OLEH:
KELOMPOK :
KELAS :
ASISTEN PARAF
ISKANDAR
GUNAWAN
RISMAL SIDO
HASLIANA
STB/KLP : 10 31 131
MAKASSAR,
2010
KOORDINATOR LAB. :
NILAI AKHIR :
A:B:C:D:E
LULUS/TIDAK LULUS
Ir. Hasanuddin, M.Si
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
KAMPUS II ANTANG MAKASSAR
STB/KLP : 10 31 131
MAKASSAR,
2010
KOORDINATOR LAB. :
Ir. Hasanuddin, M.Si
KATA PENGANTAR
Makassar, . 2010
Penyusun
-- Arabus Jairi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar .
Daftar Isi .
MINERAL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Mineral .
2.2 Sifat-Sifat Fisik Mineral ..
BAB III. LAPORAN LENGKAP MINERAL
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..
BATUAN SEDIMEN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Batuan Sedimen .
2.2 Tekstur Batuan Sedimen ..
2.3 Struktur Batuan Sedimen ..
2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen .
BAB III. LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..
BATUAN METAMORF
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Batuan Metamorf .
2.2 Tekstur Batuan Metamorf ..
2.3 Struktur Batuan Metamorf ..
2.4 Klasifikasi Batuan Metamorf .
BAB III. LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI MINERAL
OLEH:
KELOMPOK :
KELAS :
BAB I
PENDAHULUAN
Geologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu), maka geologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bumi dan
proses-proses yang terjadi di permukaan dan di dalam perut
bumi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Warna (colour)
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit
yang berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena
cahaya. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap, umumnya
dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya
(opaque), seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila
warna mineral tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang
tembus cahaya, seperti kuarsa dan kalsit.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya. Kilap mineral dapat dikelompokkan
menjadi :
Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti
logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih,
seperti emas, galena, pirit dan kalkopirit.
Kilap setengah logam (sub metallic luster)
Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan seperti logam
jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:
1. Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti
kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
2. Kilap intan (adamantine/diamond luster),memberikan
kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan.
3. Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti
sutera, umumnya terdapat pada mineral yang
mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit,
gypsum.
4. Kilap damar (resinous luster), memberikan kesan seperti
damar, contohnya: sfalerit dan resin.
5. Kilap mutiara (pearly luster), memberikan kesan seperti
mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang,
misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
6. Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau
sabun, contonya talk, serpentin.
7. Kilap tanah (earthy luster), kenampakannya buram
seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.
8. Kilap lilin (waxy luster)
c. Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin.
Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari
mineral tersebut secara teratur.
d. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat
dibedakan menjadi:
1. Pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang
melengkung di permukaan.
2. Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan kenampakan
seperti serat, contohnya asbes, augit.
3. Pecahan tidak rata, bila memperlihatkan permukaan yang
tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet.
4. Pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus,
contohnya: mineral lempung.
5. Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar,
dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok
logam murni.
6. Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.
e. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral
(resistensi mineral) terhadap suatu goresan (jika
permukaannnya digores). Secara relatif sifat fisik ini ditentukan
dengan menggunakan Skala Mohs, yang dimulai dari skala 1
yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling
keras.
Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs)
1. Talk.
2. Gypsum.
3. Kalsit.
4. Flourit.
5. Apatit.
6. Ortoclas.
7. Kuarsa.
8. Topas.
9. Korundum.
10. Intan
Selain itu, dapat pula digunakan perbandingan kekerasan
relatif, yaitu :
Kuku jari tangan = 2,5; kawat tembaga = 3,5; porselen = 5-5,5;
pisau lipat = 6; kikir baja = 6; kuarsa = 7.
f. Cerat/goresan (streak)
Cerat atau warna bubuk adalah warna mineral dalam bentuk
bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral.
Umumnya warna cerat tetap.
g. Struktur/bentuk mineral
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut
mempunyai bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila
tidak mempunyai batas-batas kristal yang jelas. Mineral-mineral
di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang
ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu
oleh proses-proses yang lain.
Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
1. Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi sama, isometrik.
2. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang
dan bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang
dan halus, dikatakan mempunyai struktur fibrus atau
berserat.
3. Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan
seperti lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi: tabular,
konsentris, dan foliasi.
4. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain,
seperti asikular, liformis, membilah, dll.
h. Berat jenis
Berat relatif suatu mineral diukur terhadap berat air.
i. Sifat dalam
Yaitu merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemotongan,
pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran.
Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris
(sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable),
kenyal/lentur (elastic), dan fleksibel (flexible).
Kekerasan
Nama Mineral Rumus Kimia
(Hardnes)
1 Talk Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4 2 H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Flourit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3F
6 Ortoklas KAlSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topas Al2(SiO4)(F2OH)2
9 Korundum Al2O3
10 Intan C
BAB III
DETERMINASI MINERAL
LAPORAN LENGKAP
Acara : Klp. :
1. No. Urut :
2. No. Peraga :
3. Warna :
4. Kilap :
5. Belahan :
6. Pecahan :
7. Kekerasan :
8. Goresan :
9. Diaphanety :
10. Bentuk mineral :
11. Berat Jenis :
12. Komposisi kimia :
Catatan :
Asisten Praktikan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Warna (colour)
Warna adalah kesan mineral yang kita tangkap melalui mata
jika terkena cahaya/sinar.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya.
c. Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin
secara teratur.
d. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak teratur.
e. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral
(resistensi mineral) terhadap suatu goresan (jika
permukaannnya digores).
f. Cerat/goresan (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk setelah
digores.
4.2 Saran
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI BATUAN BEKU
OLEH:
KELOMPOK :
KELAS :
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DISCONTINOUS TEMPERATURE
CONTINOUS
Olivin Anortit
Biotit Oligoklas
Albit
Muskovit
Kuarsa
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI BATUAN SEDIMEN
OLEH:
KELOMPOK :
KELAS :
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI BATUAN METAMORF
OLEH:
KELOMPOK :
KELAS :