Anda di halaman 1dari 54

Petrologi Batuan Beku

A. Pengertian Batuan Beku


Batuan beku atau igneous rock adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses krisalisasi baik dibawah
permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya proses pelelehan terjadi
oleh salah satu dari proses – proses kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi.
Batuan beku dapat ditentukan nama dan jenisnya berdasarkan struktur, tekstur,
dan komposisi mineralnya. Setelah mengetahui struktur, tekstur, dan komposisi
mineralnya kemudian dimasukan kedalam tabel Determinasi Batuan Beku.

B. Penggolongan / Klasifikasi Batuan Beku


Penggolongan batuan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung, dan
berdasarkan susunan mineraloginya. Dibawah ini akan di jelaskan lebih lanjut dari
penggolongan batuan beku tersebut.
a. Klasifikasi berdasarkan Genetik dari Batuan Beku
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya batuan beku,
pembagian ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan
penggolongan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku ini ialah sebagai
berikut:
a. Batuan Intrusif / Batuan Plutonik
b. Batuan Hipabisal / Batuan Subvulkanik
c. Batuan Ekstrusif / Batuan Vulkanik

Gambar 1.1 Genesa Batuan Beku Intrusif, Batuan Beku Hipabisal, Batuan Beku Ekstrusif

A. Batuan Intrusif / Batuan Plutonik


Batuan beku dalam (Plutonik) adalah merupakan batuan beku yang
berasal atau terbentuk akibat kristalisasi magma yang berada jauh didalam bumi
15-50 km di bawah permukaan bumi, akibatnya proses pendinginan sangat
lambat karena dekat dengan astenosfer sehingga batuan seluruhnya terkurung
kristal-kristal. Batuan beku ini berbutir kasar, dan butiran mineral di batuan ini
dapat dengan mudah diidentifikasi dengan mata telanjang.
Proses terbentuknya batuan beku intrusif atau batuan plutonik, sangat
berbeda dengan kegiatan batuan beku ekstrusif, proses ini berbeda karena
perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis batuan ini. Dimana kontak
diantara batuan intrusif dengan batuan yang di intrusif atau daerah batuan, bila
sejajar dengan lapisan batuan tubuh intrusif ini disebut konkordan. Bila bentuk
kontaknya kontras disebut diskordan atau memotong dari lapisan masa batuan.
Variasi khusus dari sill yaitu lacolith, bentuk batuan beku yang menyerupai sill
akan tetapi perbandingan ketebalan jauh lebih besar dibandingkan dengan
lebarnya dan bagian atasnya melengkung.

Gambar 1.2 diagram blok yang menunjukan bentuk Lacolith

B. Batuan Hipabisal / Batuan Subvulkanik


Batuan beku hipabisal adalah batuan beku yang hasil dari pembekuan
magma yang membeku didekat permukaan bumi. Batuan hipabisal disebut juga
dengan batuan gang, batuan korok, atau subvulkanink rock. Disebut batuan
korok karena batuan ini pembentukannya berada di dekat permukaan bumi,
yaitu di lorong atau gang antara dapur magma dan permukaan bumi. Batuan ini
merupakan batuan peralihan antara batuan plutonik dan batuan vulkanik.
Batuan hipabisal mebeku lebih cepat dari batuan plutonik, namun lebih lambat
dari batuan vulkanik. Batuan beku hipabisal umumnya membentuk Sill dan
Dike.
Sill adalah lempengan batuan beku yang di intrusikan diantara dan
sepanjang lapisan batuan sedimen, dan ketebalan dari beberapa milimeter
sampai beberapa kilometer.
Gambar 1.3 Pembentukan Sill dan Dike

Dike adalah intrusi yang memotong bidang perlapisan dari batuan induk.
Terkadang kontak hampir sejajar, tetapi perbandingan antara panjang dan lebar
tidak sebanding.

Gambar 1.4 pembentukan Dike

C. Batuan Ekstrusif / Batuan Vulkanik


Batuan beku vulkanik atau batuan ekstrusif adalah batuan yang
merupakan hasil dari proses vulkanisme, produknya biasanya mempunyao
ukuran kristal yang relatif halus karena membeku dipermukaan bumi. Magma
yang mengalir atau terlontar kepoermukaan bumi akibat adanya letusan disebut
lava.
Ada dua tipe magma ekstrusi, yang pertama memiliki kandungan silika
yang rendah dan vikositas relatif rendah. Sebagai contoh adalah lava basaltik
yang sampai ke permukaan melalui celah dan setelah di permukaan mengalami
pendinginan yang cepat. Biasanya lava basaltik memiliki sifat sangat cair,
sehingga setelah sampai di permukaan akan menyebar dengan daerah yang
sangat luas.Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang memiliki
kandungan silika yang tinggi dan vikositas ( kekentalan ) relatif tinggi. Akibat
dari vikositas ini bila sampai ke permukaan akan menjadi suatu aliran sepanjang
lembah.
C. Parameter Deskripsi Batuan Beku

➢ Warna Batuan
Warna dari batuan beku biasanya putih, abu-abu gelap, hijau gelap, ahitam
gelap. Warna yang dipakai adalah warna yang terlihat dominan dibatu itu. Dan
warna tersebut merupakan cerminan dari mineral mineral di dalamnya. Warna batu
yang cerah atau terang maka komposisi mineralnya banyak didominasi oleh mineral
felsic sehingga jenis batuannya dapat diidentifikiasi sebagai batuan beku asam
ataupun batuan beku piroklastik. Warna batuan yang gelap maka komposisi
mineralnya banyak didominasi oleh mineral mafic sehingga jenis batuannya dapat
diidentifikasi sebagai batuan beku basa atau ultrabasa. Sedangkan warna campuran
antara mineral Felsic dan mineral Mafic dalam jumlah relative seimbang akan
menjadikan batu tersebut berwarna cenderung abu-abu terang atau abu-abu gelap,
sehingga dapat diidentifikasi sebagai batuan beku menengah atau jenis batuan beku
Intermediate.
➢ Struktur Batuan Beku
Bentuk struktur batuan sangat erat dengan waktu terbentuknya. Dibawah ini adalah
macam – macam struktur batuan beku :
• Struktur Masif apabila batu itu tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau
lubang bekas keluarnya gas dan juga tidak ada xenolit .
• Struktur Xenolit apabila batu yang kita amati didalam terdapat fragmen batu
lain yang masuk (batu di dalam batu) akibat peleburan yg kurang sempurna.
• Struktur Vesikuler apabila batu yg kita amati tampak berlubang lubang dengan
arah yang teratur. Lubang ini terbentuk akibat bekas keluarnya gas.
• Struktur Scoria apabila batu yg kita amati tampak berlubang lubang tetapi
dengan arah yang tidak teratur .
• Struktur Amigdaloidal apabila batu yg kita amati tampak berlubang lubang
tetapi lubang lubang itu telah terisi oleh mineral sekunder seperti mineral Zeolit
mineral karbonat dan bermacam mineral silika .
• Struktur Pillow lava atau lava bantal ,seperti bantal guling (terlihat dilapangan)
• Struktur Joint apabila batu yg kita amati tampak rekah rekah yang tersusun
secara tegak lurus arah aliran (disebut columnar joint atau kekar meniang dan
disebut sheeting joint apabila bentuknya horizontal searah aliran magma)
➢ Tekstur Batuan Beku
Tekstur batuan beku adalah : hubungan antara massa mineral dengan massa
gelas yang membentuk massa yang merata dalam batuan itu. Selama pembentukan
tekstur maka akan tergantung pada kecepatan dan orde kristalisasi.
Kecepatan mengkristal dan orde kristalisasi suatu magma sangat tergantung
pada temperatur , komposisi kandungan gas dalam magma itu , viscositas
(kekentalan) dari magma dan tekanan . (ingat pelajaran mengenai magma yang lalu).
Dengan demikian tekstur yang ada dalam batuan itu dapatlah menceritakan sejarah
pembentukan batuan beku itu.
Tekstur umum pada batuan beku terdiri dari :
a. Derajat Kristalisasi (Degree of Crystallinity)
Merupakan proporsi / perbandingan antara massa kristal dan massa gelas
dalam batuan yang diamati, dikenal 3 kelas Derajat Kristalisasi, yaitu :
• Holokristalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa
kristal.
• Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa kristal dan
massa gelas.
• Holohyalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.
b. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus sampai sangat kasar. Granularitas ada 2, yaitu :
• Afanitik : apabila ukuran individu mineralnya sangat halus, sehingga
sulit dilihat dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh massa kristal, massa gelas, atau keduanya..
• Fanerik : apabila ukuran individu mineralnya halus sampai sangat
kasar. Dibedakan menjadi 4 ukuran-ukuran :
▪ Fanerik Halus : Ukuran diameter kristal < 1mm.
▪ Fanerik Sedang : ukuran diameter kristal 1mm – 5mm.
▪ Fanerik Kasar : ukuran diameter kristal 5mm – 30mm.
▪ Fanerik Sangat Kasar : ukuran diameter kristal > 30mm.
c. Kemas (Fabric)
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu
batuan. Kemas atau Fabric ada 2, yaitu :
Bentuk Butir
Secara pandangan dua dimensi dikenal 3 macam bentuk butir, yaitu
:
▪ Euhedral : apabila bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
▪ Subhedral : apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
▪ Anhedral : apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi
oleh bidang kristal yang semua tidak sempurna.
Secara pandangan tiga dimensi dikenal 3 macam bentuk butir,
yaitu :
▪ Equidimensional : apabila bentuk kristal ke-3 dimensinya sama
panjang.
▪ Tabular : apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari
1 dimensi lain.
▪ Irregular : apabila bentuk kristal tidak teratur.
Relasi
Merupakan hubungan antar kristal satu dengan yang lainnya dalam
suatu batuan. Hubungan antar kristal ini dari segi ukurannya ada 2, yaitu
:
▪ Granular/Equigranular, apabila mineral dalam batuan
berukuran relatif seragam tetapi bentuknya berbeda. Dibagi dalam
3 macam, yaitu :
1. Panidiomorfik Granular
Sebagian besar mineral dalam batuan itu berukuran relatif
seragam dan bentuknya euhedral.
2. Hipidiomorfik Granular
Sebagian besar mineral dalam batuan itu berukuran relatif
seragam dan bentuknya subhedra.l
3. Allotriomorfik Granular
Sebagian besar mineral dalam batuan itu berukuran relatif
seragam dan bentuknya anhedral.
▪ Inequigranular, apabila mineral dalam batuan itu berukuran tidak
seragam / tidak sama besar. Dibagi dalam 2 macam, yaitu :
1. Porfiritik/Porfiroafanitik
Pada tekstur ini kristal – kristalnya yang berukuran besar
(Fenokris) tertanam dalam massa dasar kristal – kristal yang
berukuran lebih kecil Porfiritik gelasnya <7% Porfiroafanitik
gelasnya >7%
2. Vitroverik
Apabila fenokris tertanam dalam massa dasar gelas.
➢ Komposisi Mineral Batuan Beku
Menurut ahli Walter T. Huang, 1962. Komposisi mineral dalam suatu
batuan beku dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok mineral, yaitu kelompok
Mineral Utama, kelompok Mineral Sekunder dan kelompok Mineral Tambahan
atau biasa disebut Accessory Mineral.
1. Kelompok Mineral Utama
Kelompok mineral utama ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya dalam batuan akan sangat menentukan dalam penamaan batuan
yang didiskripsi. Berdasarkan warna dan densitasnya maka mineral dalam
kelompok utama ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
Kelompok mineral FELSIC (mineral berwarna terang , dengan
densitas rata- rata 2,5 - 2, 7 ), yaitu :
a. Mineral Kwarsa ( Si O2 )
b. Feldspar grup , yang terdiri dari kelompok Alkali Feldspar
(terdiri dari mineral sanidin , mineral an orthoklas , mineral
orthoklas , mineral adularia , dan mineral mikroklin)
c. Feldsfatoid grup , (Na, K, Alumina silikat) terdiri dari mineral
nefelin mineral sodalit dan mineral Leusit .
d. Kelompok Seri Plagioklas (terdiri dari mineral Anortit, mineral
Bytownit, mineral Labradorit , mineral Andesin , mineral
Oligoklas dan mineral Albit)
Kelompok mineral Mafic (mineral mineral feromagnesia dengan
warna-warna gelap dan densitas rata rata 3,0 - 3, 6 ) yaitu :
a. Olivin grup (Fayalite dan Forsterite)
b. Piroksin grup (Enstatite , Hiperstein , Augit , Pigeonit , Diopsid)
c. Mika grup (Biotit , Muscovit , Plogopit)
d. Amphibole grup (Anthofilit , Cumingtonit , Hornblenda, Rieberckit
,Tremolite , Aktinolit , Glaucofan)

2. Kelompok Mineral Sekunder


Merupakan mineral mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme terhadap mineral
mineral utama. Dengan demikian mineral mineral ini tidak ada hubungannya
dengan pembekuan magma (non pyrogenetik). Mineral sekunder terdiri dari :
a. Kelompok Kalsit ( mineral kalsit , dolomit , magnesit , siderit ) dapat
juga terbentuk dari hasil ubahan mineral Plagioklas grup .
b. Kelompok Serpentin (Antigorit dan Krisotil) umumnya terbentuk dari
hasil ubahan mineral mafic terutama kelompok olivin dan piroksin.
c. Kelompok Klorit ( Proklor ,Penin ,Talk ) , umumnya terbentuk dari hasil
ubahan mineral kelompok plagioklas grup
d. Kelompok Serisit (lempung) sebagai ubahan dari mineral plagioklas
e. Kelompok Kaolin (Kaolin ,Haloysite) umumnya ditemukan sebagai
hasil ubahan batuan beku .
3. Kelompok Mineral Tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, pada umumnya
terdapat dalam jumlah yang sedikit dalam batuan . Walaupun kehadirannya misalkan
cukup banyak tetapi tidak akan mempengaruhi penamaan batuan yang dideskripsi.
Yang termasuk kedalam golongan mineral tambahan ini adalah : mineral Hematit,
Kromit , Sphene, Rutile, Magnetit, Apatit, Zeoloit.

Gambar 1.5 Klasifikasi batuan beku (O‟Dunn & Sill, 1986)


Contoh Deskripsi Batuan Beku
1. Granit

Gambar 2.1. Granite

• Warna : Coklat Lapuk


• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Holokristalin
- Granularitas : Fanerik Sedang – Fanerik Kasar
- Kemas : Bentuk Butir : Subhedral – Anhedral
Relasi : Hipidiomorfik Granular
• Komposisi : Orthoklas, Plagioklas Asam, Kuarsa, Muskovit, Biotit
• Petrogenesa : Batuan ganit termasuk kategori batuan beku intrusif, yaitu
batuan beku yang terjadi akibat proses intrusi magma.
• Nama Batuan : Granite
2. Diorite

Gambar 2.2. Diorite


• Warna : Hitam ke Abu – abuan
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Holokristalin
- Granularitas : Fanerik Sedang – Fanerik Kasar
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Subhedral
Relasi : Panidiomorfik Granular
• Komposisi : Plagioklas , Kuarsa, Muskovit, Biotit, Piroksen
• Petrogenesa : Batu diorit ini merupakan batuan hasil intrusi yang terjadi di
kerak benua baik secara dike maupun sill. Batu diorit ini seringkali terbentuk di
atas lempeng konvergen dimana subduksi lempeng samudera menyusup ke bawah
lempeng benua.
• Nama Batuan : Diorite
3. Gabbro

Gambar 2.3. Gabbro


• Warna : Abu – abu kehitaman
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Holokristalin
- Granularitas : Fanerik Sedang – Fanerik Kasar
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Subhedral
Relasi : Panidiomorfik Granular
• Komposisi : Plagioklas Basa, Hornblenda, Biotit, Piroksen
• Petrogenesa : Terbentuk dari proses pendinginan lava atau magma yang
keluar dari perut Bumi.
• Nama Batuan : Gabbro
4. Dacite

Gambar 2.6. Dacite


• Warna : Putih ke Abu – abuan
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Afanitik
- Kemas : Bentuk Butir : Subhedral – Anhedral
Relasi : Porfiroafanitik
• Komposisi : Plagioklas Asam, Feldspar, Kuarsa, Gelas, Biotit
• Petrogenesa : Magma dasit umumnya berkembang di zona subduksi yaitu di
lempeng samudera yang relatif muda yang menunjam di bawah lempeng benua.
• Nama Batuan : Dacite
5. Rhyolite

Gambar 2.7. Rhyolite


• Warna : Coklat Keputihan
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Afanitik
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Subhedral
Relasi : Porfiroafanitik
• Komposisi : Orthoklas, Gelas, Kuarsa, Muskovit, Biotit
• Petrogenesa : Letusan magma granitik bisa menghasilkan riolit. Batuan ini
memiliki komposisi sama namun berbeda kondisi pendinginannya.
• Nama Batuan : Rhyolite
6. Basalt

Gambar 2.8. Basalt


• Warna : Abu – abu kehitaman
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Afanitik
- Kemas : Bentuk Butir : Subhedral – Anhedral
Relasi : Porfiroafanitik
• Komposisi : Plagioklas Basa, Gelas, Hornblenda, Piroksen
• Petrogenesa : Magma atau lava pembentuk batu basal yang ditemukan di
bawah permukaan air sungai, danau maupun laut disebut dengan pillow lava.
• Nama Batuan : Basalt
7. Andesite

Gambar 2.9. Andesite


• Warna : Abu – abu terang
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Afanitik
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Anhedral
Relasi : Porfiroafanitik
• Komposisi : Plagioklas, Gelas, Biotit, Kuarsa
• Petrogenesa : Proses pembentukan batuan andosit secara
letusan(vulkanologi) agak mirip dengan proses pembentukan batuan diorit.
• Nama Batuan : Andesite
8. Rhyolite Porphyry

Gambar 2.10. Rhyolite Porphyry


• Warna : Coklat lapuk sedikit terang
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Fanerik Halus – Fanerik Sedang
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Anhedral
Relasi : Porfiritik
• Komposisi : Orthoklas, Plagioklas Asam, Gelas, Kuarsa, Biotit, Olivin
• Petrogenesa : terbentuk dari magma granitik yang sebagian telah didinginkan
di bawah permukaan. Ketika magma tipe granitik ini meletus ada beberapa batuan
ukuran butir yang bisa terbentuk. Butiran kristal besar yang terbentuk di bawah
permukaan disebut dengan fenokris, dan batuan kristal kecil yang terbentuk di
permukaan disebut dengan groundmass atau massa dasar.
• Nama Batuan : Rhyolite Porphyry
9. Granite Porphyry

Gambar 2.11. Granite Porphyry


• Warna : Abu – abu keputihan sedikit terang
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Fanerik Halus – Fanerik Sedang
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Anhedral
Relasi : Porfiritik
• Komposisi : Orthoklas, Plagioklas Asam, Gelas, Kuarsa, Biotit
• Petrogenesa : Magma yang berada di dalam lapisan kulit bumi lama
kelamaan mengalami proses kristalisasi karena suhu di dekat permukaan bumi
lebih rendah daripada suhu di dalam dapur magma.
• Nama Batuan : Granite Porphyry
10. Andesite Porphyry

Gambar 2.12. Andesite Porphyry


• Warna : Abu – abu agak gelap
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Derajat Kristalisasi : Hipokristalin
- Granularitas : Fanerik Halus – Fanerik Sedang
- Kemas : Bentuk Butir : Euhedral – Subhedral
Relasi : Porfiritik
• Komposisi : Plagioklas, Feldspar, Gelas, Kuarsa, Biotit
• Petrogenesa : Batuan ini terbentuk di bawah permukaan bumi yang tersusun
atas mineral yang halus (fine-grained), serta memiliki kandungan silica yang lebih
tinggi dari batu basal dan lebih rendah dari batuan rhylolite dan felsite.
• Nama Batuan : Andesite Porphyry
Petrologi Batuan Sedimen

A. Pengertian Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan
dari batuan asal maupun hasil dari reaksi kimia atau hasil kegiatan organisme.
Bahan rombakan batuan asal itu berupa dari batuan beku, batuan metamorf, maupun
dari batuan sedimen itu sendiri yang telah lapuk akibat terkena matahari, hujan,
angin, dan sebagainya. Batuan yang telah lapuk tersebut kemudian ter erosi dan
tertransportasi ke cekungan pengendapan dan mengeras atau biasa disebut litifikasi.

Gambar 1.6 Proses Litifikasi

B. Proses Sedimentasi
Batuan sedimen ini terbentuk dengan proses pertama tentunya adalah pecahnya
atau terabrasinya batuan sumber yang kemudian hasil pecahannya tertransportasi
dan mengendap di suatu area tertentu. Proses-proses tersebut disebut sebagai
proses-proses sedimentasi. Proses sedimentasi pada batuan sedimen klastik terdiri
dari 2 proses, yakni proses sedimentasi secara mekanik dan proses sedimentasi
secara kimiawi.
1. Proses sedimentasi mekanik
Proses sedimentasi secara mekanik merupakan proses dimana butir-butir
sedimen tertransportasi hingga diendapkan di suatu tempat. Proses ini
dipengaruhi oleh banyak hal dari luar. Transportasi butir-butir sedimen dapat
dipengaruhi oleh air, gravitasi, angin, dan sebagainya. Dalam cairan, terdapat
dua macam aliran, yakni laminar (yang tidak menghasilkan transportasi butir-
butir sedimen) dan turbulent (yang menghasilkan transportasi dan pengendapan
butir-butir sedimen). Arus turbulen ini membuat partikel atau butiran-butiran
sedimen mengendap secara suspensi, sehingga butiran-butiran yang diendapkan
merupakan butiran sedimen berbutir halus (pasir hingga lempung). Proses
sedimentasi yang dipengaruhi oleh gravitasi dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Arus turbiditi dipengaruhi oleh aliran air dan juga gravitasi. Ciri utama
pengendpan oleh arus ini adalah butiran lebih kasar akan berada di
bagian bawah pengendapan dan semakin halus ke bagian atas
pengendapan.
b. Grain flows biasanya terjadi saat sedimen yang memiliki kemas dan
sorting yang sangat baik jatuh pada slope di bawah gravitasi. Biasanya
sedimennya membentuk reverse grading.
c. Liquified sediment flows merupakan hasil dari proses liquefaction.
d. Debris flows, volume sedimen melebihi volume ar, dan menyebabka
aliran dengan viskositas tinggi. Dengan sedikit turbulens, sorting dari
partikel mengecil dan akhirnya menghasilkan endapan dengan sorting
buruk.
2. Proses sedimentasi kimiawi
Proses sedimentasi secara kimiawi terjadi saat pori-pori yang berisi
fluida menembus atau mengisi pori-pori batuan. Hal ini juga berhubungan
dnegan reaksi mineral pada batuan tersebut terhadap cairan yang masuk
tersebut. Berikut ini merupakan beberapa proses kimiawi dari diagenesis batuan
sedimen klastik:
a. Dissolution (pelarutan), mineral melarut dan membentuk porositas
sekunder.
b. Cementation (sementasi), pengendapan mineral yang merupakan semen dari
batuan, semen tersebut diendapkan pada saat proses primer maupun
sekunder.
c. Authigenesis, munulnya mineral baru yang tumbuh pada pori-pori batuan
d. Recrystallization, perubahan struktur kristal, namun komposisi mineralnya
tetap sama. Mineral yang biasa terkristalisasi adalah kalsit.
e. Replacement, melarutnya satu mineral yang kemudian terdapat mineral lain
yang terbentuk dan menggantikan mineral tersebut
f. Compaction (kompaksi)
g. Bioturbation (bioturbasi), proses sedimentasi oleh hewan (makhluk hidup).

C. Diagenesis

Dalam proses sedimentasi itu sendiri terdapat yang disebut dengan


diagenesis. Diagenesis memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Eoldiagenesis
Tahap ini merupakan tahap awal dari pengendapan sedimen.
Dimana terjadi pembebanan, yang menyebabkan adanya kompaksi pada
tiap lapisan sedimennya. Pada tahap ini proses kompaksi mendominasi
b. Mesodiagenesis = earlydiagenesis
c. Latelydiagenesis
Tahap mesogenesis ini terjadi setelah melewati tahap eoldiagenesis.
Pada tahap ini, kompaksi yang sangat kuat disertai dnegan proses burial,
menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan yang memicu terjadinya
dissolution. Pada tahap ini proses yang mendominasi adalah proses
dissolution (pelarutan). Sampai dengan proses ini, dikategorikan sebagai
earlydiagenesis. Apabila setelah proses pelarutan, masih terjadi burial, maka
akan terjadi sementasi di sekitar butiran-butiran sedimen. (inilah yang
disebut dnegan latelydigenesis). Apabila kompaksi terus berlanjut, hingga
pada suhu 150 derajat celcius. Proses diagenesis akan berhenti dan
digantikan menjadi proses metamorfisme.
d. Telodiagenesis
Sedangkan jika setelah tahapan mesodiagenesis terjadi pengangkatan,
dalam proses pengangkatan ini, keberadaan berbagai jenis air (air meteorik,
air tanah, dll) mempengaruhi susunan komposisi kimia batuan, sehingga
memungkinkan terjadinya authigenesis (pengisian mineral baru).

Gambar 1.7 Proses Pembentukan Batuan Sedimen


D. Klasifikasi Batuan Sedimen
Batuan sedimen dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu berdasarkan
Genesanya yang terdiri dari batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik
(WT. Huang , 1962 dan Pettijohn, 1975).
Batuan Sedimen Klastik : Batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal
dapat berupa batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Batuan
sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam dua
golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.
Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan
baik yang terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut.
Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan
langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung
tersebut dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan
batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua
batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus kasar.
Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih
dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada
umumnya di endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut
dalam.
Batuan Sedimen Non-Klastik : Batuan sedimen non-klastik
merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan
suatu larutan, atau pengendapan materia ditempat itu juga(insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi,
biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia). Batuan
sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik (Pettijohn, 1975).

E. Parameter Deskripsi Batuan Sedimen Klastik


• Struktur Batuan Sedimen Klastik
Struktur sedimen klastik merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal
dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan
keadaan energi pembentuknya. Berdasarkan genesanya, struktur yang
terbentuk dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini terbentuk saat proses sedimentasi, dengan demikian dapat
merefleksikan mekanisme dari pengendapannya. Contoh struktur primer
:
- Struktur perlapisan
- Struktur gelembur gelombang
- Perlapisan silang siur
- Struktur konvolut
- Perlapisan bersusun (graded bedding).

2. Struktur Sedimen Sekunder


Struktur terbentuk sedimen sekunder adalah struktur sedimen yang
terbentuk sesudah sedimentasi, atau sebelum diagenesa atau pada waktu
diagenesa. Struktur sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Struktur permukaan (surface features)
a. Ripples (gelembur gelombang atau current ripple
marks)
b. Cetakan kaki binatang (footprints of various
walking animals.
c. Cetakan jejak binatang melata (tracks and trails of
crowling animals)
d. Rekahan lumpur (mud cracks, polygonal cracks)
e. Gumuk pasir (dunes, antidunes)
2. Struktur erosi (erosional sedimentary structures)
a. Alur/galur (flute marks, groove marks,linear
ridges)
b. Impact marks (bekas tertimpa butiran fragmen
batuan atau fosil)
c. Saluran dan cekungan gerusan (channels and
scours)
d. Cekungan gerusan dan pengisian (scours & fills).
3. Struktur Sedimen Organik

Struktur sedimen organik adalah struktur sedimen yang terbentuk oleh


kegiatan organisme seperti cacing, moluska, dan binatang lainya.

• Tekstur Batuan Sedimen Klastik


Tekstur dari batuan sedimen klastik adalah berhubungan dengan ukuran,
bentuk butir, dan susunanya. Tekstur batuan sedimen klastik yaitu :

1. Ukuran Butir(Grain Size)


Batuan sedimen klastik digolongkan dan diberi nama sesuai dengan
ukuran butirnya. Pembagian ini disampaikan menurut WentWorth,
1922.

Gambar 1.8 Skala WentWorth 1922

2. Pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun


batuan sedimen. Artinya bila semakin seragam ukuran dan besar
butirnya maka pemilahannya semakin baik begitu juga sebaliknya.

Gambar 1.9 Pemilahan Pada Batuan Sedimen

a. Pemilahan sangat baik ( Very Well Sorted)

b. Pemilahan baik (Well Sorted)

c. Pemilahan sedang (Moderately Sorted)


d. Pemilahan buruk (Poorly Sorted)

e. Pemilahan sangat buruk (Very Poorly Sorted)

3. Kebundaran (Roundness)

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncing bagian tepi


butiran pada batu sedimen klastik. Kebundaran dibagi menjadi :

a. Sangat menyudut (Very Angukar)


b. Menyudut (Angular)
c. Menyudut Tanggung (Sub-Angular)
d. Membulat Tanggung (Sub-Rounded)
e. Membulat (Rounded)
f. Membulat Baik (Well Rounded)

Gambar 1.10 Derajat Kebundaran (Roundness)

4. Kemas (Fabric)
Kemas adalah sifat hubungan antar butir didalam suatu massa
dasar atau diantara semen yang berfungsi dan tampak pada orientasi
butir di packing. Dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas
, yaitu :
- Kemas terbuka (apabila butiran tidak saling bersentuhan /
mengambang di dalam matrik).
- Kemas tertutup (apabila butiran saling bersentuhan satu sama lainnya).
• Komposisi Batuan Sedimen Klastik

Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik, dikelompokan menjadi 3,


yaitu :
• Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat
berupa pecahan pecahan batuan , mineral , fosil , atau zat organik
lainnya.
• Matriks
Matrik adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen
dan terletak diantara fragmen sebagai massa dasar . Matrik dapat berupa
pecahan batuan , mineral atau fosil yang berukuran lebih kecil
dibandingkan fragmen.
• Semen
Semen adalah bukan butiran , tetapi material pengisi rongga antar butir
dan sebagai bahan pengikat diantara fragmen dan matrik. Bentuknya
amorf atau kristalin .
Semen yang lazim adalah :
- semen karbonat ( kalsit , dolomit ) dicirikan bila ditetesi
Hcl akan membuih
- semen silika ( kalsedon , kwarsa ) dicirikan berwarna terang
- semen oksida besi ( limonit , hematit , siderit ) berwarna
gelap atau kemerahan
Pada batuan sedimen klastik dedtritus halus ( contoh : batulempung,
lanau , dan serpih ) maka semen tidak harus ada karena butiran dapat
saling terikat oleh kohesi masing masing butiran.

F. Parameter Deskripsi Batuan Sedimen Non-Klastik


• Struktur Batuan Sedimen Non-Klastik
Struktur batuan sedimen non-klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun
aktifitas organisme. Macam struktur pada batuan sedimen non-klastik
yaitu :
• Struktur Fossiliferous : ialah struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil
atau komposisi yang terdiri dari fosil ( terdapat pada batuan sedimen
organik ).
• Struktur Oolitik : ialah struktur dimana suatu fragmen klastik
diselubungi oleh mineral nonklastik , bersifat konsentris dengan
diameter berukuran < 2mm.
• Struktur Pisolitik : sama dengan Oolitik tetapi ukuran diameternya >
2mm.
• Struktur Konkresi : sama dengan Oolitik tetapi tidak menunjukkan sifat
konsentris.
• Struktur Cone in Cone : struktur pada batu gamping kristalin yang
menunjukkan pertumbuhan kerucut per kerucut .
• Struktur Bioherm : struktur yang tersusun oleh organisme murni dan
bersifat insitu.
• Struktur Biostrome : seperti Bioherm tetapi bersifat klastik / berlapis.
Bioherm dan Biostrome merupakan struktur luar yang hanya tampak
dilapangan.
• Struktur Septaria : Sejenis struktur konkresi, tetapi mempunyai
komposisi lempungan . Ciri khasnya adanya rekahan rekahan yang tidak
teratur akibat penyusutan bahan bahan lempungan tersebut karena
proses dehidrasi, kemudian celah celah yang terbentuk terisi oleh kristal
kristal karbonat berukuran kasar .
• Struktur Geode : banyak dijumpai pada batu gamping, berupa rongga
rongga yang terisi oleh kristal kalsit atau kwarsa yang tumbuh kearah
pusat rongga tersebut.
• Struktur Styolit : kenampakan bergerigi pada batu gamping sebagai
hasil pelarutan,
• Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik
Tekstur pada batuan sedimen non-klastks hanya dibedakan menjadi dua,
yaitu :
• Tekstur Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak punya bentuk kristal atau amorf ( non
kristalin )
• Tekstur Kristalin
Terdiri dari kristal kristal yang interlocking ( saling mengunci ) satu
sama lain .

Gambar 1.11 Tabel Ukuran Butir Kristal Batuan Sedimen Non-Klastik


• Komposisi Batuan Sedimen Non-Klastik
Komposisi mineral pada batuan sedimen non-klastik biasanya sederhana
terdiri dari satu atau dua mineral (mono mineralik karbonat).
Gambar 1.12 Klasifikasi Batuan Sedimen Non-klastik
Contoh Deskripsi Batuan Sedimen
1. Claystone

Gambar 2.15. Claystone


• Warna : Sedikit kecoklatan di bagian luar, dan putih ke abuan di dalam
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Lempung
- Pemilahan : Sangat Baik
- Bentuk Butir : Membulat
- Kemas : Tertutup
• Komposisi : Terdiri dari Fragmen, Matriks dan Semen yang berkomposisi
lempung
• Petrogenesa : Batuan ini mengalami transportasi yang jauh dari source
rocknya sehingga ukuran butirnya sangat halus.
• Nama Batuan : Batulempung / Claystone
2. Sandstone

Gambar 2.16. Sandstone

• Warna : Coklat terang


• Struktur : Laminasi
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Pasir Halus – Pasir Kasar
- Pemilahan : Baik
- Bentuk Butir : Membulat
- Kemas : Tertutup
• Komposisi :
- Fragmen : Kuarsa, Feldspar
- Matriks : Kuarsa, Feldspar, Opak
- Semen : Silika
• Petrogenesa : Batuan ini mengalami transportasi di tengah – tengah antara
source rock, dapat dilihat dari ukuran butirnya yang sedikit kasar/pasiran.
• Nama Batuan : Batupasir / Sandstone
3. Pebbly Sandstone

Gambar 2.17. Pebbly Sandstone


• Warna : Coklat lapuk
• Struktur : Reverse Gradded Bedding
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Pasir Sedang – Krikil
- Pemilahan : Buruk
- Bentuk Butir : Membulat Tanggung
- Kemas : Terbuka
• Komposisi :
- Fragmen : Pecahan Batu, Kuarsa
- Matriks : Feldspar, Opak
- Semen : Silika
• Petrogenesa : Batuan ini mengalami transportasi dan terendapkan di sekitar
source rock, masih terdapat fragmen – fragmen yang lumayan besar.
• Nama Batuan : Batupasir Krikilan / Pebbly Sandstone
4. Chert

Gambar 2.20. Chert


• Warna : Merah Maroon
• Struktur : Masif
• Tekstur : Amorf
• Komposisi : Mineral Kalsedon
• Petrogenesa : Merupakan batuan hasil pengendapan insitu, belum mengalami
transportasi, dicirikan dengan pengendapannya di laut dalam.
• Nama Batuan : Rijang / Chert
5. Gamping Numulites

Gambar 2.21. Gamping Numulites


• Warna : Coklat sedikit ke abu – abuan
• Struktur : Fossiliferous
• Tekstur : Amorf
• Komposisi : Fosil dan Lumpur Karbonat
• Petrogenesa : Fosil yang hidup diendapkan insitu pada laut dalam.
• Nama Batuan : Gamping Nummulites
6. Gamping Kristalin

Gambar 2.22. Gamping Kristalin


• Warna : Putih kecoklatan
• Struktur : Kristalin
• Tekstur : Cone in Cone
• Komposisi : Kalsit
• Petrogenesa : Batuan gamping yang diendapkan di dekat laut mengalami
proses kimia dibantu dengan air laut yang membentuk gua karst.
• Nama Batuan : Gamping Kristalin (Stalagtit)
Petrologi Batuan Metamorf
A. Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses


metamorfisme batuan-batuan sebelumnya. Batuan-batuan sebelumnya itu dapat
berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat tanpa melalui fase
cair) meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral
baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan
lingkungan batuan asalnya terbentuk.

Gambar 1.13 Terubahnya Batuan Asli menjadi Batuan Metamorf Akibat P & T

Proses perubahan dalam batuan metamorf ini ialah hasil rekristalisasi


dan akan membentuk kristal baru. Proses metamorfisme terjadi didalam bumi
pada kedalaman kurang lebih 3-20 km didalam permukaan bumi.

B. Jenis-jenis Metamorfisme
1. Metamorfosa Lokal
Pengertian lokal disini adalah berhubungan dengan luas daerah dimana proses
metamorfosa tersebut terjadi. Luasnya hanya sampai beberapa ratus kaki.
Metamorfosa yang disebut sebagai metamorfosa lokal ini antara lain :
• Metamorfosa Thermal/Kontak disebabkan oleh adanya kenaikan
temperatur pada batuan tertentu. Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada
batuan disekitarnya mengakibatkan terjadinya metamorfosa kontak. Zona
metamorfosa kontak disekitar tubuh batuan dinamakan Daerah Kontak
(Contact Aureole) yang efeknya terutama terlihat pada batuan disekitarnya.
Lebar daerah penyebaran panas tersebut berkisar dari beberapa centimeter
sampai kilometer. Pada metamorfosa kontak maka batuan disekitarnya akan
berubah menjadi Hornfels (Batutanduk) yang susunannya tergantung pada
batuan sedimen asalnya.
• Metamorfosa Dislokasi/Kataklastik/Dinamo, batuan metamorf jenis ini
dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, misal pada daerah sesar
besar/daerah patahan. Proses metamorfosanya terjadi pada lokasi dimana
batuan ini mengalami proses penggerusan secara mekanik yang disebabkan
oleh faktor penekanan (Kompresional) secara tegak maupun kompresi
mendatar. Batuan metamorf Kataklastik khusus, dijumpai dijalur Orogenesa
dimana proses pengangkatan diikuti oleh fase perlipatan dan pematangan
batuan.

2. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional berkembang pada daerah yang luas hingga beberapa ribu
mil persegi, pada dasar pegunungan lipatan. Tipe metamorfosa regional dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu :
• Metamorfosa Regional/Dinamo Thermal, metamorfosa jenis ini terjadi
pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang berpengaruh adalah
temperatur dan tekanan yang sangat tinggi. Secara geografis dan genetik,
penyebaran batuan metamorf ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas
Orogenesa atau proses pembentukan pegunungan lipatan gunung api,
meliputi daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan,
yakni dalam daerah Geosinklin. Batuan metamorf pada tipe Metamorfosa
Regional/Dinamo Thermal ini dicirikan oleh Struktur Foliasi (Penjajaran
mineral–mineral pipih) dan berasosiasi dengan lingkungan tektonik.
• Metamorfosa Beban/Burial, batuan metamorfosa ini terbentuk oleh
proses pembebanan oleh suatu massa sedimentasi yang sangat tebal pada
suatu cekungan yang sangat luas atau dikenal dengan sebutan Cekungan
Geosinklin. Proses kejadiannya hampir tidak berkaitan sama sekali dengan
aktivitas Orogenesa maupun proses intrusi, dan lebih dikenal sebagai
Proses Epirogenesa.

C. Parameter Deskripsi Batuan Metamorf

• Struktur Batuan Metamorf Foliasi


Struktur Foliasi, struktur yang ditujukan oleh adanya penjajaran dari mineral-
mineral penyusun batuan metamorf tersebut. Struktur Foliasi dibagi menjadi
beberapa yaitu :
• Struktur Slaty Cleavage
Dapat ditemukan pada batuan metamorf berbutir halus yang disebut juga
dengan mikrokristalin yang dicirikan oleh adanya bidang belah planar
yang sangat rapat, teratur, sejajar. Batuannya disebut batuan Sabak.

Gambar 1.14 Struktur Slaty Cleavage dan Pembentukannya

• Struktur Phylitic
Gambar 1.15 Struktur Phylitic

Mirip dengan struktur slatycleavage, tetapi struktur kristalnya lebih


besar, dan mulai terlihat pemisahan antara mineral pipih dan mineral
granularnya. Batuannya disebut batu Filit.
• Struktur Schistosic

Gambar 1.16 Struktur Schistosic dan Pembentukanya

Terbentuk adanya susunan paralel mineral pipih prismatik, atau


lentikular (mineral mika atau klorit), yang berukuran sedang hingga
kasar. Batuannya disebut Sekis.
• Struktur Gneissic

Gambar 1.17 Struktur Gneissic dan Pembentukanya

Terbentuk karena adanya perselingan, lapisan penjajaran mineral yang


mempunyai bentuk berbeda. Mineranya granular (feldspar & kuarsa),
dengan mineral tabular atau prismatik (mineral ferromagnesium).
Penjajaran mineralnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
Batuannya disebut genis atau Gneiss.

• Struktur Batuan Metamorf Non-Foliasi


Struktur Non-Foliasi, terbentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional
dan umumnya terdiri atas butiran-butiran (granular). Struktur non Foliasi dapat
berbentuk sebagai berikut :
• Struktur Hornfelsik (Granulase)

Gambar 1.18 Struktur Granulase


Dicirikan adanya butiran butiran yang seragam , terbentuk pada bagian
dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya
merupakan rekristalisasi dari batuan asal . Tidak ada foliasi , batuan
tampak halus dan padat.
• Struktur Milonitik

Gambar 1.19 Struktur Milonitik


Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal
yang mengalami metamorfosa tipe Dinamo Thermal . Batuan berbutir
halus dan liniasinya ditunjukkan oleh adanya orientasi mineral yang
berbentuk lentikuler (seperti lensa / oval ) , terkadang masih tersisa lensa
lensa batuan asalnya .
• Struktur Kataklastik
Struktur ini hampir sama dengan struktur milonitik , hanya butirannya
lebih kasar.
• Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai struktur milonitik tetapi butirannya lebih kasar
dan strukturnya mendekati tipe filitik .
• Struktur Flaser
Seperti struktur kataklastik , tetapi struktur batuan asal yang berbentuk
lensa / lentikuler tertanam dalam massa milonit .
• Struktur Augen
Seperti struktur flaser , hanya saja lensa lensanya terdiri dari butir butir
mineral feldspar dalam massa dasar yang lebih halus.
• Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik , tetapi ukuran
butirannya tidak sama besar.
• Struktur Liniasi
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan dari mineral mineral
yang berbentuk seperti jarum ( fibrous ).

• Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaannya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Secara
umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata;
kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam
pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan
beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan
foliasi alami yang umum dari matrik. Tekstur pada batuan metamorf secara garis
besar dibagi dua yaitu tekstur Kristaloblastik dan tekstur Palimsest.
Tekstur Kristaloblastik : ialah Tekstur pada batuan metamorf yang terjadi
pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam
suasana cair karena itu kristal yang terjadi disebut Blastos . Tekstur batuan
asalnya sudah tidak tampak lagi , diganti dengan tekstur baru. Tekstur
Kristaloblastik ini dibagi lagi menjadi 6 bagian tekstur , yaitu :
• Tekstur Lepidoblastik
Ialah tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral mineral
pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar , seperti mineral mineral
biotit, muscovit dll.
• Tekstur Granoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral
yang membentuk butiran yang seragam.
• Tekstur Nematoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral
yang berbentuk prismatik, menjarum dan memperlihatkan orientasi
sejajar.
• Tekstur Porfiroblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar ( fenokris
) tertanam dalam massa dasar yang relatif halus . Identik dengan tekstur
Porfiritik pada batuan beku.
• Tekstur Idioblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral
penyusunnya euhedral.
• Tekstur Xenoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral
penyusunnya anhedral.
• Tekstur Palimpsest
Ialah Tekstur sisa dari batuan asalnya yang masih dijumpai pada batuan
metamorf yang terbentuk.

• Komposisi Mineral Batuan Metamorf


Tidak seperti menentukan atau mengenali mineral pada batuan beku dan
mineral pada batuan sedimen. Sebab genesa terbentuknya batuan metamorf ini
telah mengalami proses Pressure dan Temperatur yang cukup tinggi sehingga
mineral – mineralnya pun sebagian besar sudah cukup sulit untuk dikenali.
Mineral yang terdapat dalam batuan metamorf itu dibagi menjadi 2 Golongan,
yaitu :
• Mineral Stress
Merupakan mineral yang stabil dalam kondisi Tekanan , dimana mineral ini
dapat ber bentuk pipih atau tabular , atau prismatik, maka mineral mineral
tersebut akan tumbuh tegak lurus searah gaya. Contoh Mineral Stress :
Mika, Zeolite, Tremolit, Actinolite, Glaukofan, Hornblenda, Chlorite,
Serpentin, Epidote, Sillimanit, Staurolit, Kyanit, Antopilit.
• Mineral Anti Stress
Ialah suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi Tekanan .Bentuk dari
mineral ini pada umumnya equidimensional . Contoh mineral Anti Stress :
Kwarsa, Kalsit, Feldspar, Kordierite, Garnet.

Selain mineral Stress dan mineral Anti Stress , ada juga mineral yang khas
hanya dijumpai pada batuan metamorf saja , dan menunjukkan tipe
metamorfosa serta derajat metamorfosanya pada batuan yang mengandung
mineral itu. Contoh mineral tersebut adalah :

• Mineral khas dari tipe metamorfosa Regional :


Silimanit , Kyanit , Andalusit , Staurolit , Talk
• Mineral khas dari metamorfosa Regional yang menunjukkan derajad
metamorfosa.
• Mineral khas dari tipe metamorfosaThermal : Garnet , Grafit ,
Corundum.
• Mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia : Epidote ,
Wollastonite , Chlorite.
Contoh Deskripsi Batuan Metamorf

1. Slate

Gambar 2.23 Slate


• Warna : Hitam gelap
• Struktur : Foliasi Slatycleavage
• Tekstur : Palimpsest Blastopellite
• Komposisi :
- Mineral Stress : Lempung
- Mineral Anti Stress :-
• Petrogenesa : Batuan lempung yang mengalami proses derajat metamorfosa
rendah (P & T nya rendah).
• Nama Batuan : Batu Sabak / Slate
2. Phyllite

Gambar 2.24. Phyllite


• Warna : Hitam ke abu – abuan
• Struktur : Foliasi Phylitic
• Tekstur : Kristaloblastik Lepidoblastik
• Komposisi :
- Mineral Stress : Mika
- Mineral Anti Stress : Kuarsa, Feldspar
• Petrogenesa : Proses metamorfosa derajat rendah (P & T nya rendah).
• Nama Batuan : Filit / Phyllite
3. Mica Schist

Gambar 2.25. Mica Schist


• Warna : Hijau botol
• Struktur : Foliasi Schistosity
• Tekstur : Kristaloblastik Lepidoblastik
• Komposisi :
- Mineral Stress : Mika, Serpentin, Hornblenda
- Mineral Anti Stress : Kuarsa
• Petrogenesa : Proses metamorfosa derajat menengah (P & T nya menengah).
• Nama Batuan : Sekis Mika / Mica Schist
4. Gneiss

Gambar 2.26. Gneiss


• Warna : Hijau ke abu – abuan
• Struktur : Foliasi Gneissic
• Tekstur : Kristaloblastik Granoblastik
• Komposisi :
- Mineral Stress : Mika
- Mineral Anti Stress : Kuarsa, Feldspar
• Petrogenesa : Proses metamorfosa derajat tinggi (P & T nya tinggi).
• Nama Batuan : Gneiss
5. Quartzite

Gambar 2.28. Quartzite


• Warna : Coklat terang
• Struktur : Non Foliasi Kataklastik
• Tekstur : Kristaloblastik Xenoblastik
• Komposisi :
- Mineral Stress :-
- Mineral Anti Stress : Kuarsa
• Petrogenesa : Batupasir kuarsa yang mengalami proses metamorfisme pada
derajat menengah (P & T menengah)
• Nama Batuan : Kuarsit / Quartzite
6. Marble

Gambar 2.29. Marble


• Warna : Merah keputihan
• Struktur : Non Foliasi Kataklastik
• Tekstur : Kristaloblastik Xenoblastik
• Komposisi :
- Mineral Stress :-
- Mineral Anti Stress : Kalsit
• Petrogenesa : Batugamping yang mengalami proses metamorfisme pada
derajat rendah (P & T rendah)
• Nama Batuan : Marmer / Marble
Petrologi Batuan Gunung Api
A. Pengertian Batuan Gunung Api
Batuan Piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi bahan-
bahan yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang memiliki sifat
eksplosif. Dimana nantinya bahan tersebut akan jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian akan mengalami litifikasi baik itu sebelum di transport maupun hasil dari
reworking.

Gambar 1.20 Proses Terjadinya Batuan Piroklatik

B. Struktur Batuan Gunung Api


Struktur dari batuan piroklastik memiliki butiran yang kasar maupun halus, dimana
struktur tersebut sering kali terdapat pada batuan sedimen seperti halnya perlapisan.
Batuan piroklastik yang berbutir halus terkadang memperlihatkan tekstur yang hampir
pada batuan beku lelehan. Strukturnya batuan piroklastik, yaitu :
• Aglomerat – Aglomerat merupakan jenis batuan sedimen klastik. Aglomerat
merupakan batuan piroklastik yang hampir sama dengan batuan konglomerat,
akan tetapi memiliki komposisi yang berbeda. Dimana aglomerat berasal dari
material vulkanik, sedangkan konglomerat berasal dari material sedimen.
Aglomerat ini memiliki ukuran butir >32 mm.
• Breksi Vulkanik – Breksi vulkanik merupakan breksi yang menyerupai batuan
sedimen akan tetapi komposisinya berasal dari material vulkanik yang
mempunyai ukuran butir >32 mm.
• Tufa Lapili – Tufa merupakan batuan piroklastik yang berukuran halus, batuan
ini terdiri atas material fragmen yang mengkristal atau berasal dari mneral.
Berdasarkan komponen yang memiliki kandungan fragmen kristal/mineral
yang terkandung, tufa terbagi atas 3 jenis, yaitu tufa vitric yang memiliki
banyak fragmen gelas, tufa kristal yang memiliki banyak fragmen kristal dan
tufa lithik yang memiliki banyak fragmen batuan.

C. Tekstur Batuan Gunung Api


Tekstur dari batuan piroklastik adalah terdiri dari :
• Ukuran butirnya
Berdasarkan pendapat dari Wentworth dan Fisher. Menurut Wentworth,
debu/tufanya memiliki ukuran butir 0-2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-32
mm, block/bom memiliki ukuran butir 32-256 mm. Sedangkan menurut Fisher,
debu/tufanya memiliki ukuran butir <2 mm, lapili memiliki ukuran butir 2-64
mm dan block/bomb memiliki ukuran butir >64mm.
• Bentuk butirnya
Bentuk butirnya bulat sempurna seperti bola dan memiliki sudut di setuap
permukaannya. Bentuk butir ini merupakan keadaan dari batuan tersebut.
• Pemilahan (sortasi)
Tingkat keseragaman antar butir, jika butiranya seragam maka terpilah baik
begitu juga sebaliknya.
• Kemas
Hubungan antar butir, kemas terbagi menjadi dua yaitu kemas terbuka, bila
antar butiran tidak saling bersentuhan, sedangkan kemas tertutup ialah bila
antara nutiran saling bersentuhan satu sama lainnya.

Selain tekstur umum yang terdapat pada batuan piroklastik, ada juga tektur lain
yang terdapat pada tufa yang diantaranya adalah:

• Weldered Tufa – Weldered tufa merupakan tufa yang identik memiliki aliran
yang sama dengan aliran lavanya, hal ini disebabkan karena fusi yang berjalan
ke seluruh bagian pada tufa pada saat proses pengendapan.
• Sindered Tufa – Sindered tufa terbentuk karena adanya percampuran dari
bahan-bahan tufa panas yang berasal dari aliran lava pada saat proses
pengendapan.
• Pumiceous (Pumisan) – Pumiceous adalah jenis tufa yang memiliki pori-pori
vesikuler yang bersifat halus dengan permeabilitak yang buruk.
D. Komposisi Batuan Gunungapi

A. Mineral-mineral sialis , terdiri dari :


• Kwarsa (SiO2).
• Feldsfar, baik K-Feldsfar, Na – Feldsfar, maupun Ca Feldsfar.
• Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh akan kandungan silika
B. Mineral – mineral Ferromagnesia
Merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg silikat dan
kadang-kadang disusul dengan Ca-silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
mineral :
- Piroksen, merupakan mineral penting dalam batuan gunungapi
- Olivin , mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin silika.
C. MINERAL TAMBAHAN
- Hornblende
- Biotit
- Magnetit
- Ilmenit
Contoh Deskripsi Batuan Piroklastik
1. Agglomerate

Gambar 2.31. Agglomerate

• Warna : Hitam gelap


• Struktur : Agglomerate
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Block (>64mm)
- Pemilahan : Buruk
- Bentuk Butir : Menyudut
- Kemas : Terbuka
• Komposisi : Pecahan Batu, Kuarsa, dan Semen Silika
• Petrogenesa : Batuan ini terbentuk oleh magma yang mengalami letusan.
• Nama Batuan : Agglomerate
2. Pumice

Gambar 2.32. Pumice


• Warna : Putih sedikit coklat
• Struktur : Vesikuler
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Debu Kasar (1/16mm – 2mm)
- Pemilahan : Baik
- Bentuk Butir : Menyudut Tanggung
- Kemas : Terbuka
• Komposisi : Abu Vulkanik dan Semen Silika
• Petrogenesa : Batuan ini terbentuk oleh magma yang mengalami letusan.
• Nama Batuan : Pumice / Batuapung
3. Lapilli Tuff

Gambar 2.33. Lapilli Tuff


• Warna : Abu – abu kehitaman
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Debu Halus - Lapilli (<2mm – 64mm)
- Pemilahan : Buruk
- Bentuk Butir : Membulat
- Kemas : Terbuka
• Komposisi : Plagioklas, Augit, Feldspar, Kuarsa, dan Semen Silika
• Petrogenesa : Batuan ini terbentuk oleh erupsi eksplosive gunungapi.
• Nama Batuan : Lapilli Tuff
4. Tuff

Gambar 2.34. Tuff


• Warna : Coklat kekuningan
• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Debu Halus (<2mm)
- Pemilahan : Baik
- Bentuk Butir : Membulat
- Kemas : Tertutup
• Komposisi : Debu halus
• Petrogenesa : Batuan ini terbentuk oleh aktivitas gunungapi yang berbentuk
debu halus yang terbawa angin dan terendapkan di suatu tempat, kemudian
menyatu di luar permukaan.
• Nama Batuan : Tuff
5. Lapilli

Gambar 2.35. Lapilli

• Warna : Coklat lapuk


• Struktur : Masif
• Tekstur :
- Ukuran Butir : Lapilli (2mm-64mm)
- Pemilahan : Buruk
- Bentuk Butir : Membulat
- Kemas : Tertutup
• Komposisi : Kuarsa, Debu Halus
• Petrogenesa : Batuan ini terbentuk oleh magma yang bersifat padat, cair,
dan material. Akibat oleh aktivitas gunungapi yang menyatu pada luar permukaan
bumi.
• Nama Batuan : Lapilli

Anda mungkin juga menyukai