PENDAHULUAN
Menurut teori lempeng tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari
suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an,
dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudera (Wijayanto, 2009).
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan
dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan
beku, lalu sadimen, batuan sedimen dan batuan metamorf dan akhirnya
berubah menjadi magma kembali. Mekanisme siklus batuan yaitu magma
mengalami proses siklus pendinginan, terjadi kristalisasi membentuk batuan
beku pada siklus ini. Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi,
maka batuan dapat melebur menjadi magma. Selanjutnya batuan beku tersebut
mengalami pelapukan. tererosi, terangkut dalam bentuk larutan ataupun tidak
larut, diendapkan, sedimentasi membentuk batuan sedimen. Ada pula yang
langsung mengalami peubahan bentuk menjadi metamorf saat siklus
berlangsung. Selanjutnya pada siklus ini, batuan sedimen dapat mengalami
perubahan baik secara kontak, dinamo dan hidrotermik akan mengalami
perubahan bentuk dan menjadi metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf
yang mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi mungkin berubah lagi
menjadi magma lewat proses magmatisasi.Setelah mengalami siklus mulai dari
magma tadi, batuan akan berubah bentuk dan jenisnya menjadi batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf kemudian menjadi magma kembali jika
terdorong ke dalam bumi dan meleleh (Soetoto, 2001).
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan lama kelamaan mengeras. Pembekuan magma menjadi batuan
beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah
perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku di permukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap
saat, maka perlahan-lahan ia terisintegrasi dan terdekomposisi. Mengalami
peyesuaian untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungan baru. Kemudian
magama merupakan lelehan material batuan yang berbentuk pasta yang sangat
panas dan terbentuk di bawah kerak bumi atau bagian atas selubung, pada
kedalaman sekitar 200 km. Magma ada yang bersifat asam dan ada pula yang
bersifat basa. Magma basa kandungan SiO2 sekitar 50%, sedangkan magma
asam kadar SiO2 sekitar 60% sampai 70%. Magma asam berada pada suhu yang
rendah lain halnya dengan magma basa suhunya sangat tinggi (Saphe, 2011).
Untuk penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor
dan susuan dari butiran mineral yang biasa disebut dengan tekstur. Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi
mineralnya. Tekstur pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan
kenampakan batuan yang didasarkan pada ukuran dan susunan kristal-kristal
penyusun batuan beku. Dimana tekstur pada batuan beku merupakan salah
satu ciri yang sangat penting, karena dengan tekstur dapat menggambarkan
bagaimana kondisi dari proses pembentukan batuan beku tersebut. Adapun
yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkatan dari kecepatan
pembekuan magma. Pembekuan magma yang lambat akan menghasikan butir-
butir kristal yang besar. Begitupun sebaliknya apabila pembekuan magma
berlangsung cepat maka butir-butir kristal yang terbentuk akan cenderung kecil
kecil. Selain itu tujuan dari kita menentukan tekstur dan struktur dari batuan
beku adalah sebagai salah satu langkah atau tahap untuk menentukan jenis
dan nama masing masing batuan beku yang beragam itu, Batuan beku dapat
dibedakan dari kenampakan bentuk, ukuran butir, dan hubungan kristal
mineral-mineralnya atau disebut sebagai tekstur batuan beku. Batuan beku
yang ada didunia ini tampak sangat beragam warna dan kenampakkannya,
sehingga sekilas apabila kita belum mengetahui kunci nya akan sangat sulit
untuk menentukan jenis dan nama masing masing batuan beku (Amin, 2014).
Menurut (Deer, 1992), Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar
yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersama
antara 90°C-110°C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah
hingga selubung bagian atas. Secara fisika, magma merupakan sistem
berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair dan sejumlah
kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada
keadaan tertentu juga berfase gas. Para ahli berpendapat bahwa panas bumi
berasal dari proses “pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian
meluruh atau mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan
komposisi yang lebih stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan
sejumlah energi (panas) yang kemudian akan melelehkan batuan-batuan
disekitarnya. Dimungkinkan, dari proses tersebut dan pengaruhnya terhadap
geothermal gradient yang mencapai 193.600°C inilah magma dapat terbentuk.
Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang sangat rumit.
Proses-proses ini berlangsung tahap demi tahap yang kemudian membentuk
sebuah rangkaian khusus yang meliputi proses pemisahan atau differentiation,
pencampuran atau assimilation, dan anateksis atau peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor atau hal-hal yang
selanjutnya akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan
yang meleleh, derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam
magma oleh batuan samping (parent rock).
Sebuah teori mengenai proses urutan pengkristalan magma atau yang
biasa disebut dengan deret bowen. Bahwa deret bowen menjelaskan bagaimana
proses pembentukan mineral, khususnya mineral pada batuan beku, yaitu
mineral yang mengandung silikat yang kemudian mengkrsital langsung dari
magma berdasarkan penurunan temperatur. Riset ini dilakukan dengan cara
mengambil sampel magma cair dan memasukkannya kedalam suatu alat yang
fungsinya memberi tekanan dan suhu yang dianggap sama dengan keadaan di
bumi. Seiring berjalannya waktu serta dengan diturunkannya suhu dan
tekanannya maka didapat suatu hasil dari eksperimen ini yaitu ternyata magma
mulai membeku dan terus berubah membentuk suatu urutan mineral. Dalam
proses pengkristalan magma tersebut terbagi menjadi 2 proses, yaitu yang
terbentuk secara berurutan (kontinyu) dan tidak secara berurutan
(diskontinyu). Dalam deret bowen terdapat dua deret pembentukan mineral-
mineral ini, dari yang terbentuk di suhu tinggi yang bersifat ultrabasa hingga
ke bawah menjadi mineral asam (Soetoto, 2001).
Dalam susunan deret bowen, temperatur pembentukan kristal–kristal
mineral semakin rendah, semakin ke bawah. Mineral dalam deret bowen
biasanya terbentuk pada batuan beku, karena batuan beku terbentuk dari hasil
pembekuan magma. Ketika magma bergerak menuju permukaan bumi, maka
temperaturnya berangsur turun, dan mulai membentuk mineral. Mineral yang
pertama kali terbentuk merupakan mineral–mineral yang bersifat basa, yang
tersusun dari unsur-unsur magnesium, ferrum dan kalsium, contohnya Olivin
dan Piroksen, lalu selanjutnya terbentuk mineral-mineral bersifat intermediet
seperti hornblenda dan biotit, dan yang terakhir adalah mineral-mineral bersifat
asam yang mengandung banyak silika dan aluminium, seperti muskovit dan
kuarsa. Deret Bowen tidak hanya berisi rangkaian terputus-putus dan
rangkaian kontinu yang diketahui ahli geologi modern Seperti yang telah
diketahui batuan beku terbentuk karena magma yang mendingin dan
membeku. Pada batuan beku mineral utama ataupun mineral penyusun batuan
sangat erat kaitannya degan deret bowen (Nail, 1922).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan membahas tentang setting tektonik,
magma, deret bowen, dan juga batuan beku, yang disampaikan asisten
laboratorium. Dari pratikum ini didapatkan suatu pembahasan
K-Feldspar
Kuarsa
Biotit
Biotit
Piroksen
Hornblenda
Kuarsa
Plagioklas
Kuarsa
Hornblenda
Gambar 4. Batuan Beku Diorit
Pada pendeskripsian batuan keempat didapatkan warna fresh putih
keabuan dan warna lapuknya kuning kecoklatan. Warna fresh adalah warna
batuan asli sebelum terjadi proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk
adalah warna batuan setelah terjadinya proses pengubahan pada batuan
biasanya disebabkan oleh udara, erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis
batuan plutonik. Strukturnya masif yaitu jika tidak terdapat fragmen lain
didalam batuan beku tersebut. Memiliki tekstur yaitu derajat kristalisasinnya
holokristalin dikarenakan batuan sampel mengandung massa kristal, derajat
granularitasnya fanerik yaitu antara butiran kristal kasar sehingga dapat
dibedakan satu sama lain, dan relasinya inequigranular. Komposisi mineral
pada batuan ini terdiri dari kuarsa, plagioklas, dan hornblenda. Dari
pendeskripsian tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku diorit
yang genesanya terbentuk akibat pembekuan magma didalam permukaan bumi,
memiliki ukuran kristal yang besar. Merupakan hasil peleburan dari lantai
samudera yang bersifat mafik pada zona subduksi.
Biotit
Plagioklas
Biotit
Piroksen
Plagioklas
Kuarsa
Hornblenda
Biotit
Plagioklas
Kuarsa
Hornblenda
Biotit
Plagioklas
Piroksen
Hornblenda
Biotit
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada peaktikum kali ini, yaitu :
1. Proses-proses setting tektonik terbagi menjadi 3 yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Yang mana divergen yaitu lempeng tektonik
yang saling menjauh satu sama lainnya. Konvergen adalah pergerakan
lempeng tektonik yang saling mendekat. Sedangkan transform
mengalami gesekan satu sama lain.
2. Proses pembentukan magma terjadi karena adanya proses differensiasi
magma sehingga magma mengalami evolusi magma. Magma adalah
cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat
mudah bergerak, bersuhu antara 90°C-110°C dan berasal atau
terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.
3. Deret bowen adalah skema atau urutan yang menunjukan kristalisasi
dari mineral pembentuk batuan beku. Didalam deret bowen sudah
dijelaskan bahwa semakin kebawah mineralnya, semakin terang warna
batuannya.
4. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma. Batuan
beku diklasifikasikan berdasarkan kimiawi yaitu batuan dibagi
berdasarkan persentase SiO2. Dimana semakin tinggi kandungan SiO2
maka akan semakin asam batuan tersebut.
4.2 Saran
Pada pratikum selanjutnya diharapkan asisten dalam menjelaskan lebih
perlahan lagi agar pratikan dapat dengan mudah mengerti mengenai materi
yang sedang di sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA