Anda di halaman 1dari 8

Batuan beku asam

I.Siklus Batuan

1. Magma Mengkristal dan Membeku

Proses pertama proses terjadinya siklus batuan terjadi saat magma mengkristal.

2. Batuan Beku Mengalami Pelaupukan dan Erosi Menjadi Sedimen


3. Endapan Material Menjadi Batuan Sedimen

terjadi proses pengendapan pada batuan.

4. Batuan Sedimen Menerima Tekanan dan Panas Bumi Menjadi Batuan Metamorf

Batuan sedimen awalnya akan berada di bawah permukaan bumi, namun lama kelamaan akan
mengalami proses pengangkatan lalu akan terkubur dan bergerak semakin dalam. Hal ini
membuat batuan tersebut menerima tekanan dan energi panas bumi yang meningkat.Batuan
sedimen kemudian akan berubah menjadi batuan jenis lain yaitu metamorf karena pengaruh
tekanan dan suhu tinggi tersebut.

5. Batuan Metamorf Meleleh Menjadi Magma

Proses terakhir pada siklus batuan adalah kembali ke magma.

Proses siklus batuan ini akan terus berulang dari awalnya magma hingga kemudian kembali
berubah ke magma lagi.

II. Pengertian batuan beku

Batuan beku adalah batuan yang berasal dari magma yang membeku. Menurut lokasi
pembekuannya, batu beku dibedakan batuan beku luar, batuan beku sela dan batuan beku
dalam. Magma ini bisa berasal dari batuan setengah cair atau batuan yang sudah ada, baik di
kerak atau mantap bumi.

III. Proses pembentukan batuan beku

batuan beku ini terbentuk oleh magma yang ada di dalam perut bumi. Batuan beku ini
terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau mengalami pembekuan. Magma ini
berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang
berada di mantel maupun di kerak bumi . Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi
pada salah satu proses dari kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan
komposisi. Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung
pada jenis batuan bekunya masing- masing. Beberapa jenis batuan beku dan proses
pembentukannya antara lain:

1. Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang terjadi di
dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga tubuh batuan terdiri dari
kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini adalah batuan granit, batuan peridotim,
dan juga batuan gabro.
2. Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah antar lapisan
di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih cepat sehingga di samping
kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil. Contoh dari batuan jenis ini antara lain
batu granit porfir
3. Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini adalah ketika
gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini terjadi tidak hanya di
sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara. Proses pembekuan ini
berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung kristal (armorf).

IV. Deret Bowen


Deret bowen adalah deret yang menjelaskan urutan pengkristalan magma berdasarkan
temperature pembentukan magma tersebut. Dimana pembentukan magma ini ditentukan
berdasarkan pada derajat kristalisasi dan lama pendinginan magma, dan berpengaruh pada
sifat yang akan dibawa oleh mineral yang terbentuk. Komposisi kimia, reaksi unsur, dan
proses keterbentukannya mineral menjadi jawaban mengapa terdapat deret kontinyu dan deret
diskontinyu pada deret bowen. Dengan mempelajari deret bowen kita dapat menentukan
apakah suatu mineral dapat berasosiasi dengan mineral lain.

Deret kontinyu menggambarkan pembentukan feldspar plagioklas yang dimulai dari anorthite
yang kaya akan Ca (kalsium) menjadi Oligoklas yang kaya akan Na(natrium). Pada deret ini
disebut deret kontinyu karena pembentukan mineral yang satu dengan mineral yang lain
dalam satu deret memiliki hubungan yang dekat seperti bitownite yang memiliki rumus kimia
(Na, Ca) Al (Al,Si,)Si2O8 sangat berhubungan dengan pembentukan mineral andesin yang
juga memiliki rumus kimia yang sama hanya saja nanti ada perbedaan dalam komposisi Na
(natrium) dan Ca (kalsium) atau Al (aluminium) dan Si (silikon) yaitu (Na, Ca) Al, 2Si3,
2O8 .

Pada deret diskontinyu menggambarkan pembentukan mineral-mineral seperti olivine,


piroksen, amfibol, dan biotit. Pembentukan ini dimulai dari olivin kemudian semakin ke
bawah menjadi biotit. Deret ini disebut deret diskontinyu dikarenakan tidak terdapat
hubungan dalam pembentukan mineral-mineral ini dimana sebagai contoh olivin memiliki
rumus kimia XSiO4 sedangkan mineral seperti biotit memiliki rumus kimia K(Mg,
Fe2+)3(Al, Fe3+)Si3O10(OH,F)2 dapat dilihat bahwa perbedaan rumus kimia yang sangat
mencolok, oleh karen itu deret ini disebut deret diskontinyu karena tidak terdapatnya
hubungan antara mineral yang terbentuk pertama dan yang terbentuk setelahnya.
V. Tekstur Batuan Beku

Umumnya ditentukan oleh beberapa hal yang penting, yaitu:

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak
yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat
maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya
akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

a. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku
di dekat permukaan.

b. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.

c. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin
banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil
dari tubuh batuan.

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

a. Fanerik, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:

*Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

*Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

*Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.


*Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh
kristal, gelas atau keduanya.

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

a. Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

b. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

c. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar, Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi
menjadi tiga, yaitu:

*Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari


mineral-mineral yang euhedral.

*Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari


mineral-mineral yang subhedral.

*Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari


mineral-mineral yang anhedral.

b. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama
besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik
yang bisa berupa mineral atau gelas.
VI. Struktur batuan beku

a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.

b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.

d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang
ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit,
kuarsa atau zeolit

g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran

VII. Klasifikasi

a. Genetika

Instrusif = didalam permukaan

Instrusif hipabisal = tidak jauh dari permukaan

Instrusik plutonik = kedalaman lebih jauh dari kerak bumi


Ekstrusif = diluar perut bumi

Eksplosif = besar kandungan gas dan pekatnya magma

Efusif = kandungan gas sedikit magmanya

VIII. Batuan beku asam

Biasa disebut felsic yang kaya kandungan silika. Warna terangnya menunjukan bahwa
mineral mineral ferromagnesium hadir dalam kumlah sedikit . contoh granit dan riolit

IX. Ganesa Batuan Asam

Terbentuk dibatas konvergen lempeng Samudra karena viskositasnya tinggi maka magma
asam jarang sampi ke permukaan bumi . namun karena kadar gas tinggi , erupsi magma ini
sangat eksplosif menyebabkan muntahan tuff dan breksi vulkanik

IX. contoh batuan beku asam

riolit

dasit

granit

Anda mungkin juga menyukai