai pada batuan beku asam. Bagi
lingkungan kuarsa tidak berdampak secara langsung, tetapi banyaknya
penambangan pasir kuarsa akan menimbulkan permasalahan bagi
lingkungan. Manfaat dari kuarsa, seperti digunakan untuk menggosok dalam
peleburan tembaga, dan juga dapat dijadikan sebagai bahan baku industri
gelas (Danisworo, 2014).

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 12


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.2 Mineral Piroksen

Gambar 1.3 Mineral Piroksen


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)
Mineral ini berada pada tengah batuan yang berwarna hitam.
Dikarenakan kesulitan mengambil dimensi mineralnya kami mengukur
dimensi batuannya. Batuanini memiliki dimensi panjang 15 cm, lebar 7 cm,
dan tinggi 4.8 cm. mineral ini memiliki warna hitam dengan perawakan
meniang (elongated habits), mineral ini juga memiliki kilap kaca (vitreous
luster). Pada uji coba HCl yang kita lakukan mineral initidak menimbulkan
buih, sehingga tidak ditemukan adanya kandungan karbonat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mineral ini merupakan Piroksen.
Dikarenakan mineral ini berada pada Bowen’s Reaction Series, maka
piroksen merupakan mineral primer. Piroksen sendiri berada pada deret
diskontinu setelah pembentukan olivine. Pembentukan piroksen terjadi pada
suhu yang sangat tinggi padakedalaman yang sangat dalam (Noor, 2009).
Mineral piroksine banyak ditemukan dalam batuan beku dan batuan
metamorf. Contoh batuan beku yang terdapat mineral piroksen adalah
Peridotit, Dumit, dan piroksenit. Mineral piroksen juga memiliki manfaat
bagi kehidupan manusia. Mineral ini dapat digunakan untuk bahan
bangunan, perhiasan, maupun pada bidang keilmuan.Mineral ini juga banyak
ditemukan dalam bidang industri sebagai tambahan dalam industri semen,
poles, dan pada pembuatan baja (Danisworo, 2014).

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 13


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.3 Mineral Pirit

Gambar 1. 4 Pirit
(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)
Mineral yang diamati selanjutnya adalah mineral solid yang cukup
besar. Mineral ini memiliki diameter panjang 15,5 cm, lebar 8,5 cm, dan
tinggi 9 cm. Mineral ini memiliki warna kuning loyang dengan perawakan
kristalnya membutir (rounded habit) dan memiliki kilap logam. Pada uji
coba HCl, mineral ini tidak menimbulkan buih sehingga tidak
ditemukannya kandungan karbonat. Maka dapat di simpulkan bahwa
mineral tersebut adalah pirit.
Pirit merupakan mineral sekunder, karena tidak ada pada Bowen’s
Reaction Series. Proses pembentukan mineral ini pada umumnya tebentuk
di sekitar wilayah gunung api yang banyak mengandung sulfur, hal ini
ditandai dengan warna yang dihasilkan oleh pirit. Pada pirit sendiri proses
mineralisasinya pada tempat- tempat keluarnya atau sumber sulfur
(Danisworo, 2014).
Mineral pirit dapat ditemukan di dalam urat-urat endapan bersuhu
rendah hingga bersuhu tinggi pada batuan beku. Mineral ini juga dapat
ditemukan pada sebagian mineral sulfida dari segala umur batuan.
Mineral pirit sangat berpotensi menimbulkan air asam tambang (acid
mine drainage) karena pirit sering dijumpai pada batubara. Air asam
tambang terbentuk akibat oksidasi mineral-mineral sulfida, terutama pirit.
Air yang sudah tercemar air asam tambang juga mengakibatkan
kerusakan/korosi. (Munawar, 2017). Pirit dapat digunakan sebagai bijih
utama untuk memproduksi sulfur (belerang) dan asam sulfat. Mineral ini
juga digunakan dalam pemulihan besi, emas, dan tembaga.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 14


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

(Sukandarrumidi, 2009).

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 15


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.4 Mineral Orthoklas

Gambar 1. 5 Orthoklas
(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Mineral ini memiliki dimensi panjang 3 cm, lebar 2,5 cm, dan tinggi
3 cm. Mineral ini memiliki warna putih kecoklatan dan merupakan warna
terang. Mineral ini memiliki perawakan kristal meniang dan memiliki kilap
lemak. Pada saat pengujian HCl orthoklas tidak menimbulkan buih sehingga
mineral ini tidak terdapat kandungan Karbonat. Maka dapat disimpulkan
bahwa mineral tersebut adalah orthoklas. Dikarenakan ada di Bowen’s
Reaction Series maka mineral ini merupakan mineral primer..
Mineral orthoklas termasuk kedalam mineral primer karena
mengalami proses diferensiasi magma atau kristalisasi magma. Mineral ini
terbentuk dari proses menguapnya gas-gas yang ada pada magma sehingga
menurunkan suhu dan menurunkan viskositas magma sehingga akan
mengalami penghabluran menguapnya gas-gas yang keluar karena
penguapan dapat memberikan mineral-mineral baru, seperti orthoklas
(Stewart, Harriet, & Jones, 1998).
Mineral ini banyak dijumpai di batuan beku yang banyak
mengandung kalium ataupun silika seperti granit dan pegmatite. Selain
batuan beku, orthoklas juga dapat dijumpai pada batuan metamorf seperti
buatan gneiss. Mineral orthoklas juga dapat berasosiasi dengan mineral lain
seperti kuarsa, muskovit, dan plagioklas feldspar (TIM BSE, 2017). Mineral
ini sering diguunakan sebagai bahan baku pada industri keramik, industri
porselen, pembuatan kaca, specimen, gemstone.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 16


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.5 Mineral Olivin

Gambar 1. 6 Olivin
(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Mineral ini memiliki diameter panjang 3 cm, lebar 2,5 cm, dan tinggi
4,2 cm. Mineral ini memiliki warna hijau. Mineral ini memiliki perawakan
kristalmeniang (elongated habit) dan memiliki kilap lilin (waxy luster). Pada
uji coba HCl mineral mineral ini tidak menimbulkan buih, sehingga berarti
tidak terdapat kandungan karbonat. Maka dapat disimpulkan bahwa mineral
tersebut adalah olivine. Dikarenakan olivin terdapat pada Bowen’s Reaction
Series maka olivine merupakan mineral primer. Pada reaksi bowen mineral
olivin berada pada deret diskontinu.
Mineral ini tebentuk karena kristalisasi magma atau diferensiasi
magma yang terjadi pada suhu tinggi. Dalam Bowen’s Reaction Series
mineral olivin berada padaderet diskontinu dan terbentuk pada suhu yang
tinggi yaitu sekitar 900ºC - 1200ºC. Olivin yang kaya akan magnesium
mengkrista; dari magma yang kaya akan magnesium dan rendah silika.
Olivin dapat dijumpai pada batuan beku mafic dan ultramafic, hal ini
dikarenakan olivin terbentuk pada suhu tinggi, dan olivin menjadi mineral
dasar dari beberapa batuan metamorf (TIM BSE, 2017). Mineral olivin
banyak dimanfaatkan pada proses metalurgi sebagai slag conditioner. Olivin
yang memiliki kandungan magnesium tinggi ditambahkan ke blast furnance
untuk menghilangkan pengotor baja dan menghasilkan terak. Olivin juga
dimanfaatkan sebagai batu permata.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 17


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.6 Mineral Hornblende

Gambar 1. 7 Hornblende
(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Mineral ini memiliki dimensi panjang 2,5 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 2
cm. Mineral ini memiliki warna hitam dengan perawakan kristalnya
membundar (rounded habit) dengan kilap arang. Pada uji coba HCl mineral
ini tidak menimbulkan buih, sehingga mineral ini tidak memiliki kandungan
karbonat. Maka dapat disimpulkan bahwa mineral tersebut adalah
hornblende. Mineral hornblende ada pada Bowen’s Reaction Series, sehingga
mineral hornblende merupakan mineral primer.
Hornblende merupakan jenis mineral primer yang berada pada deret
diskontinuReaksi Bowen. Mineral ini terbentuk dari proses pembekuan
magma yang bersifat intermediet dan terbentuk pada temperature berkisar
800ºC- 900ºC. mineral ini digolongkan dalam mineral utama jenis mafic.
Hornblende merupakan batuan beku yang terbentuk dari larutan silikat pijar
yang disebut magma, magma tersebut membeku di dasar bumi atau biasanya
disebut dengan intrusi (Noor, 2012).
Hornblende merupakan minera; pembentukan batuan beku seperti
diorite, gabbro, dan basalt. Pada batuan metamorf mineral ini merupakan
pembentuk hornblendite. Oleh karena itu, hornblende dapat ditemukan pada
batuan beku dan metamorf (Noor, 2009). Mineral hornblende dimanfaatkan
pada banyak bidang seperti, bidang keilmuan, industri, kimia, obat-obatan,
dan perhiasan.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 18


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.7 Mineral Kalsit

Gambar 1. 8 Hornblende
(Sumber: Koleksi Pribadi, 2023)

Mineral ini memiliki dimensi panjang 8 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 4,2
cm. Mineral ini memiliki warna asli yaitu putih, namun karena sering
direaksikan dengan HCl mineral ini berubah menjadi kecoklatan, oleh karena
itu mineral ini merupakan mineral allochromatic. Mineral ini memiliki
perawakan kristal meniang (elongated habit) dan memiliki kilap kaca. Maka
dapat disimpulkan bahwa mineral tersebut adalah kalsit. Kalsit merupakan
mineral sekunder.
Dikarenakan kalsit tidak ada pada Bowen’s Reaction Series maka
kalsit merupakan mineral sekunder. Mineral ini teebentuk tidak langsung dari
diferensiasi magma, mineral ini biasanya terbentuk pada perairan yang
disebabkan oleh sisa pembakaran batuan intrusi di dalam laut. Kalsit
terbentuk dalam jangka waktu yang lama, membuat perawakan kristalnya
meniang dengan butir yang cukup sempurna.
Endapan kalsit merupakan hasil retrukturisasi batu gamping yang
mengkristalsetelah mengalami proses pelarutan. Endapan kalsit sebagian
besar dijumpai dengan bentuk lensa-lensa yang merupakan satuan dari
endapan mineral lain. Kalsit berasosiasi dengan fluorite, kuarsa, barite,
sphalerite, gatena, celesite, sulfur. Mineral ini dapat digunakan sebagai
perhiasan dalam bentuk pualam, sebagai kapur, industri semen dancat, serta
dapat digunakan dalam pembuatanpupuk buatan. Mineral kalsit juga
digunakan untuk pembuatan prisma Nikole guna mendapatkan cahaya
tertutup lurus dalam mikroskop polarisasi (Danisworo, 2014).

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 19


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.3 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan terdapat tujuh macam
batuan mineral yang telah diidentifikasi antara lain yaitu batuan mineral
kuarsa (quartz), pyrite, piroksen, orthoklas, olivin, hornblende, dan kalsit.
Antara batuan mineral tersebut dapat diidentifikasikan pula perbedaannya
yang dapat diketahui dengan melihat sifat fisik batuan yang meliputi ukuran,
warna, perawakan, kilap, dan jenis mineral. Sedangkatn ciri kimia batuan
dapet dilihat dari pengujian dengan menggunakan larutan HCl. Setiap
batuan mineral juga memiliki manfaat dan kegunaan yang berbeda-beda,
serta proses pembentukannya.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 20


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

DAFTAR PUSTAKA

Danisworo, C. 2014. Kristalogi Mineralogi. Yogyakarta : UPN “Veteran” Yogyakarta.


Meirawaty. 2021. Mineralogi. Jakarta Barat : Program Studi Teknik Geologi
Universitas Trisakti.
Milson, J. 2003. The Geological Field Guide Series. Field Geophysics (3rd Edition).
Munawar. 2017. Pengelolaan Air Asam Tambang: Prinsip-prinsip dan Penerapannya.
Bengkulu: UNIB PRESS.
Noor. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Program Studi Teknik Geologi Fakultas
Teknik Universitas Pakuan.
Noor. 2012. Pengantar Geologi. Edisi Kedua. Bogor : Program Studi Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
Stewart, Harriet, & Jones. 1998. Rock Shells Fossils Minerals & Gems. Singapura:
Star Stark Industries (Pte) Ltd.
Suharwanto. 2023. Buku Panduan Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta :
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran”
Yogyakarta.
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta : Gadjah Mada.
TIM BSE. 2017. Geologi Dasar. Jakarta : Buku Sekolah Elektronik.

GARRY FANGARO ZEBUA/144220130/PLUG 10 I - 21

Anda mungkin juga menyukai