Anda di halaman 1dari 18

1.

Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat,
pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma.
Penggolongan batuan beku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1.
Berdasarkan genetik batuan, Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan 3.
Berdasarkan susunan mineraloginya. Batuan beku dapat dibagi menjadi:
A. Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas
permukaan bumi baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat
mengalir di permukaan masa tersebut membeku relatif cepat dengan
melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan
struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Magma yang keluar
di permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan Lava
Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari, masa yang kental sedangkan (Lava
yang biasanya terdapat pada gunung api di Indonesia) lava Pahoehoe
terbentuk oleh masa yang encer (Lava yang biasanya terdapat pada gunung
api di Kepulauan Hawaii)

Lava Aa dan Pahoehoe


(https://www.gurugeografi.id/2017/01/pebedaan-lava-pahoehoe-dan-aa.html)
B. Batuan Beku Intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran
mineralnya kasar, > 1 mm atau 5 mm.

Jenis – jenis Intrusi Batuan Beku

1. Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui
batas bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km2 disebut batolith,
yang kurang dari 100 km2 dikenal dengan stock sedangkan yang lebih
kecil dan relatif membulat disebut boss. Ketiganya merupakan peristilahan
dalam batuan plutonik.
2. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan)
disebut dyke/korok sedangkan yang konkordan disebut sill atan lakolit
kalau cembung ke atas.
3. Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi
silinder atau pipa.
1.1 SERI REAKSI BOWEN DARI MINERAL UTAMA PEMBENTUK
BATUAN BEKU
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar
yaitu:
1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.
2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak
langsung semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur
secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai
mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang
sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena
penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali
terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika
magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk
pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent
Melting”; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan
larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan
pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral
yang terakhir arbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam temperatur yang
rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok
Plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas.
Anortite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang
tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau
Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku
Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah
adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit
atau Riolite Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan
deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi menerus, artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan
berjalan menerus. Dalam hal ini Anortite adalah jenis Plagioklas yang
kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit
adalah Plagioklas kaya Na
( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Skema yang menunjukan seri reaksi Bowen
Garis putus merupakan batasan golongan batuan yang ditandai dengan
komposisi Mineral yang dominan dalam pembatasannya. Misalnya Kuarsa,
Muskovit, Biotit, Kalium Felspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya
amati apakah batuan tersebut Plutonik atau Vulkanik, lalu perhatikan antara
perbandingan Plagioklas dengan Kalium Felspar.

1.2 JENIS BATUAN BEKU


Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral.
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya , batuan beku dapat
dibagi menjadi dua : yaitu Batuan beku volkanik dan Batuan beku plutonik.
a. Batuan Beku Volkanik
Batuan beku volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat
permukaan bumi (intrusi dangkal). Menurut Williams (1983), batuan beku yang
berukuran kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama
kehadiran masa gelas.
b. Batuan Beku Plutonik
Batuan beku yang terbentuk pada kedalaman yang sangat besar dan mempunyai
ukuran kristal lebih dari 1 mm.
Klasifikasi berdasarkan kejenuhan silika
Berdasarkan kejenuhan silika (SiO2) batuan beku dapat dikelompokkan
menjadi 3 (Tiga), yaitu :
a. Over saturated rock, bila batuan beku tersebut lewat jenuh silika. Contoh
batuan tridimit.
b. Saturated rock, bila batuan beku tersebut jenuh silika. Contoh batuan
mengandung feldspar , piroksen, amphibol bervariasi dengan mineral
sphene, zirkon, apatit, dll.
c. Under saturated rock, bila batuan beku tersebut tidak jenuh silika.
Contoh batuan mengandung banyak feldspatoid biasanya olivin.
STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar,
seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah,
struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali
dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur batuan beku adalah :
a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada
batuan ekstrusi tertentu , yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal
dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30 - 60 cm dan jaraknya
bedekatan, khas pada c. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar
yang tertanam secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat
berkembang menjadi columnar jointing.
c. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan
lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
d. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnnya)
e. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh
mineral-mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
f. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk
sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di
dalam magma yang menerobos.
g. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen
dari lava itu sendiri.
TEKSTUR BATUAN BEKU
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau
mineral dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada
batuan. Selama pembentukan tekstur dipengarui oleh kecepatan dan stadia
kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,
kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur tersebut merupakan
fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini tekstur tersebut
menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain
size), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982; Huang,1962 )
1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan
masa gelas dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a. Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa kristal
b. Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas
c. Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusum oleh masa gelas
2. . Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi
dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir, yaitu
afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat
halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan
menjadi ukuran-ukuran :
- Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
- Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
- Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
- Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu
batuan.
a. Bentuk Kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
- Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna
- Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna
- Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang tidak sempurna
Secara tiga dimensi dikenal :

- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.


- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
b. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari ukuran dikenal :
1) Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral mempunyai
ukuran butir yang relatif seragam, terdiri dari :
 Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral
berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral
merupakan penciri mineral-mineral yang terbentuk paling awal,
hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia masih
sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai
membentuk Kristal secara sempurna.
 Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya
berukuran relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran
penyusun subhedral atau kurang sempurna yang merupakan
penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau
ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk memadai
untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
 Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya
berukuran relatif seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau
tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa bahwa
pada saat mineral-mineral penyusun initerbentuk hanya dapat
mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir
dari rangkaian proses pembentukan batuan beku
2) Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir
tidak sama , antara lain terdiri dari :
 Porfiritik , adalah tekstur batuan beku dimana kristal
besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar kristal yang
lebih halus.
 Vitroverik , apabila fenokris tertanam dalam masa dasar
berupa gelas.
3 . Tekstur khusus batuan beku
Karakter tekstur ditentukan oleh bentuk kristal, struktur, relasi,
atau karakter internal telah memberikan bentuk khusus. Dalam beberapa
kasus ditemukan bahwa detail dari suatu batuan tidak bisa ditentukan
tanpa menggunakan mikroskop. Selain tekstur menunjukkan bentuk dan
relasi antar kristal juga menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral
– mineral yang berbeda. Berikut beberapa tekstur khusus dari batuan
beku :
- Diabasik, yaitu tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan
piroksen, disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap
piroksen.
- Trachitik, yaitu tekstur dimana fenokris sanidin dan piroksen tertanam
dalam masa dasar kristal sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan
isian butir – butir piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
- Intergranular adalah tekstur batuan beku yang memiliki ruang antar
plagioklas ditempati oleh kristal – kristal piroksen, olivin atau biji besi.
- Intersertal adalah tekstur batuan beku yang memiliki ruang antar
plagioklas diisi masa dasar gelas.
- Ophitic adalah tekstur batuan beku dimana kristal-kristal plagioklas
tertanam secara acak dalam kristal yang lebih besar olivin atau piroksen.

KOMPOSISI MINERAL
Menurut Walker T. Huang (1962), komposisi mineral dikelompokkan menjadi
tiga kelompok mineral yaitu :
A. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya sangat menentukkan dalam penamaan batuan.
1. Mineral felsic (mineral berwarna terang)
- Kuarsa (SiO2)
- Kelompok felspar, terdiri dari seri felspar alkali ( K, Na), AlSi3O8.
Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas, anorthoklas,
adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas,
andesin, labradorit, biwtonit dan anortit.
- Kelompok felspatoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin,
sodalit, leusit.
2. Mineral Mafik (Mineral Berwarna Gelap)
- Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite
- Kelompok piroksen, terdiri dari enstatite, hiperstein, augit, pigeonit
dipsoid
- Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit.
- Kelompok Amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit,
hornblende, rieberkit, tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.
B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari
hasil pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-
mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tidak ada
hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk
dari hasil ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk
dari hasil ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan
piroksen).
- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari
hasil ubahan mineral kelompok plagioklas.
- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas
- Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan sebagai
hasil pelapukan batuan beku.
C. Mineral Tambahan
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma,
umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam golongan ini antara
lain :
- Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit dan
lain-lain.
Tabel. Pengenalan Mineral dan Sifatnya
Warna : Putih keabu-abuan
Jenis Batuan : Masive
Struktur : Xenolite
Tekstur : - Kristalinitas : Hipokristalin
- Granularitas : Faneritik
- Bentuk kristal : Subhedral
- Relasi : Inequigranular
Komposisi Mineral : Felsik
Kuarsa = 60 % dan Piroksin = 40 %
Nama Batuan : Diorite
Genesa Batuan : Batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat
cepat
Warna : Abu-abu Kehitaman
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Struktur : Masif
Tekstur : - Kristalinitas : Holokristalin
- Granularitas : Faneritik
- Bentuk kristal : Subhedral
- Relasi : Inquigranular
Komposisi Mineral : Mafik
Piroksin = 10% dan Plagioklas = 90%
Nama Batuan : Andesit
Genesa Batuan : Mineral-mineral penyusun Andesite yang utama terdiri dari
plagioclase feldspar dan juga terdapat mineral pyroxene dan
hornblende dalam jumlah yang kecil.
Warna : Coklat Kehijauan
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Struktur : Masif
Tekstur : - Kristalinitas : Holokristalin
- Granularitas : Faneritik
- Bentuk kristal : Subhedral
- Relasi : Inquigranular
Komposisi Mineral : Amegdaloidal
Kuarsa = 30% dan Hornblend = 70%
Nama Batuan : Dasit
Genesa Batuan : Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi)
yang terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang
bersifat mafic. batuan ini terbentuk karena proses
pembekuan magma yang bersifat cepat
Warna : Coklat
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Struktur : Skoria
Tekstur : - Kristalinitas : Hipokristalin
- Granularitas : Faneritik
- Bentuk kristal : Anhedral
- Relasi : Inquigranular
Komposisi Mineral : Mafik
Plagioklas = 70% Piroksin= 30%
Nama Batuan : Skoria
Genesa Batuan : Batuan ini terbentuk sangat cepat, lubang lubang ditubuhnya
adalah akibat dari letusan dan tekanan gunung berapi
Warna : Coklat
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Struktur : Skoria
Tekstur : - Kristalinitas : Hipokristalin
- Granularitas : Faneritik
- Bentuk kristal : Anhedral
- Relasi : Inquigranular
Komposisi Mineral : Mafik
Plagioklas = 70% Piroksine= 30%
Nama Batuan : Skoria
Genesa Batuan : Batuan ini terbentuk sangat cepat, lubang lubang ditubuhnya
adalah akibat dari letusan dan tekanan gunung berapi
Warna : Abu-abu kehitaman
Jenis Batuan : Batuan Beku Basa
Struktur : Masif
Tekstur : - Kristalinitas : Holohyalin
- Granularitas : Afanitik
- Bentuk kristal : Euhedral
- Relasi : Equigranular
Komposisi : Mafik
Mineral Biotite = 99 % dan Kuarsa = 1 %
Nama Batuan : Obsidian
Genesa Batuan : Obsidian merupakan batuan yang terbentuk oleh hasil
kegiatan erupsi gunung, pembekuannya sangat cepat
sehingga akan terbentuk gelas atau kaca. Obsidian
adalah batuan yang disusun secara keseluruhan dari
kaca amorf dan sedikit kristal feldspar, mineral hitam
dan kuarsa.
Warna : Coklat muda keputihan
Jenis Batuan : Batuan Beku Asam
Struktur : Felsik
Tekstur : - Kristalinitas : Holokristalin
- Granularitas : Feneritik
- Bentuk kristal : Euhedral
- Relasi : Equigranular
Komposisi : Felsik
Mineral Kuarsa = 80% , Piroksine = 10%, Biotit = 10%
Nama Batuan : Granit
Genesa Batuan : Granit adalah batuan beku plutonik, yang terjadi dari
hasil pembekuan magma berkomposisi asam pada
kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Umumnya
bersifat masif dan keras, bertekstrur porfiritik, terdiri
atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan
hornblende. Merupakan batuan beku dalam yang
mempunyai kristal-kristal kasar.

Anda mungkin juga menyukai