Aktivita magma tersebut menghasilkan berbagai jenis batuan beku, yang dicirikan
oleh masing-masing kelompok batuan tersebut di dalam suatu Suite atau Provinsi
batuan tertentu.
1. Suatu kelompok gunung api muda Kuarter yang telah padam pada Resen ini
yang letaknya terpisah, menempati perbatasan kelompok gunung api aktif
pada busur dalam vulkanik. Aktivitas magma pada masa lampau, yang
menerobos daerah cekungan sedimen yang menempati daerah bagian utara
pulau Jawa, yang terletak antara geantiklin – Jawa Selatan dan Tanah Sunda,
menghasilkan batuan beku yang digolongkan dalam Suite Mediteran dan
dicirikan dengan kandungan mineral-mineralnya yang kaya akan kalium.
1. Tanah Sunda yang terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebagian besar telah
digenangi laut kecuali beberapa pulau yang masih tersisa dan muncul di atas
permukaan air laut seperti misalnya pulau Karimunjawa. Daerah tersebut
merupakan daerah “hinterland” yang masih dipengaruhi oleh aktivitas
magma, yang umumnya digolongkan dalam basal datar tinggi.
Van Bemmelen (1954), melalui skema tektonik yang mencirikan 9 pusat undasi,
yang menggambarkan struktur Neogen yang terbentuk di kepulauan Indonesia ini,
dapat memisahkan (Sukendar, 1976):
1) Daerah stabil yang tidak mengalami gejala transgresi pada kala Neogen
2) Daerah Semi Stabil dengan transgresi pada kala Neogen, tetapi tidak
dipengaruhi oleh Undasi
2) Orogen Sumatera,
Dicirikan dengan fasa perlipatannya yang berumur Kapur sampai Paleosen serta
diikuti intrusi batuan beku dalam. Daerah orogen ini meliputi pulau Sumatera
melalui pegunungan Serayu Selatan di pulau Jawa terus kea rah pegunungan
Meratus di Kalimantan Tenggara. Aktifitas magma yang menyertai orogen ini
berupa batuan gabro sampai granitis.
3) Orogen Sunda,
Terbentuk pada Miosen Tengah, tetapi di beberapa daerah mungkin terjadi lebih
dahulu, menempati daerah yang terletak di bagian tengah antara daerah yang
terkena orogen Sumatera dan Orogen Maluku, serta merupakan daerah yang
ditempati oleh gejala vulkanisme Miosen. Daerah ini meliputi pesisir sebelah barat
pulau Sumatera, pulau Jawa bagian Selatan, Kepulauan Sunda kecil, pulau-pulau
yang termasuk dalam Busur dalam Banda, Sulawesi bagian barat, dan berakhir di
daerah Mindanau (Filipina Selatan). Aktifitas magmanya menghasilkan gang-gang
andesitis dan dasitis serta pluton-pluton granit dan diorite.
4) Orogen Maluku,
Dicirikan oleh adanya perlipatan yang sangat kuat yang disertai dengan gejala
pensesaran lapisan batuan berumur paleozoik Akhir, Mesozoik dan Tersier Bawah.
Selain itu juga dicirikan dengan terbentuknya batuan Ultra basa yang sangat besar
berumur Mesozoik Akhir sampai permulaan Tersier, yaitu meliputi daerah-daerah
kepulauan disebelah barat Sumatera, Pulau Timor, daerah yang termasuk dalam
Busur luar Banda dan akhirnya daerah Sulawesi bagian timur.
Prinsip teori tektonik lempeng ini berawal dari suatu pengertian bahwasanya
bagian dari kulit bumi atau lithosfera, termasuk juga di dalamnya bagian paling
luar dari selimut bumi (“upper mantle”) dianggap sebagai lempeng-lempeng yang
kaku. Lempeng-lempeng ini saling bergerak satu terhadap yang lain dengan
kecepatan minimal 10 cm/tahun atau akan memindahkan lempeng-lempeng
tersebut sejauh 100 km/10 juta tahun dan menurut beberapa ahli cenderung
dipengaruhi oleh gaya-gaya konvektif yang terjadi pada daerah astenosfera yang
bersifat cair-kenyal.
Jalur tersebut memiliki kemiringan lereng yang berbeda-beda dan merupakan zona
penyebaran pusat-pusat gempa bumi.
Menurut Sukendar (1976, hal.89), daerah dimana terjadi tumbukan lempeng akan
merupakan suatu jalur dimana terjadi kegiatan orogen yang meliputi gejala-gejala
seperti:
1. Konvergensi lempeng
2. Pertumbuhan benua
3. Pengkerutan Lapisan-lapisan
4. Penebalan kerak bumi dalam pembubungan isostasi yang disertai dengan
kegiatan magma dan gejala metamorfisma.
Ahli tersebut mencatat bahwa batas antara masing-masing lempeng merupakan
daerah yang mengandung pusat-pusat gempa disamping gejala orogenesa dan
tektonik dimana batas-batas tersebut akan berujud sebagai:
Sementara secara keseluruhan disebut dengan sistem palung busur (“arc trench
system”). Daerah yang terletak diantara sistem-sistem palung busur tersebut
berbentuk rumpang yang memanjang, dengan lebar yang berkisar antara 150-250
km dan rumpang palung busur (“arc trench gap”).
Sistem palung busur secara umum mengandung 4 (empat) unsur dimana setiap
unsur memiliki cirri, jenis batuan dan sifat struktur geologi yang berbeda.
Gejala vulkanisma yang bersumber dari magma yang letaknya sangat dalam,
penyalurannya kea rah permukaan menerobos lapisan batuan sedimen yang cukup
tebal. Keadaan ini dicirikan dengan dihasilkannya batuan vulkanik yang beragam
yaitu antara basal sampai andesit, meskipun pada umumnya adalah basal dengan
kandungan mineral-mineralnya yang kaya akan unsur Kalium.
1. Monzonit kuarsa, granodiorit dan diorite kuarsa dengan sedikit granit dan
diorite yang membentuk jalur batholit. Magma yang bersusunan kalsium
alkali ini adalah gejala pelelehan sepihak (partial_melting) dari batuan
lempungan asal samudera yang berada di bawah tekanan tinggi dan tegasan
geser (shear stress) akibat peristiwa penekukan melalui jalur Benioff ke
dalam lapisan selaput bumi. Magma ini akan mengalami perubahan yang
besar akibat proses asimilasi dengan selaput dan kerak bumi yang dilaluinya
pada saat magma naik dan melakukan diferensiasi. Peristiwa pelelehan ini
terjadi pada daerah yang terletak pada kedalaman 75-275 kilometer pada
jalur Benioff (Dickinson, 1971). Perbandingan antara unsur K terhadap
Silikon yang terdapat di dalam batuan beku dari kedua kelompok tersebut
meningkat secara teratur kearah yang sama dengan arah kemiringan jalur
Benioff di bawahnya.
Katili (1971) melalui pendekatan yang didasarkan atas konsep tektonik lempeng,
beranggapan bahwa busur kepulauan Indonesia merupakan daerah yang terbentuk
akibat dari pertemuan 3 lempeng yaitu:
Sesar besar Sumatera, sesar Palu-Koro di Sulawesi dan sesar Filipina memencar
dari selatan menuju ke utara yaitu dari lempeng samudera India-Australia.
Sedangkan jalur sesar Sorong di Papua dan palung Filipina berkumpul pada
gerakan yang menuju kea rah barat dari lempeng samudera Pasifik.
Agaknya selain dikontrol oleh jalur tumbukan 3 (tiga) lempeng seperti yang
disebutkan di atas, adanya pertemuan 2 (dua) sistem pegunungan yaitu sirkum
Pasifik dan sirkum Mediterania menyebabkan Wilayah Indonesia menjadi kawasan
yang rumit dan labil, halmana keadaan tersebut bisa dibuktikan dengan:
- Merupakan daerah yang paling vulkanis, dimana terdapat kurang lebih 400
buah gunung api
Batuan vulkanik yang dihasilkan oleh gunung api – gunung api Holosen, yang
terletak di bagian atas zona Benioff sekarang, memperlihatkan perbandingan yang
umum antara K2O dengan SiO2 terhadap kedalaman jalur seismic
(Hatherton dan Dickinson dalam Hamilton, 1973).
Susunan batuan vulkanik tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis dan susunan kerak
bumi yang diterobos magma yang berasal dari zona Benioff. Batuan vulkanik di
Sumatera umumnya bersifat lebih asam sampai menengah, halmana disebabkan
magma menerobos kerak kontinen yang tua. Sedangkan di Jawa, yang memiliki
kerak kontinen lebih tipis, bersifat mafik dan relatif lebih muda, gunung api nya
menghasilkan batuan vulkanik yang menengah.
1. Komposisi batuan vulkanik hasil gunung api muda di Jawa relatif lebih basa
dibandingkan dengan batuan vulkanik gunung api di Sumatera
2. Gunung api Tersier Akhir di Jawa kebanyakan berdiri di atas endapan
Marine-Neogen dan bukannya di atas pra-Tersier. Sedangkan di Sumatera
sebagai batuan dasar gunung api nya adalah batuan pra-Tersier (bukan
“mélange”).
3. Batuan dasar tempat bertumpunya gunung api di Jawa terdiri dari “Melange”
yang berumur Kapur – Tersier Awal.
4. Di Jawa tidak ada indikasi adanya kerak benua, didasarkan atas data
geofisika yaitu gaya berat dan seismik yang menunjukan bahwa di Jawa
tidak ada batuan kristalin.
Konsep tektonik lempeng dalam hubungannya dengan proses mineralisasi akan
banyak berkaitan dengan proses aktifitas magma atau gunung api, dimana intrusi
dari magma akan mengubah batuan dan mineral disekitar daerah intrusi tersebut.
Daerah busur vulkanik merupakan tempat yang paling utama dalam pencarian
mineral-mineral logam yang dihasilkan oleh aktifitas magma, dimana dari
kumpulan data yang ada bisa disimpulkan bahwa “phorpyric copper” banyak
ditemukan di daerah ini, selain “Volcanogenic stratiform Copper deposit”.
Adapun mineral-mineral lainnya yang biasa dijumpai di daerah tektonik ini adalah:
- Emas
Pada daerah “acidic volcanic” dan daerah yang dulunya bermula pada “continental
crust” diharapkan bisa didapatkan timah dan tungsten (misalnya di Bangka).
Umumnya di daerah busur vulkanik ini mineral deposit letaknya sangat dalam
sehingga tidak tersingkap di permukaan. Begitu pula pada busur vulkanik yang
masih muda, deposit tersebut sangat sukar ditemukan.