Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi dalam Bahasa latin sendiri berasal dari kata geos yang berarti bumi

dan logos yang berarti ilmu. Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan

Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya

yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan

bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik

didalam maupun diatas permukaan bumi, dan kedudukannya di alam semesta serta

sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.

Salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai kehidupan masa

lampau dan aktivitas suatu organisme pada masa tersebut ialah Paleontologi.

Paleontologi merupakan ilmu yang membahas mengenai kehidupan

organisme masa lampau yang dengan tujuan mengetahui indikator evolusi, aktivitas

organismme, ataupun menentukan umur relatif suatu batuan dengan bantuan

penemuan fosil. Fosil sendiri merupakan hasil rekam jejak di kehidupan masa

lampau dan menjadi objek pengamatan ilmu paleontologi yang dapat berupa makro

organisme, mikro organisme, nano organisme ,ataupun hasil jejak aktivitas fosil

tersebut.
Dalam ilmu geologi, tujuan mempelajari fosil ialah mempelajari

perkembangan kehidupan sepanjang umur bumi, mengetahui kondisi geografi dan

iklim pada zaman fosil organisme yang ada, menentukan umur relatif batuan

berdasarkan kandungan fosilnya, untuk korelasi antar batuan yang terdapat di alam

yaitu dengan dasar fosil sejenis atau seumur.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan diadakannya praktikum pengenalan fosil ialah

merangkai pemahaman awal serta menambah wawasan mengenai fosil. Sedangkan

tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini ialah :

1. Untuk mengetahui pengertian fosil.

2. Untuk memahami bentuk – bentuk fosil.

3. Untuk mengetahui proses pemfosilan.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat praktikum pengenalan fosil, diantaranya :

1. Mengetahui bentuk bentuk fosil melalui praktikum.

2. Dapat menjelaskan bagaimana suatu fosil dapat terbentuk.

3. Dapat mendeskripsikan karakteristik suatu fosil sehingga dapat di

representsikan pada lembar kerja praktikum.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah praktikum ini mencakup mengenai metode pengenalan

fosil, mekanisme terbentuknya suatu fosil, taksonomi fosil, proses pembentukan,

hingga rentang usia fosil tersebut.


1.5 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum diantaranya sebagai

berikut :

1. Lup

2. HCL 0,1 M

3. ATK

4. Lap Kasar/Halus

5. Jas Lab

6. Penuntun dan Lkp

7. Katrol dan Lembar Asistensi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Paleontologi

Paleontologi berasal dari 3 bahasa yunani, yakni Paleo artinya hidup, Onto

yang artinya tua, dan Logos yang artinya ilmu. Secara umum paleontologi

merupakan ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan, aktivitas, interaksi,

lingkungan, dan kehidupan pada masa purba dengan bukti – bukti berupa fosil

dengan kurun waktu skala waktu geologi.

2.2 Keterkaitan Ilmu Paleontologi dengan Ilmu Lainnya

Paleontologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari mengenai teori

evolusi keadaan bumi pada zaman purba, Oleh karenanya, ilmu paleontologi selalu

berketerkaitan dengan ilmu yang menghususkan indikator evolusi, umur relative,

serta aktivitas kehidupan pada masa lampau. Salah satu diatara cabang keilmuan

tersebut diantaranya :

1. Biostratigrafi, merupakan ilmu yang menetukan umur suatu batuan

dengan bantuan fosil yang terkandung di dalamnya. Umumnya dengan

tujuan menentukan periode waktu horizon tertentu dengan horizon

lainnya. Fosil dapat berperan dalam menentukan umur lingkungan

sedimentasi karena terkadang sedimen yang berumur terlihat berbeda

dengan variasi sedimen lainnya.

2. Kronostratigrafi, merupakan cabang ilmu stratigrafi yang mempelajari

mengenai umur strata batuan dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan

utamanya ialah untuk menyusun urutan pengendapan dan waktu


pengendapan dari seluruh batuan. Tata nama stratigrafi standar adalah

sebuah sistem kronostratifrafi yang berdasarkan interval waktu

paleontologi yang didefinisikan oleh kumpulan fosil yang dikenali.

3. Mikropaleontologi, salah satu cabang ilmu paleontologi yang

mempelajari mengenai mikrofosil. Mikrofosil ialah fosil yang tidak

dapat di lihat dengan mata telanjang dan tidak lebih besar darri ukuran

4mm sehingga harus menggunakan alat bantu seperti mikroskop.

2.3 Skala Waktu Geologi

Skala waktu geologi adalah sistem yang digunakan untuk membagi dan

menentukan sejarah geologis bumi menjadi bagian – bagian waktu tertentu dan

terdefinisi dengan baik. Ini membatu para paleontologist dan ilmuwan untuk

memahami urutan serangkaian peristiwa yang terjadi dalam skala geologis dan

biologis pada bumi. Skala waktu geologi sendiri terbagi dalam beberapa unit

berbeda, yakni eon (kurun), era (masa), periode (zaman), epoch (kala), age

(perkiraan waktu).(Levin, H. L, 2020)

Gambar 2.1 Skala Waktu Geologi


2.4 Pengertian Fosil

Berdasarkan bahasa latinnya, kata fosil berasal dari kata fossa berarti

menggali keluar dari dalam tanah. Fosil sendiri merupakan bagian atau hasil

aktivitas suatu organisme yang terawetkan dan berumur 500.00 tahun yang lalu,

umumnya bagian fosil yang terawetkan ini dapat di jumpai secara utuh ataupun

hanya sebagian tubuh suatu organisme tertentu, hal ini dapat di akibatkan adanya

gaya endogen atauoun eksogen yang membuat bagian tertentu fosil rusak atau

bahkan mengalami deformasi membuat fosil sangat sulit diidentifikasi.

Secara umum fosil dapat terawetkan secara termineralisasi atau tak

termineralisasi seperti fosil cangkang ammonite yang material cangkangnya

tergantikkan dengan mineral lain saat proses pemfosilan di sebut sebagai proses

termineralisasi dan hewan mamonth yang mengalami proses pengkristalan yang

terbungkus dengan es disebut proses tak termineralisasi. Adapun hasil aktivitas

mereka dapat pula mengalami pemfosilan seperti misalnya trace fossil (ichnofossil)

yakni fosil yang dapat berupa jejak kaki suatu organisme.

Gambar 2.2 ammonite fossil, mammonth fossil


2.5 Syarat – Syarat Terbentukan Fosil

Adapun syarat – syarat terbentuknya fosil diantaranya :

1. Organisme atau hasil dari aktivitas organisme harus segera

terbungkus oleh material sedimen, sehingga terhindar dari oksigen.

2. Terhindar dari pengerusakan akibat gaya endogen dan eksogen.

3. Organisme tidak mengalami proses pengerusakan baik sebelum

ataupun setelah terfosilkan.

4. Organisme yang mati tidak menjadi mangsa organisme yang hidup.

5. Berumur kurang dari 500.000 tahun (Adapun ahli lain yang

berpendapat yakni kurang dari 10.00 tahun).

2.6 Tahap Fosilisasi

Tahap fosilisasi di mulai ketika suatu organisme mati kemudian organisme

terhindar dari pembusukan dan organisme pemakan bangkai. Kemudian material –

material sedimen terakumulasikan hingga fosil terkubur dalam material sedimen,

dalam beberapa waktu jaringan lunak pada organisme mulai mengalami

pembusukan dan hanya menyisakan bagian yang keras dan resisten seperti gigi dan

tulang. Pada proses mulai dari organisme mati hingga tertutup material sedimen ini

di sebut pre – burial (pra – terkubur). Kemudian fosil akan mengalami proses

leaching yaitu material asal akan tergantikan dengan material yang lebih resisten.

Penimbunan bahan sedimen akan membuat proses kompaksi pada fosil

(pemadatan) dilanjutkan dengan proses litifikasi (pembatuan) yakni


permineralisasi, dimana mineral asal fosil akan tergantikan dengan mineral lain,

berikutnya akibat adanya gaya endogen fosil naik ke permukaan namun masih

terkandung di dalam material sedimen. Lambat laun, proses pengikisan dan erosi

terhadap lapisan – lapisan sedimen dan terendapkan di permukaan menjadi fosil

yang keras. Pada proses dimana fosil terkubur hingga tersingkap di sebut Post –

burial (pasca – terkubur).

Gambar 2.3 Ilustrasi proses pemfosilan

Keterdapatan suatu fosil dalam batuan tentu dapat di pengaruhi oleh jenis

batuan itu sendiri. Misalnya, batuan beku yang sama sekali tidak dijumpai fosil, hal

ini di pengaruhi karena batuan beku terbentuk dari kristalisasi magma sedangkan

fosil tidak dapat menahan magma yang panas. Batuan sedimen sendiri merupakan

pembentuk fosil sehingga sangat banyak di temukan pada batuan sedimen terlebih

batuan sedimen berbutir halus. Karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi

membuat fosil tidak dapat bertahan pada batuan metamorf, alhasil membuat fosil

mengalami deformasi atau melebur dan hancur.


2.7 Tipe atau Jenis Pemfosilan

Menurut beberapa ahli paleontologi, pemfosilan sendiri umumnya terbagi

atas dua tipe yakni fosil organisme itu sendiri, dimana suatu organisme tertentu

mengalami proses pemfosilan dan aktivitas dari organisme tersebut yang menjadi

fosil dapat berupa jejak, seretan, cetakan, ataupun kotoran fosil tersebut.

2.7.1 Tipe Fosil Yang Berasal dari Organismenya Sendiri

Tipe ini adalah organisme itu sendiri yang mengalami pergantian material

dengan material sekitar ataupun fosil yang terawetkan karena terbungkus es

ataupun insekta yang terperangkap dalam getah amber. Fosil ini di sebut juga

sebagai fosil tubuh (body fossil), tulang, daun, cangkang, ataupun material keras

lainnya dari fosil tersebut.

Gambar 2.4 Belemnite fossil

2.7.2 Tipe Fosil yang Berasal dari Aktivitas Organisme

Tipe fosil ini sering di sebut juga sebagai fosil jejak (trace fossil). Seperti

Namanya, fosil ini merupakan hasil aktivitas suatu organisme yakni dapat berupa

jejak kaki, cetakan cangkang fosil ataupun kotoran fosil itu sendiri, maka bisa di

anggap bahwa trace fossil bukan merupakan bagian dari fosil itu sendiri. Salah satu
contoh dari fosil ini ialah trail fossil, yakni seretan bagian tubuh fosil ke tanah dan

menjadi jejak serta mengalami pemfosilan.

Gambar 2.5 Trail fossil

2.8 Proses Pemfosilan

Proses pemfosilan dapat di bagi menjadi beberapa golongan, berdasarkan

sifat terubahnya dan bentuk yang terawetkan :

2.8.1 Fosil tak Termineralisasi

Merupakan fosil yang dapat terawetkan tanpa melibatkan proses perubahan

secara kimiawi yang mencakup tubuh lunak dan tubuh keras. Salah satu contohnya

adalah fosil mammonth yang terbungkus oleh lapisan es di wilayah siberia, Proses

dimana insekta terbungkus dalam getah pohon di sebut fosil Amber.

2.8.2 Fosil Termineralisasi

Merupakan fosil yang melibatkan proses secara kimiawi, dimana tubuh

organisme telah berubah secara material, baik sebagian ataupun seluruhnya, Proses

ini dapat berupa :

1. Permineralisasi, ialah proses penggantian material fosil dengan mineral

yang hanya sebagian atau bagian suatu fosil akibat masuknya mineral
tertentu melalui pori – pori atau rongga fosil, karenanya fosil akan lebih

berat dari massa awal, keras, dan tahan dari pelapukan.

2. Replacement, ialah proses penggantian secara menyeluruh dari bagian

fosil dengan mineral lain. Proses ini menggantikan material asal fosil,

dimana material asal telah larut dalam air tanah dan material fosil di

gantikan dengan mineral sekitar.

3. Rekristalisasi, ialah proses pemfosilan dimana satu jenis mineral

merekristalisasi ke berbagai jenis mineral lainnya yang lebih stabil.

Contohnya cangkang dengan fosil mineral aragonit yang terekristalisasi

menjadi mineral kalsit.

4. Destilasi, ialah proses penguapan kandungan gas – gas akibat tekanan

material sedimentasi yang meniggalkan material sisa (residu) berupa

karbon (C).

2.8.3 Fosil Jejak (Trace Fossil)

Fosil jejak umumnya berupa aktivitas organisme purba yang mengalami

pemfosilan, ataupun hasil cetakan bagian resisten suatu fosil, diantaranya :

1. Impression, merupakan sisa tubuh organisme yang tercetak pada lapisan

batuan. Contoh, ketika daun yang jatuh di lumpur dan tercetak, maka

cetakan inilah yang akan menjadi fosil.

2. Coprolite, adalah fosil kotoran suatu organisme purba, fosil ini dapat

memberikan petunjuk bagaimana organ pencernaan suatu organisme

dapat bekerja.
3. Mold, merupakan fosil dengan hasil cetakan negative dari bagian keras

suatu organisme.

4. Cast, merupakan fosil hasil cetakan dari mold, ketika mold terisi oleh

material tertentu akann membentuk cetakan yang serupa dengan mold,

hasil dari cetakan ini di sebut Cast.

5. Trail, merupakan fosil jejak ekot Binatang atau aktivitas terseretnya

hewan purba hingga membentuk fosil seperti rel kereta.

6. Track, merupakan fosil jejak kuku kaki Binatang.

7. Footprint, merupakan jejak kaki organisme yang terfosilkan .

8. Burrow, Borring, dan Tubes. Burrow merupakan fosil jejak atau lubang

yang dibuat organisme saat menggali atau mencari makanan dalam

sedimen. Borring lubang tempat menyimpan makanan. Tubes,

merupakan fosil struktur tabung yang dibuat oleh organisme seperti

moluska atau cacing purba sebagai tempat perlindungan.

2.9 Bentuk – Bentuk Fosil

Adapun bentuk – bentuk fosil yang dapat terbentuk, diantaranya :

1. Tabular, merupakan fosil dengan bentuk tabung tanpa pusat (kerucut).

2. Convex, merupakan fosil yang hanya satu sisi.

3. Biconvex, merupakan fosil terdiri dari dua sisi.Contoh dari fosil ini

adalah bivalve fossil.

4. Plate, merupakan fosil dengan bentuk pipih dan tipis. Fosil ini

umumnya mengandung fosil eukariotik ataupun dapat berupa pecahan

tulang yang menjadi fosil.


5. Discoidal, merupakan fosil dengan bentuk cincin dengan pusat.

6. Conical, merupakan fosil berbentuk tanduk.

7. Radial, merupakan fosil dengan bentuk spiral yang memusat. Contoh

umum dari fosil ini ialah ammonite.

8. Globular, merupakan fosil dengan bentuk seperti bola (bulat), contoh

dari fosil ini adlaah echinoid.

9. Byfuring, merupakan fosil dengan bentuk bercabang. Contoh fosil ini

adalah trilobite.

10. Branching, merupakan fosil dengan bentuk bercabang. Contoh umum

fosil ini ialah Solenastrea hyedes.

2.10 Manfaat Mempelajari Fosil

Fosil adalah bagian seluruh atau sebagian tubuh organisme purba yang

terawetkan secara alami dengan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, beberapa

manfaat mempelajari fosil yakni :

a) Fosil dapat menentukan umur batuan, hal ini di fokuskan pada ilmu

biostratigrafi, yakni ketika suatu batuan tersingkap suatu fosil maka kita

dapat menentukan umur relatif batuan tersebut.

b) Indikator evolusi. Fosil sendiri merupakan material pra-sejarah yang

terkubur selama jutaan tahun, yang dimana selama itu kita dapat

membandingkan atau indikator perbandingan dengan organisme

sekarang, dengan hal itu kita dapat mengetahui aktivitas ataupun

lingkungan hidup pada masa tersebut.


c) Fosil sebagai penentu iklim pada masa lampau, misalnya fosil tumbuhan

yang memberikan petunjuk mengenai vegetasi yang tumbuh di sekitar

fosil tersebut, petunjuk vegetasi ini kemudian merujuk kepada spesies

tumbuhan yang bisa hidup pada masa itu dengan iklim tertentu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Studi Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama - tama melaksanakan asistensi umum.

Pada asistensi umum dijelaskan materi singkat tentang pengenalan fosil. Setelah

pemberian materi, asisten memberi tugas pendahuluan.

3.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan kegiatan praktikum,

pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui sejauh mana

ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah responsi dilakukan,

dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan 8 sampel fosil untuk

kemudian di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja praktikum.

3.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang

benar.

3.4 Penyusunan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi

dari asisten, dilanjutkan dengan penyusunan laporan sesuai dengan format laporan

yang telah ditentukan.


3.5 Laporan

Adapun pada praktikum ini terdiri dari :

Tabel 3.1 Diagram Alir

Tabel 3.1 Diagram Alir


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dan pembahasan dari praktikum pengenalan fosil :

Tabel 4.1 Hasil Praktikum Pengenalan Fosil


NO FILUM KELAS ORDO FAMILI GENUS SPESIES

1722 Oegopsi Cephalo Oegopsida Goniothe Goniotheu Goniotheutis

da poda utisidae tis granulate

quadrata

(STOLLEY)

841 Cnidaria Tabulata Staurlida Heliophy Heliophyll Heliophyllum

llumidae um halli EDW.

& H.

1542 Mollusc Cephalo Amonitida Phymato Phymatoc Phymatocera

a poda cerasidae eras s cf. robustus

HYATT

805 Echinod Echinod Cidaroida Cidarisid Cidaris Cidaris

ermata ea ae Vesicularis

GOLDF

1964 Foramin Globoth Rotalida Nummuli Nummulit Nummulites

ifera alamea tesidae es millecaput

BOUBEE
807 Cnidaria Anthozo Chystiphy Cystiphyl Cystiphyll Cystiphyllum

a llida lumidae um “Americanu

m” EDW. &

H.

1838 Mollusc Gastrop Spiriferida Haustator Haustator Haustator

a oda idae imbricatarus

(LAM).

170 Anthrop Trilobita Asaphida Homotel Homotelu Homotelus

oda usidae s bromidensis

ESKER

4.2 Pembahasan

Pada subbab ini akan membahas mengenai taksonomi, proses, dan manfaat

dari fosil sampel labolatorium, Adapun sampel yang di praktikumkan :

4.1 Peraga 1722

Gambar 4.1 Sampel 1


Fosil ini memiliki taksonomi dengan filum Oegopsida dengan kelas

Cephalopoda dan ordo Oegopsida termasuk famili Goniotheutisidae yang genusnya

Goniotheutis dengan nama spesies Goniotheutis granulate quadrata (STOLLEY).

Proses pemfosilan organisme ini dimulai ketika organisme mati di dalam

laut dam terkubur dengan material sedimen, kemudian mineral karbnat sekitar

menggantikan bagian resisten tersebut dan menjadi fosil. Akibat pengaruh

penumpukan sedimen fosil ini kemudian mengalami tekanan dan terkompaksi,

mengalami pemadatan mineral hingga stabil atau di sebut dengan proses

rekristalisasi. Fosil ini berbentuk konikal dengan komposisi mineral karbonatan

(CaCO3) di buktikan dengan reaksi fosil saat di tetesi HCL. Berdasarkan skala

waktu geologi umur fosil ini berumur 141 – 100 juta tahun yang lalu (Kapur atas).

Pemanfaatan fosil ini adalah dapat menentukan umur suatu batuan yang

terkandung di dalamnya, sebagai indikator lingkungan purba, dan sebagai indikator

evolusi dlaamm bidang ilmu biologi.

4.2 Peraga 841

Gambar 4.2 Sampel 2

Pada bagian taksonomi, fosil ini memiliki nomor peraga 841 dengan

taksonomi filum Cnidaria dengan kelas Tabulata dan ordo Staurlida Termasuk
dalam famili Heliophyllumidae dengan genus Heliophyllum dan nama spesies

Goniotheutis granulate quadrata (STOLLEY).

Pada proses pembentukannya, berawal dari kematian organisme dan

perusakan pada jaringan lunak fosil akibat bakteri pembusuk hingga menyisakan

bagian fosil yang resisten. Fosil ini kemudian mengalami proses penimbunan

material sedimen dan mengalami proses permineralisasi, akibat adanya gaya

endogen, fosil ini kemudian naik ke permukaan dengan batuan sedimen. Fosil

inimemiliki bentuk konikal dengan komposisi kimia karbonatan maka lingkungan

pembentukannya ialah laut dangkal. Di perkirakan umur fosil ini adalah 360-370

juta tahun yang lalu (Devon Tengah).

Manfaat dari fosil ini sendiri yakni, dapat menentukan mineral lingkungan

sekitar, penentu iklim, dan menjadi indikator acuan menentukan umur suatu batuan.

4.3 Peraga 1542

Gambar 4.3 Sampel 3

Pada peraga ini memiliki taksonomi dengan filum Mollusca dengan kelas

Cephalopoda dan ordo Amonitida, fosil ini memiliki famili Phymatocerasidae dan

genus Phymatoceras dengan nama spesies Phymatoceras cf. robustus HYATT.


Pada proses pemfosilan peraga 1542 diawali dengan organisme mati,

kemudian di lanjutkan dengan bagian yang keras dan resisten mengalami proses

penguburan material. Setelah berapa waktu, fosil ini mengalami proses replacement

dengan material sekitar pada bagian yang keras berupa material non – karbonatan

yang di buktikan dengan fosil yang tidak bereaksi dengan hcl, sekaligus

membuktikan bahwa fosil memiliki lingkungan pengendapan laut dalam. Fosil ini

memiliki bentuk radial dengan umur fosil yang di perkirakan 195 – 176 tahun yang

lalu (jura bawah).

Manfaat fosil ini sendiri yakni dalam bidang paleoekologi yakni dapat

menentukan lingkungan laut dalam pada masa purba, indikator evolusi dan

penentuan tatanan stratigrafi.

4.4 Peraga 805

Gambar 4.4 Sampel 4


Secara taksonomi, fosil ini memiliki filum Echinodermata dengan kelas

Echinodea dan ordo Cidaroida termasuk kedalam famili Cidarisidae dengan genus

Cidaris dan nama spesies Cidaris Vesicularis GOLDF.


Pada proses pemfosilan, Organisme mati dengan meninggalkan bagian

resisten dan keras, material ini kemudian tertimbun butiran – butiran sedimen dan

mengalami proses permineralisasi, yakni mineral karbonat masuk melalui pori –

pori dan rongga bagian keras tersebut. Bentuk dari fosil ini ialah globular dengan

komposisi kimia karbonatan karena bereaksi dengan hcl dan fosil terendapkan pada

lingkungan laut yang dangkal. Perkiraan umur dari fosil ini sekitar 50 – 40 juta

tahun yang lalu (eosen atas).

Manfaat dari fosil ini sendiri yakni menentukan lingkungan hidup purba

pada masa lampau, menentukan umur relatif batuan, menentukan arah sedimentasi

suatu batuan.

4.5 Peraga 1964

Gambar 4.5 Sampel 5

Pada peraga ke 5 memiliki fosil dengan taksonomi filum Foraminifera

dengan kelas Globothalamea dan ordo Rotalida yang memiliki famili

Nummulitesidae dengan genus Nummulites dan nama spesies Nummulites

millecaput BOUBEE.

Pada proses pemfosilan, Organisme mati dengan meninggalkan bagian

resisten dan keras, material ini kemudian tertimbun butiran – butiran sedimen dan
mengalami proses kompaksi dengan bentuk plate. Mineral karbonat masuk melalui

pori – pori dan rongga bagian keras tersebut . Bentuk dari fosil ini ialah plate dengan

komposisi kimia karbonatan karena bereaksi dengan hcl dan fosil terendapkan pada

lingkungan laut yang dangkal. Perkiraan umur dari fosil ini sekitar 55 – 50 juta

tahun yang lalu (eosen tengah).

Manfaat dari fosil ini ialah dapat menentukan umur batuan sedimen, dapat

menjadi indikator penciri lingkungan laut dangkal pada masa lampau.

4.6 Peraga 807

Gambar 4.6 Sampel 6

Taksonomi peraga ke 5 dengan filum Cnidaria dan kelas Anthozoa serta

ordo Chystiphyllida termasuk ke dalam famili Cystiphyllumidae dengan genus

Cystiphyllum dan nama spesies Cystiphyllum “Americanum” EDW. & H.

Pada proses pembentukan fosil ini di mulai material butiran sedimen

mengubur bagian fosil yang keras dan fosil mengalami proses replacement di laut

yang dalam dan tersingkap ke permukaan akibat adanya gaya endogen. Fosil ini

memiliki bentuk tabular dengan komposisi kimia non – karbonatan maka

lingkungan pengendapanyya ialah laut dalam. Fosil ini di perkirakan berumur 370

– 360 juta tahun yang lalu (devon tengah).


Manfaat dari fosil ini yakni menentukan iklim bawah laut pada jaman purba,

menetukan kondisi laut dalam, dan menentukan umur dari suatu batuan.

4.7 Peraga 1838

Gambar 4.7 Sampel 7

Secara taksonomi, fosil ini memiliki filum Mollusca dengan kelas

Gastropoda dan ordo Spiriferida termasuk kedalam famili Haustatoridae dengan

genus Haustator dan nama spesies Haustator imbricatarus (LAM).

Proses pemfosilan organisme ini dimulai ketika organisme mati di dalam

laut dan material yang keras terkubur dengan butiran sedimen, kemudian mineral

karbonat sekitar menggantikan bagian resisten tersebut hingga fosil ini kemudian

tersingkap ke permukaan dalam wujud fosil. Fosil ini berbentuk biconvex dengan

komposisi mineral karbonatan (CaCO3) di buktikan dengan reaksi fosil saat di tetesi

HCL dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Berdasarkan skala waktu

geologi umur fosil ini berumur 55 – 50 juta tahun yang lalu (Eosen Bawah).

Manfaat dari fosil ini sendiri yakni, dapat menentukan mineral lingkungan

sekitar, penentu iklim, dan menjadi indikator acuan menentukan umur suatu batuan.
4.8 Peraga 170

Gambar 4.8 Sampel 8

Secara taksonomi, fosil ini memiliki filum Anthropoda dengan kelas

Trilobita dan ordo Asaphida termasuk kedalam famili Homotelusidae dengan genus

Homotelus dan nama spesies Homotelus bromidensis ESKER.

Proses pemfosilan organisme ini dimulai ketika organisme mati di dalam

laut dan material yang keras terkubur dengan butiran sedimen, material yang keras

dari organisme tersebut kemudian tercetak dan hasil dari cetakan ini menjadi fosil

membentuk internal mold, bagian keras organisme kemudian melebur. Fosil ini

kemudian tersingkap ke permukaan dalam wujud fosil. Fosil ini berbentuk byfuring

dengan komposisi mineral karbonatan (CaCO3) di buktikan dengan reaksi fosil saat

di tetesi HCL dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Berdasarkan skala

waktu geologi umur fosil ini berumur 500 – 450 juta tahun yang lalu (Ordovosium

Tengah).

Manfaat dari fosil ini sendiri yakni, dapat menentukan mineral lingkungan

sekitar, penentu iklim, dan menjadi indikator acuan menentukan umur suatu batuan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum pengenalan fosil, adapun kesimpulan yang

didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Fosil berasal dari bahasa latin yaitu fossa yang berarti menggali

keluar dari dalam tanah. Secara umum, fosil merupakan sisa-sisa dari

kehidupan organisme yang telah mati lalu mengalami proses diagenesis

terawetkan secara alami dalam kurun waktu geologi lebih dari 500.000

tahun.

2. Fosil memiliki bentuk yang beragam diantaranya tabular yang

berbentuk tabung tanpa pusat (kerucut), convex yang hanya memiliki satu

sisi, conical yang berbentuk seperti tanduk, biconvex yang memiliki bagian

dua sisi, kemudian branching yang memiliki bentuk bercabang, plate

memiliki bentuk pipih dan tipis, lalu discoidal yang berbentuk cincin dengan

pusat. globular memiliki bentuk seperti bola (bulat), dan byfuring yang

memiliki bentuk berkubu-kubu, serta radial yang merupakan fosil dengan

bentuk spiral yang memusat.

3. Berdasarkan sifat terubah dan bentuk yang terawetkan, proses

pemfosilan terbagi atas beberapa golongan yaitu fosil tak termineralisasi

dimana fosil yang dapat terawetkan tanpa melibatkan proses perubahan

secara kimiawi yang mencakup tubuh lunak dan tubuh keras, dan fosil

termineralisasi yang dimana melibatkan proses kimiawi, dimana tubuh


organisme telah berubah secara material, baik sebagian ataupun seluruhnya,

serta fosil jejak yang merupakan aktivitas organisme purba yang mengalami

pemfosilan, ataupun hasil cetakan bagian resisten suatu fosil.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk lab

Adapun saran untuk labolatorium :

1. Menjaga kebersihan labolatorium

2. Menjaga kualitas sampel yang mudah rapuh

3. Mengganti atau menambah sampel

5.2.2 Saran Untuk Asisten

Adapun saran untuk asisten :

1. Tetap semangat melaksanakan kewajiban.

2. Lebih bersabar terhadap praktikan.

3. Memaklumi ketidaktahuan praktikan dan bersedia memahamkannya.


DAFTAR PUSTAKA

Dadan Wildan. (2021) Modul Geologi Dasar. Bandung.

Muh.Khairil Rusman. (2019) Basic of geology. Kendari.

Press, F., & Siever, R. (2019). Understanding Earth (7th ed.). W. H. Freeman.

Levin, H. L. (2021). The Earth Through Time (12th ed.). Wiley.

Jonathan Calede. (2023). Journal of Paleontology.Harvard University.

Davis .(2024). "Slimming down a colossal fossil whale." University of California

ScienceDaily.

Anda mungkin juga menyukai