PENDAHULUAN
merupakan sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang menjadi batu atau mineral.
Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tumbuhan wajib segera tertutup sedimen.
Fosil yang sangat umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi, dan
tulang. Ilmu yang mempelajari fosil sendiri adalah paleontologi yang merupakan
cabang ilmu dari arkelogi. Paleontologi ini sendiri berasal dari kata paleo (masa
lampau), onto (kehidupan) dan logos (ilmu). Jadi, paleontologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang bentuk-bentuk kehidupan yang pernah ada pada masa lampau
termasuk evolusi dan interaksi satu dengan lainnya serta lingkungan hidupnya selama
umur bumi atau dalam skala waktu geologi terutama yang diwakili oleh fosil.
Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan pada lapisan-lapisan
batuan pembentuk kerak bumi yang umumnya merupakan batuan sedimen. Sisa-sisa
kehidupan tersebut merupakan bagian yang keras dari organisme seperti cangkang,
jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain. Fosil terbentuk ketika makhluk
hidup pada zaman dulu (lebih dari 500.000 tahun) terjebak dalam lumpur atau pasir
dan kemudian jasadnya tertutup oleh endapan sedimen. Endapan sedimen ini
perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi sepanjang sejarah bumi,
mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat makhluk hidup tersebut ada,
dan ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut, untuk korelasi
masa lampau. Oleh karena itu, dilakukanlah kegiatan praktikum kali ini dengan
cakupan materi berupa pengenalan fosil serta segala sesuatu yang tercakup di
dalamnya.
geologi.
praktikan diharapkan dapat mengetahui fosil secara umum, bentuk-bentuk fosil secara
umum. Proses pemfosilan dan lingkungan pengendapannya serta mengetahui apa saja
umum, bentuk-bentuk fosil, proses pemfosilan serta mengetahui manfaat dari fosil.
berikut;
2. HCL
3. Kertas HVS
4. Clipboard
5. Buku penuntun
6. Katrol
8. Penggaris
9. Kamera Handphone
13. Stapler
kebanyakan orang, fosil adalah representasi dari seluruh atau sebagian tubuh makhluk
hidup (organisme) yang pernah hidup dan biasanya terawetkan sebagai cetakan/mold
atau cast, isian (cor), residu berkarbonisasi atau rekristalisasi pada bagian keras
(misalnya, tulang atau cangkang). Fosil (dari Bahasa Latin Klasik: Fossilis; secara
harfiah berarti: “diperoleh dengan menggali”) adalah sisa-sisa, jejak, atau jejak benda
apa pun yang pernah hidup dari zaman geologis masa lalu. Contohnya termasuk
tulang, cangkang, eksoskeleton, jejak membatu dari binatang atau mikroba, benda
yang disimpan dalam damar, kayu yang membatu, minyak, batu bara, dan sisa-sisa
DNA.
Charles Darwin
Charles darwin berpendapat bahwa mahluk hidup yang terdapat pada lapisan
bumi yang tua akan mengadakan perubahan bentuk yang disesuaikan dengan lapisan
bumi yang lebih muda. Oleh sebab itu, pada lapisan bumi yang lebih muda ditemukan
fosil yang berbeda dengan lapisan bumi yang lebih tua. Adanya perbedaan iklim,
George Cuvier
mahluk hidup yang berbeda dari masa ke masa lainnya. Mahluk hidup bisa diciptakan
khusus pada setiap zaman dan masing-masing zaman tersebut diakhiri dengan
kehancuran alam. Di setiap lapisan bumi akan dihuni oleh mahluk hidup yang
berikut :
1. Mempunyai bagian yang keras. Organisme harus memiliki bagian yang keras,
2. Segera terhindar dari proses pengrusakan sebagai akibat dari gaya endogen
atau gaya eksogen, atau dimakan oleh bakteri aerobic atau anaerobic.
mikroskop
menjadi sebuah fosil organisme harus mengalami kematian terlebih dahulu. Proses
yang di alami organisme setelah kematian adalah pembusukan adalah jaringan lunak
(daging, otot). Jaringan keras seperti tulang dan gigi adalah bagian tubuh yang awet
tempat dia mati dan dalam posisi awal ketika dia mati. Fosil ini disebut fosil
auochtonous. Fosil yang mengalami rapid burial biasanya terawetkan dengan baik
alamiah seperti hanyut terbawa arus air, busuk karena angin dan udara, atau dicabik
binatang pemakan bangkai sehingga posisinya sudah berpindah dari tempat dia mati,
dan susunan tubuhnya sudah tidak anatomis lagi. Fosil seperti ini disebut fosil
Jasad organisme ini pun terhindar dari bakteri pembusuk dan organisme pemakan
bangkai yang kemudian tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa
air, angin, dan lain-lain yang dapat mengubah bentuk dan kedudukannya. Kemudian
fosil ini akan terendapkan pada daerah yang lebih rendah berupa cekungan, setelah itu
akan terakumulasikan yaitu tertutupi oleh lapisan-lapisan batuan sedimen pada tempat
asalnya yakni berupa cekungan, yang stabil kemudian mengalami leaching yakni
proses pencucian fosil sehingga material yang tidak resisten tergantikan oleh material
1. Fosil yang mengalami perubahan secara keseluruhan, yaitu fosil yang jarang
3. Amber, yaitu getah dari tumbuhan yang telah mengalami proses fosilisasi.
bagian dari fosil oleh satu jenis mineral karena dari akibat masuknya mineral
tumbuhan sehingga menyebabkan fosil akan lebih berat dari semula dan akan
Mineral yang mengisi dan terendapkan adalah kalsit (CaC0 3), silika (SiO2) dan
dengan mineral lain. Serupa dengan permineralisasi, hanya saja sisa organisme
asli terbawa asli telah terbawa pergi setelah sebelumnya terkubur dalam sedimen
kemudian larut oleh air tanah, sehingga meninggalkan rongga pada batuan yang
selanjutnya terisi oleh material baru berupa material karbonatan, silikat, dan
senyawa besi, terkadang hingga molekul per molekul, sehingga struktur halus
organisme terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi, sehingga material-
material penyusunnya berubah bentuk ke bentuk yang lebih stabil. Pada skala
mikroskopis, fosil yang mengalami rekristalisasi sulit dibedakan dari yang asli,
namun pada skala lebih kecil, struktur-struktur halus dari fosil tidak lagi
kelihatan atau berubah mengikuti struktur kristal dan mineral yang baru.
Contohnya fosil yang tersusun dari mineral kalsit berubah menjadi mineral
aragonite.
4. Distilasi / Karbonisasi, yaitu menguapnya kandungan gas-gas atau zat lain yang
mudah menguap dalam tumbuhan dan hewan karena tertekannya rangka atau
tubuh organisme tersebut dalam sedimentasi dan meninggalkan residu karbon (C)
Fosil ini terbentuk dari jejak hasil aktivitas organisme baik binatang maupun
Contohnya bekas daun yang jatuh di lumpur, dan yang tertinggal hanya
jejaknya.
2. Mold, cetakan negatif dari bagian keras organisme yang terbentuk ketika
organisme yang mati jatuh dan menekan sedimen di dasar laut, kemudian
bagian yang keras jatuh membentuk cetakan pada sedimen. Ketika bagian
keras organisme itu hilang, maka cetakan yang tertinggal disebut mold. Mold
organisme.
organisme.
tapak dan tuangan terisiss zat lain dari luar, sedangkan fosilnya sendiri lenyap.
Ketika mold terisi oleh material-material tertentu, akan terbentuk cetakan yang
serupa dengan organisme yang membentuk mold. Cetakan dari mold inilah
bor atau pipa yang merupakan tempat tinggal/hidup yang telah memfosil.
1. Protozoa berasal dari dua kata yaitu Protos yang berarti pertama dan zoon
yang berarti hewan, protozoa merupakan kelompok hewan yang paling pertama hidup
di permukaan bumi. Secara umum protozoa dapat diartikan sebagai kelompok hewan
dari BryozoaI menyerupai tumbuhan lumut. Namun, setelah penelitian lebih lanjut
Bryozoa merupakan koloni dari hewan-hewan kecil, seperti hamparan lumut berbulu,
menempel pada batu, benda atau tumbuhan air di perairan dangkal yang subur dan
jernih. Bryozoa berasal dari bahasa yunani, bryon berarti lumut dan zoon berarti
hewan.
3. Kata poifera berasal dari bahasa latin yaitu Poruos artinya pori (lubang kecil)
dan ferre artinya membawa. Jadi porifera merupakan hewan yang mempunyai tubuh
berpori, dikenal juga sebagai sponge atau spons. Porifera merupakan kelompok
hewan yang terdiri dari banyak sel yang disebut juga sebagai Metazoa.
mempunyai rongga dengan bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang dikelilingi
tentakel. Filum coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenteron yang
berarti rongga.
5. Mollusca berasal dari bahasa Latin "molluscus" yang berarti lunak. Ini
merujuk pada hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Mollusca mencakup
berbagai hewan seperti kerang, siput, dan cumi-cumi. Beberapa moluska memiliki
cangkang untuk melindungi tubuh lunak mereka, sementara yang lain tidak memiliki
cangkang. Mollusca dapat hidup di air atau di darat, dengan pernapasan melalui
insang bagi yang hidup di air dan melalui rongga mantel sebagai paru-paru bagi yang
hidup di darat.
6. Brachiopoda (dari bahasa Yunani, yang berarti "lengan-kaki"), juga dikenal
sebagai cangkang lampu atau bivalvia. Brachiopoda ini telah memainkan peran
sentral dalam pemahaman ahli geologi dan ahli biologi tentang sejarah dan evolusi
kehadiran mereka yang hampir ada di mana-mana dalam catatan batuan dan fosil dan
pandangan dunia kita saat ini tentang sejarah evolusi brachiopoda melalui klasifikasi,
ahli biologi pertama kali memberi nama pada brachiopoda. Dumeril (1806), seorang
ahli zoologi Prancis, pertama kali menggunakan istilah Brachiopoda untuk merujuk
kulit). Jadi, dapat diartikan echinpdermata adalah kelompok hewan tripoblastik yang
memiliki ciri khas adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit.
Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya. Kebanyakan memiliki
8. Arthropoda adalah hewan tak bertulang belakang yang memiliki tubuh beruas-
ruas atau bersegmen dan kaki yang bersendi. Arthropoda berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu arthros (sendi atau ruas) dan podos (kaki) (Tim asisten, 2023).
1. Sebagai bukti adanya kehidupan di masa lampau serta penunjuk terjadinya evolusi
kehidupan.
2. Penentu iklim pada saat terjadi atau berlangsungnya proses sedimentasi atau yang
dikenal dengan dengan Paleoclimatology. Seperti pada suatu daerah pada saat
4. Sebagai penentu umur relatif batuan yang mengandungnya, dalam hal ini
penggunaan fosil tertentu sebagai foraminifera planktonik dan fosil indeks dengan
6. Penentu top dan bottom dari suatu lapisan batuan yang mengandungnya.
Skala waktu geologi merupakan alat yang berguna bagi para ahli geologi
untuk memahami sejarah Bumi secara kronologis berdasarkan catatan fosil dan
peristiwa geologi. Skala waktu geologi membagi sejarah Bumi menjadi berbagai era,
periode, dan zaman. Setiap era dibedakan berdasarkan peristiwa signifikan seperti
kepunahan massal spesies, perubahan iklim global, atau aktivitas vulkanik dan
tektonik lempeng yang mempengaruhi ekosistem bumi secara menyeluruh (Smith et
al., 2021).
menentukan usia relatif batuan, lapisan tanah, atau formasi geologi lainnya. Dengan
menganalisis jenis fosil yang ditemukan pada suatu lapisan, para ahli dapat
mengidentifikasi era atau zaman ketika fosil tersebut hidup. Misalnya, fosil-fosil
invertebrata laut seperti trilobita dan brakiopoda yang hanya ditemukan pada batuan
1. Bos Palaesondaicus.
Fosil hewan purba yang satu ini merupakan sejenis kerbau purba dan juga dapat
dianggap sebagai nenek moyang dari banteng Jawa. Hewan tersebut diperkirakan
hidup di masa Pleistosen Jawa sekitar 2,6 juta - 12 ribu tahun lalu. Penemu fosil yang
satu ini adalah ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1908 di Trinil, tetapi hanya
2. Stegodon Trigonocephalus
Fosil hewan yang satu ini berupa gajah purba yang paling tua, yang diperkirakan
menyebar mulai dari Indonesia hingga Timur Tengah. Hewan tersebut diperkirakan
hidup pada zaman Pleistosen Jawa, dan ditemukan di Sangiran, Trinil, dan
Gunung Patiayam.
3. Stegodon Pigmy
Fosil hewan purba yang satu ini merupakan gajah mini yang tingginya hanya
sekitar 1,5 – 2 meter. Gajah ini dulunya tinggal di Flores, Sulawesi dan Timor dan
hidup pada waktu sekitar 840 ribu tahun lalu dan diperkirakan punah karena ledakan
4. Rhinoceros Sondaicus
Fosil hewan purba yang satu ini merupakan badak purba yang pada akhirnya
berevolusi menjadi badak yang ada di Ujung Kulon. Fosil ini ditemukan di Sangiran
5. Rhinoceros Sondaicus
Fosil hewan purba yang satu ini merupakan badak purba yang pada akhirnya
berevolusi menjadi badak yang ada di Ujung Kulon. Fosil ini ditemukan di Sangiran
6. Gavialis Bengawanensis
Fosil hewan yang satu ini berupa buaya purba bermoncong panjang yang
khususnya ada di Pulau Jawa dan sudah punah sejak jutaan tahun lalu. Fosil tersebut
ditemukan di kawasan situs Sangiran, hanya berupa beberapa bagian saja dan tidak
asistensi umum dipaparkan mengenai tata tertib serta peralatan yang wajib dikenakan
dan dibawa saat kegiatan praktikum. Setelahnya dilanjutkan dengan asistensi acara
pertama yaitu pengenalan fosil. Setelah pembawaan materi singkat terkait pengenalan
dan pendeskripsian fosil, asisten memberi tugas pendahuluan yang menjadi syarat
praktikum, hal yang pertama dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui
sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah responsi
praktikum.
praktikum yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil atau
asisten, dilanjutkan dengan penyusunan laporan sesuai dengan format laporan yang
telah ditentukan.
3.5 Laporan
Setelah melalui tahap asistensi dan laporan telah di setujui oleh asisten, maka
tahap selanjutnya adalah praktikan mengumpulkan laporan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
2. Tugas pendahuluan
Praktikum 1. Respon
2. Deskripsi sampel
3. Sketsa
Analisis data 1. Asistensi
2. Perbaikan LKP
2. Asistensi laporan
Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapatkan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut :
4.2 Pembahasan
4.2.1 Sampel 1 (Gonioteuthis granulata quadrata)
Fosil pada sampel pertama ini berasal dari Filum Mollusca, Kelas Scacopoda,
granulataquadrata.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu rekristalisasi dimana sisa-
sisa organisme fosil ini terkena suhu dan tekanan yang lebih tinggi, sehingga
material-material penyusunnya berubah ke bentuk yang lebih stabil. Fosil ini
memiliki bentuk konikal (kerucut) dengan komposisi kimia yaitu karbonatan (CaCO 3)
dan berumur jura bawah (±195-176 juta tahun). Adapun lingkungan pengendapan
Pada fosil ini, proses pemfosilan dimulai dari organisme mati, kemudian
tertransportasi oleh media geologi. Selama proses transportasi, material yang tidak
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
dalam ruang lingkup geologi. Sebagai fosil dari spesies belemnite yang hidup pada
periode Kapur akhir, fosil ini memberikan informasi berharga tentang sejarah
yang lebih baik tentang kondisi geologi pada masa lalu, seperti suhu laut, kedalaman
laut, dan komposisi sedimen. Fosil ini juga dapat membantu dalam penentuan usia
batuan dan lapisan geologi tertentu, karena mereka memiliki rentang waktu yang
terbatas di mana mereka hidup. Selain itu, fosil-fosil belemnite juga digunakan
sebagai petunjuk dalam penelitian stratigrafi, yang melibatkan studi urutan dan
Fosil pada sampel kedua ini berasal dari Filum Foraminifera, Kelas Tubothalamea,
Ordo Rotaliida, Famili Nummulitesidae, Genus Nummuliites, dan dengan nama Spesies
Nummulites millsecaput.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu permineralisasi dimana
terjadi penggantian sebagian mineral asli dari fosil tersebut. Fosil ini memiliki bentuk
plate (pipih) dengan komposisi kimia karbonatan (CaCO 3) dan berumur eosen tengah
(±55-44 juta tahun). Adapun lingkungan pengendapan fosil ini yaitu laut dangkal.
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk serta
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
mempelajari fosil ini, para ilmuwan dapat mengidentifikasi spesies yang telah punah
dan memahami bagaimana kehidupan laut telah berubah seiring waktu. Selain itu,
lingkungan dan kondisi geologis di masa lampau. Misalnya, fosil ini dapat memberi
kan petunjuk tentang suhu air laut, tingkat keasaman, dan kualitas air di masa lampau.
Echinoidea, Ordo Cidairoida, Famili Cidarisidae, Genus Cidaris, dan dengan Spesies
‘Cidaris’ vesikularis.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu permineralisasi dimana
terjadi penggantian sebagian mineral asli dari fosil tersebut. Fosil ini memiliki bentuk
berumur kapur atas (±141-100 juta tahun). Adapun lingkungan pengendapan fosil ini
yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami pergantian terhadap material
yang resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan
pada daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
menentukan umur batuan, perubahan iklim, dan regresi laut. Dalam konteks
paleontologi, fosil ini membantu dalam pengenalan jenis-jenis fosil dan manfaatnya
bagi kehidupan. Fosil ini juga berperan dalam pemahaman tentang proses pemfosilan,
Fosil pada sampel keempat ini berasal dari Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa,
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu permineralisasi dimana
terjadi proses penggantian sebagian mineral asli dari fosil tersebut. Fosil ini memiliki
dan berumur devon tengah (±370-360 juta tahun). Adapun lingkungan pengendapan
Pada fosil ini, proses pemfosilan dimulai dari organisme mati, kemudian
tertransportasi oleh media geologi. Selama proses transportasi, material yang tidak
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk serta
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
Fosil ini memiliki beberapa kegunaan penting dalam bidang paleontologi dan
kehidupan di masa lalu. Selain itu, fosil ini juga membantu dalam studi evolusi
organisme laut pada periode geologi tertentu, sehingga memungkinkan para ilmuwan
lingkungan mereka. Secara keseluruhan, fosil ini memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang sejarah kehidupan di masa lalu dan peran organisme ini dalam ekosistem
Haustator imbricatarius.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu internal mold dimana
terjadi pencetakan langsung dari bagian dalam cangkang/tubuh organisme. Fosil ini
memiliki bentuk bikonvex (kerang yang memiliki dua sisi) dengan komposisi kimia
karbonatan (CaCO3) dan berumur eosen bawah (±55-50 juta tahun). Adapun
lingkungan pengendapan fosil ini yaitu laut dangkal yang ditandai dengan
Pada fosil ini, proses pemfosilan dimulai dari organisme mati, kemudian
tertransportasi oleh media geologi. Selama proses transportasi, material yang tidak
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
pengendapan di mana fosil tersebut terbentuk. Fosil ini juga digunakan untuk
mengidentifikasi lapisan batuan yang lebih tua atau lebih muda serta fosil dapat
memberikan informasi tentang bentuk dan karakteristik organisme pada periode
tertentu.
Fosil pada sampel keenam ini berasal Filum Arthropoda, Kelas Trilobita, Ordo
Homotelus bromidensis.
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu internal mold dimana
terjadi pencetakan langsung dari bagian dalam cangkang/tubuh organisme. Fosil ini
(CaCO3) dan berumur ordovisum tengah (±500-450 juta tahun). Adapun lingkungan
pengendapan fosil ini yaitu laut dangkal yang ditandai dengan bereaksinya fosil
terhadap HCL.
Pada fosil ini, proses pemfosilan dimulai dari organisme mati, kemudian
tertransportasi oleh media geologi. Selama proses transportasi, material yang tidak
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
terakumulasi, semakin lama material akan bertambah dan menumpuk serta
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
Fosil ini memiliki nilai penting dalam pemahaman sejarah kehidupan di masa
lalu. Meskipun tidak memiliki kegunaan praktis seperti fosil-fosil yang digunakan
Fosil pada sampel ketujuh ini berasal dari Filum Mollusca, Kelas
penggantian secara keseluruhan bagian dari fosil dengan mineral lain. Fosil ini
dan berumur kapur atas (±141-100 juta tahun). Adapun lingkungan pengendapan fosil
ini yaitu laut dalam yang ditandai dengan tidak bereaksinya fosil terhadap HCL.
Pada fosil ini, proses pemfosilan dimulai dari organisme mati, kemudian
tertransportasi oleh media geologi. Selama proses transportasi, material yang tidak
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
sedimen akan terlitifikasi, sehingga organisme tersebut menjadi fosil. Setelah itu fosil
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
prasejarah, baik yang terkait dengan manusia maupun dengan flora dan fauna lainnya.
Melalui analisis fosil ini, dapat membantu untuk memahami lingkungan, pola
migrasi, dan adaptasi makhluk hidup pada masa lalu. Selain itu, fosil juga membantu
mengungkap sejarah evolusi dan perubahan iklim di masa geologis yang telah
berlalu.
4.1.8 Sampel 8 (Hellophylum halli)
Fosil pada sampel kedelapan ini berasal dari Filum Coelenterata, Kelas
Anthozoa, Ordo Rugosa, Famili Helliophyllumidae, Genus Helliophyllum, dan
dengan nama Spesies Hellophylum halli (EDW. & H.).
Proses pemfosilan yang terjadi pada fosil ini yaitu permineralisasi dimana
terjadi penggantian sebagian mineral asli dari fosil tersebut. Fosil ini memiliki bentuk
konikal (kerucut) dengan komposisi kimia karbonatan (CaCO 3) dan berumur devon
tengah (±370-360 juta tahun). Adapun lingkungan pengendapan fosil ini yaitu laut
dangkal yang ditandai dengan bereaksinya fosil terhadap HCL.
Pada fosil ini, proses pemfosilan dimulai dari organisme mati, kemudian
tertransportasi oleh media geologi. Selama proses transportasi, material yang tidak
resisten terhadap pelapukan. Setelah itu, material tersebut akan terendapkan pada
daerah cekungan yang relatif stabil. Di daerah cekungan inilah material akan
tersebut akan mengalami gaya endogen berupa uplifting sehingga fosil akan
Kegunaan fosil
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan pada lapisan-lapisan
seperti cangkang, kuku, tulang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh
3. Manfaat dari fosil yaitu sebagai bukti kehidupan di masa lampau dan indikator
fosil yang ditemukan, untuk menentukkan top dan bottom dari lapisan batuan
5.2 Saran
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
1. Meningkatkan kebersihan laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, G. T., & Spoolman, S. (2021). Living in the environment: concepts,
Smith, L., Smith, M., & Smith, J. (2021). Elements of ecology. Benjamin Cummings.