Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

OLEH:

NAMA : ARABUS JAIRI

STAMBUK : 010 31 131

KELOMPOK :

KELAS :

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2010
Diberikan Kepada

Laboratorium Geologi Fisik

Jurusan Teknik Pertambangan UVRI Makassar

Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Praktikum

Kristalografi Dan Mineralogi

ASISTEN PARAF

ISKANDAR

GUNAWAN

RISMAL SIDO

HASLIANA

Koordinator Lab. Geologi


Fisik

Ir. Hasanuddin, M.Si


LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
KAMPUS II ANTANG MAKASSAR

KARTU KONTROL PRAKTIKUM


NAMA : ARABUS JAIRI PRAKTIKUM : GEOLOGI FISIK

STB/KLP : 10 31 131

N HARI/TGL JENIS KEGIATAN KET.


TANDA TANGAN
O.
1 PRAKTIKA ASISTE
N N
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

MAKASSAR,
2010
KOORDINATOR LAB. :
NILAI AKHIR :
A:B:C:D:E
LULUS/TIDAK LULUS
Ir. Hasanuddin, M.Si
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
KAMPUS II ANTANG MAKASSAR

KARTU KONTROL ASISTENSI


NAMA : ARABUS JAIRI PRAKTIKUM : GEOLOGI FISIK

STB/KLP : 10 31 131

N HARI/TGL JENIS KEGIATAN KET.


TANDA TANGAN
O.
1 PRAKTIKA ASISTE
N N
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

MAKASSAR,
2010
KOORDINATOR LAB. :
Ir. Hasanuddin, M.Si

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Taala.


Atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun, penulis dan
sekaligus praktikan dapat dengan segera menyusun dan
menyelesaikan laporan lengkap praktikum Geologi Fisik pada waktu
yang telah ditentukan.

Laporan lengkap praktikum Geologi Fisik ini dibuat agar


mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Geologi Fisik telah dan
dapat melaksanakan praktikum yang terkait dengan mata kuliah yang
dimaksud. Adapun isi dari laporan ini yaitu : Determinasi Mineral,
Determinasi Batuan Beku, Determinasi Batuan Sedimen dan
Determinasi Batuan Metamorf.

Dengan segala kemampuan yang telah dikerahkan dalam


menyusun laporan ini, penyusun dengan sadar bahwa masih banyak
kekurangan di sana sini. Kritik, saran maupun perbaikan demi
penyusunan laporan yang lebih baik kedepannya sangat diharapkan
penulis.

Tak lupa pula ucapan terima kasih dan penghargaan kepada


pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dan semoga laporan ini dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan
ummat manusia. Wassalam

Makassar, . 2010
Penyusun
-- Arabus Jairi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Kartu Kontrol Lab. .

Kartu Kontrol Asistensi .

Kata Pengantar .

Daftar Isi .

MINERAL
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Mineral .
2.2 Sifat-Sifat Fisik Mineral ..
BAB III. LAPORAN LENGKAP MINERAL
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..

DETERMINASI BATUAN BEKU


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Batuan Beku .
2.2 Tekstur Batuan Beku ..
2.3 Struktur Batuan Beku ..
2.4 Klasifikasi Batuan Beku .
BAB III. LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU

BAB IV. PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..

BATUAN SEDIMEN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Batuan Sedimen .
2.2 Tekstur Batuan Sedimen ..
2.3 Struktur Batuan Sedimen ..
2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen .
BAB III. LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..
BATUAN METAMORF
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..
1.2 Maksud dan Tujuan .
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Terbentuknya Batuan Metamorf .
2.2 Tekstur Batuan Metamorf ..
2.3 Struktur Batuan Metamorf ..
2.4 Klasifikasi Batuan Metamorf .
BAB III. LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF
BAB IV. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran ..

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI MINERAL

OLEH:

NAMA : ARABUS JAIRI

STAMBUK : 010 31 131

KELOMPOK :

KELAS :

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu), maka geologi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bumi dan
proses-proses yang terjadi di permukaan dan di dalam perut
bumi.

Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kristal


pada mineral-mineral.

Kristal adalah bentuk geometri dari senyawa padat yang


licin sebagai hasil susunan dalam dari suatu atom.
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal menjadi
kristalin.
Kristalin adalah material hasil senyawa anorganik yang
mempunyai striktur kristal dengan tingkatan susunan
dalam atomnya.
Amorf adalah material yang tidak mempunyai bentuk
kristal.

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari tentang mineral :

Mineral adalah senyawa anorganik homogen yang


terbentuk di alam dengan komposisi kimia terbatas dan
sifat fisika tertentu.
Batuan adalah bahan alam yang merupakan kumpulan
dari satu atau beberapa mineral.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud dari Praktikum adalah untuk mengenal atau


mendeterminasi mineral berdasarkan sifat fisiknya.
Tujuannya adalah agar dapat menentukan nama mineral
berdasarkan sifat fisiknya setelah dideterminasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Terbentuknya Mineral

Mineral terbentuk di alam secara alami dari hasil kristalisasi


magma pijar yang membeku. Pengenalan mineral atau
determinasi mineral dapat didasarkan atas berbagai sifat
mineral tersebut. Antara lain sifat fisika dan bentuk kristal
mineral tersebut secara optik.

2.2 Sifat-Sifat Fisik Mineral

Beberapa sifat fisika yang penting adalah Sifat-sifat fisik mineral


tersebut meliputi: warna (colour), kilap (luster), belahan
(cleavage), pecahan (fracture), kekerasan (hardness),
cerat/goresan (streak), struktur/bentuk mineral dan berat jenis.

a. Warna (colour)
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit
yang berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena
cahaya. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap, umumnya
dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya
(opaque), seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila
warna mineral tidak tetap, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang
tembus cahaya, seperti kuarsa dan kalsit.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya. Kilap mineral dapat dikelompokkan
menjadi :
Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti
logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih,
seperti emas, galena, pirit dan kalkopirit.
Kilap setengah logam (sub metallic luster)
Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan seperti logam
jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:
1. Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti
kaca bila terkena cahaya, misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
2. Kilap intan (adamantine/diamond luster),memberikan
kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan.
3. Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti
sutera, umumnya terdapat pada mineral yang
mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit,
gypsum.
4. Kilap damar (resinous luster), memberikan kesan seperti
damar, contohnya: sfalerit dan resin.
5. Kilap mutiara (pearly luster), memberikan kesan seperti
mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang,
misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
6. Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau
sabun, contonya talk, serpentin.
7. Kilap tanah (earthy luster), kenampakannya buram
seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit, bentonit.
8. Kilap lilin (waxy luster)
c. Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin.
Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari
mineral tersebut secara teratur.
d. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat
dibedakan menjadi:
1. Pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang
melengkung di permukaan.
2. Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan kenampakan
seperti serat, contohnya asbes, augit.
3. Pecahan tidak rata, bila memperlihatkan permukaan yang
tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet.
4. Pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus,
contohnya: mineral lempung.
5. Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar,
dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok
logam murni.
6. Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya
mineral lempung.
e. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral
(resistensi mineral) terhadap suatu goresan (jika
permukaannnya digores). Secara relatif sifat fisik ini ditentukan
dengan menggunakan Skala Mohs, yang dimulai dari skala 1
yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling
keras.
Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs)
1. Talk.
2. Gypsum.
3. Kalsit.
4. Flourit.
5. Apatit.
6. Ortoclas.
7. Kuarsa.
8. Topas.
9. Korundum.
10. Intan
Selain itu, dapat pula digunakan perbandingan kekerasan
relatif, yaitu :
Kuku jari tangan = 2,5; kawat tembaga = 3,5; porselen = 5-5,5;
pisau lipat = 6; kikir baja = 6; kuarsa = 7.
f. Cerat/goresan (streak)
Cerat atau warna bubuk adalah warna mineral dalam bentuk
bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral.
Umumnya warna cerat tetap.
g. Struktur/bentuk mineral
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut
mempunyai bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila
tidak mempunyai batas-batas kristal yang jelas. Mineral-mineral
di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang
ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu
oleh proses-proses yang lain.
Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
1. Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi sama, isometrik.
2. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang
dan bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang
dan halus, dikatakan mempunyai struktur fibrus atau
berserat.
3. Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan
seperti lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi: tabular,
konsentris, dan foliasi.
4. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain,
seperti asikular, liformis, membilah, dll.
h. Berat jenis
Berat relatif suatu mineral diukur terhadap berat air.
i. Sifat dalam
Yaitu merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemotongan,
pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran.
Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris
(sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable),
kenyal/lentur (elastic), dan fleksibel (flexible).

TABEL KERASAN MINERAL (SKALA MOHS)

Kekerasan
Nama Mineral Rumus Kimia
(Hardnes)
1 Talk Mg3Si4O10(OH)2
2 Gypsum CaSO4 2 H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Flourit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3F
6 Ortoklas KAlSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topas Al2(SiO4)(F2OH)2
9 Korundum Al2O3
10 Intan C

BAB III
DETERMINASI MINERAL
LAPORAN LENGKAP

Hari/Tgl : Nama: Arabus Jairi

Praktikum : Stb. : 010 31 131

Acara : Klp. :

1. No. Urut :
2. No. Peraga :
3. Warna :
4. Kilap :
5. Belahan :
6. Pecahan :
7. Kekerasan :
8. Goresan :
9. Diaphanety :
10. Bentuk mineral :
11. Berat Jenis :
12. Komposisi kimia :

13. Nama mineral :


14. Ket. Lain :

Catatan :

Asisten Praktikan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat disimpulkan :

Mineral adalah suatu benda padat alami yang homogen yang


terbentuk secara alamiah (anorganik) dan mempunyai
komposisi kimia terbatas dan sifat fisik tertentu. Adapun sifat
fisik yang dimaksud antara lain :

a. Warna (colour)
Warna adalah kesan mineral yang kita tangkap melalui mata
jika terkena cahaya/sinar.
b. Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang
dikenakan padanya.
c. Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin
secara teratur.
d. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak teratur.
e. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral
(resistensi mineral) terhadap suatu goresan (jika
permukaannnya digores).
f. Cerat/goresan (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk setelah
digores.
4.2 Saran

Agar mineral-mineral di dalam lab ditambah jumlah koleksinya


sehingga dapat menambah wawasan terhadap mineral-mineral
lainnya.

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI BATUAN BEKU

OLEH:

NAMA : ARABUS JAIRI

STAMBUK : 010 31 131

KELOMPOK :

KELAS :
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari hasil


pembekuan magma yang tersusun oleh kristal-kristal mineral
dalam bentuk agregari yang kompak dan saling interlocking.
Kompak diartikan sebagai susunan mineral atau kristal-kristal
yang saling tumbuh, sehingga tidak memperlihatkan adanya
ruang atau pori diantara mineral atau kristal-kristal penyusun
batuan tersebut. Jika ditemukan adanya pori-pori, maka itu
adalah sisa gas yang terjebak ketika proses pembekuan
magma. Sedangkan magma sendiri adalah cairan atau larutan
silika pijar yang terbentuk secara alamiah dengan suhu antara
900o-1200o C, yang berasal dari kantong magma di dalam perut
bumi.

Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing


dicirikan oleh komposisi mineral yang berbeda, sesuai dengan
komposisi magma dan temperature pembekuannya.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengamati dan


mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur,
struktur dan komponen penyusunnya.
Tujuannya adalahmengetahui cara mendeterminasi batuan beku
berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya agar dapat
diketahui jenis dan nama batuan yang telah dideterminasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Terbentuknya Batuan Beku

a. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan


langsung magma/lava atau hasil dari kristalisasi mineral
dalam bentuk agregari yang saling interlocking.
b. Sedangkan magma sendiri adalah cairan atau larutan silika
pijar yang terbentuk secara alamiah dengan suhu antara
900o-1200o C, yang berasal dari kantong magma di dalam
perut bumi. Sedangkan yang bergerak keluar atau meleleh
ke permukaan bumi disebut lava dan inilah yang biasanya
menjadi batuan beku.

2.2 Tekstur Batuan Beku

Tekstur dari batuan berhubungan dengan ukuran, bentuk dan


susunan dari mineral pembentuknya. Seragam tidaknya butiran
mineral tergantung pada perbandingan ukuran butir mineral
dalam batuan.

Ukuran butir mineral menurut Heindrich (1956) dapat dibagi


dalam empat kelompok, yaitu :

a. Berbutir halus (fine graine) < 1 mm.


b. Berbutir sedang (medium graine) 1 mm - 10 mm.
c. Berbutir kasar (coarse graine) 1 cm - 3 cm.
d. Berbutir sangat kasar (very coarse graine) > 3 cm.
Berdasarkan tingkat kristalisasi mineral, tekstur batuan terbagi
atas :

a. Holokristalin, apabila batuan tersebut tersusun dari butiran


mineral.
b. Hipokristalin, apabila batuan tersebut tersusun dari butir
mineral (kristal) dan sebagiannya lagi dari gelas (amorf).
c. Holohialin, apabila batuan tersebut tersusun dari mineral
gelas (amorf).

Berdasarkan penampakan ukuran butirnya dapat dibagi atas :

a. Tekstur faneric (berbutir kasar), yaitu dapat dilihat dengan


mata biasa.
b. Tekstur afanitic (berbutir halus), yaitu hanya dapat diamati
dengan mikroskop.
c. Tekstur porfiritic, yaitu campuran antara mineral berbutir
kasar dengan mineral berbutir halus.
d. Fragmental, yaitu khusus untuk batuan piroklastik yang
tersusun dari fragmen batuan atau mineral.

2.3 Struktur Batuan Beku

Struktur adalah bentuk-bentuk batuan beku dalam ukuran


besar. Seperti lava bongkah, lava berbentuk tali, lava bantal,
struktur aliran, struktur kekar, struktur vesikuler,dan
amygdoloidal.

Dalam praktikum, struktur batuan beku terbagi atas :

a. Massive, yaitu struktur batuan beku yang kompak/padat.


b. Fasikuler, yaitu struktur batuan beku yang tidak
kompak/tidak padat.

Untuk mengenal struktur batuan beku, yang lebih besar dan


paling baik adalah langsung melihat di lapangan. Tetapi, bias
juga dipelajari di laboratorium dengan mengambil contoh
batuan sebesar kepalan tangan (hand speciment).

Struktur batuan beku terdiri dari :


a. Struktur tali (Ropy Structure)
b. Struktur batu bata (Clinkery Structure)
c. Struktur balok (Block Structure)
d. Struktur aliran (Flow Structure)
e. Struktur tiang (Columnar Structure)
f. Struktur Pejal (Massive Structure)

2.4 Klasifikasi Batuan Beku

Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasi atau


mengelompokkan batuan beku. Misalnya didasarkan pada
komposisi mineral dan teksturnya. Dapat juga melalui
perbandingan silika dari tiap-tiap tipe batuan beku.

Untuk lebih jelasnya, batuan beku dapat dikelompokkan atas :

a. Berdasarkan tempat terbentuknya, yaitu:


Batuan beku dalam (Intrusive/Plutonic Rock), yaitu batuan
beku yang terbentuk di dalam gunung api. Kristalisasi
terjadi di tempat yang dalam di bawah kondisi plutonik
dengan pembekuan yang lambat dengan tekanan tinggi.
Tekstur batuan plutonik holokristalin, kasar
(phanerocrystalin), butir mineral besar, dapat diamati
dengan mata biasa. Jika mineral penyusunnya berwarna
terang, disebut leuocoratic dan melanocratic apabila
berwarna gelap. Misalnya : granit, diorite, kuarsa, sianit
dan gabbro.
Batuan beku korok/gang (Hypabysal Rock), yaitu batuan
beku yang terbentuk pada gang/korok tempat
mengalirnya lava dengan temperatur yang berbeda.
Misalnya : granit porfiri, sianit porfori dan dolorit porfiri.
Batuan beku luar (Batuan Vulkanik/Extrusive), yaitu
batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Tersusun
dari mineral-mineral yang berukuran halus yang tidak
dapat dibedakan dengan mata biasa, tekstur afanitik
amorf yang biasanya merupakan hasil pembekuan dari
lelehan lava. Misalnya : andesit, basalt dan riolit.
b. Berdasarkan komposisi kimianya (keasamannya), batuan
beku terbagi menjadi :
Batuan beku ultra basa, kaya dengan MgO dan FeO, SiO2
< 45%, misalnya peridotit.
Batuan beku basa, SiO2 45-55%, kaya dengan Al2O3 dan
CaO, kekurangan MgO dan FeO. Misalnya, gabbro,
basalt,diabasf.
Batuan beku Intermediate (menengah), SiO2 55-65%,
kekurangan CaO tetapi kaya dengan alkali. Misalnya,
diorite (intrusive), andesit (extrusive).
Batuan beku asam, kaya dengan SiO2 (> 65%), agak kaya
dengan alkali, tetapi kekurangan bila dibandingkan
dengan CaO, MgO dan FeO. Misalnya : granit (intrusive),
granodiorit (extrusive).
c. Berdasarkan komposisi mineralnya.
Mineral merupakan penyusun batuan. Batuan yang satu
dengan lainnya dapat dibedakan dengan meneliti kandungan
mineral penyusunnya yang dapat kita lihat melalui :
Jumlah relative kandungan silika. Mineral kuarsa memiliki
kandungan silika yang melimpah dan sebaliknya terhadap
kandungan felspatoid.
1. Kandungan kuarsa 5%.
2. Kandungan kuarsa 5% atau 5% felspatoid.
3. Kandungan felspatoid 5%.
4. Jenis feldspar dan jumlah masing-masing feldspar.
5. Tekstur atau ukuran butir mineral penyusun batuan
tersebut. Berbutir kasar atau halus, plutonok atau
vulkanik.
6. Berdasarkan kandungan mineral ferromagnesium :
i. Kelompok leucocratic, jika kandungan mineral
gelap (ferromagnesium) dan mineral opaq antara
0-35%.
ii. Kelompok messocratic, jika kandungan mineral
ferromagnesium dan mineral opaq antara 35-65%.
iii. Kelompok melanocratic, jika kandungan mineral
ferromagnesium antara 65-100%.
iv. Fragmental, khusus untuk batuan piroklastik yang
tersusun dari fragmen batuan atau mineral.
Berdasarkan peranan mineral penyusun batuan, maka
terbagi atas :
1. Mineral utama (Essential mineral), adalah penyusun
utama batuan beku, sehingga dapat menentukan tipe
batuan. Yang termasuk mineral utama adalah : kuarsa,
feldspar, piroksin, hornblende, boitit (mika hitam),
muskovit (mika putih) dan olivine.
2. Mineral sekunder (secondary mineral), yaitu mineral
yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan atau
proses metamorfisme/sirkulasi batuan.
3. Mineral tambahan (accessory mineral), adalah hasil
kristalisasi magma. Jumlahnya sedikit, namun dapat
mempengaruhi nama batuan.

REACTION BOWEN SERIES

DISCONTINOUS TEMPERATURE
CONTINOUS
Olivin Anortit

Piroksin (Augit) Bitownit

Amphibol (Hornblende) Labradorit

Biotit Oligoklas
Albit

Feldspar Potas (Orthoclas)

Muskovit

Kuarsa

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI BATUAN SEDIMEN
OLEH:

NAMA : ARABUS JAIRI

STAMBUK : 010 31 131

KELOMPOK :

KELAS :

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2010

LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM DETERMINASI BATUAN METAMORF
OLEH:

NAMA : ARABUS JAIRI

STAMBUK : 010 31 131

KELOMPOK :

KELAS :

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
2010

Anda mungkin juga menyukai