Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi yang kita tempati ini disusun oleh berbagai jenis batuan. Dalam
ilmu Geofisika untuk mengiterpretasi lapisan bumi, diperlukan berbagai
ilmu pendukung untuk menambah keakuratan data. Salah satu ilmu tersebut
adalah Petrologi. Petrologi adalah ilmu geologi yang mempelajari tentang batuan
sebagai penyusun kerak bumi yang mencakup cara terjadinya, komposisi
batuan, klasifikasi bantuan, dan sejarah geologinya. Mempelajari batuan
merupakan pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi. Dan mempelajari
petrologi juga untuk mengetahui sejarah bumi. Batuan adalah materi yang
terbentuk secara alamiah, telah terkonsolidasikan, terdiri dari satu jenis
mineral atau lebih dan umumnya terdiri dari kumpulan beberapa mineral yang
berbeda. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi.
Pembentukan berbagai macam mineral akan menghasilkan berbagai
jenis batuan tertentu. Proses almiah tersebut bisa berbeda-beda dan
membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda pula. Semua batuan yang ada
di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Batuan beku merupakan
batuan yang terbentuk dari larutan silikat pijar. Dimana untuk penggolongan
batuan beku dapat didasarkan pada berbagai hal diantaranya berdasarkan
senyawa kimiawi, mineralogi serta tekstur dan komposisi mineral. Berdasarkan
penggolongan tersebut akan dapat diketahui nama dan ganesa suatu batuan
beku.
Batuan beku berdasarkan unsur kimiawinya terbagi menjadi batuan
beku asam, intermediet, basa, dan ultrabasa. Batuan beku berdasarkan
mineralogi dibagi menjai leucrocratic rock, mesocratic rock, melanocratic rock
dan hipermelanuc rock. Jika didasarkan pada tekstur dan komposisi mineral
dibagi menjadi batuan batuan beku plutonik dan vulanik. Pendeskripsian
batuan beku yang didapatkan dilapangan merupakan langkah awal dari
mengetahui nama serta jenis batuan beku yang didapatkan dilapangan. Magma
merupakan cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai
temperatur yang tinggi (6000C-12000C) dan berasal dari bagian dalam bumi.
Seperti yang telah diketahui batuan beku terbentuk karena magma yang
mendingin dan membeku. Pada batuan beku mineral utama ataupun mineral
penyusun batuan sangat erat kaitannya degan deret bowen. Deret bowen ialah
pembentukan mineral yang berhubungan dengan temperatur. Temperatur ini
ialah terperatur dari magma.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini, adalah :
1. Mampu mengetahui tentang proses-proses dari setting tektonik
2. Mampu mengetahui dan mempelajari proses pembentukan magma
3. Mampu membaca dan menganalisa deret bowen
4. Mampu mendeskripsikan dan mempelajari batuan beku
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, adalah :
1. Alat tulis
2. Modul
3. Komperator batuan beku
4. Skala pembanding
5. Lup
6. Kamera
1.3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
1. 9 Sampel batuan beku
2. Lembar kerja sementara
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Menurut teori lempeng tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari
suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an,
dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudera (Wijayanto, 2009).
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan
dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan
beku, lalu sadimen, batuan sedimen dan batuan metamorf dan akhirnya
berubah menjadi magma kembali. Mekanisme siklus batuan yaitu magma
mengalami proses siklus pendinginan, terjadi kristalisasi membentuk batuan
beku pada siklus ini. Ketika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi,
maka batuan dapat melebur menjadi magma. Selanjutnya batuan beku tersebut
mengalami pelapukan. tererosi, terangkut dalam bentuk larutan ataupun tidak
larut, diendapkan, sedimentasi membentuk batuan sedimen. Ada pula yang
langsung mengalami peubahan bentuk menjadi metamorf saat siklus
berlangsung. Selanjutnya pada siklus ini, batuan sedimen dapat mengalami
perubahan baik secara kontak, dinamo dan hidrotermik akan mengalami
perubahan bentuk dan menjadi metamorf. Siklus berikutnya, batuan metamorf
yang mencapai lapisan bumi yang suhunya tinggi mungkin berubah lagi
menjadi magma lewat proses magmatisasi.Setelah mengalami siklus mulai dari
magma tadi, batuan akan berubah bentuk dan jenisnya menjadi batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf kemudian menjadi magma kembali jika
terdorong ke dalam bumi dan meleleh (Soetoto, 2001).
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan lama kelamaan mengeras. Pembekuan magma menjadi batuan
beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah
perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Batuan beku di permukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap
saat, maka perlahan-lahan ia terisintegrasi dan terdekomposisi. Mengalami
peyesuaian untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungan baru. Kemudian
magama merupakan lelehan material batuan yang berbentuk pasta yang sangat
panas dan terbentuk di bawah kerak bumi atau bagian atas selubung, pada
kedalaman sekitar 200 km. Magma ada yang bersifat asam dan ada pula yang
bersifat basa. Magma basa kandungan SiO2 sekitar 50%, sedangkan magma
asam kadar SiO2 sekitar 60% sampai 70%. Magma asam berada pada suhu yang
rendah lain halnya dengan magma basa suhunya sangat tinggi (Saphe, 2011).
Untuk penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor
dan susuan dari butiran mineral yang biasa disebut dengan tekstur. Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi
mineralnya. Tekstur pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan
kenampakan batuan yang didasarkan pada ukuran dan susunan kristal-kristal
penyusun batuan beku. Dimana tekstur pada batuan beku merupakan salah
satu ciri yang sangat penting, karena dengan tekstur dapat menggambarkan
bagaimana kondisi dari proses pembentukan batuan beku tersebut. Adapun
yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkatan dari kecepatan
pembekuan magma. Pembekuan magma yang lambat akan menghasikan butir-
butir kristal yang besar. Begitupun sebaliknya apabila pembekuan magma
berlangsung cepat maka butir-butir kristal yang terbentuk akan cenderung kecil
kecil. Selain itu tujuan dari kita menentukan tekstur dan struktur dari batuan
beku adalah sebagai salah satu langkah atau tahap untuk menentukan jenis
dan nama masing masing batuan beku yang beragam itu, Batuan beku dapat
dibedakan dari kenampakan bentuk, ukuran butir, dan hubungan kristal
mineral-mineralnya atau disebut sebagai tekstur batuan beku. Batuan beku
yang ada didunia ini tampak sangat beragam warna dan kenampakkannya,
sehingga sekilas apabila kita belum mengetahui kunci nya akan sangat sulit
untuk menentukan jenis dan nama masing masing batuan beku (Amin, 2014).
Menurut (Deer, 1992), Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar
yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersama
antara 90°C-110°C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah
hingga selubung bagian atas. Secara fisika, magma merupakan sistem
berkomponen ganda (multi compoent system) dengan fase cair dan sejumlah
kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, dan pada
keadaan tertentu juga berfase gas. Para ahli berpendapat bahwa panas bumi
berasal dari proses “pembusukan” material-material radioaktif yang kemudian
meluruh atau mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan
komposisi yang lebih stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan
sejumlah energi (panas) yang kemudian akan melelehkan batuan-batuan
disekitarnya. Dimungkinkan, dari proses tersebut dan pengaruhnya terhadap
geothermal gradient yang mencapai 193.600°C inilah magma dapat terbentuk.
Pembentukan magma sebenarnya adalah suatu proses yang sangat rumit.
Proses-proses ini berlangsung tahap demi tahap yang kemudian membentuk
sebuah rangkaian khusus yang meliputi proses pemisahan atau differentiation,
pencampuran atau assimilation, dan anateksis atau peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar. Sementara itu, faktor atau hal-hal yang
selanjutnya akan menentukan komposisi suatu magma adalah bahan-bahan
yang meleleh, derajat fraksinasi, dan jumlah material-material pengotor dalam
magma oleh batuan samping (parent rock).
Sebuah teori mengenai proses urutan pengkristalan magma atau yang
biasa disebut dengan deret bowen. Bahwa deret bowen menjelaskan bagaimana
proses pembentukan mineral, khususnya mineral pada batuan beku, yaitu
mineral yang mengandung silikat yang kemudian mengkrsital langsung dari
magma berdasarkan penurunan temperatur. Riset ini dilakukan dengan cara
mengambil sampel magma cair dan memasukkannya kedalam suatu alat yang
fungsinya memberi tekanan dan suhu yang dianggap sama dengan keadaan di
bumi. Seiring berjalannya waktu serta dengan diturunkannya suhu dan
tekanannya maka didapat suatu hasil dari eksperimen ini yaitu ternyata magma
mulai membeku dan terus berubah membentuk suatu urutan mineral. Dalam
proses pengkristalan magma tersebut terbagi menjadi 2 proses, yaitu yang
terbentuk secara berurutan (kontinyu) dan tidak secara berurutan
(diskontinyu). Dalam deret bowen terdapat dua deret pembentukan mineral-
mineral ini, dari yang terbentuk di suhu tinggi yang bersifat ultrabasa hingga
ke bawah menjadi mineral asam (Soetoto, 2001).
Dalam susunan deret bowen, temperatur pembentukan kristal–kristal
mineral semakin rendah, semakin ke bawah. Mineral dalam deret bowen
biasanya terbentuk pada batuan beku, karena batuan beku terbentuk dari hasil
pembekuan magma. Ketika magma bergerak menuju permukaan bumi, maka
temperaturnya berangsur turun, dan mulai membentuk mineral. Mineral yang
pertama kali terbentuk merupakan mineral–mineral yang bersifat basa, yang
tersusun dari unsur-unsur magnesium, ferrum dan kalsium, contohnya Olivin
dan Piroksen, lalu selanjutnya terbentuk mineral-mineral bersifat intermediet
seperti hornblenda dan biotit, dan yang terakhir adalah mineral-mineral bersifat
asam yang mengandung banyak silika dan aluminium, seperti muskovit dan
kuarsa. Deret Bowen tidak hanya berisi rangkaian terputus-putus dan
rangkaian kontinu yang diketahui ahli geologi modern Seperti yang telah
diketahui batuan beku terbentuk karena magma yang mendingin dan
membeku. Pada batuan beku mineral utama ataupun mineral penyusun batuan
sangat erat kaitannya degan deret bowen (Nail, 1922).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan membahas tentang setting tektonik,
magma, deret bowen, dan juga batuan beku, yang disampaikan asisten
laboratorium. Dari pratikum ini didapatkan suatu pembahasan

Gambar. Setting Tektonik


(Schimncke, 2004 dalam Setijadji, 2011)
Setting tektonik atau disebut juga dengan tatanan tektonik adalah suatu
proses teori yang menjelaskan tentang terbentuknya struktur di permukaan
bumi seperti jalur pegunungan, jalur gunung api, dan cekungan endapan di
muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Tektonik Lempeng ialah
proses pergerakan lempeng bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan, rekahan
dan patahan. Tektonik lempeng bergerak satu dengan lainnya pada batas-batas
lempeng, yaitu divergen, konvorgen, dan transform. Yang mana divergen adalah
lempeng tektonik yang saling menjauh satu sama lainnya. Ketika lempeng
tektonik terpecah, lapisan litosfer menipis dan membentuk batas divergen.
Konvergen adalah Lempeng tektonik yang saling mendekat. Ketika lempeng
benua dan lempeng samudera saling berdekatan maka akan terjadi tumbukan
sehingga samudera masuk kebawah lempeng benua. Sedangkan transform
adalah lempeng yang bergerak dan mengalami gesekan secara menyamping
sepanjang sesar transform. Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua
ataupun kerak samudra dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi. Lempeng
bumi terdiri dan dua jenis, yaitu lempeng benua dan lempeng samudera.
Lempeng benua adalah lempeng yang menopang benua, tersusun dari material
batuan yang relatif ringan seperti granit. Sedangkan lempeng samudera adalah
lempeng yang menopang samudera, tersusun dari material batuan yang relatif
padat seperti basalt.
Gambar. Proses Terbentuknya Magma
(Schimncke, 2004 dalam Setijadji, 2011)
Proses terbentuknya magma, magma adalah cairan atau larutan silikat
pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mudah bergerak, bersuhu antara
90°C-110°C dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga
selubung bagian atas. Magma dapat dibagi dari beberapa kolompok yaitu :
berdasarkan kimia, kandungan gas dan berdasarkan kandungan gasnya.
Berdasarkan kimianya dapat dibagi menjadi teloit, sholsoit dan bardoliven. Dan
menurut kandungan gasnya, magma di bagi menjadi hipomagma, epimagma,
dan piromagma. Magma yang bersifat jenuh atau mengandung gelembung gas
dan dapat terbentuk pada tekanan yang besar disebut hipomagma. Jika magma
bersifat jenuh gas dan mengandung banyak gelembung gas sehingga tampak
membusa disebut piromagma. Sedangkan epimagma adalah magma yang
miskin gas dan sering disamakan dengan lava yang belum dierupsikan.

Gambar. Differensiasi Magma


(https://ourakuntansi2.blogspot.com/2017/07/liquid-immiscibility.html?m=1)
Differensiasi magma adalah perubahan sifat magma dari homogen
menjadi heterogen yang terjadi karena kontak dengan lingkungan sekitar.
Proses yang terjadi pada diferensiasi diantaranya Fragsinasi, crystal setting,
liquid immisibility, crystal flotation, vesiculation, difusion. Asimilasi adalah
peleburan magma ke batuan disampingnya. Proses asimilasi magma dan
diferensiasi magma menyebabkan pencampuran massa magma dengan
fragmen-fragmen yang masuk atau tertanam pada batuan beku dinding
membentuk xenolith. Dengan kata lain xenolith adalah batuan beku asam yang
tertanam pada batuan beku basa. Proses dari xenolith ini adalah ketika batuan
beku asam diintrusi oleh magma, ketika tidak semua batuan yang melebur.
Pada saat magma keluar dan mengalami proses asimilasi magma dan menjadi
diferensiasi magma, maka batuan beku asam yang tidak melebur tadi akan
tertanam pada magma yang telah dingin tadi.
Tahapan proses yang terjadi yaitu terjadinya proses asimilasi magma
terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan proses differensiasi. Dikarenakan pada
proses differensiasi tidak terjadi pada dapur magma sehingga untuk melakukan
proses differensiasi harus terlebih dahulu mengalami proses asimilasi. Serta
pada proses pemisahan pada differensiasi menandakan adanya pencampuran
dengan batuan lain. Jika yang terjadi terlebih dahulu adalah proses differensiasi
maka tidak akan terdapat partikel yang dipisahkan dikarenakan sifat magma
yang homogen. Proses asimilasi yang membuat magma terdapat bercampur
dengan unsur lain.
Pada berbagai kondisi temperatur, magma dapat berdefernsiasi atau
mengalami kristalisasi membentuk berbagai asosiasi mineral berupa berbagai
jenis batuan beku. Lalu batuan beku terangkut, tertransfort, terendapkan,
terdeport hingga batuan menjadi sedimentasi dan akibat pengendapan kembali
rombakan batuan asal maka terbentuk batuan sedimen. Batuan sedimen
mengalami perubahan tekanan dan suhu sehingga terbentuk batuan metamorf.
Dari semua batu bisa langsung kembali lagi ke magma. Tapi dari magma hanya
bisa membentuk batuan beku saja. Siklus ini dinamakan siklus batuan atau
rock cycle. Pada saat peleburan magma terjadi evolusi magma, yaitu proses
interaksi dari zona subduksi pada setting tektonik sehingga magma mengalami
perubahan. Ada 3 proses evolusi magma yaitu, hibridisasi adalah pembentukan
magma baru karena pencampuran 2 magma yang berlainan jenis. Sintesis
adalah pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
gamping. Anateksis adalah proses pembentukan magma dari peleburan batuan
pada kedalaman yang sangat besar.
Gambar. Deret Bowen
(hhtps//boezsay.blogspot.com/2014/10/deret-bowen-dan-batuan-beku.html)
Deret bowen adalah skema atau urutan yang menunjukan kristalisasi
dari mineral pembentuk batuan beku. Didalam deret bowen sudah dijelaskan
bahwa semakin kebawah mineralnya, semakin terang warna batuannya. Dan
semakin kebawah pembentuk mineralnya kaya akan Ca. Sedagkan semakin
keatas, pembentuk mineralnya kaya akan Na. Pada bagian sebelah kiri
menerangkan suhu pembentuk dari masing masing mineral. Sedangkan pada
bagian sebelah kanan menerangkan jenis komposisi batuannya. Yang secara
berurutan terdiri dari atas yaitu ultrabasa, basa, intermediet, asam. Pada deret
bowen, terjadi dua kristalisasi mineral yaitu reaksi menerus (kontinu) dan
reaksi tidak menerus (diskontinu). Deret kontinu (sebelah kanan) artinya
kristalisasi plagioklas Ca yang bereaksi dengan sisa larutan selama pendinginan
berlangsung, dan berubah komposisinya ke arah plagioklas Na. Mineral yang
terbentuk adalah anortit, bitownit, labradorit, andesit, oligoklas, dan albit. Deret
diskontinu terdiri dari mineral-mineral ferromagnesian (Fe-Mg bersifat
incongruent melting). Mineral yang terbentuk adalah olivin, piroksen,
amfibol/hornblenda, dan biotit. Mineral sebelah kanan dan kiri bertemu pada
pertengahan yang dinamakan jembatan mika yaitu diawali dengan mineral
feldspar, muskovit dan kuarsa yang merupakan mineral yang paling stabil
diantara seluruh mineral felsik atau mafik, dan sebaliknya mineral yang
terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah
sekali terubah menjadi mineral lain.
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma. Batuan
beku diklasifikasikan berdasarkan kimiawi yaitu batuan dibagi berdasarkan
persentase SiO2. Dimana semakin tinggi kandungan SiO2 maka akan semakin
asam batuan tersebut. Pengklasifikasian batuan beku berdasarkan mineralogi
yaitu didasarkan pada kandungan mineral mafik. Pengklasifikasian batuan
beku berdasarkan tekstur dan komposisi mineral yaitu berdasarkan tempat
pembentukan batuan tersebut, dikarenakan tempat pembentukan batuan akan
menentukan tekstur dan komposisi mineral yang terkandung. Seperti yang
telah diketahui batuan beku terbentuk karena magma yang mendingin dan
membeku. Pada batuan beku mineral utama ataupun mineral penyusun batuan
sangat erat kaitannya degan deret bowen. Deret bowen ialah pembentukan
mineral yang berhubungan dengan temperatur. Temperatur ini ialah terperatur
dari magma. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan lama kelamaan mengeras.
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pendeskripsian batuan
beku. Terdapat sembilan sampel batuan beku yang dideskripsikan. Pada sampel
pertama diperlihatkan pada gambar 1.

K-Feldspar

Kuarsa

Biotit

Gambar 1. Batuan Beku Granit


Pada pendeskripsian batuan pertama didapatkan warna fresh merah
muda dan warna lapuknya kuning kecoklatan. Warna fresh adalah warna
batuan asli sebelum terjadi proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk
adalah warna batuan setelah terjadinya proses pengubahan pada batuan bias
disebabkan oleh udara, erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan
plutonik. Strukturnya masif dikarenakan tidak terdapat fragmen lain didalam
batuan beku tersebut. Memiliki tekstur yaitu derajat kristalisasinnya
holokristalin dikarenakan batuan sampel hanya mengandung massa kristal,
derajat granularitasnya fanerik karena antara butiran kristal kasar sehingga
dapat dibedakan satu sama lain, dan relasinya equigranular dikarenakan
mineral yang terdapat pada batuan mempunyai keseragaman yang relatif
seragam. Komposisi mineral pada batuan ini terdiri dari kuarsa, biotit, dan k-
fledspar. Dari pendeskripsian tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu
batuan beku granit yang genesanya terbentuk akibat magma yang membeku
didalam permukaan bumi yang mengalami pengkristalan lambat sehingga
memiliki ukuran kristal yang besar.

Biotit

Piroksen

Gambar 2. Batuan Beku Basalt


Pada pendeskripsian batuan kedua didapatkan warna fresh hitam dan
warna lapuknya coklat. Warna fresh adalah warna batuan asli sebelum terjadi
proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna batuan setelah
terjadinya proses pengubahan pada batuan biasanya disebabkan oleh udara,
erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan vulkanik. Strukturnya
scoria. Scoria adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnya), yang disebabkan karena adanya gas–gas yang terjebak didalam magma
saat akan mengalami pembekuan. Gas-gas yang terjebak akan menghilang pada
saat magma berubah menjadi batu. Ruang yang diisi oleh gas akan
menghasilkan lubang gas. Memiliki tekstur yaitu derajat kristalisasinnya
hipokristalin dikarenakan batuan sampel mengandung massa kristal dan juga
massa gelas, derajat granularitasnya afanitik yaitu antara butiran kristal sangat
halus sehingga sulit dibedakan satu sama lain, dan relasinya equigranular
dikarenakan mineral yang terdapat pada batuan mempunyai keseragaman
mineral yang relatif seragam. Komposisi mineral pada batuan ini terdiri dari
biotit dan piroksen. Dari pendeskripsian tersebut didapatkan penamaan batuan
yaitu batuan beku basalt yang genesanya terbentuk diatas permukaan bumi,
memiliki ukuran kristal yang kecil dan banyak memiliki lubang gas. Batuan ini
berasal dari letusan stratovulkano pada lahar tebal yang mengalir.
Plagioklas

Hornblenda

Kuarsa

Gambar 3. Batuan Beku Andesit


Pada pendeskripsian batuan ketiga didapatkan warna fresh hitam dan
warna lapuknya coklat. Warna fresh adalah warna batuan asli sebelum terjadi
proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna batuan setelah
terjadinya proses pengubahan pada batuan bias disebabkan oleh udara, erosi
dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan vulkanik. Strukturnya masif
karena tidak terdapat fragmen lain didalam batuan beku tersebut. Memiliki
tekstur yaitu derajat kristalisasinnya hipokristalin dikarenakan batuan sampel
mengandung massa kristal dan juga massa gelas, derajat granularitasnya
fanerik karena antara butiran kristal kasar sehingga dapat dibedakan satu
sama lain, dan relasinya equigranular dikarenakan mineral yang terdapat pada
batuan mempunyai keseragaman mineral yang relatif seragam. Komposisi
mineral pada batuan ini terdiri dari kuarsa, plagioklas, dan hornblenda. Dari
pendeskripsian tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku
andesit yang genesanya merupakan batuan beku intrusi dangkal (hipabisal)
yang terbentuk pada daerah vulkanik yaitu diatas permukaan bumi dengan
pengkristalan magma yang cepat sehingga menghasilkan kristal yang kecil.

Plagioklas

Kuarsa

Hornblenda
Gambar 4. Batuan Beku Diorit
Pada pendeskripsian batuan keempat didapatkan warna fresh putih
keabuan dan warna lapuknya kuning kecoklatan. Warna fresh adalah warna
batuan asli sebelum terjadi proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk
adalah warna batuan setelah terjadinya proses pengubahan pada batuan
biasanya disebabkan oleh udara, erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis
batuan plutonik. Strukturnya masif yaitu jika tidak terdapat fragmen lain
didalam batuan beku tersebut. Memiliki tekstur yaitu derajat kristalisasinnya
holokristalin dikarenakan batuan sampel mengandung massa kristal, derajat
granularitasnya fanerik yaitu antara butiran kristal kasar sehingga dapat
dibedakan satu sama lain, dan relasinya inequigranular. Komposisi mineral
pada batuan ini terdiri dari kuarsa, plagioklas, dan hornblenda. Dari
pendeskripsian tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku diorit
yang genesanya terbentuk akibat pembekuan magma didalam permukaan bumi,
memiliki ukuran kristal yang besar. Merupakan hasil peleburan dari lantai
samudera yang bersifat mafik pada zona subduksi.

Biotit

Plagioklas

Gambar 5. Batuan Beku Andesit Porfiritik


Pada pendeskripsian batuan kelima didapatkan warna fresh hitam dan
warna lapuknya coklat kekuningan. Warna fresh adalah warna batuan asli
sebelum terjadi proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna
batuan setelah terjadinya proses pengubahan pada batuan bias disebabkan oleh
udara, erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan vulkanik.
Strukturnya masif yaitu tidak terdapat fragmen lain didalam batuan beku
tersebut. Dari batuan ini terdapat mineral yang menyerupai amigdaloidal akan
tetapi mineral tersebut bukan amigdaloidal akan tetapi relasi pada batuan
tersebut yang tidak sama oleh karena itu struktur nya bersifat masif. Memiliki
tekstur yaitu derajat kristalisasinnya hipokristalin dikarenakan batuan sampel
mengandung massa kristal dan juga massa gelas, derajat granularitasnya
fanerik yaitu antara butiran kristal kasar dapat dibedakan satu sama lain, dan
relasinya inequigranular/porfiritik yaitu tekstur batuan beku dimana kristal
besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus. Komposisi
mineral pada batuan ini terdiri dari plagioklas dan biotit. Dari pendeskripsian
tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku andesit porfiritik
yang genesanya terbentuk diatas permukaan bumi, memiliki ukuran kristal
yang kecil. Berasal dari letusan stratovulkano pada lahar tebal yang mengalir.

Biotit

Piroksen

Plagioklas

Gambar 6. Batuan Beku Andesit


Pada pendeskripsian batuan ketiga didapatkan warna fresh hitam dan
warna lapuknya coklat. Warna fresh adalah warna batuan asli sebelum terjadi
proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna batuan setelah
terjadinya proses pengubahan pada batuan bias disebabkan oleh udara, erosi
dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan vulkanik. Strukturnya vesikuler
yaitu struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang
sebagai akibat pelepasan gas selama mendingin. Memiliki tekstur yaitu derajat
kristalisasinnya hipokristalin dikarenakan batuan sampel mengandung massa
kristal dan juga massa gelas, derajat granularitasnya afanitik karena antara
butiran kristal sangat halus sehingga sulit dibedakan satu sama lain, dan
relasinya equigranular dikarenakan mineral yang terdapat pada batuan
mempunyai keseragaman mineral yang relatif seragam. Komposisi mineral pada
batuan ini terdiri dari plagioklas, biotit, dan piroksen. Dari pendeskripsian
tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku andesit yang
genesanya terbentuk diatas permukaan bumi dengan pengkristalan magma
yang cepat sehingga menghasilkan kristal yang kecil, dan memiliki lubang gas.

Kuarsa

Hornblenda

Biotit
Plagioklas

Gambar 7. Batuan Beku Granodiorit


Pada pendeskripsian batuan ketujuh didapatkan warna fresh hitam dan
warna lapuknya kuning. Warna fresh adalah warna batuan asli sebelum terjadi
proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna batuan setelah
terjadinya proses pengubahan pada batuan biasanya disebabkan oleh udara,
erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan plutonik. Strukturnya masif
yaitu tidak terdapat fragmen lain didalam batuan beku tersebut. Memiliki
tekstur yaitu derajat kristalisasinnya holokristalin dikarenakan batuan sampel
hanya mengandung massa kristal, derajat granularitasnya fanerik yaitu antara
butiran kristal kasar sehingga dapat dibedakan satu sama lain, dan relasinya
equigranular dikarenakan mineral yang terdapat pada batuan mempunyai
keseragaman mineral yang relatif seragam. Komposisi mineral pada batuan ini
terdiri dari plagioklas, biotit, hornblenda, dan kuarsa. Dari pendeskripsian
tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku granodiorit yang
genesanya terbentuk akibat pembekuan magma didalam permukaan bumi,
memiliki ukuran kristal yang besar karena mengalami proses pengkristalan
yang lambat.

Kuarsa

Hornblenda

Biotit
Plagioklas

Gambar 8. Batuan Beku Granodiorit


Pada pendeskripsian batuan kedelapan didapatkan warna fresh putih
dan warna lapuknya kuning kecoklatan. Warna fresh adalah warna batuan asli
sebelum terjadi proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna
batuan setelah terjadinya proses pengubahan pada batuan biasanya disebabkan
oleh udara, erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan plutonik.
Strukturnya masif yaitu tidak terdapat fragmen lain didalam batuan beku
tersebut. Memiliki tekstur yaitu derajat kristalisasinnya holokristalin
dikarenakan batuan sampel hanya mengandung massa kristal, derajat
granularitasnya fanerik yaitu antara butiran kristal kasar sehingga dapat
dibedakan satu sama lain, dan relasinya equigranular dikarenakan mineral
yang terdapat pada batuan mempunyai keseragaman mineral yang relatif
seragam. Komposisi mineral pada batuan ini terdiri dari plagioklas, biotit,
hornblenda, dan kuarsa. Dari pendeskripsian tersebut didapatkan penamaan
batuan yaitu batuan beku granodiorit yang genesanya terbentuk akibat
pembekuan magma didalam permukaan bumi, memiliki ukuran kristal yang
besar karena mengalami proses pengkristalan yang lambat.

Piroksen

Hornblenda

Biotit

Gambar 9. Batuan Beku Gabro


Pada pendeskripsian batuan kesembilan didapatkan warna fresh hitam
dan warna lapuknya coklat. Warna fresh adalah warna batuan asli sebelum
terjadi proses lain pada batuan sedangkan warna lapuk adalah warna batuan
setelah terjadinya proses pengubahan pada batuan bias disebabkan oleh udara,
erosi dan lain sebagainya. Merupakan jenis batuan plutonik. Strukturnya masif
karena terdapat fragmen lain didalam batuan beku tersebut. Memiliki tekstur
yaitu derajat kristalisasinya holokristalin dikarenakan batuan sampel hanya
mengandung massa kristal, derajat granularitasnya fanerik karena antara
butiran kristalnya kasar sehingga dapat dibedakan satu sama lain, dan
relasinya equigranular dikarenakan mineral yang terdapat pada batuan
mempunyai keseragaman mineral yang relatif seragam. Komposisi mineral pada
batuan ini terdiri dari biotit, hornblenda, dan piroksen. Dari pendeskripsian
tersebut didapatkan penamaan batuan yaitu batuan beku gabro yang
genesanya terbentuk akibat pembekuan magma dibawah permukaan bumi,
memiliki ukuran kristal yang besar.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada peaktikum kali ini, yaitu :
1. Proses-proses setting tektonik terbagi menjadi 3 yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Yang mana divergen yaitu lempeng tektonik
yang saling menjauh satu sama lainnya. Konvergen adalah pergerakan
lempeng tektonik yang saling mendekat. Sedangkan transform
mengalami gesekan satu sama lain.
2. Proses pembentukan magma terjadi karena adanya proses differensiasi
magma sehingga magma mengalami evolusi magma. Magma adalah
cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat
mudah bergerak, bersuhu antara 90°C-110°C dan berasal atau
terbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.
3. Deret bowen adalah skema atau urutan yang menunjukan kristalisasi
dari mineral pembentuk batuan beku. Didalam deret bowen sudah
dijelaskan bahwa semakin kebawah mineralnya, semakin terang warna
batuannya.
4. Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma. Batuan
beku diklasifikasikan berdasarkan kimiawi yaitu batuan dibagi
berdasarkan persentase SiO2. Dimana semakin tinggi kandungan SiO2
maka akan semakin asam batuan tersebut.

4.2 Saran
Pada pratikum selanjutnya diharapkan asisten dalam menjelaskan lebih
perlahan lagi agar pratikan dapat dengan mudah mengerti mengenai materi
yang sedang di sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 2014. Batuan Geologi Pertambangan. Jakarta : Kementrian Pendidikan


Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Deer, W. A. & Howie, R. A. & Zussman, J. 1992. An Introduction to the Rock
Forming Minerals, 2nd Edition. London : Longmann Scientific anf
Technical.
Nail, L. 1992. “Railsback’s Some Fundamentals of Mineralogi and Geochemistry”.
Vol (XXX).
Saphe, B., dkk. 2011. Geologi Fisik SI 1211. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Soetoto, S. U. 2001 . Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Wijayanto, 2009. Geologi. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai