Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III FILUM PORIFERA DAN COELENTERATA

LAPORAN

OLEH
DICKY ANDRIANTO
D061171011

GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang berasal dari

kata geo yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Secara

istilah, geologi berarti ilmu tentang bumi atau studi tentang bumi. Bumi disini

bukan berarti hanya fisik dari bumi itu saja, melainkan termasuk juga bahan

penyusun bumi, dan bentuk bumi itu sendiri, tetapi juga berbagai proses yang

terjadi pada bumi sejak terbentuknya sampai sekarang. Proses – proses tersebut

termasuk yang terjadi di dalam maupun yang terjadi di dalam bumi. Kehidupan

yang pernah ada di bumi dan evolusinya, merupakan objek yang dipelajari dalam

geologi. Jadi, geologi mempelajari semua aspek yang berhubungan dengan bumi.

Cakupan disiplin ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam

definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Untuk memudahkan dalam

mempelajarinya, ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu yang

masing – masing dapat dipelajari sendiri – sendiri. Salah satu dari cabang ilmu

geologi adalah paleontologi berasal dari kata paleo yang berarti dahulu atau

lampau kemudian onto kehidupan dan logos adalah ilmu. Paleontologi adalah

ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lalu. Dalam paleontologi juga

dipelajari semua aspek tentang fosil yang dijumpai dalam batuan. Dari fosil akan

dapat diketahui evolusi kehidupan yang pernah terjadi sejak adanya kehidupan di

bumi ini hingga sekarang melalui fosil dari mahluk hidupnya langsung ataupun
jejaknya. Untuk memudahkan seseorang mengenali semua jenis fosil dilakukan

pembagian filum berdasarkan bentuk ataupun kandungan zatnya.

Oleh karena itu dilakukanlah praktikum paleontologi acara tiga, yaitu

filum porifera dan coelenterata dengan tujuan agar praktikan memahami ciri fisik

dari fosil, serta manfaat fosil tersebut serta mampu untuk mendeskripsikan fosil

tersebut.

1.2 Manfaat dan Tujuan

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :

a. Untuk dapat membedakan fosil filum protozoa dengan fosil filum bryozoa.

b. Mengetahui bagian- bagian tubuh filum protozoa dan bryozoan setelah

menjadi fosil

c. Untuk mengetahui spesies porifera dan coelenterata saat menjadi fosil

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini untuk mengenalkan beberapa jenis fosil yang

termasuk dalam filum porifera dan coelenterata kepada praktikan sehingga para

praktikan dapat mengetahui perbedaan kedua filum tersebut.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fosil

fosil adalah sisa-sisa tumbuh dan jejak makhluk hidup yang telah mati.

Makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan tersebut hidup di jaman purba. Setelah

berpuluh ribu tahun terpendam di bawah lapisan tanah, sisa-sisa makhluk hidup

dan tumbuhan purbakala tersebut mengeras. Sehingga terbentuklah apa yang

dinamakan dengan fosil. Fosil merupakan bukti kuat bahwa terdapat kehidupan

purba jauh sebelum manusia menempati bumi ini. (Wartono,2009)

2.2 Ciri Ciri fosil

Ciri ciri fosil atau syarat terbentuknya fosil yaitu:

1. Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras.

2. Mengalami pengawetan

3. Terbebas dari bakteri pembusuk

4. Terjadi secara alamih

5. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit

6. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu

(Noor,2009)

2.3 Proses Terbentuknya Fosil

Ada tiga tahap utama dalam pembentukan fosil yaitu tahap kematian,

tahap pra-terkubur dan tahap terkubur dan tersisngkap. Proseses yang pertama
adalah organisme itu mati, kemudian organisme itu mengalami pembusukan dan

yang tersisa adalah bagian yang keras seperti cangkangnya, tulang dan giginya.

Bagian tersebut biasanay yang dapat terfosilkan atau menjadi fosil. Kemudian

setelah fosil tersebut mati fosil tersebut akan mengalami transportasi dari tempat

dia mati ke tempat lain di mana dalam proses tersebut organisme tersebut

mungkin dalam keadaan tidak sempurna kemudian fosil tersebut akan di

transfortasikan ke sebuah cekungan. Kemudian setelah dicekungan organisme

tersebut akan tertutupi oleh material material sedimen dan kemudian akan di ubah

komposisinya, kemudian setelah itu organisme tersebut akan tertimbun dan akan

tertekan dan kemudian akan membantu atau menjadi fosil bersamaan dengan

material sedimen di bawah permukaan tanah. Kemudian, setelah itu terjadi tenaga

tenaga geologi dari bawah atau tenaga endogen yang menyebabkan fosil tersebut

terangkat. Segtelah itu, terjadi erosi atau tenaga eksogen yang memyebabkan fosil

tersebut terlihat di permukaan akibat erosi tersebut atau tenaga eksogen.

(Noor,2009)

2.4 Bentuk Bentuk Fosil

Bentuk bentuk fosil yang sering di jumpai yaitu:

1. Spherical : merupakan bentuk fosil yang menyerupai cakram

2. Tabualar : merupakan bentuk fosil yang menyerupai tabung

3. Filmate : merupakan bentuk fosil yang menyerupai daun

4. Plate : merupakan bentuk fosil yang berbentuk pipih

5. Konikal : merupakan bentuk fosil yang menyerupai kerucut

6. Discoidal : merupakan bentuk fosil yang memusat pada satu titik


7. Conveks : merupakan bentuk fosil yang hanya mempunyai satu sisi

8. Biconveks : merupakan bentuk fosil yang mempunyai dua sisi

9. Branching : merupakan bentuk fosil yang bercabang cabang

10. Globular : merupakan fosil yang berbentuk bulat atau membundar

11. Radial : merupakan bentuk fosil yang menyerupai bintang.

(Wartono,2009)

2.5 Pengertian Filum porifera

Porifera sendiri bisa muncul dari bahasa latin yakni meliputi porus (atau

disebut sebagai lubang kecil) dan juga ferre (dapat diartikan membawa). Definisi

dari porifera merupakan hewan yang memiliki bagian tubuh berpori dengan

bentuk yang sangat sederhana. Selain itu sering dikenal dengan nama hewan

sponge (bisa disebut juga spons). Habitat tetap pada tempat yang berlokasi di

bagian dasar perairan (Noor,2009).

Ciri-ciri filum porifera antara lain adalah:

1. Bersifat multi sel, ukuran yang sangat bervariasi

2. Tidak mempunyai mulut, taetapi berpori

3. Tubuh tidak mempunyai jaringan tipis yang berpamen, pencernaan

interseluler, pembuangan dab pernafasan difusi.

4. Tidak mempunyai sistem saraf

5. Hidup secara sessile

(Noor,2009)
2.6 Bentuk Tubuh Filum Porifera

Gambar 2.1 Bagian tubuh filum porifera

Bagian – bagian tubuh filum porifera yaitu:

1. Oskulum : saluran penyebrangan air dari tubuh, tempat keluar air dari

spongocole

2. Ostium : lubang kecil tempat masuk air di dalam tubuh

3. Spongocole : saluran yang berada di tengah bagian tubuh

4. Holdfest : tempat tertambatnya tubuh porifera pada tempat hidupnya.

5. Test : merupakan bagian seluruh tubuh porifera.

(Dosen dan asisten, 2016)

2.7 Klasifikasi Filum Porifera

Berdasarkan bahan penyusun rangakanya, filum porifera diklasifikasikan

menjadi beberapa kelas yaitu:

1. Kelas Calcarea

Rangka tubuh calcarea tersusun dari kalsium karbonat. Umumnya, calcarea

sangat kecil, hanya memiliki tinggi sekitar 3-4 inci. Calcarea umumnya ditemukan
di laut dangkal. Kelas ini dibagi menjadi 2 ordo yaitu Ordo Homocoela dan Ordo

Heterocoela

2. Kelas Hexactinellida

Rangka tubuh kelas ini tersusun oleh silica, terkadang di sebut dengan spons

gelas, dan memiliki bentuk tabular yang berbentuk tabung dan kadang kadang

branching. Klas ini terbagi menjadi 2 ordo yaitu, Ordo Lyssacina dan Ordo

Dictyonina.

3. Kelas Demospongia

Kelas ini merupakan keras yang paling banyak di jumpai di filum porifera.

Kelas ini memiliki tubuh yang lunak karena tidak memiliki rangka dan ada yang

memiliki rangka yang tersusun dari silica. Kelas ini terbagi menjadi 3 ordo yaitu.

Ordo Tertactinellida, Ordo Monaxonida, dan Ordo Keratosa.

4. Kelas Sclerospongea

Kelas ini tersusun dari kalsium karbonat dan silica, termasuk dalam tipe spons

koral, ada beberapa spesies yaitu Sclerospongia sp. Yang hanya di jumapi di India

Barat (Dosen dan asisten, 2016).

2.8 Pengertian Filum Coelenterata

Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelenteron yang artinya

rongga. Sehingga dapat di defenisikan Coelenterata merupakan hewan

invertebrata yang meiliki rongga tubuh yang berfungi sebagai alat pencerna.

Kelompok hewan ini memiliki bentuk seperti tabung, dan mempunyai rongga

dengan mulut yang di kelilingi oleh tentakel. (Dosen dan asisten, 2016)
2.9 Bentuk Tubuh Filum Coelenterata

Gambar 2.2 bentuk tubuh filum Coelenterata

Bagian tubuh coelenterata yaitu:

1. Test : merupakan seluh bagian tubuh coelenterate

2. Epidermis : merupakan kulit coelenterate

3. Calix : merupakan rongga mulut atau anus coelenterate

4. Enteron : merupakan ronnga untuk masuknya air

5. Hipostoma : merupakan bagian untuk tertambatnya tubuh coelenterate pada

tempat hidupnya (Dosen dan asisten, 2016).

2.10 Klasifikasi Filum Coelenterata

Klasifikasi kealas Coelenterata berdasarkan siklus hidupnya di bagi

menjadi 3 kelas utama yaiatu:

1. Kelas Hydrozoa

Beberapa kelas ini mengalami dua silus hidup yaitu tahap polip yang aseksual

dan tahap meduasa yang seksual. Contohnya spesies Obelia sp. Dan ada pula

selama hidupnya hanya menjadi polip saja yaitu Hydra.

2. Kelas Scyphozoa

Contoh spesies dalam keals ini adalah Aurelia auria ( ubur - ubur). Hewan ini

memiliki bentuk seperti mangkuk, kadang mempunyai tubuh bewarna dan


beberapa tubuhnya transparan. Tubuh pada kelas ini dilengkapi dengan tentakel

yang mempunyai penyengat.

3. Kelas Anthozoa

Kelas ini memiliki ciri – ciri khusus yaitu tubuhnya yang berbentuk bunga.

Contoh dari kelas ini adalah spesies Metridium ( anemone laut). Anthozoa hidup

sebagai polip. Kelas ini terbagi menjadi 3 ordo yaitu, Ordo Rugosa, Ordo

Tabulata, Ordo Sclerectina (Dosen dan asisten, 2016).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, antar lain:

a. Lembar kerja praktikum

b. Pensil

c. Penghapus

d. Penggaris

e. Pensil warna

f. Sampel fosil

g. Kamera

h. Mistar

i. HCl 0,1 M

j. Lab halus dan lab kasar

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun tahapan yang dilakukan pada saat praktikum yatu sebagai berikut:

1. Mengambil sampel fosil yang telah disediakan oleh asisten di laboraturium

2. Melakukan pendeskripsian dan penggambaran fosil di lembar kerja praktikum

sesuai dengan informasi yang tertera pada lembar kerja praktikum

3. Menentukan taksonomi genus dan famili berdasarkan spesies fosil yang

tertera pada lembar kerja praktikum


4. Menentukan komposisi kimia dengan cara menetesi HCl 0,1 M pada

permukaan sampel. Jika bereaksi maka fosil tersebut mempunyai komposisi

kimia CaCO3, tetapi jika tidak bereaksi maka fosil tersebut mempunyai

komposisi kimia SiO2. Jika fosil mengandung CaCO3, maka fosil tersebut

terbentuk pada lingkungan pengendapan laut dangkal dan jika fosil

mengandung SiO2, maka fosil tersebut terbentuk pada lingkungan

pengendapan laut dalam ataupun darat

5. Menentukan proses pemfosilan dan bentuk fosil berdasarkan ciri fisik fosil

6. Foto fosil dan pembanding menggunakan kamera.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pratikum ini kami mengamati delapan buah fosil, kemudian kami

mendeskripsikan mulai dari Filum,Kelas, Ordo, Family, Genus, Spesies, proses

pemfosilan, bentuk, komposisi kimia, umur, lingkungan pengendapan dan

keterengan. Adapun nama dari kedelapan fosil tersebut adalah

4.1 Peraga Pertama

Foto 4.1 Peraga 244

Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Porifera, Kelas Calcaria,

Ordo Heterocoela. Family, genus dan spesies tidak di ketahui karena keterangan

bukan untuk fosil tersebut.

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah

cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi


dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan

mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk tubuh plate yaitu bentuk fosil yang hanya

bentuknya pipih. Bagian-bagian tubuh fosil dapat di identifikasi yaitu test

merupakan bagian keseluruhan fosil, ostium merupakan pori – pori untuk

masuknya air ke tubuh fosil, dan holdfest merupakan tempat tertambatnya tubuh

porifera pada tempat hidupnya.


Fosil ini memiliki komposisi kimia berupa karbonatan. Dilihat dari

komposisi kimianya fosil ini terendapakan pada lingkungan pengendapan laut

dangkal. Fosil ini diperkirakan berumur Devon Tengah (  370 Juta Tahun yang

Lalu ).

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau, dan untuk menentukan biostratigrafi yakni penentuan

urutan batuan berdasarkan kandungan biota atau fosil yang dikandung oleh suatu

batuan.

4.2 Peraga Kedua

Foto 4.2 Cyclolites polimorpha (GOLDF)

Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Coelenterata, Kelas Antozoa,

Ordo Tabulata, dan merupakan Family dari Cyclolitesidae, Genusnya Cyclolites,

dan nama Spesiesnya Cyclolites polimorpha (GOLDF).

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah
cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi

dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil yang

tergantikan oleh mineral kalsium karbonat (CaCO3). Bahan itu masuk dan mengisi

lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati sehingga menjadi

keras/membatu menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan


mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk tubuh konikal yaitu bentuk tubuh fosil yang

berbentuk krucut. Pada fosil dapat diidentifikasi bagian-bagian tubuhnya berupa

test yaitu seluruh bagian tubuh fosil , hipostoma merupakan tempat tertambatnya

tubuh dari coelenterata , epidermis merupakan kulit dari coelenterata ,test

merupakan bentuk keseluruhan fosil, dan kalix berupa garis garis yang terdapat

pada coelenterata

Fosil ini memiliki komposisi kimia berupa CaCO3. Dilihat dari komposisi

kimianya fosil ini terendapakan pada lingkungan pengendapan laut dangkal. Fosil

ini diperkirakan berumur Karbon Atas (  290 Juta Tahun yang Lalu ).

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relative dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau, dan unt uk menentukan biostratigrafi yakni penentuan

urutan batuan berdasarkan kandungan biota atau fosil yang dikandung oleh suatu

batuan.

4.3 Peraga Ketiga

Foto 4.3 Peraga 108


Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Porifera, Kelas Calcaria,

Ordo Heterocoela. Family, genus dan spesies tidak di ketahui karena keterangan

pada fosil bukan untuk fosil tersebut.

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah

cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi

dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan


mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk globular yaitu bentuk fosil yang bulat atau

membundar. Pada fosil dapat didentifikasi bagian-bagian tubuhnya yaitu test

merupakan bagian keseluruhan fosil, osculum merupakan pori pori tempat

masuknya air ke dalam fosil, dan holdfest merupakan tempat tertambatnya tubuh

fosil.

Fosil ini memiliki komposisi kimia berupa CaCO3. Dilihat dari komposisi

kimianya fosil ini terendapkan pada lingkungan pengendapan laut dangkal. Fosil

ini diperkirakan berumur Ordovisuim Atas ( ± 450 Juta Tahun yang Lalu)

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau.

4.4 Peraga Keempat

Foto 4.4 Hetereophrentis Sp.


Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Coelenterata, Kelas Antozoa,

Ordo Rugosa, dan merupakan Family dari Heterophrentisidae, Genusnya

Heterophrentis, dan nama Spesiesnya Hetereophrentis Sp.

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah

cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi

dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan


mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk tubuh konikal yang bentuknya seperti

kerucut. Pada fosil dapat di identifikasi bagian-bagian tubuh fosil berupa

epidermis merupakan kulit coelenterate, calix merupakan garis garis pada

coelenterate, hipostoma merupakan bagian tubuh porifera yang tertambat.

Fosil ini memiliki komposisi kimianya berupa CaCO3. Dilihat dari

komposisi kimianya fosil ini terendapkan pada lingkungan pengendapan laut

dangkal. Fosil ini diperkirakan berumur Devon atas(  360 juta tahun yang lalu )

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relative dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau.

4.5 Peraga Kelima

Foto 4.5 Peraga225


Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Porifera, Kelas Calcaria,

Ordo Heterocoela. Family, genus dan spesies tidak di ketahui karena keterangan

pada fosil tersebut bukan untuk fosil tersebut.

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah

cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi

dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan


mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk tubuh plate yaitu bentuk tubuh fosil yang

pipih. Pada fosil dapat di identifikasi bagian-bagian tubuh fosil berupa test yaitu

seluruh bagian tubuh fosil, ostium yaitu pori – pori untuk masuk air ke dalam

tubuh fosil, holdfest merupakan tempat tertambatnya tubuh fosil.

Fosil ini memiliki komposisi kimia berupa CaCO3. Dilihat dari komposisi

kimianya fosil ini terendapkan padas lingkungan pengendapan laut dangkal. Fosil

ini diperkirakan berumur Ordovisium Tengah ( 423-435 juta tahun yang lalu) .

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relatif dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau, dan untuk mengukur kedalaman lapisan sedimen.

4.6 Peraga Keenam

Foto 4.6 Montlivaltia Sp.

Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Coelenterata, Kelas

Anthozoa, Ordo Scleractina, dan merupakan Family dari Montlivaltianidae,

Genusnya Montlivaltia, dan nama Spesiesnya Montlivaltia Sp.


Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah

cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi

dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan

mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.


Fosil ini mempunyai bentuk tubuh branching yaitu bentuk fosil yang

menyerupai bentuk cabang cabang seperti ranting. Pada fosil dapat dikenali

bagian-bagian berupa test yaitu seluruh bagian tubuh fosil, calix merupakan garis

garis pada tubuh coelentrata, epidermin merupakan kulit dari fosil coelenterata,

dan hipostema adalah bagian fosil yang tertambat di tempat hidupnya.

Fosil ini tidak bereaksi ketika di tetesi larutan HCl, sehingga komposisi

kimianya berupa karbonat SiO2 (Silika). Dilihat dari komposisi kimianya fosil ini

memiliki lingkungan pengendapan berada pada daerah laut dangkal. Fosil ini

diperkirakan berumur jura atas (  370-375 Juta Tahun yang Lalu )

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relative dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau, dan untuk menentukan biostratigrafi yakni penentuan

urutan batuan berdasarkan kandungan biota atau fosil yang dikandung oleh suatu

batuan.

4.7 Peraga Ketujuh

Foto 4.7 Roemerispongia gerolsteinensi (ROEMER)(CAST)


Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Porifera, Kelas

Hexactinellida, Ordo Reticulosa. Family Roemerispongianidae, genus

Roemerispongia dan spesies Roemerispongia gerolsteinensi (ROEMER)(CAST).

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian

mengalami transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah

cekungan sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme

tersebut akan mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian

terendapkan dan tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi

dalam cekungan tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari

bakteri pembusuk. Karena material-material sedimen lambat laun semakin

bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga

terjadi proses kompaksi yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut

dan mengecil . Kemudian, material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka

seiring dengan perjalanan waktu organisme tadi mengalami sementasi dan

kemudian di lanjutkan dengan litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan


mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk tubuh konikal yaitu bentuk tubuh fosil yang

berbentuk kerucut. Bagian tubuh fosil ini dapat di identifikasi yaitu test

merupakan bagaian keseluruhan tubuh fosil, osculum tempat keluarnya air di

dalam tubuh fosil , ostium merupakan ronggo tempat masuk air ke dalam tubuh

fosil.

Fosil ini memiliki komposisi kimianya berupa CaCO3. Dilihat dari

komposisi kimianya fosil ini terendapkan pada lingkungan pengendapan laut

dangkal. Fosil ini diperkirakan berumur Devon Tengah ( 370 juta tahun yang

lalu) .

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relative dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau, dan untuk menentukan biostratigrafi yakni penentuan

urutan batuan berdasarkan kandungan biota atau fosil yang dikandung oleh suatu

batuan.

4.8 Peraga Kedelapan

Foto 4.8 Caninia cornucopiae NICH


Fosil ini merupakan salah satu bagian Filum Coelenterata, Kelas

Anthozoa, Ordo Tabulata, dan merupakan Family dari Caninianidae, Genusnya

Caninia, dan nama Spesiesnya Caninia cornucopiae NICH.

Proses pemfosilannya dimulai ketika organisme ini mati, kemudian mengalami

transportasi oleh media geologi yaitu air sehingga sampai pada daerah cekungan

sedimen yang stabil. Seiring dengan berjalannya waktu organisme tersebut akan

mengalami liching atau pencucian mineral dan kemudian terendapkan dan

tertimbun oleh material-material sedimen yang terakumulasi dalam cekungan

tersebut sehingga tubuh organisme tersebut terhindar dari bakteri pembusuk.

Karena material-material sedimen lambat laun semakin bertambah maka tekanan

pada organisme yang tertimbun semakin besar sehingga terjadi proses kompaksi

yang membuat pori dari tubuh organisme ini mengerut dan mengecil . Kemudian,

material sedimen menempel pada bagian tubuh Maka seiring dengan perjalanan

waktu organisme tadi mengalami sementasi dan kemudian di lanjutkan dengan

litifikasi (pembatuan) hingga menjadi fosil.

Fosil ini terfosilkan melalui proses pemfosilan berupa permineralisasi,

permineralisasi merupakan perubahan sebagian dari bagian tubuh fosil. Bahan itu

masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati

sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil. Proses pemunculan atau

penyingkapan fosil ke permukaan dipengaruhi oleh gaya endogen, yaitu

pengangkatan atau perubahan struktur dari lapisan atau batuan sedimen tempat

fosil terendapkan yang dulunya berada di bawah tanah akibat gaya endogen naik

ke permukaan. Selanjutnya gaya eksogen berupa hujan dan angin akan


mengakibatkan terkikisnya material-material sedimen yang terakumulasi bersama

fosil sehingga fosil tersingkap dan dapat dikenali.

Fosil ini mempunyai bentuk tubuh tabular yaitu bentuk tubuh fosil yang

menyerupai tabung. Pada fosil dapat dikenali bagian-bagian yang dapat dilihat

pada foto 4.8. Test merupakan bagian keseluruhan tubuh fosil, epidermis

merupakan kulit fosil, calix merupakan garis – garis dari tubuh fosil, hipostoma

merupakan bagian yang tertambat ke tempat hidup fosil ini.

Fosil ini memiliki komposisi kimianya berupa CaCO3. Dilihat dari

komposisi kimianya fosil ini terendapkan pada lingkungan pengendapan laut

dangkal. Fosil ini diperkirakan berumur Carbon Bawah ( 290 juta tahun yang

lalu) .

Kegunaan dari fosil ini sebagai penentu umur relative dari suatu lapisan

sedimen, penentu suatu lingkungan pengendapan, juga sebagai bukti dari

kehidupan masa lampau, dan untuk menentukan biostratigrafi yakni penentuan

urutan batuan berdasarkan kandungan biota atau fosil yang dikandung oleh suatu

batuan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini yaitu

a. Perbedaan filum porifera dan coelenterata terletak pada bentuk fisik fosil

dimana pada filum coelenterata tidak di dapatkan pori – pori sedangkan pada

filum porifera terdapat pori – pori pada tubuhnya saat menjadi fosil.

b. Adapun bentuk bagian – bagian tubuh dari filum porifera dan coelenterata saat

menjadi fosil yaitu pada filum porifera di dapatkan bagian tubuhnya yaitu test,

osculum, ostium, spongocoel, dan holdfest. Sedangkan pada filum coelenterata

masih ditemukan bagian tubuhya yaitu test, kalix, epidermis, endodermis, oral

disk, dan hipostoma.

c. Spesies porifera yang dapat menjadi fosil pada praktukum ini yaitu

Roemerispongia gerolsteinensi (ROEMER)(CAST), sedangkan untuk di

coelenterata yaitu Caninia cornucopiae NICH, Montlivaltia Sp., Hetereophrentis

Sp.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Asisten

a. Pertahankan sistem tanya jawab saat asistensi.

b. Sebaiknya cara penulisan kerangka laporan dijelaskan setelah praktikum

selesai.

c. Sebaiknya penuntun sudah ada sebelum praktikum dimulai

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium


a. Sebaiknya fosil dilengkapi dan ditambah

b. Penataan ruangan diperbaiki dan dirapikan

DAFTAR PUSTAKA

Wartono, Ir. 2009. Modul Pembinaan Untuk Peserta Olimpiade Nasional Bidang
Ilmu Kebumian: Yogyakarta.

Noor,Djauhari. 2009. Pengantar Geologi, Universitas Pakuan, Bogor.

Dosen dan Asisten. 2016. Penuntun Praktikum Paleontologi. Gowa.

Anda mungkin juga menyukai