Anda di halaman 1dari 11

BAB II

DASAR TEORI
2.1 Mikropaleontologi

Mikropaleontologi cabang ilmu palenteologi yang khusus membahas semua


sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikro fosil.yang dibahas antara laian
adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai
kepentingannya terhadap stratigrafi.
Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936) :
Setiap fosil (biasanya kecil) untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya
dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm
namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang memiliki
cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari foil-fosil makro serta
bagian-bagian tubuh dari fosil makro yang mengamatinya menggunakan
mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil mikro dari golongan
foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk
mempelajarinya.
Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 :
1. Pellagic (mengambang)
a. Nektonic (bergerak aktif)
b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
2. Benthonic (pada dasar laut)
a. Secile (mikro fosil yang menambat/menepel)
b. Vagile (merayap pada dasar laut)
Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua
fosil itu identik dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam
geologi struktur dimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar,
kekar serta lipatan.

2.2 Foramininfera

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang


mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal).
Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun
waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-
kamar yang tersusun sambung-menyambung selama masa
pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu
berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang.
Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau
partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3
(kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah
dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20
sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa
penerapan yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan
mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam
biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan
gas bumi.

2.3 Foraminifera Plangtonik

Jumlah spesies foraminifera plangtonik sangat kecil jika


dibandingkan dengan ribuan spesies dari golongan benthonik, Mempunyai
arti yang sangat penting, karena dapat digunakan untuk korelasi regional
jarak jauh. Golongan ini umumnya tidak peka terhadap perubahan fasies,
namun ada beberapa faktor ekologi yang sangat berpengaruh, yaitu:
salinitas dan temperatur. Sifat hidupnya adalah mengambang pada air laut,
dengan kedalaman terbaik 6 – 30 meter. Foraminifera plangtonik resen
diketemukan hidup melimpah pada daerah-daerah tropis sampai subtropis.
Memiliki dua jenis perputaran yaitu sinistral dan dektral.

Ciri fisik secara umum dari foraminifera plangtonik adalah:

• Bentuk test biasanya adalah bulat.

• Susunan kamar pada umumnya adalah trochospiral, beberapa planispiral

• Komposisi test berupa gampingan dan hyalin

Ekologi

1. Air dingin (Zona Kutub): Globigerina pachyderma, Globorotalia


dutertrei.

2. Zona temperat: Globigerina bulloides, Globorotalia inflata, Globorotalia


canariensis.

3. Zona tropis – subtropis: Globigerinoides rubber, Globigerinoides


sacculiferus, Globigerinoides conglobata.

4. Air hangat (Zona tropis): Orbulina universa, Globigerina eggeri,


Globigerinella aequilateralis, Globorotalia menardii, Globorotalia tumida,
Pulleniatina obliqueloculata.
2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik

FAMILI GLOBIGERINIDAE

Trochoid, aperture umbilikal, pada kamar terakhir cenderung


planispiral, test tersusun zat gampingan, permukaan test kasar berstruktur
cancellate, sebagian besar memiliki duri-duri halus, aperture biasanya besar.

Muncul sejak Kapur Awal sampai sekarang.

Genus y ang masuk dalam famili ini adalah: Globigerina,


Globigerinoides, Globigerinatella, Globigerinella, Globogerinelloides,
Hastigerina, Hastigerinella, Orbulina, Pulleniatina, Sphaeroidinella,
Candeina, dan Candorbulina.

Genus: Globigerina d’Orbigny 1826

Test terputar trochoid, kamar globular, komposisi gampingan, aperture pada


bagian ventral membuka ke umbilical dan berbentuk koma. Muncul: Kapur
– Resen

Genus: Globigerinoides Cushman, 1927

Secara fisik hampir menyerupai globigerina, namun memiliki aperture


sekunder/tambahan pada bagian dorsal. Muncul: Tersier – Resen

Genus: Hastigerina Thomson, 1876

Pada awal putaran trochoid, pada kamar akhir planispiral-involute,


gampingan kuat, memiliki ornamen duri yang kasar dan pipih serta memusat
pada kamarnya. Muncul: Miosen – Resen

Genus: Orbulina d’Orbigny, 1839

Test pada awalnya menyerupai Globigerina, namun dalam perkembangan


kamar terakhir menutupi hampir semua kamar-kamar sebelumnya. Tidak
mempunyai aperture yang nyata. Muncul: Miosen – Resen

Genus: Pulleniatina, Cushman, 1927

Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dengan dinding cancellate


serta spine halus, involute, aperture lonjong – busur pada dasar kamar.
Muncul: Tersier Akhir – Resen

Genus: Sphaeroidinella Cushman, 1927


Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dinding cancellate kasar
dengan spine halus. Dua atau Tiga kamar terakhir terpisahkan dengan jelas.
Muncul: Miosen – Resen

FAMILI GLOBOROTALIIDAE

Trochoid rendah, bentuk test ellips bikonvek – planokonvek, dengan


bentuk kamar beberapa bulat sebagian rhomboid. Aperture umbilikal ekstra
umbilikal (dari umbilikal sampai peri-peri), berbentuk busur. Test tersusun
zat gampingan, permukaan test halus, sebagian besar memiliki duri-duri
halus. Jumlah kamar akhir (pandangan ventral) lebih dari 4. Muncul sejak
Kapur Awal sampai sekarang. Merupakan perkembangan dari
Globotruncana. Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globorotalia,
Globotruncana, Globorotalites, Rotalipora, Cribrogloborotalia,
Cycloloculina, dan Sherbonina.

FAMILI HANTKENINIDAE

Test pada awalnya trochoid atau planispiral, pada tahapan akhir


planispiral involute. Dinding cangkang tersusun oleh gampingan, dengan
permukaan kasar. Aperture pada bagian bawah kamar terakhir berbentuk
busur. Hiasan berupa tanduk berukuran sama atau lebih besar dari
kamarnya. Muncul sejak Kapur Awal sampai Oligosen. Berdasarkan bentuk
perputaran kamarnya memiliki kedekatan dengan Globigerinella. Genus
yang masuk dalam famili ini adalah: Shackoina, Hantkenina, dan
Cribrohantkenina

2.4 Foraminifera Benthonik

Jumlah spesies foraminifera benthik sangat besar. Golongan ini mempunyai


arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa
lingkungan pengendapan. Sebagian besar foraminifera hidup sebagai benthonik.
Hidup pada zona kedalaman Litoral – Bathyal (0 – 2000 m). Secara umum cukup
mudah untuk membedakan antara foram kecil benthonik dengan foram kecil
plangton. Foraminifera benthonik memiliki ciri umum sebagai berikut:

a. Test/cangkang: Bulat, beberapa agak prismatik

b. Susunan kamar: sangat bervariasi

c. Komposisi test: Gamping hyalin, arenaceous, silikaan

d. Hidup di laut pada substratum.


2.4.1 Morfologi Foraminifera Benthonik

Susunan Kamar

Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar

2. Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.

A. Monothalamus
Tersusun oleh satu kamar, dapat dibedakan atas bentuknya:
• Bulat: contoh Saccamina
• Botol: Lagena
• Tabung: Bathysiphon
• Terputar planispiral: Ammodiscus
• Awal planispiral kemudian tak teratur: Ammovertella
• Planispiral kemudian lurus: Rectocornuspira

B. Polythalamus

Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari satu kamar. Terdapat 3 jenis susunan
kamar, yaitu:

1. Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh:


Nodosaria, dan Siphonogenerina.

2. Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:


Bolivina dan Textularia

3. Triserial, berupa tiga


baris susunan kamar yang
berselang- seling,
contoh: Uvigerina
dan Bulimina.
C. Uniserial

Susunan uniserial dapat berkembang


dalam beberapa bentuk:
1. Rectilinier, kamar-kamar bulat
dipisahkan dengan leher, contoh:
Nodogenerina.
2. Equitant uniserial, kamar-
kamarnya saling menutupi
sebagian, contoh: Glandulina
3. Linier tanpa leher, kamar tidak bulat tanpa leher, contoh: Nodosaria.
4. Curvilinier: susunan kamar sedikit melengkung, suture membentuk sudut
terhadap sumbu panjang, contoh: Dentalina
5. Planispiral: test terputar satu bidang, Involute: Elphidium, Evolute:
Anomalina
6. Nautiloid test: Terputar dengan kamar-kamar bagian ventral menumpang
satu sama lain, contoh: Nonion
7. Rotaloid: Tidak terputar pada satu bidang, contoh: Rotalia

Nodogenerina pseudoscripta, Kapur

Keseragaman Susunan Kamar


Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:

1. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal
uniserial saja atau biserial saja.
2. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,
misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh:
Heterostomella
Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.
Klasifikasi Foraminifera Benthonik

Jumlah famili dari foraminifera benthik


termasuk didalamnya foraminifera besar
sangat banyak hampir mencapai 47 famili.

Dari 47 famili hanya 4 famili yang akan di


bahas, yaitu: Rotaliidae, Amphisteginidae,
Saccamminidae, dan Lagenidae

FAMILI LAGENIDAE

Bentuk kamar sederhana, dengan susunan kamar bervariasi dari biserial,


trochoid, terputar iregular, atau melengkung. Dinding cangkang disusun oleh zat
gampingan dengan permukaan berlobang halus. Apertur berbentuk radial pada
beberapa genus sederhana.

Muncul sejak Trias sampai sekarang. Genus yang pertama kali muncul Robulus.

Beberapa genus yang masuk dalam famili ini adalah: Robulus, Dentalina,
Nodosaria, Marginulina dan Lagena.

FAMILI ROTALIIDAE

Bentuk test secara umum adalah trochoid, dengan seluruh kamar dapat
teramati pada bagian dorsal, kecuali pada genus yang involute, hanya kamar
terakhir yang dapat diamati pada ventral. Dinding test tersusun oleh gampingan,
ada beberapa arenaceous terutama pada genus yang tua/primitip. Aperture dapat
diamati pada bagian ventral

Muncul sejak Mesozoikum sampai sekarang. Genus yang pertama kali muncul
Spirillina.

Beberapa genus yang masuk dalam famili ini adalah: Rotalia, Discorbis,Gyroidina,
Siphonina

FAMILI AMPHISTEGINIDAE

Bentuk test secara umum adalah trochoid, dengan seluruh kamar dapat
teramati pada bagian dorsal, kecuali pada genus yang involute, hanya kamar
terakhir yang dapat diamati pada ventral. Bentuk kamar pada umumnya rhomboid.
Dinding test tersusun oleh gampingan. Aperture dapat diamati pada bagian ventral
berupa busur. Lingkungan hidupnya pada kedalaman 30 fathoms (+ 12 m.)
berasosiasi dengan algae dan foram besar. Muncul sejak Mesozoikum sampai
sekarang. Genus yang pertama kali muncul Asterigerina. Beberapa genus yang
masuk dalam famili ini adalah: Asterigerina, Amphistegina, Helicostegina, dan
Eoconuloides.

FAMILI SACCAMMINIDAE

Cangkang tersusun oleh satu kamar, dengan dinding cangkang tersusun oleh
zat chitin di bagian dalam, terkadang dengan material aglutinin. Aperture satu
bentuk sederhana. Bentuk cangkang bulat.

Lingkungan hidupnya pada kedalaman daerah paralis.

Muncul sejak Paleozoikum sampai sekarang.

Beberapa genus yang masuk dalam famili ini antara lain adalah: Saccamina, Pilalla,
Thekammina, Technitella, dsb.

2.6 Aplikasi Mikropaleontologi

Mikrofosil khususnya foraminifera memiliki nilai kegunaan dibidang


geologi yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat keterdapatnya yang
dijumpai diahmpir semua batuan sedimen yang mengandung karbonat. Penggunaan
data yang sering digunakan adalah untuk penentuan umur termasuk penyusunan
biostratigrafi dan penentuan lingkungan pengendapan.

2.6.1 Penentuan Umur

Penentuan umur batuan dengan foraminifera dan mikrofosil yang lain


memiliki bebrapa keuntungan, yaitu :

- Mudah, murah dan cepat


- Didukung oleh publikasi yang banyak
- Banyak digunakan di berbagai eksplorasi minyak bumi

- Keterdapatannya pada hamper semua batuan sedimen yang


mengandung unsure karbonat.

a. Biozonasi
Terdapat beberapa satuan biostratigarfi seperti :

- Zona Kumpulan ( Assemblage )

Yaitu penentuan biozonasi yang berdasarkan atas sekumpulan beberapa


takson yang muncul bersamaan. Pada penarikan ini tidak memperhatikan umur
dari masiing – masing takson. Kegunaan zona kumpulan ini untuk penentuan
lingkungan pengendapan. Penamaan zona diambil dari satu atau lebih takson yang
menjadi penciri utamanya. Misal : Zona Amphistegina Lesonii.

- Zona Interval

Yaitu penentuan biozonasi berdasarkan kisaran stratigrafi dari takson –


takson tertentu. Penarikan batas dilakukan dengan meliahat kemunculan awal dan
kemunculan akhir dari suaru atau lebih takson yang ada. Pada batas bawah ditarik
berdasarkankemunculan awal dari suatu takson yang muncul paling akhir,
sedangkan batas atas ditarik berdasarkan kemunculan akhir dari suatu takson yang
paling dahulu punah.

- Zona Kelimpahan ( Abudance atau Acme )


Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan atas perkembangan jumlah
maksimum dari suatu takson yang terdpat pada lapisan batuan. Zona kelimpahan
dapat digunakan untuk petunjuk kronostratigrafi dari tubuh lapisan batuan

- Zona Selang ( barren Interval )

Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan pada selang antara dua


biohorison. Batas bawah atau atas suatu Zona Selang ditentukan oleh horizon
pemunculan awal atau akhr takson- takson penciri.

Gambar 3.4(Berbagai macam bizonasi ( Amstrong dan Brasier, 2005 ))

a. Biozonasi Foraminifera Besar

Biozonasi ini mempunyai kelemahan berupa keberlakuannya yang beesifat


local. Hal ini disebabkan distribusi foraminifera besar yang tidak cosmopolitan.
Biozonasi ini membagi Zaman Tersier dalam beberapa zona yang dinotasikan
dalam huruf Ta ( Tersier awal ) sampai Th ( tersier Akhir ).

b. Biozonasi Foraminifera Kecil Plangtonik

Banyak digunakan, karena sifat foraminifera kecil plangtonik yang


cosmopolitan. Dapat untuk korelasi regional jarak jauh. Seluruh biozonasi
foraminifera plangtonik menggunakan datum pemunculan awal atau akhir.

2.6.2 Penentuan Lingkungan Pengendapan

Salah satu kegunaan dari mikrofosil khususnya foraminifera adalah


untuk penentuan lingkungan pengendapan purba. Yang dimaksud dengan
lingkungan pengendapan adalah tempat dimana batuan sedimen tersebut
terendapkan, dapat diketahui dari aspek fisik, kimiawi dan biologis. Aspek
biologis inilah yang disebut denagn fosil.

Untuk dapat megetahui lingkungan pengedapannya dapat dapat


menggunakan fosil foraminifera kecil benthic. Beberapa fosil penciri lngkunagn
pengendapan adalah :

1. Habitat air Payau : mengandung foraminifera arenaceous seperti :


Ammotium, Trochammina dan Miliammia.

2. Habitat Laguna : fauna air payau masih dijumpai ditambah dengan


Ammonia dan Elphildium.

3. Habitat Pantai Terbuka : Lingkunagn dengan energy yang kuat.


Didominasi oleh fauna berukuran besar seperti : Elphidium spp,
Ammonia becarii dan Amphistegina.

4. Zona Neritik Dalam (0 – 30 m) : Elphildium, Eggerella avena dan


Textularia.

5. Zona Neritik Tengah (30 – 100 m) : Eponides, Cibicides, Robulus


dan Cassidulina.

6. Zona Neritik Luar (100 – 200 m) : Bolivina, Marginulina,


Siphonina dan Uvigerina.

7. Zona Bathyal Atas (200 – 500 m) : Uvigerina spp, Bulimina,


Valvulineria, Bolivia, dan Gyroidina soldanii.

8. Zona Bathyal Tengah (500 – 1000 m) : Cyclammia, Chilostomelia,


Cibicides wuellerstrofi dan Cibicides regosus.
9. Zona Bathyal Bawah (1000 – 2000 m) : Melonis barleeanus,
Uvigerina hispida, Uvigerina prergrina dan Oridorsalis umbonatus.

10. Zona Abyssal (2000 – 5000 m) : Melonis pompiloides, Uvigerina


ampulacea, Bullimina rostrata, Cibicides mexicanus, dan Eponides
tumidulus.
11. Zona Hadal ( > 5000 m) : Bathysiphon, Recurvoides turbinatus.

Anda mungkin juga menyukai