Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA I : PENGENALAN FOSIL

LAPORAN

OLEH:
NUR AFNI AINUN
D061201077

GOWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa ingin tau tentang apa

yang terjadi disekitarnya. Banyak hal yang dipertanyakan oleh manusia,

diantaranya adalah bagaimana hidup mati sesorang, bagaimana kehidupan di

sekelilingnya dan bagaimana mereka bisa hidup dan mati. Seperti yang kita

ketahui banyak sekali sisa hidup makhluk hidup yang dijumpai di dalam lapisan

bumi. Bukan hanya di dalam lapisan bumi, namun kita juga biasa menjumpai

sisa-sisa makhluk hidup di atas permukaan bumi, misalnya pantai, goa dan lain

–lain. Paleontologi merupakan ilmu yang mempalajari mengenai sisa-sisa

makhluk hidup di masa lalu.

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di

bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi fosil

dengan perhitungan masa waktu berdasarkan skala waktu geologi. Fosil sendiri

merupakan jejak-jejak kehidupan dari masa lampau baik berupa bagian tubuh

ataupun bekas-bekas aktivitas dari makhluk hidup di masa lampau yang

terendapkan menjadi batuan ataupun mineral. Fosil merupakan alat terbaik dalam

mempelajari, mengkaji, dan menguji teori evolusi.

Mempelajari fosil sangat berguna untuk mempelajari sejarah kehidupan di

masa lampau. Oleh sebab itu, maka dilakukanlah kegiatan praktikum kali ini

dengan cakupan materi berupa pengenalan fosil serta segala sesuatu yang

tercakup di dalamnya.
1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum kali ini bermaksud untuk membangun pemahaman awal terkait

dengan fosil,proses pemfosilan serta hal-hal yang mencakup tentang fosil.

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini, diantaranya:

1. Praktikan mampu menjelaskan proses dalam pemfosilan.

2. Praktikan mampu mengidentifikasi serta mengenali jenis-jenis fosil.

3. Praktikan mampu mengidentifikasi serta memahami bentuk-bentuk fosil.

4. Praktikan mampu menjelaskan manfaat dari mempelajari fosil.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fosil

Leonardo da Vinci (1452-1519) berpendapat bahwa fosil merupakan

suatu bukti adanya makhluk hidup dan kehidupan di masa lalu. George Cuvier

(1764-1832) juga memilikipendapat bahwa pada masa tertentu telah dicipatakan

makhluk hidup yang berbeda dari masa ke masa lainnya. Makhluk hidup dapat

diciptakan khusus pada setiap zaman tersebut diakhiri dengan kehancuran alam.

Setiap lapisan bumi akan dihuni oleh makhluk hidup yang berbeda dengan

mahkluk hidup pada lapisan bumi sebelumnya.

Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam

tanah") adalah sisa- sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau

mineral. Fosil terbentuk dari sisa, jejak, atau bekas makhluk hidup masa lalu

yang terawetkan baik secara langsung maupun secara tidak langsung di dalam

lapisan kulit Bumi, terjadi secara alami dan memiliki umur Geologi. Makhluk

hidup yang dapat berubah menjadi fosil dapat berupa manusia, binatang

begitupun dengan tumbuhan

2.2 Proses pemfosilan

Fosil terbentuk melalui penghancuran peninggalan organisme yang pernah

hidup. Proses pemfosilan (Fosilisasi) merupakan proses penimbunan sisa-sisa

makhluk hidup yang terakumulai ke dalam sedimen atau endapan-endapan baik

yang mengalami pengawetan secaramenyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja.

Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:


a) Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras

b) Mengalami pengawetan

c) Terbebas dari bakteri pembusuk

d) Terjadi secara alamiah

e) Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit

f) Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

Secara umum ada dua hal penting yang menjadi syarat bagi suatu

organisma untukmenjadi fosil:

1. Rapid burial adalah proses terkuburnya suatu organisma segera setelah

dia mati danterhindar dari binatang pemakan bangkai maupun proses

pembusukan.

2. Hard parts maksudnya adalah organisma tersebut memilki bagian tubuh

yang keras yangakan terawetkan di dalam lapisan batuan.

Kendala pemfosilan yaitu saat organism mati (bangkai) dimakan oleh

organism lain atauterjadi pembusukan oleh bakteri pengurai.

Suatu contoh tempat yang mendukung terjadinya proses fosilisasi adalah

delta sungai, dasar danau, atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terjadi dari

putusnya suatu meander.

Bahan -bahan yang berperan dalam fosilisasi, diantaranya:

1. Pertrifaksi, berubah menjadi batu oleh adanya bahan-bahan: silika,

kalsiumkarbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu masuk dan mengisi

lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati sehingga

menjadi keras/membatu menjadi fosil.


2. Proses Destilasi, tumbuhan atau bahan organik lainnya yang telah mati

dengan cepat tertutup oleh lapisan tanah.

3. Proses Kompresi, tumbuhan tertimbun dalam lapisan tanah, maka air dan

gas yang terkandung dalam bahan organic dari tumbuhan itu tertekan

keluar oleh beratnya lapisan tanah yang menimbunnya. Akibatnya, karbon

dari tumbuhan itu tertinggal dan lama kelamaan akan menjadi batubara,

lignit dan bahan bakar lainnya.

4. Impresi, tanda fosil yang terdapat di dalam lapisan tanah sedangkan

fosilnya sendiri hilang.

5. Bekas gigi, kadang-kadang fosil tulang menunjukan bekas gigitan hewan

carnivore atauhewan pengerat.

6. Koprolit, bekas kotoran hewan yang menjadi fosil.

7. Gastrolit, batu yang halus permukaannya ditemukan di dalam badan

hewan yang telah menjadi fosil.

8. Liang di dalam tanah, dapat terisi oleh batuan dan berubah sebagai fosil,

merupakan cetakan.

9. Pembentukan Kerak, hewan dan tumbuhan terbungkus oleh

kalsiumkarbonat yang berasal dari travertine ataupun talaktit.

10. Pemfosilan di dalam Tuff, pemfosilan ini jarang terjadi kecuali di daerah

yang berudara kering sehingga bakteri pembusuk tidak dapat terjadi.

11. Pemfosilan dengan cara pembekuan, hewan yang mati tertutup serta

terlindung lapisan es dapat membeku dengan segera. Oleh karena

dinginnya es maka tidak ada bakteri pembusuk yang hidup dalam bangkai
2.3 Jenis-Jenis Pemfosilan

Proses fosilisasi yang umum terjadi diantaranya:

1. Unaltered remains, merupakan fosil yang terawetkan tanpa mengalami

proses perubahan secara kimiawi, meliputi tubuh lunak maupun tubuh

keras dan bersifat insitu. Contoh fosil Mammout dan Rhinocheros di

dalam endapan es di Siberia.

2. Altered remains, merupakan jenis pemfosilan dimana unsure-unsur kimia

didalam tubuh organisme telah terubah baik secara keseluruhan maupun

hanya sebagian, proses tersebutdapat berupa:

a) Permineralisasi merupakan pergantian sebagian komposisi fosil oleh

mineral resisten sedangkan mineralisasi merupakan pergantian

keseluruhan, dimana keduanya terjadi ketika pori-pori fosil terisi oleh

mineral kalsit, silica, fosfat, dan sebagai merubah bentuk cangkang atau

tulang.

b) Replacement, terjadi ketika unsur-unsur kimia pada fosil tergantikan oleh

mineral lain seperti kalsit, silika, pirit atau besi tanpa merubah bentuk asli

dari shell/rangka.

c) Leaching, terlarutkannya unsur-unsur kimia pada fosil yang ada sehingga

sedikit merubah bentuk asli dari shell/rangka.

d) Destilasi, yaitu hilangnya unsur nitrogen, oksigen dan hidrogen di dalam

cangkang/shellyang tergantikan oleh lapisan tipis karbon

e) Histometabesis, terubahnya unsur-unsur kimia pada fosil tumbuh-

tumbuhan.
f) Impression, merupakan sisa tubuh organism yang tercetak pada lapisan

batuan. Cetakan tersebut dapat berupa:

1. Internal mold, cetakan langsung dari bagian dalam cangkang / tubuh

oraganisme

2. Eksternal mold, cetakan langsung dari bagian luar cangkang / tubuh

organism.

3. Internal cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian dalam

dari cangkang /tubuh oraganisme

4. Eksternal cast, cetakan dari mold yang memperlihatkan bagian luar

dari cangkang /tubuh oraganisme.

5. Cetakan daun, merupakan cetakan dari fosil daun.

3. Fosil jejak, yaitu fosil berasal dari sisa-sisa aktivitas organisme. Sisa ini

dapat terwetkan menjadi suatu fosil, berupa:

a) Coprolite, merupakan kotoran binatang yang terfosilkan

b) Trail, jejak ekor binatang

c) Track, jejak kuku binatang

d) Foot print, jejak kaki

e) Burrows, dan boring, jejak berupa tempat tinggal binatang yang terbentuk

lobang-lobang.
2.4 Bentuk-bentuk fosil

Adapun bentuk-bentuk fosil, diantaranya:

1) Tabular, merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk tabung

Gambar 2.1 Bentuk Tabular

2) Filmate, merupakan bentuk fosil yang menyerupai bentuk seperti daun

Gambar 2.2 Bentuk Filmate

3) Plate, merupakan entuk fosil yang menyerupai bentuk seperti piring yang

dimana ukurannya tipis

Gambar 2.3 Bentuk Plate


4) Conical, merupakan bentuk fosil yang menyerupai kerucut, yang dimana

semakin kecildiameter fosil dari atas kebawah atau sebaliknya.

Gambar 2.4 Bentuk Conical

5) Discoidal, merupakan bentuk fosil yang menyerupai cincin. Dimana

bentuknya yang memusar pada satu titik.

Gambar 2.5 Bentuk Discoidal

6) Conveks, merupakan bentuk fosil yang terdiri dari 1 sisi

Gambar 2.6 Bentuk Conveks


7) Biconveks, merupakan bentuk fosil yang terdiri atas 2 sisi.

Gambar 2.7 Bentuk Bicoveks

8) Globular, merupakan bentuk fosil yang menyerupai rupa membundar.

Gambar 2.8 Bentuk Globular

9) Radial, merupakan bentuk fosil yang melingkar.

Gambar 2.9 Bentuk Radial


2.5 Manfaat mempelajari fosil

Adapun manfaat mempelajari fosil utamanya dalam aplikasi geologi, antara

lain:

1. Fosil dalam mementukan umur relatif suatu batuan

Fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan yang

terdapat/terkandung fosil. Batuan yang berasal dari suatu jaman tertentu

mengandung kumpulan fosil yang berbeda dari fosil yang terkandung dalam

batuan yang berasal dari jamangeologi yang lain.

2. Menentukan korelasi batuan antara tempat yang satu dengan tempat lain.

Dengan diketahui fisil yang diketemukan, maka dapat disimpulkan bahwa

beberapa daerah yang disitu ditemukan fosil yang sama, maka lapisan batuan

pada daerah tersebut terbentuk pada masa yang sama.

3. Dapat mengetahui evolusi makhluk hidup

Para ahli paleontologi, setelah meneliti isi fosil dari lapisan batuan batuan

yang berbeda- beda umurnya berkesimpulan bahwa batuan yang lebih tua akan

mengandung fosil yang lebih sedikit, bentuknya lebih primitip. Semakin muda

umur batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan strukturnya semakin canggih.

Dari sini kemudian para ahli tersebut berkesimpulan bahwa organisme yang

pernah ada di bumi kita ini mengalami perkembangan, mulai dari sederhana

menunju ke bentuk yang lebih kompleks dalam waktu yang sangat lama. Hal ini

yang kemudian dikembangkan oleh ahli biologi sebagai teori evolusi organisme.

4. Menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang

mengandung fosil terbentuk.


Fosil dapat menentukan suatu keadaan ekologi yang ada saat batuan yang

mengandung fosil tersebut terbentuk caranya dengan mengindentifikasi batuan

tersebut tersedimentasi pada masa apa dan dapat dilihat pula bahwa fosil

tersebut dulunya hidup pada lingkungan yang bagaimana. Misalnya pada suatu

batuan, kita menemukan fosil ikan berarti dapat diketahui bahwa disekitar

lingkungan tersebut dulunya adalah air.

5. Dapat merekonstruksi lingkungan masa lampau

Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim.

Dengan cara ini maka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa

lampau beserta perubahan- perubahan yang terjadi, dan juga untuk mempelajari

hubungan antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni lingkungan tersebut.

Salah satu perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan pendekatan

ini adalah perubahan ternperatur rata-rata.


BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode

Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara pertama ini adalah
pengenalan danpendeskripsan fosil yang dilakukan oleh praktikan.

Tabel 3.1 flaw chart tahapan praktikum

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama melaksanakan asistensi umum.

Pada asistensi umum dipaparkan mengenai tata tertib serta peralatan yang wajib

dikenakan dan dibawa saat kegiatan praktikum. Setelahnya dilanjutkan dengan

asistensi acara 1 yaitu pengenalan fosil. Setelah pembawaan materi singkat

terkait pengenalan dan pendeskripsian fosil, asisten memberi tugas pendahuluan

yang menjadi syarat sebelum bisa mengikuti kegiatan praktikum.


3.2.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan kegiatan

praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui

sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah

responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan

8 sampel fosil untuk kemudian di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja

praktikan.

3.2.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil

yang benar.

3.2.4 Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi

dari asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format

laporan yang telah ditentukan.


3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan, diantaranya:

1. Buku penuntun

2. LKP (Lembar Kerja Praktikan)

3. Kartu kontrol

4. Lembar asistensi

5. Referensi hardcopy

6. Pensil warna

7. ATK

8. Masker

9. Handsenitizer

10. HVS A4

11. Clipboard

12. Jam tangan

13. Sarung tangan latex


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan pembahasan

Dalam praktikum yang dilakukan pada hari selasa tanggal 16 Maret 2021 di

laboratorium Paleontologi, Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Universitas Hasanuddin. Kami mengamati 8 sampel fosil dengan filum yang

berbeda-beda diantaranya Filum Coelenterata, Mollusca, dan Porifera. Sampel-

sampel berikut akan dibahas lebih lanjut oleh pembahasan berikut.

4.1.1 Sampel 1

Gambar 4.1 sampel 1 fosil Ompyma subturbinata

Fosil ini berasal daei filum Cnidaria, kelas Anthozoa, Ordo Rugosa,

Omphymanidae, Genus Omphyma, dan Mempunyai spesies Omphyma

subturbinata.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman
dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam

cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,

sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah branching, yaitu fosil yang terciri

mempunyai 1 pasang kerang/utuh. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka

fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini

mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan

pengendapannya adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur

fosil ini adalah Silur Tengah yaitu antara 436-423 juta tahun yang lalu.
4.1.2 Sampel 2

Gambar 4.2 Sampel 2 Fosil Favosites polymmorphus GOLDF

Fosil ini berasal dari filum Cnidora, kelas Anthozoa, Ordo Fallostida,

Fallositesidae, Genus Fallosites, dan Mempunyai spesies Favosites polymorphus

GOLDF.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut Fosil ini berasal dari filum

Cnidora, kelas Anthozoa, Ordo Fallostida, Fallositesidae, Genus Fallosites, dan

Mempunyai spesies Favosites polymorphus GOLDF.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman
dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam

cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,

sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah branching, yaitu fosil yang terbentuk

bercabang. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi

membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium

karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan pengendapannya adalah pada laut

dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adalah Delfon tengah yaitu

antara 370-361 juta tahun yang lalu.


4.1.3 Sampel 3

Gambar 4.3 Sampel 3 Fosil Minatothyris concentrica var. tomida KAYSER

Fosil ini berasal daei filum Brachiopoda, kelas Rhynchonelliformea, Ordo

Spiriferida, Famili Minatothyrisidae, Genus Minatothyris, dan Mempunyai spesies

Minatothyris concentrica var. tomida KAYSER.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme


tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam

cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,

sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah biconvex, yaitu fosil yang terciri

mempunyai bentuk yang setengah kerang. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M

maka fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa

fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan

pengendapannya adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur

fosil ini adala Devonian tengah yaitu antara 370-361 juta tahun lalu.

4.1.4 Sampel 4

Gambar 4.4 Sampel 4 fosil Gonioteuthis granulata (BLV.)


Fosil ini berasal daei filum Mollusca, kelas Cephalopoda, , Famili

Gonioteuthisidae Genus Gonioteuthis, dan Mempunyai spesies Gonioteuthis

granulata (BLV.)

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam

cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,

sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Tabular, yaitu fosil yang terciri

mempunyai bentuk seperti tabung. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka

fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini

mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan

pengendapannya adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur

fosil ini adala Kapur atas yaitu antara 100-66 juta tahun.

4.1.5 Sampel 5

Gambar 4.5 Sampel 5 Fosil Corbicula gravesi (DESH.)

Fosil ini berasal daei filum Mollusca, kelas Bivalvia, Ordo Veneroida,

Famili Corbiculanidae Genus Corbicula, dan Mempunyai spesies Corbicula

gravesi (DESH.).

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman
dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam

cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,

sehingga terbentuk cetakan bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Tabular, yaitu fosil yang terciri

mempunyai bentuk seperti tabung. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka

fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini

mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan

pengendapannya adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur

fosil ini adala Eosen bawah yaitu antara 55-51 juta tahun lalu.
4.1.6 Sampel 6

Gambar 4.6 Sampel 6 Fosil Echinocorys conica lata


Fosil ini berasal dari filum echinodermata, kelas echinodea, ordo
holasteroida, family echinocorysidae, genus echinoderys, dengan nama spesies
echinoderys conicalata
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya


organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah conikal, yaitu fosil yang terciri

mempunyai bentuk seperti Kerucut. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka

fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini

mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan

pengendapannya adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur

fosil ini adala Miosen bawah yaitu antara 22,5-16 juta tahun lalu.

4.1.7 Sampel 7

Gambar 4.7 Sampel 7 fosil Dohmophyllum helianthoides (GOLDF)


Fosil ini berasal dari filum cnidaria, kelas anthozoa, ordo fungia, family
dohmophyllumidae, genus dohmophillum, dengan nama spesies dohmophyllum
helianthoides (GOLDF)
Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman

dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

mineralisasi. Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga dalam

cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh air tanah yang memasukinya,

sehingga mineral membentuk keseluruhan bagian tubuh.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.


Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Convex (Kerang tunggal). Jika

ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil ini akan beraksi membentuk buih-

buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat

(CaCO3), menandakan bahwa lingkungan pengendapannya adalah pada laut

dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini adala Devon tengah yaitu

antara 370-361 juta tahun lalu.

4.1.8 Sampel 8

Gambar 4.8 Sampel 8 Fosil Tympanotonos margaritaceus (BROCCHI)

Fosil ini berasal daei filum Mollusca, kelas Gastropoda, Ordo

Caenogastropoda, Famili Tympanotonosidae, Genus Tympanotonos, dan

mempunyai spesies Tympanotonos margaritaceus (BROCCHI).

Setelah organisme ini mati, akan mengalami transportasi oleh media

geologi berupa air, angin atau es ke daerah cekungan, selama tranportasi,

material-material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami

pergantian terhadap material yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu

material tersebut terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil. Bersaman
dengan itu, material-material sedimen juga ikut tertransportasikan. Di daerah

cekungan inilah material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari tekanan tersebut akan

mengakibatkan material terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan keluar, masuklah material

sementasi yang halus. Setelah itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya

organisme dan material sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dilakukan oleh fosil ini adalah

permineralisasi.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh tenaga endogen berupa

tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik

di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi air, angin, atau es

sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah conikal, yaitu fosil yang terciri

mempunyai bentuk seperti Kerucut. Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka

fosil ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui bahwa fosil ini

mengandung kalsium karbonat (CaCO3), menandakan bahwa lingkungan

pengendapannya adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur

fosil ini adala Miosen bawah yaitu antara 22,5-16 juta tahun lalu.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kegiatan praktikum ini, diantaranya:


1. Proses pemfosilan dimulai ketika organisme mati, kemudian akan
tertransportasi dan akan terendapkan pada cekungan. Pada saat yang
bersamaan pula material sedimen lainnya ikut tertansportasi dan
terendapkan pada cekungan yang sama, sehingga organisme mendapatkan
tekanan tinggi oleh material sedimen di atasnya yang mengakibatkan
organisme akan terkubur makin dalam dan bertemu air tanah. Ketika
bertemu dengan air tanah inilah organisme akan mengalami proses leaching
(pencucian) yang dilanjutkan dengan proses pergantian komposisi dasar
organisme yang dengan mineral-mineral resisten terhadap perlapukan yang
dibawa oleh air tanah sehingga bentuk asli dari fosil tersebut masih terlihat
jelas. Proses selanjutnya yang terjadi pada organisme ini adalah proses
pembatuan (lithifikasi) sehingga organisme membatu dan akhirnya menjadi
fosil. Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
aktivitas tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke
permukaan, kemudian akan terkena gaya eksogen berupa erosi, abrasi
gerakan tanah, atau gaya eksogen lainnya sehingga fosil akan tampak di
permukaan.
2. Adapun jenis-jenis pemfosilan secara umum terdiri atas karbonisasi,
mineralisasi dan permineralisasi, raplacement, rekristalisasi, organic traps,
mold and cast.
3. Fosil memiliki beberapa bentuk diantaranya: Tabular (tabung), konikal
(kerucut), plate (pipih), diskoidal (cakram), conveks (1 bagian cangkang),
biconveks (2 bagian cangkang), globular (bola), radial (melingkar).
4. Adapun manfaat dari mempelajari fosil, diantaranya mementukan umur
relatif suatu batuan, dapat menentukan korelasi batuan antara tempat yang
satu dengan tempat lain, dapat mengetahui evolusi makhluk hidup, dapat
menentukan keadaan lingkungan dan ekologi yang ada ketika batuan yang
mengandung fosil terbentuk, serta dapat merekonstruksi lingkungan masa
lampau.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Laboratorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu :

1. Tetap terjaga kebersihan dalam lab dan mengikuti protokol kesehatan.

5.2.2 Untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten yaitu :

1. Tetap sabar menghadapi tingkah praktikan yang berbeda-beda

2. Selalu memberikan ilmu yang bermanfaat bagi praktikan


DAFTAR PUSTAKA

Annisa Yura. 2014 http://yuraannisa.blogspot.com/2014/04/makalah-

echinodermata-terbaru-2014.html. Di akses tanggal 21 Maret 2021 pukul

20.30

Anonim. 2013. http://makalahporifera.blogspot.com/. Di akses tanggal 21 Maret

2021 pukul 19.40

Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi

Aksara

E, Mulyasa. 2008. Standar Keterampilan dan Sertifikasi Guru. Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya

Hidayat Azizah Miratil, 2014. Invertebrata.

http://azizamiratilhayat.blogspot.com/2014/04/mata-kuliah-zoologi-

invertebarata-abkc.html Di akses tanggal 21 Maret 2021 pukul 20.15

Anda mungkin juga menyukai