Anda di halaman 1dari 24

BAB II

FORAMINIFERA PLANKTON

2.1. Tinjauan Umum


Berbicara tentang mikrofosil, kita selalu berhadapan dengan organisme
bersel tunggal yang bernama foraminifera. Foraminifera merupakan mikrofosil
yang paling penting dalam kajian mikropaleontologi karena jumlahnya yang
melimpah pada batuan sedimen, banyaknya literatur tentang mikrofosil tersebut,
dan peranannya yang penting dalam penentuan umur lapisan batuan maupun
rekontruksi lingkungan sedimenter.
Secara terminologi, foranifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel
tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin
seluruhnya), mempunyai satu atau lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh
sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus (foramen).
Adapun ciri umum dari pada foranifera plankton adalah sebagai berikut,
yaitu :
- Test : Bulat
- Susunan kamar : Umumnya trochospiral
- Komposisi test : Gamping hyalin
- Hidup : Dengan cara mengambangkan diri pada permukaan laut

Foraminifera plankton sangat kecil bila dibandingkan dengan spesies dari


gologan benthos. Meskipun jumlah spesiesnya sangat sedikit golongan ini
mempunyai arti penting terutama digunakan sebagai fosil penunjuk jarak jauh dari
korelasi regional. Golongan ini tidak terlalu peka terhadap perubahan-perubahan
facies dari yang lain dan pada umumnya golongan ini kurang tahan terhadap
pengurangan salinitas, meskipun ada beberapa species yang tahan dalam kenaikan
kadar garam.
Contoh : laut mati (salinitas 4,0-4, %) masih dijumpai Globigerina bulloides,
Globorotalia sacculifera dan Urbulina Universa.

17 Van_sastro 06
Gambar 2.1. Skema tubuh foraminifera resen (diambil dari Shrock & Twenhofel,
1953)

2.2. Ekologi Umum Foraminifera Plankton


Mikro organisme sangat berpengaruh hidupnya oleh lingkungan dimana ia
tinggal dalam perjuangan untuk hidupnya, kebanyakan mikro organisme tersebut
menjadi sangat terkhususkan dengan cara cara/ kondisi tertentu. Maka untuk
mengetahui kondisi kondisi tersebut kita harus mempelajari ilmu ekologi
dimana ilmu ini membahas hubungan kehidupan foraminifera dengan lingkungan
sekitarnya. Foraminifera plankton tidak hidup dipermukaan laut saja, melainkan
ada yang hidupnya pada kedalaman 100 300 m dibawah permukaan air laut.
Adapun beberapa kondisi yang mempengaruhi kehidupan mikro
organisme yang hidup di air laut (foraminifera, nano plankton, dan sebagainya)
adalah :
Temperatur air laut, nlai rata rata -2 sampai 42 0C untuk lautan dan
+350C untuk lautan tertutup.
Salinitas/ kadar garam (33 s/d 39 % untuk lautan terbuka)
Turbulensi/ gelombang air.
Turbidit dan kekeruhan air laut.
Kedalaman.
Asal sedimen, ukuran butir stabilitas dan kecepaan sedimentasi.
Aspek geologi tertentu seperti vulkanisme.

18 Van_sastro 06
Jumlah makanan yang tersedia.
Dominasi jeis mjenis yang lebih kuat akan mempengaruhi perbandingan
dari pada mikro organisme yang ada pada suatu tempat.
Pada daerah perairan tropis golongan ini banyak dan jenisnya sangat
berbeda
Didaerah perairan dengan iklim sedang populasi dari plankton jarang
tetapi jenisnya berbeda beda
Diperairan sub kutub jenisnya sangat sedikit tetapi jumlahnya sangat
banyak
Globorotalia yang besar besar dengan keel sangat khas bagi tempat yang
bertemperatur 170C, sebalinya bila keel tidak ada ditemukan pada suhu
90C

Gambar 2.2. Perkembangbiakkan foraminifera

19 Van_sastro 06
2.3. Tata Cara Pendeskripsian Foraminifera Plankton
Dalam pendeskripsian foraminifera kita harus melewati beberapa tahapan
guna mengetahui ciri ciri dari foraminifera yang sedang dideskripsikan, adapaun
tahapan yang harus dilewati adalah :

2.3.1. Bentuk Test


Bentuk test merupakan bentuk keseluruhan daripada cangkang foraminifera.
sedangkan bentuk kamar. Berikut ini adalah beberapa macam bentuktest,
diantaranya adalah :
Tabular : bentuk tabung.
Bifurcating : bentuk cabang.
Radiare : bentuk radial.
Arborescent : bentuk pohon.
Irreguler : bentuk tak teatur/sembarang.
Hemisperical : bentuk setengah bola.
Zig-zag : bentuk berbelok-belok.
Lancealate : bentuk seperti gada.
Conical : bentuk keucut.
Spherical : bentuk bola.
Palmate :bentuk daun.
Discoidal : bentuk cakram.
Fusiform : bentuk gabungan.
Biumbilicate : bentuknya mempunyai 2 umbilicius (planispiral).
Biconvex : bentuk cembung di kedua sisi.
Flaring : bentuk seperti obor.
Spiroconvex : bentuk cembung pada sisi dorsal.
Umbilicoconvex : bentuk cembung pada sisi ventral.
Leticuler biumbilicate : bentuk seperti lensa.

20 Van_sastro 06
Gambar 2.3. Bentuk-bentuk test daripada foraminifera

2.3.2. Bentuk Kamar


Bentuk kamar merupakan bentuk dari masing-masing ruang yang
membentuk test atau bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada.
Macam-macam bentuk kamar ordo foraminifera antara lain adalah :
Spherical Angular truncate Tubulospinate
Pyroform Hemispherical Cyclical
Tabular Angular romboid Flatulosa
Neat Angular conical Semicurcular

21 Van_sastro 06
Globural Radial elogate
Ovate Clavate

Gambar 2.4. Bentuk-bentuk kamar daripada foraminifera

2.3.3. Susunan Kamar


a. Planispiral
Sifat-sifatnya:
- terputar pada satu bidang.

22 Van_sastro 06
- semua kamar terlihat.
- pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama banyak.

b. Trochospiral
Sifat-sifatnya :
- terputar tidak pada suatu bidang.
- tidak semua kamar terlihat.
- pandangan serta jumlah kamar dorsal dan ventral berbeda.

Sisi Ventral
- jumlah kamar lebih sedikit, karena hanya kamar pada putaran terakhir
yang terlihat.
- terlihat adanya aperture utama.
- terlihat adanya umbilicus.

Sisi Dorsal
- jumlah kamarnya lebih banyak.
- semua kamar dan putaran terlihat.
- kelihatan adnya putaran.

2.3.4. Bentuk Suture


Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test dan merupakan
perpotongan antara septa dan dinding kamar. Macam-macam bentuk suture adalah
Tertekan (melekuk), rata, atau muncul dipermukaan test.
Lurus, melekuk lemah, sedang, dan kuat.
Suture yang mempunyai hiasan.

23 Van_sastro 06
Gambar 2.5 Struktur utama tubuh Foraminifera Rotaloid (Jones, 1956)

Keterangan Gambar :
Protoculum : kamar utama pada cangkang foraminifera
Septa : sekat-sekat yang memisahkan antar kamar
Suture : garis pertemuan antara septa dengan dinding
cangkang
Aperture : lubang utama pada cangkang foraminifera.

2.3.5. Komposisi Test


Penelitian pada cangkang foraminifera resen, dinding cangkang dapat terdiri
atas beberapa macam sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
A. Dinding Khitin atau Tektin.
Dinding khitin atau tektin merupakan bentuk dinding yang paling primitif
pada foraminifera. Dinding ini terbuat dari zat organik yang menyerupai zat
tanduk, fleksibel dan transparan, biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate. Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding ini jarang yang
ditemukan sebagai fosil (kecuali golongan Allogromidae). Beberapa golongan
foraminifera lainnya seperti Miliolidae, Lituolidae dan beberapa jenis
Astrorhizidae, sebagian dari dinding cangkangnya terbuet dari khitin, tetapi
biasanya hanya melapisi bagian dalamnya saja. Cushman (1955) menganggap

24 Van_sastro 06
bentuk dinding yang paling primitif, yang dalam perkembangan selanjutnya akan
berubah menjadi dinding aglutin atau arenaceous dengan jalan mengumpulkan
material asing dari sekiitarnya yang kemudian direkatkan ke bagian luar tubuhnya.

B. Dinding aglutin atau arenaceos.


Dinding aglutin atau arenaceous adalah dinding test yang terbuat dari
material asing yang direkatkan satu sama lain dengan semen. Berdasarkan
kualitas, maka ukuran dan bentuk material yang dipergunakan dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu:

1) Pada dinding arenaceous, material asingnya hanya terdiri atas butiran pasir
saja.
Psammosphaera fusca : mengambil butiran-butiran pasir saja.
Psammosphaera parva : mengambil
butiran-butiran pasir dengan ukuran tertentu dan spong-spikulae.
Psammosphaera bowmanni : hanya mengambil kepingan-kepingan
mika.
Psammosphaera rustica : hnaya mengambil sponge-spikulae.
2) Sedangkan pada dinding aglutin, material asingnya terdiri atas bermacam-
macam material seperti mika, sponge dan-spikulae, cangkang foram, lumpur dan
sebagainya.

Biasanya test semacam ini mempunyai lapisan khitin yang tipis di bagian
dalamnya.
Zat perekat dapat berupa tekhtin atau khitin yang dihasilkan oleh organisme
itu sendiri, atau semen yang kadang-kadang mengandung senyawa bwesi sehingga
menyebabkan warna merah pada permukaan cangkang. Bebrapa bentuk
foraminifera yang mempergunakan semen gampingan biasanya dijumpai pada
perairan dingin.

C. Dinding silikaan (siliceous).

25 Van_sastro 06
Dinding tipe ini jrang ditemukan. Material silikaan dapat dihasilkan oleh
organisme itu sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder dalam
pembentukannya. Contoh foraminifera yang dapat mempunyai dinsing silikaan
adalah golongan Ammodiscidae, Hypermminidae, Silicimidae, dan beberapa
spesies dari golonhan Miliolidae.
Dinding gampingan.
Williamson (1958), dalam pengamatannya pada foraminifera resen,
mengklasifikasikan tipe dinding gampngan ini menjadi dua, yaitu dinding
porselen dan hyalin. Tetapi, selain kedua tipe ini masih terdapat tipe dinding
gampingan yang lain, yaitu dinding gampingan yang granuler dan kompleks. Jadi
terdapat empat tie gampingan, yaitu:
a) Dinding porselen
Terbuat dari zat gampingan, tidak berpori, mempunyai kenampakan seperti
porselen, dengan sinar langsung (episkopik) berwarna opak (buram) dan putih,
dengan sinar transmisi (diaskopik) berwarna amber.
Galloway (1933), dengan sinar X, meneliti dinding porselen ini dan
menyimpulkan bahwa tipe dinding tersebut terdiri atas kristal kalsit yang
kyrpto-kristalin. Sementara itu, Cushmanm dan Warner (1940) beranggapan
bahwa tipe ini merupakan campuran dari zat gampingan dan khitin sehingga
menimbulkan warna amber.
Contoh foraminifera berdinding porselen adalah golongan golongan
Miliolidae seperti Quinqueloculina, Triloculina, Pyrgo dan golongan
Peneroplidae seperti Peneroplis, Sorites dan Orbitolites.

b) Dinding hyalin (vitrocalcarea)


Hampir kebanyakan foraminifera mempunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini
merupakan dinding gampingan bersifat bening dan transparan, berpori.
Umumnya, yang berpori halus dianggap lebih primitif daripada yang berpori
kasar. Golongan Nadosaridae, Globigerinidae dan Polymorphinidae
mempunyai diameter pori sekitar 5-9 m, sedangkan beberapa jenis lain
seperti Anomalina, Planulina dan Cibicides besar lubang porinya 15 m.
c) Dinding gampingan yang granular

26 Van_sastro 06
Kebanyakan foraminifera yang hidup pada zaman Paleozoikum (terutama
Awal Paleozoik) mempunyai dinding cangkang yang terdiri atas kristal kalsit
yang granular tanpa ada material asing atau semen, seperti pada Endothyra,
beberapa spesies Bradyina, Hyperamina dan beberapa penulis lain
beranggapan bahwa materi pembentuk dinding ini dihasilkan oleh binatang itu
sendiri. Dalam sayatan tipis, dinding ini tampak gelap.

d) Dinding gampingan yang kompleks


Dinding tipe ini terdapat pada golongan Fusulinidae (foram besar),
mempunyai beberapa lapisan yang berdasarkan lapisan-lapisan tersebut kita
dapat membedakan antara tipe fusulinellid dan schwagerinid.

Gambar 2.6 Tipe utama pembentuk dinding Foraminifera (Bignot, 1982)

27 Van_sastro 06
Gambar 2.7. Jenis-jenis dinding utama foraminifera (Jones, 1956)

2.3.6. Jumlah Putaran dan Jumlah Kamar


Dalam klsifikasi foraminifera jumlah kamar dan jumlah putaran perlu
diperhatikan, ternyata spesies tertentu mempunyai jumlah kamar terutama pada
sisi ventral yang hampir pasti sedangkan bagian dorsal jumlah kamar akan
berhubungan erat dengan jumlah kamar yang banyak pula, tetapi jumlah putaran
seperti juga jumlah kamar dalam satu spesies mempunyai kisaran yang hampir
pasti.
Jadi untuk jumlah kamar lebih penting diamati seluruhnya pada sisi dorsal.
Tentu saja ini berlaku untuk susunan kamar trochospiral, sedangkan yang
plasnipiral sisi ventral dan dorsal mempunyai kenampakan yang sama.

Gambar 2.8. Bentuk dasar cangkang foraminifera


2.3.7. Aperture

28 Van_sastro 06
Merupakan lubang utama pada test foraminifera yang biasanya terletak pada
bagian kamar yang terakhir. Aperture ini berupa sebuah lubang yang berfungsi
untuk memasukkan makanan dan juga untuk mengeluarkan protoplasma. Dengan
demikian, aperture berperan penting dalam kehidupan foraminifera itu sendiri dan
penting untuk klasifikasi. Khusus foraminifera golongan plankton bentuk maupun
variasi aperturenya lebih sedehana, kebanyakan golongan ini mempunyai bentuk
aperture utama intreriomarginal. Macam-macam aperture utama interiomarginal:
1. Primary aperture interiomarginal umbilical adalah aperture utama yang
terletak di umbilicus atau pusat putaran.
2. Primary aperture interiomarginal umbilical extra umbilical adalah aperture
interiomarginal terletak pada daerah umbilicus dan melebar sampai peri-peri
atau ke tepi.
3. Primary aperture interiomarginal equatorial adalah aperture interiomarginal
yang terletak di daerah equatorial.

Disamping aperture utama, kadang-kadang pad foraminifera dijumpai


aperture yang lain, yaitu :
Secondary aperture adalah lubang utama dari aperture lain dan lebih kecil,
atau lubang tambahandari aperture utama.
Accesory aperture adalah aperture sekunder yang terletak pada struktur
tambahan.

INTERIOMARGINAL UMBILICAL

29 Van_sastro 06
INTERIOMARGINAL UMBILIOCAL EXTRA UMBILICAL

INTERIOMARGINAL EQUATORIAL

Gambar 2.9. Bentuk daripada aperture Interiomarginal

2.3.8. Ornamen (Hiasan) Foraminifera


Ornamen adalah aneka struktur mikro yang menghiasi bentuk fisik cangkang
foraminifera. Hiasan ini merupakan cerminan dari upaya mikroorganisme ini
dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Ornamentasi kadang-kadang sangat
khas untuk cangkang foraminifera tertentu sehingga dapat digunakan sebagai
salah satu kriteria dalam klasifikasinya. Berdasarkan letaknya hiasan dapat dibagi
menjadi:
1. Pada Suture, antara lain;

30 Van_sastro 06
Suture bridge : bentuk suture menyerupai jembatan.
Suture limbate : bentuk suture yang tebal.
Retral processes : bentuk suture zig-zag.
Raised bossed : suture yang berbentuk benjolan-benjolan.

2. Pada Umbilicus, antara lain;


Deeply umbilicus : umbilicus yang berlubang dalam.
Open umbilicus : umbilicus yang terbuka lebar.
Umbilicuc plug : umbilicus yang mermpunyai penutup.
Ventral umbo : umbilicus yang menonjol di permukaan.

3. Pada Peripheri, antara lain;


Keel : lapisan tepi yang tipis dan bening.
Spine : bentuk luar daripada cangkang menyerupai duri.

4. Pada Aperture, antara lain;


Lip atau rim : bibir aperture yang menebal.
Flap : bibir aperture menyerupai anak lidah.
Tooth : bentuk menyerupai gigi.
Bulla dan Tegilla : bulla berbentuk segi enam teratur, tegilla .
berbentuk segi enam tidak teratur.

5. Pada Permukaan Test, antara lain;


Smooth : permukaan yang licin.
Punctate : permukaan yang berbintik-bintik.
Reticulate : permukaan seperti sarang madu.
Pustucolate : permukaan dipenuhi oleh tonjolan-tonjolan bulat.
Canceleate : permukaan yang dipenuhi tonjolan-tonjolan yang
memanjang.
Costae : - axial costae
- spiral costae
Pada Permukaan Test

31 Van_sastro 06
Pada Aperture

Pada Suture

Pada Umbilicus

Pada Peripheri

Gambar 2.10. Macam-macam bentuk ornamen atau hiasan daripada Foraminifera

32 Van_sastro 06
33 Van_sastro 06
34 Van_sastro 06
35 Van_sastro 06
36 Van_sastro 06
37 Van_sastro 06
38 Van_sastro 06
39 Van_sastro 06
40 Van_sastro 06

Anda mungkin juga menyukai