Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Paleontologi berasal dari kata, Paleo yang berarti masa lampau/kuno dan
onthos yang berarti kehidupan kehidupan. Paleontologi adalah merupakan suatu
ilmu yang mempelajari sisa-sisa makhluk hidup purba, baik dari fosil-fosilnya
maupun jejak-jejak kehidupan yang telah mengalami proses pembatuan.
Sedangkan fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau ataupun segala
sesuatu yang menunjukkan kehidupan yang telah membatu dan yang paling muda
berumur pleistosen. Pada umumnya fosil ini terjadi pada lingkungan sedimen

Istilah Mikropaleontologi tidak lepas dari pengertian paleontologi.


Paleontologi adalah salah satu cabang geologi yang mempelajari tentang sisa-sisa
organisme purba, baik dari fosil-fosilnya maupun jejak-jejak kehidupan yang telah
mengalami proses pembatuan.

Fosil adalah sisa-sisa dari kehidupan masa lampau atau segala sesuatu
yang menunjukkan kehidupan yang telah membantu dan yang paling muda
berumur plistosein. Pada umumnya fosil ini terjadi di lingkungan sedimen, dalam
hal ini didalam batuan beku sama sekali tidak dijumpai fosil. Secara garis besar,
Paleontologi di bagi menjadi 2, yaitu :

 Paleobotani: mempelajari sisa-sisa organisma purba yang berasal dari


tumbuh-tumbuhan.
 Paleozoolog: mempelajari sisa-sisa organisma purba yang berasal dari
binatang.

Mikropaleontologi adalah cabang dari ilmu pada ilmu paleontologi yang


khusus mempelajari sermua sisa-sisa yang berukuran kecil sehingga pada
pelaksanaannya harus menggunakan alat bantu mikroskop. Contoh mikrofosil
adalah hewan foraminifera.

Andre zulyan s 410017124 |1


 Foraminifera adalah merupakan mikrofosil yang sangat penting dalam
studi mikropaleontologi. Hal ini disebabkan karena jumlahnya yang sangat
melimpah pada batuan sedimen. Secara defenisi foraminifera adalah
organisme bersel tunggal yang hidup secara aquatik (terutama hidup di
laut), mempunyai satu atau lebih kamar-kamar yang terpisah satu dengan
yang lainnya oleh sekat-sekat (septa) yang ditembusi oleh lubang-lubang
halus (foramen).
 Hewan foraminifera contohnya adalah plankton dan benthos, hidup pada
dasar laut. Plankton bentuk testnya adalah bulat dan susunan kamarnya
adalah trochospiral, sedangkan benthos bentuk testnya adalah pipih dan
susunan kamar planispiral. Kedua-duanya ini adalah merupakan bagian
dari fhilum protozoa. Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936). Setiap
fosil (biasanya kecil) untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya
dilakukan di bawah mikroskop. Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5
mm namun ada yang berukuran sampai 19 mm seperti genus fusulina yang
memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki organisme, embrio dari foil-
fosil makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil makro yang mengamainya
menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari fosil-fosil, sifat fosil
mikro dari golongan foraminifera kenyataannya foraminifera mempunyai
fungsi/berguna untuk mempelajarinya

1. Foraminifera

Foraminifera sangat penting dalam geologi karena memiliki bagian yang keras
dengan ciri masiing-masing foram, antara lain :
a. Planktonik (mengambang), ciri-ciri :
-. Susunan kamar trochospiral
-. Bentuk test bulat
-. Komposisi test Hyaline
b. Benthonik (di dasar laut), ciri-ciri :
-. Susunan kamar planispiral
-. Bentuk test pipih
-. Komposisi test adalah aglutine dan aranaceous

Andre zulyan s 410017124 |2


Gambar 1.1 Skema Kehidupan & Kelimpahan Foraminifera di Laut

2. Morfologi Foraminifera
Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat
menunjukkan beberapa kenampakan yang bermacam-macam dari cangkang
foraminifera, meliputi :
-. Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi
melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat organik yang
dihasilkan sendiri atau dari material asing yang diambil dari sekelilingnya.
-. Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada.
-. Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.
-. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
-. Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar yang berdekatan..

-. Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra yang berfungsi


sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma

Andre zulyan s 410017124 |3


C

C D A

B
D

A B

Keterangan : A : Proloculus D
B : Kamar D C
C: Aperture B
D : Suture
E : Umbilicus

A B

Susunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi :


 Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh:
Hastigerina
 Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang, tidak semua
kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak
sama. Contohnya : Globigerina.
 Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.

Andre zulyan s 410017124 |4


1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari diadakannya praktikum mikropaleontologidi semester
keempat jurusan teknik Geologi ITNY Yogyakarta adalah mendidik mahasiswa
agar mempunyai kemampuan dalam menguasai materi praktikum dan mempunyai
keterampilan dalan menggunakan atau meninditifikasi fosil secara mikrosekopis.
Penguasaan materi praktikum dapat diperoleh dari kuliah mikropalentologi.
Tujuan dari diadakannya praktikum mikropalentologi di semester
keempat jurusan teknik Geologi ITNY Yogyakarta adalah membantu mahasiswa
dalam praktikum di laboratorium palentologiataupun di lapangan geologi
sehingga mempunyai cukup bekal dalam menentukan kandungan suatu fosil
dalam sebuah singkapan atau batuan contohnya. Selain itu,dengan mempunyai
kemampuan penguasaan materi praktikum dapat digunakan di kehidupan /
lingkungan kerja nantinya sebagai seorang geologist yang handal tentunya dan
tentunya dapat mengentahui suatu umur batuan.

1.3 Metode
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam laporan praktikum ini,
penulis menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode Studi Pustaka
Metode studi kepustakaan dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan
observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan
dilakukan dengan mencari referensi – referensi yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku – buku atau internet
Metode penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadu dua, yaitu :
1. Pekerjaan lapangan, yaitu pengambilan data singkapan batuan dan
pengambilan sampe untuk di teliti lebih lanjut.
2. Pekerjaan Laboratorium, yaitu proses pengamatan fosil menggunakan
mikroskop dan pemerian nama mikrofosil serta penentuan umur dan
lingkungan pengendapan

Andre zulyan s 410017124 |5


BAB II
DASAR TEORI

2. 1 Mikropaleontologi
Mikropalenteologi cabang ilmu palenteologi yang khusus membahas
semua sisa-sisaorganisme yang biasa disebut mikro fosil.yang dibahas antara lain
adalah mikrofosil,klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya
terhadap stratigrafi.
Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936) Setiap fosil ( biasanya kecil )
untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya dilakukan di bawah mikroskop.
Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai 19
mm seperti genus fusulinayang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki
organisme, embrio dari fosil - fosil makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil
makro yang mengamainya menggunakan mikroskop sertasayatan tipis dari fosil-
fosil, sifat fosil mikro dari golongan foraminifera kenyataannyaforaminifera
mempunyai fungsi/berguna untuk mempelajarinya.
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai
cangkangatau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil,setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang
foraminifera umumnya terdiri darikamar-kamar yang tersusun sambung
menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling
sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk boladengan satu
lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir
atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3
(kalsit atauaragonit) tergantung dari spesiesnya.
Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100
mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera
mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan
perkembangan mikropaleontologi dan geologi.

Andre zulyan s 410017124 |6


Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 (dua)  : 
1. Pellagic (mengambang)
    a. Nektonik (bergerak dilaut)
    b. Lanktonik (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
2. Benthonic (pada dasar laut)  
    a. secile (mikrofosil yang menambat/menempel)
    b. Vagile (merayap pada dasar laut)

Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua fosil itu
identik dengan hdrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam geologi
struktur dimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar, kekar serta
lipatan.Foraminifera juga bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi,
paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.
1. Biostratigrafi
Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada
beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga
khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut.
Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium,
lebih dari 500 juta tahun yang lalu.Foraminifera mengalami perkembangan secara
terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu
(umur) yang berbedabeda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan
penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan disemua lingkungan laut.
Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan
atau cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang
dalam. 
2. Paleoekologi dan Paleobiogeografi
Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala
Geologi).Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan
yang berbeda pula,seorang ahli paleontologi dapat menggunakan
fosil foraminifera untuk menentukanlingkungan masa lampau tempat foraminifera
tersebut hidup. Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi
daerah tropik di masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan

Andre zulyan s 410017124 |7


perubahan perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es.Sebuah sampel
kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih
hidupsampai sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies
tersebut dapatdigunakan untuk menduga lingkungan masa lampau di tempat
kumpulan fosil foraminiferadiperoleh, ketika fosil foraminifera tersebut
masih hidup. Jika sebuah sampel mengandungkumpulan fosil foraminifera yang
semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang
dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuktersebut
adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik dan
bentonik(prosentase foraminifera planktonik dari total kumpulan foraminifera
planktonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae,
Miliolidae, danTextulariidae), dan aspek kimia material penyusun cangkang.
Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat
karenamencerminkansifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh.
Sebagai contoh, perbandingan isotopoksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab
air bersuhu lebih tinggi cenderung untukmenguapkan lebih banyak isotop yang
lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil padacangkang foraminifera
plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras intidasar laut di
seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu
dasar perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana
iklim dan arus lauttelah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan
perubahan-perubahan di masa yangakan datang (keakurasiannya belum teruji).
3. Eksplorasi Minyak
Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak
spesiesforaminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang
pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya
pada lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli
paleontologi dapat meneliti sekeping kecil sampel batuanyang diperoleh selama
pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologidan
lingkungan saat batuan tersebut terbentuk.
Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian
mikropaleontologidari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan

Andre zulyan s 410017124 |8


menggunakan fosil foraminiferamemberikan sumbangan yang berharga dalam
mengarahkan suatu pengeboran ke arahsamping pada horison yang mengandung
minyak bumi guna meningkatkan produktifikasminyak. Selain ketiga hal tersebut
dia atas foraminifera juga memiliki kegunaan dalamanalisa struktur yang terjadi
pada lapisan batuan. Sehingga sangatlah penting untukmempelajari foraminifera
secara lengkap.
Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 :
1. Pellagic (mengambang)
a. Nektonic (bergerak aktif)
  b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya
2. Benthonic (pada dasar laut)
a. Secile (mikro fosil yang menambat/menepel) 
b. Vagile (merayap pada dasar laut)
  Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari kedua
fosil ituidentik dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap (jebakan). Dalam
geologi strukturdimana dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya sesar,
kekar serta lipatan.

2.2 Foraminifera
Keanekaragaman Foraminifera yang melimpah dan memiliki morfologi
yang kompleks, fosil Foraminifera berguna untuk biostratigrafi dan memberikan
tanggal relative yang akurat terhadap batuan. Sedangkan industri minyak sangat
tergantung pada Foraminifera yang dapat menentukan deposit minyak potensial
(Ryo, 2010). Fosil Foraminifera terbentuk dari elemen yang di temukan di laut
sehingga fosil ini berguna dalam paleoklimatologi dan paleoceanografi. Fosil
Foraminifera ini dapat digunakan untuk merekonstruksi iklim masa lalu dengan
memeriksa isotop stabil rasio oksigen dan sejarah siklus karbon dan produktivitas
kelautan dengan memeriksa rasio isotop karbon.
Selain itu, menurut Muhtarto dan Juana (2001), Foraminifera dapat
digunakan untuk menentukan suhu air laut dari masa ke masa sejarah bumi.
Semakin rendah suhu pada zaman mereka hidup maka semakin kecil dan semakin
kompak ukuran selnya dan lubang untuk protoplasma makin kecil. Dengan

Andre zulyan s 410017124 |9


mempelajari cangkang forams dari sampel yang diambil dari dasar laut dan
menghubungkan kedalaman sampel dengan waktu maka suhu samudra dapat
diperkirakan sepanjang sejarah. Hal ini membantu menghubungkannnay dengan
zaman es di bumi dan memahami pola cuaca umum yang terjadi di masa lalu.
Pada pola geografis fosil Foraminifera juga digunakan untuk
merekonstruksi arus laut. Ada beberapa jenis Foraminifera tertentu yang hanya
ditemukan di lingkungan tertentu sehingga ini dapat digunakan untuk mengetahui
jenis lingkungan di mana sedimen laut kuno disimpan (Ryo, 2010). Selain itu,
Foraminifera juga digunakan sebagai bioindikator di lingkungan pesisir termasuk
indicator kesehatan terumbu karang. Hal ini dikarenakan kalsium karbonat rentan
terhadap pelarutan dalam kondisi asam, sehingga Foraminifera juga terpengaruh
pada perubahan iklim dan pengasaman laut. Pada arkeologi beberapa jenis
merupakan bahan baku batuan. Beberapa jenis batu seperti Rijang, telah
ditemukan mengandung fosil Foraminifera. Jenis dan konsentrasi fosil dalam
sampel batu dapat digunakan untuk mencocokkan bahwa sampel diketahui
mengandung jejak fosil yang sama (Ryo, 2010).
Foraminifera adalah organisme satu sel yang memiliki cangkang kalsit dan
merupakan salah satu organisme dari kingdom protista yang sering dikenal
dengan rhizopoda (kaki semu). Foraminifera adalah kerabat dekat Amoeba, hanya
saja amoeba tidak memiliki cangkang untuk melindungi protoplasmanya. Jenis-
jenis Foraminifora begitu beragam. Klasifikasi Foraminifera biasanya didasarkan
pada bentuk cangkang dan cara hidupnya.

Andre zulyan s 410017124 | 10


Gambar 2.1 Siklus hidup Forsminifera, memperlihatkan perkembangan
seksual dan pembelahan diri ( Amstrong dan Brasier, 2005 ).

Berdasarakan cara hidupnya, foraminifera dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Foraminifera plantonik
2. Foraminifera bentonik
3. Foraminifera besar

Berdasarkan bentuk cangkangnya, foraminifera terbagi menjadi 3, yaitu:


1. Arenaceous (Foraminifera bercangkang pasiran)
2. Porcelaneous (Foraminifera bercangkang gampingan tanpa pori)
3. Hyalin (Foraminifera bercangkang gampingan berpori)

Foraminifera bentik hidup di lapisan sedimen hingga kedalaman beberapa


puluh sentimeter, sedangkan Foraminifera planktonik hidup didaerah perairan.
Foraminifera planktonik tersebar luas di laut-laut terbuka dengan kedalam air
lebih dari 10 meter. Brdasarkan ukuran mikroskopis, kekerasan cangkang, serta
sebaran geografis dan geologisnya,  jenis hewan ini sangat potensial untuk
digunakan sebagai petunjuk kondisi suatu lingkungan, baik pada masa kini
maupun masa lalu.

Andre zulyan s 410017124 | 11


Gambar 2.2 foraminifera plangtonik Globigerinoides sacculifer

Cangkang foraminifera bentik memiliki ukuran yang berkisar antara 5 μ


hingga beberapa sentimeter. Foraminifera bentik memiliki bentuk cangkang yang
rumit dan memiliki arsitektur yang kompleks. Seperti misalnya:
Foraminifera bercangkang pasiran biasa ditemukan di lingkungan yang ekstrim
seperti perairan payau atau di perairan laut dalam. Disebut pasiran karena
kenampakkan permukaan cangkang terlihat kasar seperti taburan gula pasir.
Foraminifera bercangkang gampingan tanpa pori biasa hidup soliter dengan
membenamkan cangkangnya ke dalam sedimen kecuali bagian mulutnya
(aperture) yang muncul kepermukaan sedimen. Dinamakan Porselaneous karena
pada cangkang dewasa, kenampakan foraminifera porcellaneous tampak seperti
jambangan porselen dengan bentuk kamar bersegi atau lonjong.
Foraminifera gampingan berpori merupakan jenis yang memiliki variasi bentuk
cangkang sangat banyak seperti lampu kristal dengan ornamen rumit, bening dan
berkilau.
Cangkang foraminifera terbuat dari kalsium karbonat (CaCO 3) dan
fosilnya dapat digunakansebagai petunjuk dalam pencarian sumber daya minyak,
gas alam dan mineral. Selain itu karena keanekaragama dan morfologinya
kompleks, fosil Foraminifera juga berguna untuk biostratigrafi, dan dapat
memberikan tanggal relatif terhadap batuan. Beberapa jenis batu, seperti batu
gamping biasanya banyak ditemukan mengandung fosil foraminifera dengan cara
itu peneliti dapat mencocokan sampel batuan dan mencari sumber asal batuan
tersebut berdasarkan kesesuaian jenis fosil foraminifera yang dimilikinya.

Andre zulyan s 410017124 | 12


1. Ciri Fisik
Secara umum tubuh tersusun oleh protoplasma yang terdiri dari endoplasma
dan ectoplsma. Alat gerak berupa Pseudopodia ( kaki semu ) yang berfungsi juga
untuk mencari makanan.

Gambar 2.3 : Bentuk umum dari foraminifera ( Amstrong dan Brasier, 2005 )

2. Cangkang
Dalam mempelajari fosil foraminifera biasanya dilakukan dengan
mengamati cangkangnya. Hal ini disebabkan bagian lunaknya ( protoplasma )
sudah tidak dapat ditemukan. Cangkang Foraminifera tersusun oleh : dinding,
kamar, proloculus, septa, sutura dan aperture

Andre zulyan s 410017124 | 13


Gambar 2.4 : Bagian – bagian dari cangkang foraminifera

a. Dinding
Merupakan lapiran terluar dari cangkang, dapat tersusun dari zat – zat organic
maupun material asing. Dinding cangkang foraminifera berdasarkan pada resen
fauna adalah :
 Dinding Chitin / tektin : bentuk dinding paling primitip. Berupa zat
organic menyerupai zat tanduk, fleksibel dan transparan, berwarna kuning
dan tidak berpori. Contoh golongan Miliolidae.
 Dinding Aglutin / Arenaceous : dinding yang tersusun oleh mineral asing.
Jika penyusunnya hanya butir – butir pasir disebut Arenaceous. Jika
banyak material seperti mika dsb,. Disebut Aglutin.
 Dinding Silikaan : dinding ini jarang ditemukan , bias dari organism itu
sendiri atau mineral sekunder.
 Dinding Gampingan : terdiri dari 4 tipe dinding, yaitu :
1. Dinding Porselen : tidak berpori, berwarna opak dan putih. Contoh :
Quinquwloculina.

Andre zulyan s 410017124 | 14


2. Dinding Hyaline : bersifat bening dan transparan serta berpori. Contoh :
Golongan Globigerinidae, Nodosaridae.
3. Dinding Granular : terdiri dari Kristal – Kristal kalsit granular, dalam
sayatan tipis agak gelap.
4. Dinding Kompleks : terdapat pada golongan Fusulinidae.
b. Kamar
Merupakan bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada. Bentuk
dari kamar dapat membulat sampai pipih. Antar kamar dipisahkan oleh septa di
bagian dalamnya, pada bagian luar disebut suture. Suturenya sendiri dapat
berbentuk lurus ( rectilinear ), melengkung atau tertekan.
Kamar pertama pada cangkang foraminifera disebut proloculum. Proloculum
dapat disusun hanya satu kamar atau duasampai tiga kamar yang berukuran sama.
Dibedakan dengan kamar berikutnya adalah pertambahan ukurannya yang lebih
besar pada kamar berikutnya.
Bagan sisi luar dari cangkang atau kamar – kamar disebut peri – peri. Pada genus
tertentu biasanya terdapat hiasan.

 Susunan Kamar
Berdasarkan jumlah kamar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
 Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.
Monothalamus :
Berdasarkan bentuknya di bagi menjadi beberapa :
- Bulat
- Botol
- Tabung
- Kombinasi botol dan tabung
- Planispiral dsb.

Gambar 2.5 : Bentuk cangkang monothalamus : bulat ( Saccamina ), botol (


Lagena ), tabung ( Bathysiphon ), dan planispiral ( Ammodiscus ).

Andre zulyan s 410017124 | 15


Polythalamus
Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari 1 kamar. Terdapat 3
jenis kamar susunan kamar, yaitu :
1. Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh:
Nodosaria, dan Siphonogenerina.
2. Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Bolivina dan Textularia.
3. Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Uvigerina dan Bulimina.
Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:
1. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal
uniserial saja atau biserial saja.
2. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,
misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh:
Heterostomella.
3. Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.

Andre zulyan s 410017124 | 16


Gambar 2. 6: Bentuk cangkang Polythalamus ( Culiver, 1987)

c. Aperture
lobang utama pada cangkang yang biasanya terdapat pada bagian kamar
terakhir. Aperture berfungsi untuk keluarnya protoplasma dan memasukkan
makanan. Tidak semua foraminifera mempunyai aperture terutama foraminifera
besar.

Gambar 2.7 : aperture

Andre zulyan s 410017124 | 17


Aperture merupakan salah satu kunci untuk mengenali genus dari
foraminifera. Dapat dibedakan berdasarkan:
- Bentuk
- Posisi
- Sifat

 Bentuk Aperture
1. Bulat sederhana, terletak diujung kamar terakhir. Contoh: Lagena,
Bathysiphon, dan Cornuspira.
2. Memancar (radiate), berupa lobang bulat dengan kanal-kanal yang
memancar dari pusat lobang. Contoh: Nodosaria, Dentalina, Saracenaria,
dan Planularia.
3. Phialine, berupa lobang bulat dengan bibir dan leher. Contoh: Uvigerina,
Amphicoryna dan Marginulina.
4. Crescentic, berbentuk tapal kuda atau busur panah. Contoh: Nodosarella,
Pleurostomella, dan Turrilina.
5. Virguline/bulimine, Berbentuk seperti koma (,) yang melengkung.
Contoh: Virgulina, Bulimina, dan Cassidulina.
6. Slit like, berbentuk sempit memanjang. Contoh: Sphaerodinella,
Sphaerodinellopsis, Pulleniatina.
7. Ectosolenia, aperture yang mempunyai leher pendek. Contoh Ectosolenia
dan Oolina.
8. Entosolenia, aperture yang mempunyai leher dalam (internal neck).
Contoh: Fissurina, Entosolenia.
9. Multiple, beberapa lobang bulat, kadang berbentuk saringan (cribrate)
atau terdiri dari satu lobang dengan beberapa lobang kecil (accessory).
Contoh: Elphidium, Globigerinoides, Cribrohantkenina.
10. Dendritik, berbentuk seperti ranting pohon, terletak pada septal- face.
Contoh: Dendritina.

Andre zulyan s 410017124 | 18


11. Bergigi, berbentuk lobang melengkung dimana pada bagian dalamnya
terdapat sebuah tonjolan (single tooth). Contoh: Quinqueloculina dan
Pyrgo.
12. Berhubungan dengan umbilicus, berbentuk busur, ceruk ataupun
persegi, kadang dilengkapi dengan bibir, gigi-gigi, atau ditutupi selaput
tipis (bula). Contoh: Globigerina, Globoquadrina, dan Globigerinita.

Gambar 2.8 : Aperture Foraminifera kecil ( Shrock & Twenhofel, 1956 )

 Posisi Aperture
1. Aperture terminal, yaitu aperture yang terletak pada ujung kamar yang
terakhir. Contoh: Cornuspira, Nodosaria, Uvigerina.
2. Aperture on apertural face, yaitu aperture yang terdapat pada bagian
kamar yang terakhir. Contoh: Cribohantkenina, Dendritina.
3. Aperture peripheral, yaitu aperture yang memanjang pada bagian tepi
(peri-peri). Contoh: Cibicides.

Andre zulyan s 410017124 | 19


4. Aperture umbilical, aperture yang terletak pada umbilikus (sumbu
perputaran). Sebagian besar plangtonik memiliki aperture ini.

 Sifat Aperture
1. Aperture Primer : aperture utama, biasanya terdapat di kamar terakhir.
2. Aperture Sekunder : aperture lain yang dijumpai juga di kamar terakhir
3. Aperture Asesori : aperture yang merupakan hiasan saja, terletak di luar
kamar terakhir.

d. Hiasan
Ornamentasi adalah struktur-struktur mikro yang menghiasi bentuk fisik
dari cangkang foraminifera. Ornamentasi ini kadang-kadang sangat khas untuk
cangkang foraminifera tertentu, sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu
criteria dalam klasifikasi.
1. Keel, selaput tipis yang mengelilingi bagian periphery. Contoh:
Globorotalia, Siphonina.
2. Costae, galengan vertikal yang dihubungkan oleh garis- garis sutura yang
halus. Contoh: Bulimina, Uvigerina.
3. Spine, duri-duri yang menonjol pada bagian tepi kamar. Contoh:
Hantkenina, Asterorotalia.
4. Retral processes, merupakan garis sutura yang berkelok- kelok, biasa
dijumpai pada Amphistegina.
5. Bridged sutures, garis-garis sutura yang terbentuk dari septa yang
terputus-putus. Biasa dijumpai pada Elphidium.
6. Reticulate, dinding cangkang yang terbuat dari tempelan material asing
(arenaceous).
7. Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berpori bulat dan kasar.
8. Smooth, permukaan cangkang yang halus tanpa hiasan.

2.3 Foraminfera Plangtonik


Jumlah spesies foraminifera sangat kecil jika dibandingkan dengan
ribuan spesies dari golongan benthos. Meskipun jumlah spesiesnya sangat sedikit,

Andre zulyan s 410017124 | 20


golongan ini mempunyai arti penting, terutama dalam penentuan umur batuan.
Golongan ini tidak peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk
korelasi stratigrafi.
Secra umum cukup mudah untuk membedakan antar foraminifera kecil
plangtonik dengan foramininfera kecil benyhonik. Foraminifera plangtonik
memiliki cirri umum sebagai berikut :
- Test atau cangkang : bulat, beberapa agak prismatik.
- Susunan kamar : pada umumnya terputar trochospiral.
- Komposisi test : gamping hyaline.
- Hidup di laut dengan mengambang.

Foraminifera planktonik jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya


banyak. Plankton pada umumnya hidup mengambang di permukaan laut dan fosil
plankton ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geologi, antara
lain :

 Sebagai fosil petunjuk


 Korelasi
 Penentuan lingkungan pengendapan

Foraminifera plankton tidak selalu hidup di permukaan laut, tetapi pada


kedalaman tertentu ;

 Hidup antara 30 – 50 meter


 Hidup antara 50 – 100 meter
 Hidup pada kedalaman 300 meter
 Hidup pada kedalaman 1000 meter

Ada golongan foraminifera plankton yang selalu menyesuaikan diri


terhadap temperatur, sehingga pada waktu siang hari hidupnya hampir di dasar
laut, sedangkan di malam hari hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah
Globigerina pachyderma di Laut Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30 sampai
50 meter, sedangkan di laut atlantik tengah hidup pada kedalaman 200 sampai 300

Andre zulyan s 410017124 | 21


meter.Plangkton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di
daerah pelagic. Namun demikian ada juga plankton yang memiliki kemampuan
renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian.

2.3.1 Morfologi Foraminifera Plangtonik

Dalam mendiskripsi foraminifera plangtonik baik dalam penentuan gesnus


maupun spesies harus diperhatikan antara lain :
A. Susunan Kamar
1. Planispiral : terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan dan
jumlah kamr ventral dan dorsal sama.
2. Trochospiral : terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat,
pandangan pada ventral dan dorsal berbeda.
- Pandangan Ventral : jumlah kamar yang terlihat adalah putaran kamar
terakhir, terlihat adanya aperture utama, terlihat adanya umbilicus.
- Pangdang Dorsal : biasanya seluruh kamar bias terlihat, terlihat adanya
putaran, kamar pertama terlihat.
3. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh:
Pulleniatina.

B. Bentuk
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera,
sedangkan bentuk kamar merupakan bentuk masing-masing kamar pembentuk
test. Penghitungan kamar foraminifera dimulai dari bagian dalam dan pada again
terkecil dimana biasanya mendekati aperturenya. Dibedakan menjadi dua yaitu
bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar dapat globular, rhomboid menyudut,
atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat membulat atau ellips.

C. Suture
Suture adalah garis yang terlihat pada dinding luar test dan merupakan
perpotongan antara septa dan dinding kamar. Macam-macam bentuk suture
adalah:

Andre zulyan s 410017124 | 22


- Tertekan(melekuk), rata atau muncul dipermukaan test.
- Lurus, melekuk lemah, sedang dan kuat.
- Suture yang mempunyai hiasan.
Dalam penentuan genus foraminifera, suture sangat berguna. Suture dapat tertekan
atau tidak. Pendeskripsian meliputi pandangan dorsal maupun vetral.

Gambar 2.9 : bentuk Suture


D. Jumlah Kamar dan Putaran
Jumlah kamar sangat mempengaruhi penamaan, untuk itu perlu
dilakukan, terutama pada kamar terakhir. Selain itu diperhatikan pula
pertambahan ukuran kamar, apakah berangsur maupun berubah mendadak. Perlu
diperhatikan pula arah putaran apak searah jarum jam ( dextral ) maupun
berlawanan arah jarum jam ( sinistral ).Mengklasifikasikan foraminifera, jumlah
kamar dan jumlah putaran perlu diperhatikan karena spesies tertentu mempunyai
jumlah kamar pada sisi ventral yang hampir pasti, sedangkan pada sisi dorsal
akan berhubungan erat dengan jumlah putaran.
Jumlah putaran yang banyak umumnya mempunyai jumlah kamar yang
banyak pula, namun jumlah putaran itu juga jumlah kamarnya dalam satu spesies
mempunyai kisaran yang hampir pasti. Pada susunan kamar trochospiral jumlah
putaran dapat diamati pada sisi dorsal, sedangkan pada planispiral jumlah putaran
pada sisi ventral dan dorsal mempunyai kenampakan yang sama.Cara menghitung
putaran adalah dengan menentukan arah perputaran dari cangkang. Kemudian
menentukan urutan pertumbuhan kamar-kamarnya dan menarik garis pertolongan

Andre zulyan s 410017124 | 23


yang memotong kamar 1 dan 2 dan pula menarik garis tegak lurus yang melalui
garis pertolongan pada kamar 1 dan 2.

E. Aperture
Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada
kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun variasinya
lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama interiomarginal
yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan melekuk ke dalam,
terlihat pada bagian ventral (perut).

Macam-macam aperture yang dikenal pada foraminifera plankton:

1. Aperture Primer
a. Interiomarginal Umbilical : aperture yang terdapat pada bagian
umbilical atau pusat putaran
b. Interiomarginal Umbilical Extra Umbilical : aperture yang memanjang
dari umbilical dampai peri – peri ( tepi )
c. Interiomarginal Ekuatorial : aperture yang terletak di daerah ekuator ,
biasanya pad aputaran yang planispiral. Biasanya terlihat
padapandangan samping.
2. Aperture Sekunder
Merupakan lubang yang lain dari aperture primer dan lebih kecil, atau
lobang tambahan dari aperture primer.

F. Komposisi Test
Kebanyakan dari foraminifera plangtonik mempunyai dinding tess
gamping hyaline.

G. Hiasan

Andre zulyan s 410017124 | 24


Hiasan adalah aneka struktur mikro yang menghiasi bentuk fisik cangkang
foraminifera. Hiasan ini merupakan cerminan dari upaya mikroorganisme ini
dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Berdasarkan letaknya hiasan dapat
dibagi menjadi:
1. Pada Suture, antara lain;
 Suture bridge : bentuk suture menyerupai jembatan
 Suture limbate : bentuk suture yang tebal
 Retral processes : bentuk suture zig-zag
 Raised bossed : suture yang berbentuk benjolan-benjolan

2. Pada Umbilicus, antara lain;


 Deeply umbilicus : umbilicus yang berlubang dalam
 Open umbilicus : umbilicus yang terbuka lebar
 Umbilicuc plug : umbilicus yang mermpunyai penutup
 Ventral umbo : umbilicus yang menonjol di permukaan.

3. Pada Peripheri, antara lain;

 Keel : lapisan tepi yang tipis dan bening


 Spine : bentuk luar daripada cangkang menyerupai duri

4. Pada Aperture, antara lain;

 Lip atau rim : bibir aperture yang menebal


 Flap : bibir aperture menyerupai anak lidah
 Tooth : bentuk menyerupai gigi
 Bulla dan Tegilla :Bulla berbentuk segi enam teratur, Tegilla berbentuk
segi enam tidak teratur .

5. Pada Permukaan Test, antara lain;


 Smooth : permukaan yang licin
 Punctate : permukaan yang berbintik-bintik
 Reticulate : permukaan seperti sarang madu
 Pustucolate : permukaan dipenuhi oleh tonjolan-tonjolan bulat

Andre zulyan s 410017124 | 25


Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus tertentu. Misal Spine khas
pada Hantkenina, Keel pada Globorotalia.

2.4 Foraminifera Benthonik

Fosil foraminifera benthonik sering dipakai untuk penentuan lingkungan


pengendapan, sedangkan fosil foram benthonik besar dipakai untuk penentuan
umur. Fosil benthonik ini sangat berharga untuk penentuan lingkungan purba.

Foraminifera benthos adalah salah satu golongan fosil foraminifera yang


dikelompokkan berdasarkan cara hidup nya yaitu hidup secara benthonik didasar
laut. Kebanyakan dari foram – foram penghuni dasar laut termasuk golongan vagil
benthos, yang dapat bergerak di dasar laut dengan menggunakan pseopodia.
Disamping bentuk – bentuknya yang vagil juga jenis – jenisnya yang
menunjukkan adanya pergerakan pada tingkat permulaan hidupnya dan kemudian
menjadi sesile pada tingkat terakhir hidupnya.

Golongan ini hidup di dasar laut mulai dari tepi sampai kedalaman lebih
dari 4000 m, cangkang nya terditi dari polythalamus Test dan monothalamus Test.
Sedangkan komposisi penyusun cangkangnya terdiri dari aglutin dan arenaceous,
umumnya foraminifera jenis ini peka terhadap perubahan lingkungan, karena itu
golongna ini sering dipakai sebagai indikator untuk menentukan lingkungan
pengendapan.

Dasar laut dapat dibagi menjadi zona – zona bathyametric, yaitu:

 Zona lithoral : Antara garis pasang dan garis lurus


 Zona neritik : Antara kedalaman 0 – 200 m
 Zona bathyal : Antara kedalaman 200 – 4000 m
 Zona abysal : Antara kedalaman 4000 – 6000 m

Andre zulyan s 410017124 | 26


 Zona hadal : Lebih dari 6000 m

Dari setiap zona – zona tersebut biasanya dihuni oleh species – species yang
tertentu, karena itulah golongan ini baik untuk penentuan lingkungan
pengendapan. Beberapa petunjuk yang dapat dipergunakan:

 Golongan milliolif yang siliceous, smiliamina fusca, dan jenisaraneceous


yang sederhana seperti ammotium jadamina, rhopax dan trochaminam,
merupakan populasi didaerah rawa- rawa (Pheleger, 1960. bandy, 1963).
 Jumlah species menurun dari zona bathyal kearah zona hadal.
 Jumlah species dan genus naik dari facies paralis menuju kelaut terbuka
hingga zona bathyal(Shandy dan Arnal, 1960).
 Golongan pocellaneous, terutama milliolidae banyak ditemukan di laut –
laut tertutup (inshore seas) pada daerah tropis.
 Pada zona abysal populasi foraminifera gampingan menjadi kurang
(minor) bahkan hampir sama sekali tidak ada, sehingga terdiri dari
golongan

Secara umum cukup mudah untuk membedakan antara foraminifera benthonic


dengan foraminifera plangtonik. Foraminifer benthonic mempunyai cirri umum
sebagai berikut :
- Test atau cangkang : bulat, beberapa agak prismatic
- Susunan kamar : sangat bervariasi
- Komposisi test : gamping hyaline, arenaceous, silikaanHidup di laut pada
dasar substratum
-
2.4.1 Morfologi Foram Benthonik
Dalam mendiskripsi foraminifera benthonic baik dalam penentuan genus
maupun spesies harus memperhatikan antara lain :
A. Susunan Kamar
Berdasarkan jumlah kamar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
 Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
 Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.

Andre zulyan s 410017124 | 27


Monothalamus
Tersusun oleh satu kamar, dapat dibedakan atas berikut :
- Bulat : Saccamina
- Botol : Lagena
- Tabung : Bathysiphon
- Terputar Planispiral : Ammodiscus

Gambar 2.19 : Susunan kamar monothalamus : bulat ( Saccamina ), botol (


Lagena ), tabung ( Bathysiphon ), dan planispiral ( Ammodiscus ).

Polythalamus
Cangkang foraminifera disusun oleh lebih dari 1 kamar. Terdapat 3
jenis kamar susunan kamar, yaitu :
4. Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh:
Nodosaria, dan Siphonogenerina.
5. Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Bolivina dan Textularia.
6. Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Uvigerina dan Bulimina.
Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:
4. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal
uniserial saja atau biserial saja.
5. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,
misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh:
Heterostomella.
6. Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.
Susunan kamar uniserial dapat berkembang kedalam bentuk test :

Andre zulyan s 410017124 | 28


 Planispiral : terputarpada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan
dan jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh : Elphidium,
Amphistegina, dsb
 Lurus : tidak terputar, dapat mempunyai leher atau tidak. Contoh
Nodosaria, Nodogerina, dsb
 Melengkung : Berbrntuk kurva. Contoh : Dentalina
B. Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk
kamar dapat globular, rhomboid menyudut atau kerucut menyudut. Bentuk test
dpat membulat atau elips.

C. Komposisi Test
Kebanyakan foraminifera benthonic mempunyai dinding test gamping
hyaline, porselen dan arenacous.

D. Aperture

Aperture foraminifera benthos dengan foraminifera plankton berbeda. Aperture


foraminifera benthos dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu :

 Aperture yang bulat sederhana.

Berbentuk bulat, sederhana, biasanya terletak pada ujung kamar akhir.

Contoh : Lagena dan Bathysipon.

Aperture yang memancar (radiate).

Merupakan sebuah lubang yang bulat dengan golongan-golongan yang memancar


dari pusat lubang.

Contoh : Nodosaria dan Dentalina.

 Aperture Phialine.

Andre zulyan s 410017124 | 29


Merupakan lubang bulat, mempunyai bibir (lip) dan leher (neck).

Contoh : Uvigerina dan Amphikoryna.

 Aperture Crescentik.

Berbentuk tapal kaki kuda atau busur panah..

Contoh : Nodosarella dan Pleurostomella.

 Aperture Virguline dan Bulimine.

Berbentuk seperti koma (,) yang melengkung.

Contoh : Virgulina dan Bulimina.

 Aperture yang slit-like.

Merupakan Aperture yang membentuk lubang sempit yang memanjang.

Contoh : Sphaeroidinella dan Pullenia.

 Aperture Ectosolenia.

Aperture yang memiliki leher yang pendek.

Contoh : Ectosolenia dan Oolina.

 Aperture Entosolenia.

Aperture yang mempunyai leher dalam (internal neck).

Contoh : Fissurina dan Entosolenia.

 Aperture Multiple, Cribrate, Accesory.

Andre zulyan s 410017124 | 30


            Aperture yang terdiri dari beberapa lubang bulat dan kadang-kadang
membentuk saringan (cribrate) atau terdiri dari satu lubang utama dan beberapa
lubang bulat yang lebih kecil (accesory).

Contoh : Elphidium dan Cribrostomu.

 Aperture

Berbentuk seperti ranting pohon (dendrit) terletak pada “septal-face”.

Contoh : Dendritin. 

 Aperture yang bergerigi.

Berbentuk lubang yang melengkung dimana didalamnya terdapat tonjolan


menyerupai gigi (single tooth, bifid tooth).

Contoh : Pyrgo dan Quinquelokulina.

 Aperture yang berhubungan dengan Umbilicus.

Biasanya merupakan lubang yang berbentuk busur, ceruk ataupun persegi kadang-
kadang dilengkapi dengan bibir (lip), gigi-gigi atau ditutupi dengan selaput tipism
(bulla).

E. Hiasan
Hiasan sangat penting karena sangat khas pada genus tertentu. Misal
bridged suture khas pada Ephildium, Retral Procrsses pada Amphistegina.

2.5 Foraminifera Besar

Foraminifera besar merupakan bagian yang dapat dengan mudah


dipisahkan secara fisik dari golongan foraminifera kecil (planktonik dan
bentonik). Di samping ukurannya yang berbeda, juga struktur kamar bagian
dalamnya lebih rumit dan kompleks sehingga memerlukan suatu preparasi khusus
(dengan sayatan tipis) dan observasi yanmg khusus pula (mempergunakan sinar

Andre zulyan s 410017124 | 31


transmisi). Golongan ini merupakan penyusun batuan yang penting dan sebagian
besar merupakan unsur pembentuk batugambing atau gamping terumbu. Dengan
demikian untuk study tentang batuan karbonat klastik kasar maka foraminifera
besar memegang peranan penting dalam penentuan ekologi pengendapannya.
Yang perlu diperhatikan dalam pengamatan foraminifera besar adalah jenis
sayatan tipis yang dilakukan pada saat preparasi. Karena jenis sayatan sangat
mempengaruhi kenampakan fisik kamar-kamar bagian dalam fosil tersebut.

Beberapa jenis sayatan tipis yang mungkin terdapat dalam observasi foraminifera
besar dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.20. Kenampakan umum pada beberapa jenis sayatan tipis pada
foraminifera besar

Keterangan :

 Sayatan median (ekuatorial, horizontal) adalah sayatan yang melalui


bagian tengah secara horizontal. Biasanya merupakan bentuk lingkaran.
 Sayatan vertikal atau transversal adalah sayatan yang melalui bagian
tengah yang dipotong secara vertikal. Biasanya membentuk ellips yang
cembung di bagian tengah
 Sayatan oblique adalah sayatan sembarang yang tidak melalui bagian
tengah fosil tersebut. Biasanya membentuk ellips yang

Andre zulyan s 410017124 | 32


 Sayatan tangensial adalah sayatan yang sejajar dengan sayatan median,
tetapi tidak melalui bagian tengahnya. Biasanya berbentuk lingkaran yang
lebih kecil dari sayatan median.

Dari jenis-jenis sayatan ini pengamatan mengenai struktur bagian dalam dari
kamar-kamar foraminifera besar dapat dilakukan di bawah mikroskop binokuler
dengan sinar transmisi.

2.5.1 Morfologi Foram Besar


Morfologi foraminifera besar sangat rumit, sehingga diperlukan sayatan tipis
untuk dapat mengenali atau mengidentifikasi taksanya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengamatan foraminifera besar : kamar, bentuk test, jenis
putaran dan ornamentasi struktur dalam.

A. Kamar
Jumlah kamar dari foraminifera besar sangat banyak dan terputar, serta
tumbuh secara bergradasi. Jenis kamar dapat dibedakan atas kamar embrional,
ekuatorial dan lateral. Pengenalan yang baik terhdap jenis kamar sangat
membantu dalam taksonomi

Gambar 2.21 : Jenis – jenis dan posisi kamar dalam foraminifera besar.

Andre zulyan s 410017124 | 33


1. Kamar Embrional
Merupakan kamar yang tumbuh pertama kali atau dikenal sebagai
proloculus. Pada umumnya proloculus dijjumpai di bagian tengah,
namun beberapa genus terdapat di bagian tepi seperti Miogypsina. Kamar
embrional dpat dibedakan menjadi dua, yaitu : protoconch dan deutroconh.
Terkadang diantara kamar embrionik dengan kamar ekuatorial terdapat
nepionik, namun dalam pengamatan suli dikenali.

Gambar 2.22 : Susunan kamar embrionik, a1) protoconh, a2) deutroconh, b1-4)
kamar – kamar nepionik

2. Kamar Ekuatorial
Kamar ini terdapat pada bidang ekuatorial. Jumlah kamar ekuatorial sangat
membantu untuk mengetahui jumlah putaran dari test foraminifera bear.
Jumlah putaran pada beberapa golongan menjadi pembeda diantar genus.
3. Kamar Lateral
Kamar lateral terdapat di atas dan di bawah dari kamar – kamar ekuatorial.
Identifikasi pada kamar ini ad pada tebal – tipisnya dinding kamar ( seta
filament ), selain itu pada beberapa genus sering dijumpai adanya stolon
yang menghubungkan rongga antar kamar. Jumlah kamar terkadang
memberikan pengaruh namn tidak terlalu signifikan.

Andre zulyan s 410017124 | 34


B. Bentuk Test
Bentuk test adalah identifikasi awal yang dapat dikenali. Bentuk dasar
test dibedakan menjadi beberapa : diskoid, fusiform ( cerutu ), bintang dan
trigonal.
- Discoid
Dicirikan dengan sumbu putaran pendek dan sumbu ekuatorial
panjang. Mudah dikenali dengan bentuk reatof cembung atau
bikonvek. Contoh : genus : Nummulites, Discocyclina,
Lepidocyclina dan Camerina.
- Fusiform
Memiliki sumbu putaran yang lebih panjang dari sumbu ekuatorial.
Contoh genus adalah Fussulina, Alveolina dan Schwagerina.
- Bintang
Dicirikan bertumbuhnya kamar ke berbagai arah dengan tidak
teratur. Sangat sedikit genus yang mempunyai bentuk test seperti
ini, contohnya Asterocyclina.
- Trigonal
Dicirikan dengan pertumbuhan kamar anular membentuk segitiga.
Kamar embrional biasanya terdapat di bagian tepi. Contoh :
Miogypsina.

Gambar 2.23 : Bentuk – bentuk dasar test foraminfera besar

Andre zulyan s 410017124 | 35


1. Taksonomi Foram Besar
A. Golongan Orbioidae
Merupakan kelompok Lepidorbitoides, Orbitoicyclina dan
Lepydocyclina, cirri fisik :
- Test besar, lenticular atau discoidal, biconcave.
- Berkamar banyak, dihubungkan dengan stolon ( berpori – pori
berbentuk tabung ).
- Dinding lateral mempunyai pori – pori dan tebal, dimana terdapat
kamar – kamar lateral dan pilar – pilar.

Gambar 2.24 : macam – macam bentuk kamar Lepidocyclina sebagai penentu


spesies.

B. Golongan Camerinidae
a. Sub Famili Camerininae
Merupakan kelompok Nummulites, Pellatispira, Operculina,
Operculinoides, dan Assilina. Bentuk test umumnya besar, lenticular, discoidal,
planispiral dan bilateral simetris. Test tersusun oleh zat – zat gampingan.

Andre zulyan s 410017124 | 36


Gambar 2.25 : Genus Operculina
b. Sub Famili Heterostegininae
Merupakan kelompok Heterostegina, Spiroclypeus, dan Cycloclypeus.
Bentuk test umumnya lenticular, discoidal, planispiral. Dinding licin, kadang –
kadang granulated. Genus tertentu tidak mempunyai kamar – kamar lateral.

Gambar 2.26 : Genus Heterostegina

C. Golongan Miogypsinidae
Kelompok dari Miogypsina dan Miogypsinoides. Bentuk test pipih,
segitiga atau asimetris. Kmar embrionik terletak dipinggir atau dipuncak, dengan
protoconch dan deutroconch yang hamper sama besar. Memiliki pilar – pilar yang
jelas.

Andre zulyan s 410017124 | 37


Gambar 2.37 : Genus Miogypsina

D. Golongan Discocyclinidae
Merupakan kelompok Discocyclina. Golongan ini dicirikan dengan
bentuk bentuk test discoid atau lenticular. Pada jenis yang megalosfeer kamar
embrionik biasanya biloculer terdiri atas protoconch dan deutroconch. Sedangkan
pada jenis mikrosfeer kamar embrionik terputar secara planispiral.kamar – kamar
lateral dibatasi oleh septa –septa.

Gambar 2.28 : Genus Discocyclina

E. Golongan Fusulinidae
Golongan ini umumnya punah, muncul pada Paleozoik Atas dan
Mesozoik. Golongan ini dicirkan dengan bentuk putaran yang fusiform.

Andre zulyan s 410017124 | 38


Gambar 2.29 : Genus Fusulinidae

2. 6 Aplikasi Mikropalentologi
Mikrofosil khususnya foraminifera memiliki nilai kegunaan dibidang
geologi yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat keterdapatnya yang
dijumpai diahmpir semua batuan sedimen yang mengandung karbonat.
Penggunaan data yang sering digunakan adalah untuk penentuan umur termasuk
penyusunan biostratigrafi dan penentuan lingkungan pengendapan.

2.6.1 Penentuan Umur


Penentuan umur batuan dengan foraminifera dan mikrofosil yang lain
memiliki bebrapa keuntungan, yaitu :
- Mudah, murah dan cepat
- Didukung oleh publikasi yang banyak
- Banyak digunakan di berbagai eksplorasi minyak bumi
- Keterdapatannya pada hamper semua batuan sedimen yang mengandung
unsure karbonat.

a. Biozonasi
Terdapat beberapa satuan biostratigarfi seperti :
- Zona Kumpulan ( Assemblage )

Andre zulyan s 410017124 | 39


Yaitu penentuan biozonasi yang berdasarkan atas sekumpulan beberapa
takson yang muncul bersamaan. Pada penarikan ini tidak memperhatikan
umur dari masiing – masing takson. Kegunaan zona kumpulan ini untuk
penentuan lingkungan pengendapan. Penamaan zona diambil dari satu atau
lebih takson yang menjadi penciri utamanya. Misal : Zona Amphistegina
Lesonii.
- Zona Interval
Yaitu penentuan biozonasi berdasarkan kisaran stratigrafi dari takson – takson
tertentu. Penarikan batas dilakukan dengan meliahat kemunculan awal dan
kemunculan akhir dari suaru atau lebih takson yang ada. Pada batas bawah
ditarik berdasarkankemunculan awal dari suatu takson yang muncul paling
akhir, sedangkan batas atas ditarik berdasarkan kemunculan akhir dari suatu
takson yang paling dahulu punah.
- Zona Kelimpahan ( Abudance atau Acme )
Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan atas perkembangan jumlah
maksimum dari suatu takson yang terdpat pada lapisan batuan. Zona
kelimpahan dapat digunakan untuk petunjuk kronostratigrafi dari tubuh
lapisan batuan
- Zona Selang ( barren Interval )
Yaitu penentuan biozonasi yang didasarkan pada selang antara dua
biohorison. Batas bawah atau atas suatu Zona Selang ditentukan oleh horizon
pemunculan awal atau akhr takson- takson penciri.

Andre zulyan s 410017124 | 40


Gambar 2.30 : Berbagai macam bizonasi ( Amstrong dan Brasier, 2005 )
a. Biozonasi Foraminifera Besar
Biozonasi ini mempunyai kelemahan berupa keberlakuannya yang
beesifat local. Hal ini disebabkan distribusi foraminifera besar yang tidak
cosmopolitan. Biozonasi ini membagi Zaman Tersier dalam beberapa zona yang
dinotasikan dalam huruf Ta ( Tersier awal ) sampai Th ( tersier Akhir ).
b. Biozonasi Foraminifera Kecil Plangtonik
Banyak digunakan, karena sifat foraminifera kecil plangtonik yang
cosmopolitan. Dapat untuk korelasi regional jarak jauh. Seluruh biozonasi
foraminifera plangtonik menggunakan datum pemunculan awal atau akhir.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Morfologi Foraminifera


Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat
menunjukkan beberapa kenampakan yang bermacam-macam dari cangkang
foraminifera, meliputi :
a. Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi
melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat organik

Andre zulyan s 410017124 | 41


yang dihasilkan sendiri atau dari material asing yang diambil dari
sekelilingnya.
b. Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada.
c. Protoculum, kamar utama pada cangkang foraminifera.
d. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
e. Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar yang
berdekatan..

Aperture, lubang utama pada cangkang foraminiferra yang berfungsi sebagai


mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma. Macam – macam morfologi atau
cangkang foraminifera.

 Komposisi cangkang (test)

Pada umumnya komposisi test terdiri dari 5 macam :

1. Aranaceous/aglutine :

a. seperti gamping (putih)


b. Terdiri dari butiral mineral (microgranular)

2. Chitinous/khitin : campuran zat organik

Cirinya :

a. Berwarna coklat muda sampai kekuningan


b. Transparan/tembus cahaya
c. Tidak berpori/masif
3. Hyaline : Seperti gamping transparan dan berpori, biasanya dimiliki oleh
foram planktonik
4. Porsellaneous : berwarna putih, kadang merah muda, terbentuk dalam
tubuh fosil dan keluar melaui pori-pori fosil tersebut.
5. Siliceous :
a. Warna putih jernih dari silika
b. Dimiliki dari spesies laut dalam, seperti :Radiolaria
 . Bentuk Cangkang, Bentuk dan Susunan Kamar

Andre zulyan s 410017124 | 42


Bentuk cangkang merupakan bentuk cangkang fosil secara
keseluruhan, artinya tidak sama dengan bentuk kamar dalam fosil tersebut.
Foraminifera mempunyai cangkang yang bermacam-macam bentuknya,
biasanya terdiri dari satu/lebih kamar dimana antara kamar satu dan lainnya
dibatasi oleh septa. Cangkang tersebut dikelilingi oleh sebuah dinding.
Tempat pertemuan dinding dengan septa ini disebut suture yang penting
untuk klasifikasi yang ditunjukkan pada gambar 6 dan 7.
Secara garis besar bentuk-bentuk cangkang, meliputi :
1. Tabular (tabung) 15. Clavate (ganda)
2. Radial (bola) 16. Cuneate (tanduk)
3. Ellips 17. Flaring (mekar)
4. Lagenoid (botol) 18. Fistulose (jantung)
5. Sagittate (anak panah) 19. Sirkular
6. Fusiform (kumparan) 20. Kipas
7. Palmate (tapak/jejak) 21. Biconvex trochospiral
8. Lencticular (lensa) 22. Spiroconvex trochospiral
9. Rhomboid (ketupat) 23. Umbilicus biconvex trochospiral
10.Globular (seperti peluru) 24. Evolute planispiral
11.Subglobular 25. Involute planispiral
12.Kerucut 26. Streptospiral
13.Biconvex 27. Enrolled biserial
14.Tabulospinate (berduri) 28. Globular (bulat)

3.3.1 Taksonomi
Contoh taksonomi pada foraminifera
- Kingdom : protisza
- Phylum : protozoa
- Subphylum : sarcodina
- Superklas : rhizopoda
- Kelas : foraminifera
- Ordo : allogromiida textulariida, fusulinida, rotaliida, dan
milioliba

Andre zulyan s 410017124 | 43


3.3.2 Siklus Pengembabiakan

Foraminifera dapat berkembang dengan dua cara, yaitu seksual

dan aseksual dan terjadi salnig bergantian. Hasil dari dua cara

perkembang biakan tersebut menghasilkan dua tubuh, yaitu :

Megalosfrer dan Mikrosfeer.

Gambar 3.1.2 Siklus kehidupan Foraminifera (Geoldstein 1999)

Siklus Perkembangan Foraminifera

 Dimulai dari sebuah mikrosfer muda dengan sebuah initi (nucleus) dalam

protoplasma.

 Inti ini membelah diri terus menerus selama dewasa membentuk nuclei-

nuclei (inti).

 Jika binatang ini cukup dewasa, maka inti-inti ini akan meninggalkan

cangkang dan keluar sambil membawa sebagian protoplasma.

 Kemudian inti-inti dengan protoplasma ini setelah berenagn sejenak akan

memebentuk cangkang baru dengan proloculum yang besar dan cangkang

yang relative kecil.

Andre zulyan s 410017124 | 44


 Semula inti yang hanya sebuah, kemudian muncul inti-inti kecil di dalam

satu inti. Inti-inti kecil ini disebut nucleidi, akan semakin banyak

jumlahnya selama binatang menjadi dewasa.

 Akhirnya inti pecah dan nucleidi-nucleidi keluar melalui aperture sambil

membawa sebagian protoplasma dan meninggalkan cangkang yang lama.

 Nucleus dengan protoplasma ini kemudian membentuk flagel untuk

pergerakannnya, disebut gamet jantan.

 Gamet-gamet ini bergerak leluasa, kemudian gamet yang berlawanan

membentuk konjugasi (zygote)

 Zygote ini kemudian membentuk cangkang baru yang tipe mikrosfer dan

siklus berikutbya akan terulang kembali.

3.3.3 Susunan Morfologi

Bentuk luar foraminifera, jika diamati dibawah mikroskop dapat

menunjukkan beberapa kenampakan yang bermacam-macam dari

cangkang foraminifera, meliputi :

 Dinding, lapisan terluar dari cangkang foraminifera yang berfungsi

melindungi bagian dalam tubuhnya. Dapat terbuat dari zat-zat organik

yang dihasilkan sendiri atau dari material asing yang diambil dari

sekelilingnya.

 Kamar, bagian dalam foraminifera dimana protoplasma berada.

 Prolokulum, kamar utama pada cangkang foraminifera.

 Suture, suatu bidang yang memisahkan antar 2 kamar yang saling

berdekatan.

Andre zulyan s 410017124 | 45


 Aperture, lubang utama pada cangkang foraminifera yang berfungsi

sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma.

3.2 Foraminifera Planktonik


Foraminifera planktonik adalah foraminifera yang cara hidupnya
mengambang atau melayang di air, sehingga fosil ini sangat baik untuk
menentukan umur dari suatu lingkungan pengendapan (umur dari suatu batuan).
Secara umum foraminifera dibagi berdasarkan family, genus, serta spesies yang
didasarkan antara ciri-ciri yang nampak. Ciri-ciri beserta pembagiannya antara
lain
3.2.1 Famili Globigerinidae
Trochoid, aperture umbilikal, pada kamar terakhir cenderung planispiral,
test tersusun zat gampingan, permukaan test kasar berstruktur cancellate, sebagian
besar memiliki duri-duri halus, aperture biasanya besar. Muncul sejak Kapur
Awal sampai sekarang. Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globigerina,
Globigerinoides, Globigerinatella, Globigerinella, Globogerinelloides,
Hastigerina, Hastigerinella, Orbulina, Pulleniatina, Sphaeroidinella, Candeina,
dan Candorbulina.
Genus: Globigerina d’Orbigny 1826
Test terputar trochoid, kamar globular, komposisi gampingan, aperture pada
bagian ventral membuka ke umbilical dan berbentuk koma. Muncul: Kapur –
Resen.
Genus: Globigerinoides Cushman, 1927
Secara fisik hampir menyerupai globigerina, namun memiliki aperture
sekunder/tambahan pada bagian dorsal. Muncul: Tersier – Resen.
Genus: Hastigerina Thomson, 1876
Pada awal putaran trochoid, pada kamar akhir planispiral-involute, gampingan
kuat, memiliki ornamen duri yang kasar dan pipih serta memusat pada kamarnya.
Muncul: Miosen – Resen.

Genus: Orbulina d’Orbigny, 1839

Andre zulyan s 410017124 | 46


Test pada awalnya menyerupai Globigerina, namun dalam perkembangan kamar
terakhir menutupi hampir semua kamar-kamar sebelumnya. Tidak mempunyai
aperture yang nyata. Muncul: Miosen – Resen.
Genus: Pulleniatina, Cushman, 1927
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dengan dinding cancellate serta spine
halus, involute, aperture lonjong – busur pada dasar kamar Muncul: Tersier Akhir
– Resen.
Genus: Sphaeroidinella Cushman, 1927
Test pada awalnya menyerupai Globigerina, dinding cancellate kasar dengan
spine halus. Dua atau Tiga kamar terakhir terpisahkan dengan jelas. Muncul:
Miosen – Resen.

Gambar 31. foraminifera plangtonik

Gambar 32. Jenis Foraminifera

Andre zulyan s 410017124 | 47


3.2.2. Famili Globorotalidae
Trochoid rendah, bentuk test ellips bikonvek – planokonvek, dengan bentuk
kamar beberapa bulat sebagian rhomboid. Aperture umbilical ekstra umbilikal
(dari umbilikal sampai peri-peri), berbentuk busur. Test tersusun zat gampingan,
permukaan test halus, sebagian besar memiliki duri-duri halus. Jumlah kamar
akhir (pandangan ventral) lebih dari 4.
Susunan Kamar
Planispiral : terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan dan
jumlah kamar ventral dan dorsal sama.
Trochospiral : terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlihat.
Pandangan ventral dan dorsal berbeda.
Muncul sejak Kapur Awal sampai sekarang. Merupakan perkembangan dari
Globotruncana. Genus yang masuk dalam famili ini adalah: Globorotalia,
Globotruncana, Globorotalites, Globorotalia, Globotruncana, Globorotalites,
Rotalipora, Cribrogloborotalia, Cycloloculina, dan Sherbonina.

Gambar 33. Globorotalia


Hiasan atau Ornamentasi

Andre zulyan s 410017124 | 48


1. Keel, selaput tipis yang mengelilingi bagian periphery. Contoh: Globorotalia,
Siphonina.
2. Costae, galengan vertikal yang dihubungkan oleh garis- garis sutura yang
halus. Contoh: Bulimina, Uvigerina.
3. Spine, duri-duri yang menonjol pada bagian tepi kamar. Contoh: Hantkenina,
Asterorotalia.
4. Retral processes, merupakan garis sutura yang berkelok- kelok, biasa dijumpai
pada Amphistegina.
5. Bridged sutures, garis-garis sutura yang terbentuk dari septa yang terputus-
putus. Biasa dijumpai pada Elphidium.
6. Reticulate, dinding cangkang yang terbuat dari tempelan material asing
(arenaceous).
7. Punctate, bagian permukaan luar cangkang yang berpori bulat dan kasar.
8. Smooth, permukaan cangkang yang halus tanpa hiasan.

3.2.3. Famili Hantkeninidae


Test pada awalnya trochoid atau planispiral, pada tahapan akhir planispiral
involute. Dinding cangkang tersusun oleh gampingan, dengan permukaan kasar.
Aperture pada bagian bawah kamar terakhir berbentuk busur. Hiasan berupa
tanduk berukuran sama atau lebih besar dari kamarnya.
Muncul sejak Kapur Awal sampai Oligosen. Berdasarkan bentuk perputaran
kamarnya memiliki kedekatan dengan Globigerinella. Genus yang masuk dalam
famili ini adalah: Shackoina, Hantkenina, dan Cribrohantkenina.

3.3. Foraminifera Benthonik


Jumlah spesies foraminfera bentonik sangat besar. Golongan ini mempunyai
arti penting, terutama dalam penentuan lingkungan pengendapan. Golongan ini
sangat peka terhadap perubahan lingkungan, sehingga bagus untuk analisa
lingkungan pengendapan.

Andre zulyan s 410017124 | 49


Secara umum cukup mudah untuk membedakan antara foraminifera bentonik
dengan foraminifera plangtonik. Foraminifera bentonik memiliki cirri umum
sebagai berikut:
a. Test/cangkang berbentuk bulat, beberapa agak prismatik.
b. Susunan kamar sangat bervariasi.
c. Komposisi test gamping hyaline, arenaceous, silikaan.
d. Hidup di laut pada dasar substratum.
A. Susunan Kamar
Berdasarkan jumlah kamar, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Monothalamus, hanya terdiri dari satu kamar
Tersusun oleh satu kamar, dapat dibedakan atas bentuknya :
Bulat: contoh Saccamina
Botol: Lagena
Tabung: Bathysiphon
Terputar planispiral: Ammodiscus
2. Polythalamus, tersusun oleh jumlah kamar yang banyak.

Berdasarkan susunan kamar terdapat 3 jenis susunan kamar, yaitu:


a) Uniserial, berupa satu baris susunan kamar yang seragam, contoh:
Nodosaria, dan Siphonogenerina.
b) Biserial, berupa dua baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Bolivina dan Textularia.
c) Triserial, berupa tiga baris susunan kamar yang berselang-seling, contoh:
Uvigerina dan Bulimina.

Berdasarkan keseragaman susunan kamar dikelompokkan menjadi:


1. Uniformed test: jika disusun oleh satu jenis susunan kamar, misal uniserial
saja atau biserial saja.
2. Biformed test: jika disusun oleh dua macam susunan kamar yang berbeda,
misal diawalnya triserial kemudian menjadi biserial. Contoh:
Heterostomella.
3. Triformed test: terdiri dari tiga susunan kamar yang berbeda. Contoh:
Valvulina.

Andre zulyan s 410017124 | 50


B. Bentuk
Dibedakan menjadi dua yaitu bentuk kamar dan bentuk test. Bentuk kamar
dapat globular, rhomboid menyudut, atau kerucut menyudut. Bentuk test dapat
membulat atau ellips.
3.3.1. Genus Dentalina
Bentuk Cangkang melengkung, susunan kamar triserial terdiri atas
beberapa kamar, dinding cangkang berpori halus, letak aperture interiomarginal.
3.3.2. Genus Amphistegina
Cangkang relatif besar, lebih dari 10 kamar pada setiap putaran, aperture
tipis (slit) permukaan cangkung tidak beraturan, cangkan trochospiral, dinding
cangkang berpori.
3.3.3. Genus Bathysipon
Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily hyperminidaer.
3.3.4. Genus Bolivina
Cangkang sagitate-lanccolate dan gepeng, hyalin, susunan kamar biserial,
aperture memanjang, dan memiliki gigi.
3.3.5. Genus Nodogerina
Rectilinear ( linear punya leher ) test uniserial terdiri atas kamar-kamar
bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck.

3.4. Foraminifera Besar


Secara fisik dapat dipisahkan dengan foraminifera kecil, karena berukuran
lebih besar. Memiliki struktur kamar bagian dalamnya lebih rumit dan kompleks.
Harus diamati dengan sayatan tipis. Pembentuk batugamping. Umurnya pendek,
sehingga dapat digunakan untuk penentuan umur batuan. Hidup secara benthik
pada zona neritik dalam (30 – 80 m).
Jenis-Jenis Sayatan Tipis :
1) Sayatan median (ekuatorial), merupakan sayatan pada bagian tengah
diambil pada posisi tegak lurus sumbu putaran. Bentuk yang terlihat
merupakan lingkaran.

Andre zulyan s 410017124 | 51


2) Sayatan sumbu (axial section), merupakan sayatan yang sejajar sumbu
putaran melalui bagian tengah. Bentuk yang terlihat berupa ellips yang
cembung pada bagian tengahnya.
3) Sayatan Oblique, merupakan sayatan sembarang tidak melelui bagian
tengah. Berbentuk ellips asimetri.
4) Sayatan tengensial, merupakan sayatan yang sejajar dengan sayatan
median, tetapi tidak melalui bagian tengahnya. Berbentuk lingkaran yang
lebih kecil dari sayatan median..

3.4.1. Genus Nummulites


Bentuk test umumnya besar, lenticular, discoidal, planispiral dan bilateral
simetris. Test tersusun oleh zat-zat gampingan.
3.4.2. Genus Discocylina
Golongan ini dicirikan dengan bentuk test discoid atau lenticular. Pada jenis
yang megalosfer kamar embrionik biasanya biloculer terdiri atas protoconch dan
deutroconch. Sedangkan pada jenis mikrosfeer kamar embrionik terputar secara
planispiral. Pada kamar-kamar lateral dibatasi oleh septa-septa.
3.4.3. Genus Lepidocyclina
Ciri Fisik:
- test besar, lenticular/discoidal, biconcave.
- berkamar banyak, dihubungkan dengan stolon (pori- pori berbentuk
tabung).
- dinding lateralnya mempunyai pori-pori dan tebal, dimana terdapat
kamar-kamar lateral dan pilar-pilar.

Andre zulyan s 410017124 | 52


BAB IV
PENUTUP

4.1. KRITIK DAN SARAN

Menurut saya, dalam pelaksanaan praktikum Mikropaleontologi itu harus


di lakukan secara teliti dalam mendeskripsi segala sesuatu yang berhubungan
dengan fosil di mikroskop.Untuk itu kita perlu menerapkan sikap disiplin dalam
melakukan praktikum tersebut demi mencapai hasil yang kita inginkan.Untuk
mengidentifikasinya perlu panduan dan petunjuk yang jelas, namun yang lebih
penting adalah kemampuan dari diri kita untuk mengembangkannya.

Andre zulyan s 410017124 | 53


Dalam laporan ini penulis mempunyai saran untuk kedepannya dapat
memberikan meteri praktikum lebih baik lagi, dan untuk kedepannya laporan ini
dapat di kembalikan kepada praktikan lagi.
4.2 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan secara mikroskopis dari berbagai macam
mikrofosil serta kenampakannya dalam mikroskop maka praktikan dapat
menyimpulkan bahwa Foraminifera dari kelompok planktonik memiliki bentuk
yang tidak terlalu bervariasi cenderung tersusun oleh beberapa kamar saja
sehingga dalam membedakan foraminifera planktonik masih lebih muda
dibanding bentonik. Susunan kamar dari plankton juga tidak terlalu rumit
dibanding dengan susunan kamar benthos.
Dalam kehidupannya organisme ini ada yang hidup di dasar laut dengan
cara menambat di berbagai material yang ada dalam laut serta ada juga yang
bergerak secara pasif.Dari kehidupan organisme ini kita bisa mengetahui bahwa
planktonik yang hidup serta bergerak secara pasif ukuran serta bentuk tubuhnya
tidak terlalu beragam, berbeda dengan bentos yang hidup secara menambat di
dasar secara harfiah memperoleh makanan yang cukup dan dapat bergerak dengan
mudah sehingga ukuran tubuhnya lebih bervariasi dan tersusun oleh berbagai
bentuk kamar dan kedudukan aperture yang berbeda antara satu genus dangan
genus yang lain.
Susunan kamar foraminifera plankton dominan membulat hanya di
bedakan dari pandangan ventral serta dorsal dan samping, sedangkan dalam
bentos susunan kamar ada yang membulat ada pula yang keliatan memanjang.
Bentuk test dari foraminifera juga sangat beragam ada yang berukuran
tabular, irregular, zig – zag, conical, spherical dan masih banyak lagi. Septa dan
suture dalam foraminifera juga sangat beragam bentuknya terutama yang ditemui
pada foraminifera bentonik, aperture hampir sangat umum di jumpai pada semua
foraminifera serta menjadi hal yang tidak lepas dari susunan organisme
mikrofosil.

DAFTAR PUSTAKA

Andre zulyan s 410017124 | 54


 http://www.marinespecies.org/foraminifera/aphia.php?p=search. Diakses
pada tanggal 21 Juni 2015
 Pandita. H., 2015, Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi,
Yogyakarta, hal 1-40
 Adama, C. G, 1970. A Reconsideration of The East Indian Letter
Clasification of The Tertiary. Br. Mus. Nat. Hist. Bull. (Geo), ln 87 – 137
 Blow, W.H., 1969. Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminifera
Biostratigraph Cont. Planktonic Microfossil, Geneva, 1967, Pro Leiden,
E.J Bull v.1
 Cushman, J.A., 1969 Foraminifera Their Clasification and Economic Use,
Cambridge, Massachusets, USA Harvard University Press
 Kennett, J.P Srinivasan, M.S 1983, Neogene Planktonic Foraminifera.
Hucthison Ross Publishing Company, h.265
 Maha, M., 1995. Biozonasi, Paleobatimetri dan Pemerian Siaternatis
Foraminifera Kecil Sumur TO-04, Sumur TO-08 dan Sumur -95, Daerah
Cepu dan sekitarnya, Cekungan Jawa Timur Utara, Thesis, ITB, Bandung
 Phleger, F.B., 1951. Ecology of Foraminifera, Northwest Guff of Mexico,
The Geological Society of America, Memorial 46
 Postuma, J.A., 1971. Manual of Planktonic Foraminifera, Amsterdam,
London, New York, Elsevier Publishing Company
 Pringgopawiro. H., 1984. DiklatMikropaleontologi Lanjut, Laboratorium
Mikropaleontologi Jur. T. Geologi, ITB, Bandung
 Subandrio. A., 1994, Study Paleobathymetry Cekungan Sumatera Utara
Subbcekungan Jambi dan Cekungan Barito, Thesis, ITB, Bandung
 http://dokumen.tips/documents/preparasi-mikrofosil.html
 http://rizalgunawan06.blogspot.com/2014/02/mikro-dan-makro-fosil.html
 https://mwamir.wordpress.com/geologi/laporan-
praktikum/mikropaleontologi/
 http://laporanp.blogspot.co.id/2010/02/bab-i-pendahuluan-1_07.html

Andre zulyan s 410017124 | 55


Andre zulyan s 410017124 | 56
LAMPIRAN

Andre zulyan s 410017124 | 57

Anda mungkin juga menyukai