PENDAHULUAN
Geologi dalam Bahasa latin sendiri berasal dari kata geos yang berarti bumi
dan logos yang berarti ilmu. Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan
Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya
yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan
didalam maupun diatas permukaan bumi, dan kedudukannya di alam semesta serta
sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang.
Salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai kehidupan masa
lampau dan aktivitas suatu organisme pada masa tersebut ialah Paleontologi.
organisme masa lampau yang dengan tujuan mengetahui indikator evolusi, aktivitas
penemuan fosil. Fosil sendiri merupakan hasil rekam jejak di kehidupan masa
lampau dan menjadi objek pengamatan ilmu paleontologi yang dapat berupa makro
organisme, mikro organisme, nano organisme ,ataupun hasil jejak aktivitas fosil
tersebut.
Dalam ilmu geologi, tujuan mempelajari fosil ialah mempelajari
iklim pada zaman fosil organisme yang ada, menentukan umur relatif batuan
berdasarkan kandungan fosilnya, untuk korelasi antar batuan yang terdapat di alam
Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum diantaranya sebagai
berikut :
1. Lup
2. HCL 0,1 M
3. ATK
4. Lap Kasar/Halus
5. Jas Lab
2.1 Paleontologi
Paleontologi berasal dari 3 bahasa yunani, yakni Paleo artinya hidup, Onto
yang artinya tua, dan Logos yang artinya ilmu. Secara umum paleontologi
lingkungan, dan kehidupan pada masa purba dengan bukti – bukti berupa fosil
evolusi keadaan bumi pada zaman purba, Oleh karenanya, ilmu paleontologi selalu
serta aktivitas kehidupan pada masa lampau. Salah satu diatara cabang keilmuan
tersebut diantaranya :
dapat di lihat dengan mata telanjang dan tidak lebih besar darri ukuran
Skala waktu geologi adalah sistem yang digunakan untuk membagi dan
menentukan sejarah geologis bumi menjadi bagian – bagian waktu tertentu dan
terdefinisi dengan baik. Ini membatu para paleontologist dan ilmuwan untuk
memahami urutan serangkaian peristiwa yang terjadi dalam skala geologis dan
biologis pada bumi. Skala waktu geologi sendiri terbagi dalam beberapa unit
berbeda, yakni eon (kurun), era (masa), periode (zaman), epoch (kala), age
Berdasarkan bahasa latinnya, kata fosil berasal dari kata fossa berarti
menggali keluar dari dalam tanah. Fosil sendiri merupakan bagian atau hasil
aktivitas suatu organisme yang terawetkan dan berumur 500.00 tahun yang lalu,
umumnya bagian fosil yang terawetkan ini dapat di jumpai secara utuh ataupun
hanya sebagian tubuh suatu organisme tertentu, hal ini dapat di akibatkan adanya
gaya endogen atauoun eksogen yang membuat bagian tertentu fosil rusak atau
tergantikkan dengan mineral lain saat proses pemfosilan di sebut sebagai proses
mereka dapat pula mengalami pemfosilan seperti misalnya trace fossil (ichnofossil)
pembusukan dan hanya menyisakan bagian yang keras dan resisten seperti gigi dan
tulang. Pada proses mulai dari organisme mati hingga tertutup material sedimen ini
di sebut pre – burial (pra – terkubur). Kemudian fosil akan mengalami proses
leaching yaitu material asal akan tergantikan dengan material yang lebih resisten.
berikutnya akibat adanya gaya endogen fosil naik ke permukaan namun masih
terkandung di dalam material sedimen. Lambat laun, proses pengikisan dan erosi
yang keras. Pada proses dimana fosil terkubur hingga tersingkap di sebut Post –
Keterdapatan suatu fosil dalam batuan tentu dapat di pengaruhi oleh jenis
batuan itu sendiri. Misalnya, batuan beku yang sama sekali tidak dijumpai fosil, hal
ini di pengaruhi karena batuan beku terbentuk dari kristalisasi magma sedangkan
fosil tidak dapat menahan magma yang panas. Batuan sedimen sendiri merupakan
pembentuk fosil sehingga sangat banyak di temukan pada batuan sedimen terlebih
batuan sedimen berbutir halus. Karena adanya tekanan dan suhu yang tinggi
membuat fosil tidak dapat bertahan pada batuan metamorf, alhasil membuat fosil
atas dua tipe yakni fosil organisme itu sendiri, dimana suatu organisme tertentu
mengalami proses pemfosilan dan aktivitas dari organisme tersebut yang menjadi
fosil dapat berupa jejak, seretan, cetakan, ataupun kotoran fosil tersebut.
Tipe ini adalah organisme itu sendiri yang mengalami pergantian material
ataupun insekta yang terperangkap dalam getah amber. Fosil ini di sebut juga
sebagai fosil tubuh (body fossil), tulang, daun, cangkang, ataupun material keras
Tipe fosil ini sering di sebut juga sebagai fosil jejak (trace fossil). Seperti
Namanya, fosil ini merupakan hasil aktivitas suatu organisme yakni dapat berupa
jejak kaki, cetakan cangkang fosil ataupun kotoran fosil itu sendiri, maka bisa di
anggap bahwa trace fossil bukan merupakan bagian dari fosil itu sendiri. Salah satu
contoh dari fosil ini ialah trail fossil, yakni seretan bagian tubuh fosil ke tanah dan
secara kimiawi yang mencakup tubuh lunak dan tubuh keras. Salah satu contohnya
adalah fosil mammonth yang terbungkus oleh lapisan es di wilayah siberia, Proses
organisme telah berubah secara material, baik sebagian ataupun seluruhnya, Proses
yang hanya sebagian atau bagian suatu fosil akibat masuknya mineral
tertentu melalui pori – pori atau rongga fosil, karenanya fosil akan lebih
fosil dengan mineral lain. Proses ini menggantikan material asal fosil,
dimana material asal telah larut dalam air tanah dan material fosil di
karbon (C).
batuan. Contoh, ketika daun yang jatuh di lumpur dan tercetak, maka
2. Coprolite, adalah fosil kotoran suatu organisme purba, fosil ini dapat
dapat bekerja.
3. Mold, merupakan fosil dengan hasil cetakan negative dari bagian keras
suatu organisme.
4. Cast, merupakan fosil hasil cetakan dari mold, ketika mold terisi oleh
8. Burrow, Borring, dan Tubes. Burrow merupakan fosil jejak atau lubang
3. Biconvex, merupakan fosil terdiri dari dua sisi.Contoh dari fosil ini
4. Plate, merupakan fosil dengan bentuk pipih dan tipis. Fosil ini
adalah trilobite.
Fosil adalah bagian seluruh atau sebagian tubuh organisme purba yang
terawetkan secara alami dengan jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, beberapa
a) Fosil dapat menentukan umur batuan, hal ini di fokuskan pada ilmu
biostratigrafi, yakni ketika suatu batuan tersingkap suatu fosil maka kita
terkubur selama jutaan tahun, yang dimana selama itu kita dapat
tumbuhan yang bisa hidup pada masa itu dengan iklim tertentu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada asistensi umum dijelaskan materi singkat tentang pengenalan fosil. Setelah
pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui sejauh mana
ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah responsi dilakukan,
Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar
kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang
benar.
dari asisten, dilanjutkan dengan penyusunan laporan sesuai dengan format laporan
4.1 Hasil
quadrata
(STOLLEY)
& H.
HYATT
ermata ea ae Vesicularis
GOLDF
BOUBEE
807 Cnidaria Anthozo Chystiphy Cystiphyl Cystiphyll Cystiphyllum
m” EDW. &
H.
(LAM).
ESKER
4.2 Pembahasan
Pada subbab ini akan membahas mengenai taksonomi, proses, dan manfaat
laut dam terkubur dengan material sedimen, kemudian mineral karbnat sekitar
(CaCO3) di buktikan dengan reaksi fosil saat di tetesi HCL. Berdasarkan skala
waktu geologi umur fosil ini berumur 141 – 100 juta tahun yang lalu (Kapur atas).
Pemanfaatan fosil ini adalah dapat menentukan umur suatu batuan yang
Pada bagian taksonomi, fosil ini memiliki nomor peraga 841 dengan
taksonomi filum Cnidaria dengan kelas Tabulata dan ordo Staurlida Termasuk
dalam famili Heliophyllumidae dengan genus Heliophyllum dan nama spesies
perusakan pada jaringan lunak fosil akibat bakteri pembusuk hingga menyisakan
bagian fosil yang resisten. Fosil ini kemudian mengalami proses penimbunan
endogen, fosil ini kemudian naik ke permukaan dengan batuan sedimen. Fosil
pembentukannya ialah laut dangkal. Di perkirakan umur fosil ini adalah 360-370
Manfaat dari fosil ini sendiri yakni, dapat menentukan mineral lingkungan
sekitar, penentu iklim, dan menjadi indikator acuan menentukan umur suatu batuan.
Pada peraga ini memiliki taksonomi dengan filum Mollusca dengan kelas
Cephalopoda dan ordo Amonitida, fosil ini memiliki famili Phymatocerasidae dan
kemudian di lanjutkan dengan bagian yang keras dan resisten mengalami proses
penguburan material. Setelah berapa waktu, fosil ini mengalami proses replacement
dengan material sekitar pada bagian yang keras berupa material non – karbonatan
yang di buktikan dengan fosil yang tidak bereaksi dengan hcl, sekaligus
membuktikan bahwa fosil memiliki lingkungan pengendapan laut dalam. Fosil ini
memiliki bentuk radial dengan umur fosil yang di perkirakan 195 – 176 tahun yang
Manfaat fosil ini sendiri yakni dalam bidang paleoekologi yakni dapat
menentukan lingkungan laut dalam pada masa purba, indikator evolusi dan
Echinodea dan ordo Cidaroida termasuk kedalam famili Cidarisidae dengan genus
resisten dan keras, material ini kemudian tertimbun butiran – butiran sedimen dan
pori dan rongga bagian keras tersebut. Bentuk dari fosil ini ialah globular dengan
komposisi kimia karbonatan karena bereaksi dengan hcl dan fosil terendapkan pada
lingkungan laut yang dangkal. Perkiraan umur dari fosil ini sekitar 50 – 40 juta
Manfaat dari fosil ini sendiri yakni menentukan lingkungan hidup purba
pada masa lampau, menentukan umur relatif batuan, menentukan arah sedimentasi
suatu batuan.
millecaput BOUBEE.
resisten dan keras, material ini kemudian tertimbun butiran – butiran sedimen dan
mengalami proses kompaksi dengan bentuk plate. Mineral karbonat masuk melalui
pori – pori dan rongga bagian keras tersebut . Bentuk dari fosil ini ialah plate dengan
komposisi kimia karbonatan karena bereaksi dengan hcl dan fosil terendapkan pada
lingkungan laut yang dangkal. Perkiraan umur dari fosil ini sekitar 55 – 50 juta
Manfaat dari fosil ini ialah dapat menentukan umur batuan sedimen, dapat
mengubur bagian fosil yang keras dan fosil mengalami proses replacement di laut
yang dalam dan tersingkap ke permukaan akibat adanya gaya endogen. Fosil ini
lingkungan pengendapanyya ialah laut dalam. Fosil ini di perkirakan berumur 370
menetukan kondisi laut dalam, dan menentukan umur dari suatu batuan.
laut dan material yang keras terkubur dengan butiran sedimen, kemudian mineral
karbonat sekitar menggantikan bagian resisten tersebut hingga fosil ini kemudian
tersingkap ke permukaan dalam wujud fosil. Fosil ini berbentuk biconvex dengan
komposisi mineral karbonatan (CaCO3) di buktikan dengan reaksi fosil saat di tetesi
geologi umur fosil ini berumur 55 – 50 juta tahun yang lalu (Eosen Bawah).
Manfaat dari fosil ini sendiri yakni, dapat menentukan mineral lingkungan
sekitar, penentu iklim, dan menjadi indikator acuan menentukan umur suatu batuan.
4.8 Peraga 170
Trilobita dan ordo Asaphida termasuk kedalam famili Homotelusidae dengan genus
laut dan material yang keras terkubur dengan butiran sedimen, material yang keras
dari organisme tersebut kemudian tercetak dan hasil dari cetakan ini menjadi fosil
membentuk internal mold, bagian keras organisme kemudian melebur. Fosil ini
kemudian tersingkap ke permukaan dalam wujud fosil. Fosil ini berbentuk byfuring
dengan komposisi mineral karbonatan (CaCO3) di buktikan dengan reaksi fosil saat
waktu geologi umur fosil ini berumur 500 – 450 juta tahun yang lalu (Ordovosium
Tengah).
Manfaat dari fosil ini sendiri yakni, dapat menentukan mineral lingkungan
sekitar, penentu iklim, dan menjadi indikator acuan menentukan umur suatu batuan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Fosil berasal dari bahasa latin yaitu fossa yang berarti menggali
keluar dari dalam tanah. Secara umum, fosil merupakan sisa-sisa dari
terawetkan secara alami dalam kurun waktu geologi lebih dari 500.000
tahun.
berbentuk tabung tanpa pusat (kerucut), convex yang hanya memiliki satu
sisi, conical yang berbentuk seperti tanduk, biconvex yang memiliki bagian
memiliki bentuk pipih dan tipis, lalu discoidal yang berbentuk cincin dengan
pusat. globular memiliki bentuk seperti bola (bulat), dan byfuring yang
secara kimiawi yang mencakup tubuh lunak dan tubuh keras, dan fosil
serta fosil jejak yang merupakan aktivitas organisme purba yang mengalami
5.2 Saran
Press, F., & Siever, R. (2019). Understanding Earth (7th ed.). W. H. Freeman.
ScienceDaily.