UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FIELDTRIP PALEONTOLOGI
DAERAH PADANGLAMPE, KECAMATAN TANETE RIAJA
KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
LAPORAN
OLEH :
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507
GOWA
2018
1
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FIELDTRIP PALEONTOLOGI
DAERAH PADANGLAMPE, KECAMATAN TANETE RIAJA
KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
LAPORAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata kuliah Paleontologi Pada
Program Studi Teknik Geologi Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
OLEH :
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507
GOWA
2018
2
FIELDTRIP PALEONTOLOGI
DAERAH PADANGLAMPE, KECAMATAN TANETE RIAJA
KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
LEMBAR PENGESAHAN
3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.
Meskipun saya berharap isi dari laporan ini saya ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar laporan lengkap praktikum paleontologi
ini dapat lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi nusa, dan bangsa.
Penulis
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
karena tanpa berkat, rahmat, dan hidayahnya saya tidak mungkin dapat mengikuti
kegiatan fieltrip paleontologi dan berjalan dengan lancer tanpa halangan ataupun
Kedua, saya persembahkan laporan ini kepada kedua orang tua saya, yang
saya dapat menyelesaikan laporan ini. Tanpa dukungan dan dorongan kedua orang
tua saya, mungkin laporan lengkap ini tidak akan selesai tepat pada waktunya
kakak-kakak asisten yang senantiasa selalu membimbing dan mendidik saya dan
teman-teman saya, tanpa didikan dan bantuan dari dosen dan kakak-kakak asisten
mungkin praktikum paleontologi tidak akan berjalan dengan baik dan laporan ini
tidak akan selesai tepat pada waktunya. Kesan dan pesan yang saya alami selama
bersama asisten , asisten paleontologi gokil semu dan heboh , seru pokoknya
member dukungan kepada saya. Tanpa bantuan dan dukungan dari teman-teman
dan kakak asisten, mungkin laporan ini tidak akan selesai. Terimakasih atas segala
5
BAB I
PENDAHUAN
Paleontologi mencakup studi fosil untuk menentukan evolusi suatu organisme dan
Cuvier melakukan anatomi komparatif, dan berkembang secara cepat pada abad
ke 19.
kehidupan, sekitar 3.800 juta tahun silam. Dengan pengetahuan yang terus
fokus pada jenis fosil tertentu, yang lain mempelajari sejarah lingkungan dan
kepada peserta agar dapat mengetahui dan membedakan fosil ketika di lapangan
pengendapannya.
6
1.2 Maksud dan Tujuan
daerah penelitian.
penelitian.
Pada laporan ini membahas tentang jenis-jenis dari fosil yang terdapat di
daerah padanglampe, dan juga membahas tentang data litologi pada daerah
padanglampe.
kabupaten barru provinsi Sulawesi selatan. Lokasi ini di tempuh sekitar 5 jam dari
gowa dan sampai di barru dari jam 15.00 - 20.00 dengan menggunakan bus, jarak
7
Secara administratif, daerah penelitian meliputi wilayah Daerah
Selatan dan secara geografis terletak pada koordinat 119041’30” Bujur Timur –
8
1.5 Metode dan Tahapan Penelitian
untuk pengambilan data yaitu metode measuring section dan juga metode
batuan, dan pengambilan data foto stasiun. Kemudian dilakukan analisis meliputi
A. Tahap Persiapan
9
ditujukan kepada beberapa pihak, yang terdiri atas pengurusan perizinan kepada
peralatan dan bahan yang akan digunakan. Dalam hal ini perlengkapan terdiri dari
untuk Tabel Measuring Section (MS) ataupun pada buku lapangan, foto singkapan
perhitungan ketebalan batuan dan pembuatan tabel measuring section tiap stasiun
pengamatan.
10
Selain itu juga pengolahan data litologi, yaitu sampel batuan berbeda yang
lebih lanjut mencakup aspek geomorfologi, struktur geologi, litologi dan deskripsi
tersebut.
Pengolahan data akhir, yaitu data yang telah diperoleh, dianalisis secara
11
geologi daerah penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan peta stasiun
pengamatan geologi, profil lintasan, peta stasiun, tabel measuring section, serta
kolom litologi. Tahapan ini merupakan akhir dari penelitian yang diharapkan
penelitian. Penyajian data dan hasil laporan berupa laporan identifikasi kandungan
fosil tersebut disusun secara sistematis dalam bentuk tulisan ilmiah berupa laporan
lapangan.
1. Palu geologi
2. Roll meter
3. Kompas geologi
4. Kamera digital
5. Peta
7. Clipboard
8. Kantong sampel
9. Karung
10. Lup
11. Komparator
13. Mistar
12
15. Hekter
16. Helm
23. Kertas A4
1:250.000
13
4. Rab Sukamto, (1975) mengadakan penelitian tentang perkembangan tektonik
lempeng.
5. Van Leuwen (1975), meneliti geologi Sulawesi Selatan dengan studi khusus
daerah Barru.
8. Rab Sukamto (1982), membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagian barat menempati hampir setengah luas daerah, yang melebar di bagian
selatan (50 kilometer) dan menyempit di bagian utara (22 kilometer) dengan
Pegunungan ini dibatasi oleh dataran Pangkajene – Maros yang luas, dan sebagian
Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan
puncaknya rata–rata setinggi 700 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang
tertinggi adalah 787 meter dimana sebagian besar pegunungan ini tersusun dari
tetapi ke utara menyempit dan merendah dan akhirnya menunjam ke bawah batas
antara lembah Walanae dan dataran Bone. Pada bagian utara pegunungan ini
pada bagian timurlaut adalah dataran Bone yang luas dan menempati hampir
15
2.1.2 Stratigrafi Regional
tersebut adalah Mandala Sulawesi bagian barat, Mandala Sulawesi bagian timur,
dan Mandala Banggai Sula. Dari ketiga mandala tersebut secara orogen yang
paling tua adalah Mandala Sulawesi timur dan yang termuda adalah Mandala
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan
dan mendaun dan sentuhannya dengan formasi disekitarnya berupa sesar atau
Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch formasi Balangbaru
dan formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 meter dan berumur Kapur
Atas. Kegiatan magma mulai pada waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava
dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5 – 63,0 juta tahun yang lalu) dan
diendapkan dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang
berumur Kapur Atas. Batuan sedimen formasi Mallawa yang sebagian besar
dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan
gunungapi Paleosen dan batuan flysch Kapur Atas. Di atas formasi Malawa ini
secara menerus dari Eosen Bawah sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal
16
formasi Tonasa lebih kurang 3000 meter, dan melampar cukup luas mengalasi
Kalamiseng. Dilereng timur bagian utara pegunungan yang barat , terdapat batuan
Gunungapi Soppeng yang juga diduga berumur Miosen Bawah. Batuan sedimen
gunungapi yang berumur antara 8,93 sampai 9,29 juta tahun yang lalu. Secara
bersamaan batuan ini menyusun formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000 meter.
Sebagian besar pegunungan yang barat terbentuk dari formasi Camba ini yang
Selama Miosen Atas sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi lembah
dengan bagian atas formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Atas
sampai Pliosen Bawah merupakan sumber bahan bagi formasi Walanae. Kegiatan
menghasilkan batuan gunungapi Parepare (4,25 – 4,95 juta tahun) dan Baturape-
17
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah ini semuanya berkaitan erat
dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil dan retas
bersusun beraneka ragam dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit yang
daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara
Pangkajene dan di beberapa tempat ditepi sungai Walanae, rupanya terjadi selama
Pliosen. Endapan Holosen yang luas berupa aluvium terdapat di sekitar danau
a. Batuan Sedimen.
1. Formasi Balangbaru
susunan basal, andesit, diorit, serpih, tufa, terkersikkan, sekis, kuarsa, dan
Formasi ini tebalnya sekitar 2000 meter, tertindih tak selaras batuan
formasi Mallawa dan batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih tak selaras
18
2. Formasi Mallawa
batulempung, dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan
batulempung, batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa,
grewake, dan tufaan, umumnya berwarna kelabu muda dan coklat muda, bersifat
Mollusca. Dan batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter dan lapisan
sampai 1,5 meter. Tebal formasi ini tidak kurang dari 400 meter, tertindih selaras
oleh batugamping Temt, dan menindih tak selaras batuan sedimen Kb, dan batuan
gunungapi Tpv.
3. Formasi Tonasa
berwarna putih, coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis baik, berselingan
19
4. Formasi Camba.
diendapkan dekat daerah pantai. Satuan ini tebalnya sekitar 5000 meter, menindih
tak selaras batugamping dari formasi Tonasa dan batuan dari formasi Mallawa,
diterobos oleh retas, sil dan stok bersusunan Basal piroksin, Andesit dan Diorit.
Lengan selatan pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian
yaitu lengan selatan bagian utara dan lengan selatan bagian selatan yang sangat
mulai pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan
kegiatan vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini terlihat
20
Batuan yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafinya dan
bagian bawah tidak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua
endapan lereng di dalam sistem busur palung zaman Kapur Atas dan gejala ini
Pada daerah bagian timur terjadi vulkanisme yang dimulai sejak Miosen
Atas dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan Soppeng. Akhir
terjadi proses sedimentasi sampai kala Pliosen, proses penurunan terban Walanae
dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya
nampak hingga sekarang di timur dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak
Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang berarah utara – baratlaut
dan tumbuh setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan
pula adanya sesar lokal yang mengsesarkan batuan Pra Kapur Akhir di lembah
21
Walanae dan di bagian barat pegunungan barat, yang berarah baratlaut- tenggara
a. Pengertian Fosil
Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam
tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau
mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera
tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan beberapa macam fosil. Ada fosil
batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk
Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada
disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti
cangkang, gigi dan tulang. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu
yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu
b. Pengertian Fosilisasi
22
pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat
2. Mengalami pengawetan
Proses pemfosilan dimulai dari proses awal ketika organisme mati dan
menyisakan bagian tubuh yang keras saja, karena bagian yang lunak telah hancur
menyebabka terhindar nya oganisme dari proses kimia baik oksidasi dan reduksi
sehingga tetap terjaga. Kemudian, fosil akan dibawa oleh tiga media geologi
yaitu air, angin, dan es. Pada saat fosil dibawa oleh air terjadilah proses leaching
stabil dan kemudian akan tertimbunlagi dan kembali mengalami pencucian seperti
yaitu karbonat. Kemudian terjadilah proses pembatuan fosil atau litifikasi lalu
akibat dari tenaga endogen yang berupa tektonik lempeng terangkat keatas
bersama fosil tersebut. Sehingga laut dangkal akan menjadi daratan. Setelah
23
terangkat, fosil akan terlihat akibat adanya proses eksogen seperti pelapukan dan
Ada tiga tahap utama dalam pembentukan fosil, yaitu kematian, peristiwa
Kematian bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti usia tua, sakit,
dimangsa predator, infeksi parasit, dan terluka (baik karena terjatuh maupun
invertebrata dan krinoid. Hal lain yang dapat menyebabkan kematian adalah yang
perubahan iklim).
karena bakteri pembusuk, dan yang lebih dahulu mengalami pembusukan adalah
jaringan lunak (daging, otot). Jaringan keras seperti tulang dan gigi adalah bagian
tubuh yang awet sehingga bagian inilah yang biasanya terfosilkan. Selain karena
24
pembusukan kerusakan jaringan lunak terjadi karena dcabik dan dimakan binatang
pemakan bangkai.
tempat dia mati dan dalam posisi awal ketika dia mati. Fosil ini disebut fosil
baik karena tidak mengalami gangguan pasca-mati dan struktur anatominya utuh.
proses-proses alamiah seperti hanyut terbawa arus air, busuk karena angin dan
berpindah dari tempat dia mati, dan susunan tubuhnya sudah tidak anatomis lagi.
Fosil seperti ini disebut fosil allochtonous. Maksud tidak anatomis adalah
Rapid burial biasanya terjadi di lingkungan air atau dekat dengan air, dan
organisma yang mengalami fosilisasi seperti ini biasanya adalah binatang air.
Untuk binatang yang hidup di daratan, fosilisasi melalui rapid burial sangat
jarang terjadi. Biasanya hal tersebut terjadi bila ada gunung meletus sehingga
banyak binatang mati seketika di suatu tempat dalam jumlah massal dan langsung
25
1. Penggantian (replacement), penggantian mineral pada bagian yang keras dari
3. Karbonisasi, daun atau material tumbuhan yang jatuh ke dalam lumpur rawa,
terhindar dari oksidasi. Dan pada saat diagenesa, material itu diubah menjadi
sehingga terjadilah rongga, seperti cetakan (mold) yang bentuk dan besarnya
sesuai atau sama dengan benda salinya. Apabila rongga ini terisi oleh mineral
5. Mold dan cast, lubang atau lekukan yang bentuk- nya mirip dengan
organisme aslinya dan ini disebut sebagai mold. Apabila mold kemudian
2. Mengalami pengawetan
26
2.2.4 Jenis-Jenis Fosil
1. Fosil tidak berubah yaitu semua bagian fosil terawetkan dan tidak berubah
baik bagian-bagian yang lunak maupun bagian-bagian yang keras dari fosil
trsebut. Contoh: fosil serangga yang trawetkan di dalam getah damar, dan
sekunder yang mengisi pori-pori atau ruang antar sel pada bagian fosil
sebagian atau seluruh material fosil akibat tekanan dan suhu yang sangat
3. Fosil yang berupa fragmen yaitu fosil yang berupa fragmen dalam batuan
27
4. Fosil yang berupa jejak atau bekas fosil tidak hanya dianggap sebagai sisa
oganisme tetapi juga termasuk dengan adanya jejak organisme sebagai bukti
adanya kehidupan. Dalam hal ini, jejak dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
a. Mold, Cast, dan Imprit. Mold adalah bekas organisme yang berupa
cetakan dari fosil, kalau yang tercetak adalah bagian luar disebut Eksternal
Mold sedangkan kalau yang tercetak adalah bagian dalam disebut Internal
Mold. Cast adalah Mold yang terisi mineral sekunder membentuk jiplakan
fosil aslinya secara kasar, bagian luar disebut Eksternal Cast sedangkan
bagian dalam disebut Internal Cast. Imprint adalah jejak dimana suatu
d. Fosil Kimia Fosil kimia merupakan jejak asam organik yang tersimpan
didalam batuan prakambium. Zat asam organik ini berasal dari organisme
yang terserap oleh batuan tersebut sehingga dapat ditemukan sebuah bukti
kehidupan.
28
2.2.5 Keterdapatan Fosil Pada Batuan
Batuan Beku, pada batuan beku tidak akan dijumpai fosil karena
sedimen.
dijumpai, namun sedikit sekali dan umumnya fosil telah hancur bahkan
A. Pengertian Porifera
Porifera dalam bahasa latin, porus artinya pori, sedangkan fer artinya
sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa
B. Ciri-Ciri Porifera
berikut...
Hewan yang bersel banyak (metazoa) yang paling sederhana atau primitive.
29
1. Sebagian besar hidup di laut dangkal dengan kedalaman sekitar 3,5 meter.
2. Bentuk tubuh porifera menyerupai vas bunga/piala dan melekat pada dasar
perairan.
(epidermis) yang tersusun atas sel-sel yang memiliki bentuk pipih, disebut
dengan pinakosit.
4. Pada epidermis yang terdapat porus/lubang kecil yang disebut dengan ostia
5. Lapisan dalamnya tersusun dari sel-sel yang berleher dan berflagel yang
6. Di dalam mesoglea terdapat juga beberapa jenis sel, yaitu sel amubosit, sel
7. Di antara epidermis dan koanosit memiliki lapisan tengah yang berupa bahan
8. Sel amubosit atau amuboid yang berfungsi untuk mengambil makanan yang
membentuk duri (spikula) atau spongin. Spikula terbuat dari kalsium karbonat
atau silikat.
10. Sel arkheosit berfungsi sebagai sel reproduktif, misalnya pembentuk tunas,
30
C. Reproduksi
dingin di dalam tubuh Porifera yang hidup di air tawar. Secara seksual dengan
cara peleburan sel sperma dengan sel ovum, pembuahan ini terjadi di luar tubuh
porifera.
D. Klasifikasi
1. Kelas Calcarea
Kerangka tubuh pada kelas Calcarea berupa spikula yang mirip dengan
Grantia
Ciri-Ciri Calcarea:
d. Hidup di laut
31
2. Kelas Hexatinellida
aspergillum.
Ciri-Ciri Hexatinellida:
3. Kelas Demospongia
Kelas tubuh kelas Demospongia terbuat spongin saja, atau campuran dari
spongin dan zat kersik. Misalnya Euspongia sp. dan Spongilla sp.
Ciri-Ciri Demospongia:
pada amoebosit
A. Pengertian Coelenterata
32
(dalam bahasa yunani, cnido=penyengat) karena sesuai dengan cirinya yang
memiliki sel penyengat. Sel penyengat terletak pada tentakel yang terdapat
B. Ciri-ciri
laut.
5. Tubuhnya hanya memiliki satu lubang bukaan yanh berfungsi sebagai mulut
sekaligus anus.
mulut.
(cnidoblast).
C. Struktur Tubuh
Coelenterata merupakan diploblastik, hewan ini mempunyai dua lapis sel yaitu
ektoderm yang merupakan lapisan sel luar dan endoderm yang merupakan lapisan dalam.
33
Coelenterata memiliki dua bentuk tubuh, yaitu polip dan medusa. Pada bentuk polip
(seperti tabung), coelenterata memiliki mulut di bagian dorsal yang dikelilingi oleh
tentakel. Sedangkan pada bentuk medusa yang berbentuk seperti cakram, mulut
coelenterata terletak di bagian bawah (oral) dan tubuhnya dikelilingi oleh tentakel.
D. Reproduksi
vegetatif (aseksual). Reproduksi secara generatif terjadi saat sel sperma jantan
berlangsung dengan cara pembentukan tunas pada sisi tubuh coelenterata yang
akan tumbuh menjadi individu baru setelah lepas dari tubuh induknya.
aseksual pada satu generasi. Pada coelenterata jenis ini, tubuh akan memiliki
bentuk polip pada satu fase hidupnya, kemudian berbentuk medusa pada tahap
selanjutnya.
34
E. Klasifikasi
Coelenterata terdiri dari tiga kelas utama, yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan
Anthozoa.
1. Hydrozoa
Beberapa jenis hidrozoa mengalami dua siklus hidup yaitu tahap polip
yang aseksual dan tahap medusa yang seksual. Contohnya adalah spesies Obelia
sp. Ada pula yang selama hidupnya hanya berbentuk polip saja, misalnya Hydra.
Pada ujung tubuh hydra terdapat mulut yang dilengkapi oleh tentakel yang
Perkembangbiakan seksual terjadi saat sel sperma jantan membuahi sel telur
yang tumbuh di sisi tubuh hydra yang nantinya akan tumbuh menjadi individu
baru.
35
Gambar 2.3 Anatomi tubuh Hydra
2. Scyphozoa
Contoh spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah Aurelia aurita (ubur-
ubur). Hewan ini memiliki bentuk seperti mangkuk, kadang mempunyai tubuh
3. Anthozoa
spesies yang termasuk dalam kelas ini adalah Metridium (anemon laut). Anthozoa
hidup sebagai polip, salah satu ujung tubuhnya mempunyai mulut yang dikelilingi
bagian tubuh yang berfungsi untuk melekatkan diri pada dasar perairan.
36
2.3.3. Filum Mollusca
A. Pengertian Mollusca
Moluska berasal dari bahasa latin: molluscus yang artinya lunak. Moluska
adalah hewan triploblastik slomata yang bertubuh lunak. Mollusca hidup di laut,
air tawar, payau, dan darat. Beberapa Mollusca memiliki cangkang. Filum
invertebrata yang bertubuh lunak dan multiseluler. Istilah Mollusca berasal dari
bahasa Yunani dari kata molluscus yang berarti lunak. Mollusca termasuk dalam
hewan yang lunak baik yang dengan cangkang ataupun tanpa cangkang. Seperti
binatang (Animalia) setelah filum Arthropoda. Pada saat ini, diperkirakan terdapat
75 ribu jenis, dengan ditambah 35 ribu jenis yang dalam bentuk posil. Molluska
hidup di air laut, air tawar, payau, dan darat. Habitat Mollusca dapat berada di
palung benua laut sampai pegunungan yang tinggi, dan bahkan dapat ditemukan
dengan mudah di sekitar rumah kita. Molluska dipelajari pada cabang zoologi
yang disebut dengan malakologi (malacology). Filum mollusca telah ribuan yang
37
B. Struktur Tubuh Mollusca
garis memotong yang membagi tubuhnya dari depan ke belakang akan didapatkan
dua sisi yang sama), tubuhnya relatif bulat dan pendek. Tubuh lunak dari mollusca
ini dilindungi oleh cangkang, namun beberapa adapula yang tidak bercangkang.
1. Kaki, merupakan penjuluran bagian tubuh yang terdiri atas otot – otot. Kaki
ini berfungsi untuk bergerak, merayap, atau menggali. Pada beberapa jenis
mangsa.
organ-organ tubuh. Massa ini diselubungi jaringan tebal yang disebut mantel.
Pada mantel terdapat rongga cairan yang merupakan tempat lubang insang,
anus dan cairan hasil eksresi. Mantel ini juga dapat mensekresikan komponen
C. Klasifikasi Mollusca
1. Kelas Pelecypoda
Berasal dari bahasa Yunani yaitu Pelekys yang berarti kapak kecil
dan Pous yang berarti kaki, Jadi Mollusca adalah binatang yang mempunyai kaki
yang mirip kapak kecil disebut juga Lamellibranchia yang berarti lempeng kecil.
Binatang dari Phylum ini memilki insang, test dari kulit kerang (bivalve)
38
dimana dua valve ini dihubungkan dengan sistem engsel yang terdiri dari gigi &
socket. Bagian dalam test ini dilapisi oleh membrant yang tipis dimana kearah
pada bagian tubuh tertentu, yaitu insang, susunan gigi dan otot penutup
kelopaknya. Bentuk gigi yang sederhana telah dijumpai pada zaman Ordovisium
& terjadi evolusi. Kerang, tiram, simping termasuk dalam kelas ini. Hewan ini
Pelecypoda simetri billateral, tapi tidak dapat bergerak dengan cepat. Hewan ini
bergerak dengan menjulur kan kaki otot yang besar melelui celah antara dua
makanan dari air yang masuk kedalam rongga mantel. Adapun pembagian ordo
Mempunyai dua muscle scar, dimana muscle scar bagian belakang (posterior)
lebih besar dari anterior, serta mempunyai gigi dan socket dua buah
lebih kecil dari posterior muscle scar, tetapi umumnya sama besar dimana
39
Gambar 2.4 Fosil Pelecypoda
2. Kelas Gastropoda
Gastropoda berasal dari kata Gaster yang berarti perut dan podos yang
berarti kaki. Jadi Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan
perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi
bekicot (Achatina fulica), siput air tawar (Lemnaea javanica), siput laut
Gastropoda merupakan kelas yang terbesar dari moluska. Siput dan siput tak
bercanggkang termasuk dalam kelas ini. Siput bercanggkang tunggal dan spiral.
40
Siput dewasa tidak menunjukan simetri bilateral tetapi larvanya simetri bilateral.
b. Rumahnya terdiri dari satu test yang terputar (terpilin) memanjang melalui satu
sumbu
(berfungsi sebagai insang pada air laut & berfungsi sebagai paru-paru pada
lingkungan darat
e. Test terdiri dari zat gampingan dan terputar secara spiral melalui satu garis
f. Arah putaran test gastropoda terdiri dari Dextral (searah jarum jam) & Sinistral
Gastropoda mempunyai lidah yang panjang dan sempit yang ditutupi deretan
gigi kecil. Lidahnya disebut radula. Hewan ini mempunyai kepala dan dua pasang
tentakel. Pada ujung tentakel terdapat mata. Sebagian besar spesies gastropoda
hidup di laut tetapi beberapa hidup di air tawar bahkan ada yang hidup di darat.
Yang hidup di darat bernafas dengan paru-paru. Siput tak bercangkang dapat
ditemukan di laut dan di darat. Warna siput darat sederhana namun siput tak
41
Klasifikas Gastropoda :
1. Subclass Protogastropoda ;
a. Ordo Cynostraca
b. Ordo Cochliostracea
2. Subclass Prosobranchia ;
a. Ordo Archaeogastropoda
b. Ordo Mesogastropoda
c. Ordo Neogastropoda
3. Subclass Opisthobranchia ;
a. Ordo Pleurocoela
b. Ordo Pteropoda
4. Subclass Pulmonata ;
a. Ordo Basommatopora
b. Ordo Stylommatophora
gastropoda.
42
3. Kelas Cepalophoda
yang berarti kepala dan podos yang berarti kaki. Jadi Cephalopoda adalah
Mollusca yang berkaki di kepala. Contoh dari Klas ini yaitu Cumi-cumi dan
sotong yang memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8
tentakel lebih pendek, yang termasuk kelas ini misalnya gurita, cumi-cumi, dan
nautilus. Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada
kepala terdapat tangan-tangan (delapan pada gurita dan sepuluh pada cumi-cumi)
yang berguna untuk pergerakan dan mencari mangsa. Mata cephalophoda dapat
melihat dan berfungsi seperti vertebrata. Hanya Nautilus lah yang bercangkang.
4. Kelas Scaphopoda
kebiasaan membenamkan diri di pasir pantai. Dentalium vulgare adalah salah satu
43
cangkang jenis Scaphopoda ini. Karena biasanya hewan ini tumbuh di batu atau
benda laut lainnya yang berbaris menyerupai taring. Dentalium vulgare hidup di
laut dalam pasir atau lumpur. Hewan ini juga memiliki cangkok yang berbentuk
silinder yang kedua ujungnya terbuka. Panjang tubuhnya sekitar 2,5 sampai
dengan 5 cm. Dekat mulut terdapat tentakel kontraktif bersilia, yaitu alat peraba.
pernafasan digerakkan oleh gerakan kaki dan silia, sementara itu pertukaran gas
terjadi di mantel.
5. Kelas Amphineura
Hewan Mollusca kelas Amphineura ini hidup di laut dekat pantai atau di
bersifat hermafrodit (berkelamin dua), fertilisasi eksternal (pertemuan sel teur dan
sperma terjadi di luar tubuh). Contohnya Cryptochiton sp atau kiton. Hewan ini
Neopilina disebut fosil hidup karena sebelum ditemukan pada tahun 1957
hewan ini dianggap sudah punah sejak jutaan tahun yang lalu. Moluska ini sangat
44
Gambar 2.7 Amphineura
Fosil dalam filum Mollusca berperan penting dalam bidang Geologi, salah
satu fosil yang sering digunakan dalam penelitian adalah fosil dari kelas
lebih dari 14.000 spesiesnya telah punah dan sebagian terawetkan menjadi fosil.
Fosil berguna sebagai indikator umur geologi suatu batuan. Walaupun lebih sering
keterdapatan fosil makro juga berperan dalam penentuan umur geologi sedimen.
Untuk dapat digunakan sebagai acuan korelasi biostratigrafi, fosil yang digunakan
harus tersebar luas secara geografis, sehingga dapat berada pada bebagai horizon
berbeda. Mereka juga harus berumur pendek sebagai spesies, sehingga periode
waktu dimana mereka dapat tergabung dalam sedimen relatif sempit, semakin
lama waktu hidup spesies, semakin tidak akurat korelasinya, sehingga fosil dapat
berevolusi dengan cepat. banyak spesies kelas gastropoda yang berumur pendek
45
biostratigrafi. Organisme ini biasanya terawetkan dengan cara fragmen, yaitu
permukaan litosfer, baik diatas maupun dibawah permukaan laut, yang dicirikan
oleh serangkain ciri kimia, fisika dan biologi yang khusus. Penentuan lingkungan
gastropoda yang dapat berdomisili di laut dalam, laut dangkal, darat, maupun
perairan tawar.
dangkal yang hangat, terang, terkena cahaya matahari serta energy arus yang tidak
relatif besar, dinding cangkang tebal serta hiasan cangkang yang kompleks
biasanya hidup pada lingkungan laut dangkal sehingga apabila ditemukan sedimen
46
BAB III
IDENTIFIKASI KANDUNGAN FOSIL DAERAH PADANGLAMPE
lapuk nya kuning kecoklatan dan warna segar abu-abu. Memiliki tekstur klastik
dan struktur nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3 . Berdasarkan ciri-ciri
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Tryplasma loveni.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tryplasma loveni
47
3.2 Stasiun 1B-1C
Pada stasiun 1B-1C dijumpai singkapan batuan sedimen dengan warna lapuk
nya kuning kecoklatan dan warna segar abu-abu. Memiliki tekstur klastik dan
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Tryplasma loveni.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tryplasma loveni
Tabel 3.2 Fosil Stasiun 1B-1C
48
3.3 Stasiun 1C-1D
Pada stasiun 1C-1D dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Tryplasma loveni.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tryplasma loveni
Tabel 3.3 Fosil Stasiun 1C-1D
49
3.4 Stasiun 1D-1E/2A
Pada stasiun 1D-1E/2A dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
abu-abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
struktur nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tryplasma loveni
Coelenterata
Tympanotonos funatus
Tabel 3.4 Fosil Stasiun 1D-1E/2A
50
3.5 Stasiun 2A-2B
Pada stasiun 2A-2B dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Borealis borealis.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Molusca
Borealis borealis
Tabel 3.5 Fosil Stasiun 2A-2B
51
3.6 Stasiun 2B-2C
Pada stasiun 2B-2C dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Tympanotonos funatus
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tympanotonos funatus
Tabel 3.6 Fosil Stasiun 2B-2C
52
3.7 Stasiun 2C-2D
Pada stasiun 2C-2D dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Tympanotonos funatus.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tympanotonos funatus
Tabel 3.7 Fosil Stasiun 2C-2D
53
3.8 Stasiun 2D-2E/3A
Pada stasiun 2D-2E/3A dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
abu-abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
struktur nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Tryplasma loveni.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tryplasma loveni
Tabel 3.8 Fosil Stasiun 2D-2E/3A
54
3.9 Stasiun 3A-3B
Pada Stasiun 3A-3B dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Cyathophyllum dinanthus.
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Cyathophyllum dinanthus
Tabel 3.9 Fosil Stasiun 3A-3B
55
3.10 Stasiun 3B-3C
Pada stasiun 3B-3C dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka batuan tersebut yaitu
batugamping.
Filum Spesies
Coelenterata
Cyathophyllum dinanthus
Coelenterata
Triplophyllum spinolosum
Molusca
Dreissena spathulata
Tabel 3.10 Fosil Stasiun 3B-3C
56
3.11 Stasiun 3C-3D
Pada stasiun 3C-3D dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Filum Spesies
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Triplophyllum spinolosum
Coelenterata
Tympanotonos funatus
Tabel 3.11 Fosil Stasiun 3C-3D
57
3.12 Stasiun 3D-3E/4A
Pada stasiun 3D-3E/4A dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
abu-abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Filum Spesies
Coelenterata
Cyathophyllum dinanthus
Coelenterata
Porpites porpita
Molusca
Dreissena spathulata
Tabel 3.12 Fosil Stasiun 3D-3E/4A
58
3.13 Stasiun 4A-4B
Pada stasiun 4A-4B dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik komposisi
Filum Spesies
Coelenterata
Cyathophyllum dinanthus
Molusca
Rimella fissurella
Molusca
Dreissena spathulata
Tabel 3.13 Fosil Stasiun 4A-4B
59
3.14 Stasiun 4B-4C
Pada stasiun 4B-4C dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Filum Spesies
Molusca
Ostrea cucularis
Coelenterata
Porpites porpita
Tabel 3.14 Fosil Stasiun 4B-4C
60
3.15 Stasiun 4C-4D
Pada stasiun 4C-4D dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Filum Spesies
Coelenterata
Triplophyllum spinulosum
Coelenterata
Tympanotonos funatus
Brachiopoda
Furcirhynchia furcillata
Tabel 3.15 Fosil Stasiun 4C-4D
61
3.16 Stasiun 4D-4E/5A
Pada stasiun 4D-4E/5A dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
abu-abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
Filum Spesies
Coelenterata
Tympanotonos funatus
Coelenterata
Zaphrentoides delanovei
Molusca
Dreissena spathulata
Tabel 3.16 Fosil Stasiun 4D-4E/5A
62
3.17 Stasiun 5A-5B
Pada stasiun 5A-5B Dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
cokelat dan warna segar hitam. Memiliki tekstur non klastik dan struktur nya
Filum Spesies
Coelenterata
Triplophyllum spinulosum
Coelenterata
Porpites porpita
Molusca
Paludina diluviana
Tabel 3.17 Fosil Stasiun 5A-5B
63
3.18 Stasiun 5B-5C
Pada stasiun 5B-5C dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Filum Spesies
Molusca
Coelenterata
Porpites porpita
Tabel 3.18 Fosil Stasiun 5B-5C
64
3.19 Stasiun 5C-5D
Pada stasiun 5C-5D dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Filum Spesies
Coelenterata
Triplophyllum spinulosum
Coelenterata
Porpites porpita
Colenterata
Tympanotonos funatus
Tabel 3.19 Fosil Stasiun 5C-5D
65
3.20 Stasium 5D-5E/6A
Pada stasiun 5D-5E/6A dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
abu-abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
struktur nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Triplophyllum spinotosum.
Filum Spesies
Coelenterata
Triplophyllum spinulosum
Coelenterata
Porpites porpita
Tabel 3.20 Fosil Stasiun 5D-5E/6A
66
3.21 Stasiun 6A-6B
Pada stasiun 6A-6B dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri diatas maka
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Cyathophyllum dinanthus.
Filum Spesies
Coelenterata
Cyathophyllum dinanthus
Coelenterata
Porpites porpita
Tabel 3.21 Fosil Stasiun 6A-6B
67
3.22 Stasiun 6B-6C
Pada stasiun 6B-6C dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya abu-
abu kecoklatan dan warna segar kekuningan. Memiliki tekstur klastik dan
Pada stasiun ini dijumpai beberapa spesies fosil diantaranya Porpites porpita,
Filum Spesies
Coelenterata
Cyathophyllum dinanthus
Coelenterata
Porpites porpita
Coelenterata
Tryplasma loveni
Tabel 3.22 Fosil Stasiun 6B-6C
68
3.23 Stasiun 6C-6D
Pada stasiun 6C-6D dijumpai batuan sedimen dengan warna lapuk nya
orange kecoklatan dan warna segar abu-abu. Memiliki tekstur klastik dan struktur
nya berlapis dengan komposisi kimia CaCO3. Berdasarkan ciri-ciri di atas maka
Filum Spesies
Molusca
Molusca
69
Filum Spesies No. Stasiun
Coelenterata 1A-1B, 1B-1C,
1C-1D, 1D-1E,
2A-2B, 2B-2C,
2C-2D, 2D-2E,
3A-3B, 3C-3D,
3D-3E, 4B-4C,
5A-5B, 5B-5C,
Porpites porpita 5C-5D, 5D-5E,
6A-6B, 6B-6C.
1A-1B, 1B-1C,
1C-1D, 1D-1E,
2D-2E, 3A-3B,
6B-6C.
Tryplasma loveni
1D-1E, 2B-2C,
2C-2D, 3C-3D,
4C-4D, 4D-4E,
5C-5D.
Tympanotonos funatus
70
3A-3B, 3B-3C,
3D-3E, 4A-4B,
6A-6B, 6B-6C.
Cyathophyllum dinanthus
3B-3C, 3C-3D,
4C-4D, 5A-5B,
5C-5D, 5D-5E.
Triplophyllum spinolosum
4D-4E
Zaphrentoides delanouei
71
Molusca 2A-2B
Borealis borealis
3B-3C, 3D-3E,
4A-4B, 4D-4E
Dreissena spathulata
4A-4B
Rimella fisurella
72
4B-4C
Ostrea cucularis
5A-5B
Paludina diluviana
5B-5C
73
6C-6D
6C-6D
Brachiopoda
4C-4D
Furcirhynchia furcillata
74
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kandungan fosil yang terdapat di daerah penelitian yaitu fosil pada jenis
tonasa
4.2 Saran
pada daerah penilitian, berupa lahan yang dapat digunakan oleh para mahasiswa
75
,DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016.http://biologi.budisma.net/klasifikasi-mollusca-ciri-dan
html. Diakses pada Kamis 19 april 2016 pada pukul 15.54 wita
Hasanuddin.
76
77