Tinjauan Umum
Membahas tentang mikrofosil, kita selalu berhadapan dengan organisme bersel tunggal yang
bernama foraminifera. Foraminifera merupakan mikrofosil yang paling penting dalam kajian
mikropaleontologi karena jumlahnya yang melimpah pada batuan sedimen, banyaknya literatur
tentang mikrofosil tersebut, dan peranannya yang penting dalam penentuan umur lapisan batuan
maupun rekontruksi lingkungan sedimenter.
Secara terminologi, foraminifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel tunggal yang
hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut, mungkin seluruhnya), mempunyai satu atau lebih
kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh banyak lubang halus
(foramen). Foraminifera termasuk dalam Filum Protozoa yang mulai berkembang pada Kambrium
sampai Resen. Mayoritas anggotanya hidup pada lingkungan laut dan mempunyai ukuran yang
beragam mulai dari 3 m sampai 3 mm (Haq and Boersma, 1983).
Adapun ciri-ciri umum daripada foraminifera plankton adalah sebagai berikut, yaitu:
Test
: Bulat
Susunan kamar : Umumnya trochospiral
Komposisi test : Gamping Hyalin
Hidup
: Dengan cara mengambangkan diri pada permukaan laut
Foraminifera plankton sangat kecil bila dibandingkan dengan spesies dari golongan Benthos.
Meskipun jumlah spesiesnya sangat sedikit golongan ini mempunyai arti penting terutama digunakan
sebagai fosil penunjuk jarak jauh dari korelasi regional.
Golongan ini tidak terlalu peka terhadap perubahan-perubahan facies dari yang lain dan pada
umumnya golongan ini kurang tahan terhadap pengurangan salinitas, meskipun ada beberapa
species yang dapat tahan dalam kenaikan kadaa garam.
Contoh: Laut mati (salinitas 4,0-4, %) masih dijumpai Globigerina bulloides, Globorotalia sacculifera
dan Urbulina Universa.
Beberapa juga yang tidak tahan terhadap perubahan temperatur yang relatif besar dimana dapat
hidup di daerah kutub maupun tropis. Contoh : Globigerina bulloides.
Ada juga spesies yag menghuni daerah suhu tertentu. Contoh:
Air dingin (zona kutub) : Globigerina pacyderma, Globorotaloid dutertei
Zona temperate : Globigerina bulloides, Globorotalia inflata, Globorotalia, Globorotalia
camaraniensis.
Zona trois-sub tropis : Globigerinodes rubber, Globigerinodes sacculiter, Globigerinoides
songlobat.
Warm water (zona tropis); Orbulina universa, Globigerina eggeri.
Ekologi Umum foraminifera Plankton
Mikro organisme sangat terpengaruh hidupnya oleh lingkungan tempat tinggalnya. Dalam
perjuangan untuk hidupnya, kebanyakan menjadi sangat terkhususkan dengan cara atau kondisi
tertentu. Ilmu yang mempelajari kondisi tersebut adalah Ekologi.
Selain itu, ada lagi ilmu yang Paleoekologi, yaitu ekologi yang ditafsirkan berdasarkan
aneka fosil yang dijumpai. Dari mikrofosil yang dijumpai dalam suatu sedimen, kita dapat
menafsirkan kondisi tempatnya hidup, serta kapan dan bagaimana cara hidupnya.
Tetapi, untuk melakukan penafsiran tersebut diperlukan pembelajaran tentang berbagai
kondisi kehidupan mikroorganisme yang hidup sekarang. Untuk itu, di dalam mikropaleontologi kita
mengenal juga istilah The present is the key to the past .
Mekipun jumlah dari spesies plankton ini sedikit, tetapi golongan ini memiliki arti penting
dalam penunjukkan jarak jauh untuk korelasi regional. Pada umumnya golongan ini kurang tahan
terhadap kenaikan sedikit kadar garam.
Susunan Kamar
1. Planispiral
Sifat-sifatnya:
- Terputar pada satu bidang.
- Semua kamar telihat.
- Pandangan, serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama.
2. Trochospiral
Sifat-sifatnya:
- Terputar tidak dalam satu bidang.
- Pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal berbeda.
Sisi Ventral:
- Jumlah kamar lebih sedikit, karena hanya kamar pada putaran terakhir terlihat.
- Terlihat adanya aperture utama.
- Terlihat adanya umbilicus.
Sisi Dorsal:
- Jumlah kamar lebih banyak.
- Semua kamar dan putarannya terlihat.
- Kelihatannya adanya putaran.
Bentuk Suture
Suture adalah garis yang terlihat pada dinding luar test dan merupakan perpotongan antara septa
dan dinding kamar. Macam-macam bentuk suture adalah:
- Tertekan (melekuk), rata atau muncul dipermukaan test.
- Lurus, melekuk lemah, sedang dan kuat.
- Suture yang mempunyai hiasan.
Keterangan :
Protoculum : kamar utama pada cangkang foraminifera
Septa : sekat-sekat yang memisahkan antar kamar
Suture : garis pertemuan antara septa dengan dinding cangkang
Aperture : lubang utama pada cangkang foraminifera.
Komposisi Test
Penelitian pada cangkang foraminifera resen, dinding cangkang dapat terdiri atas beberapa macam
sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
Dinding Khitin atau Tektin
Dinding khitin atau tektin merupakan bentuk dinding yang paling primitif pada
foraminifera. Dinding ini terbuat dari zat organik yang menyerupai zat tanduk, fleksibel dan
transparan, biasanya berwarna kuning dan tidak berpori (imperforate. Foraminifera yang
mempunyai bentuk dinding ini jarang yang ditemukan sebagai fosil (kecuali golongan Allogromidae).
Beberapa golongan foraminifera lainnya seperti Miliolidae, Lituolidae dan beberapa jenis
Astrorhizidae, sebagian dari dinding cangkangnya terbuet dari khitin, tetapi biasanya hanya
melapisi bagian dalamnya saja. Cushman (1955) menganggap bentuk dinding yang paling primitif,
yang dalam perkembangan selanjutnya akan berubah menjadi dinding aglutin atau arenaceous
dengan jalan mengumpulkan material asing dari sekiitarnya yang kemudian direkatkan ke bagian
luar tubuhnya.
Dinding aglutin atau arenaceos
Dinding aglutin atau arenaceous adalah dinding test yang terbuat dari material asing yang
direkatkan satu sama lain dengan semen. Berdasarkan kualitas, maka ukuran dan bentuk material
yang dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1) Pada dinding arenaceous , material asingnya hanya terdiri atas butiran pasir saja.
Psammosphaera fusca : mengambil butiran-butiran pasir saja.
Psammosphaera parva : mengambil butiran-butiran pasir dengan ukuran tertentu dan spongspikulae.
2) Sedangkan pada dinding aglutin, material asingnya terdiri atas bermacam-macam material
seperti mika, sponge dan-spikulae, cangkang foram, lumpur dan sebagainya. Biasanya test semacam
ini mempunyai lapisan khitin yang tipis di bagian dalamnya.
Dinding silikaan (siliceous).
Dinding tipe ini jrang ditemukan. Material silikaan dapat dihasilkan oleh organisme itu sendiri atau
dapat juga merupakan material sekunder dalam pembentukannya. Contoh foraminifera yang dapat
mempunyai dinding silikaan adalah golongan Ammodiscidae, Hypermminidae, Silicimidae, dan
beberapa spesies dari golonhan Miliolidae.
Dinding gampingan
Williamson (1958), dalam pengamatannya pada foraminifera resen, mengklasifikasikan tipe dinding
gampngan ini menjadi dua, yaitu dinding porselen dan hyalin. Tetapi, selain kedua tipe ini masih
terdapat tipe dinding gampingan yang lain, yaitu dinding gampingan yang granuler dan kompleks.
Jadi terdapat empat tipe gampingan, yaitu:
Dinding porselen
Terbuat dari zat gampingan, tidak berpori, mempunyai kenampakan seperti porselen, dengan sinar
langsung (episkopik) berwarna opak (buram) dan putih, dengan sinar transmisi (diaskopik) berwarna
amber.
Dinding hyalin (vitrocalcarea)
Hampir kebanyakan foraminifera mempunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini merupakan dinding
gampingan bersifat bening dan transparan, berpori. Umumnya, yang berpori halus dianggap lebih
primitif daripada yang berpori kasar. Golongan Nadosaridae, Globigerinidae dan Polymorphinidae
mempunyai diameter pori sekitar 5-9 m, sedangkan beberapa jenis lain seperti Anomalina,
Planulina dan Cibicides besar lubang porinya 15 m.
Dinding gampingan yang granular
Kebanyakan foraminifera yang hidup pada zaman Paleozoikum (terutama Awal Paleozoik)
mempunyai dinding cangkang yang terdiri atas kristal kalsit yang granular tanpa ada material asing
atau semen, seperti pada Endothyra, beberapa spesies Bradyina, Hyperamina dan beberapa penulis
lain beranggapan bahwa materi pembentuk dinding ini dihasilkan oleh binatang itu sendiri. Dalam
sayatan tipis, dinding ini tampak gelap.