Berdasarkan cara terjadinya batuan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan ubahan. Batuan beku terjadi karena
magma yang membeku. Pengertian magma akan dibahas lebih jelas pada berikutnya dibawah ini.
Batuan sedimen terjadi karena batuan yang telah ada sebelumnya mengalami pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi. Diantara sumber batuan
sedimen adalah batuan beku. Jadi kalau ditelusuri secara jauh pada hakekatnya batuan sedimen berasal dari abtuan beku juga. Demikian juga dapat dibuktikan
bahwa asal muasal dari batuan ubahan adalah batuan beku. Batuan ubahan berasal dari batuan yang telah ada sebelumnya yang mengalami proses diagenesa.
Kulit bumi pada hakekatnya dibangun oleh lempeng lempeng tektonik yang kaku dan tegar. Lempeng tersebut ada yang merupakan kerak samudera dan
ada yang merupakan kerak benua. Kerak samudera dibangun oleh batuan beku yang basa, sedangkan kerak kontinen dibangun oleh batuan beku asam. Dari
penjelasan ini dapat dimengerti bahwa kerak bumi hampir seluruhnya dibangun oleh batuan beku, yang meliputi hampir 95 % dari kulit bumi. Namun demikian
apa yang dapat diamati dipermukaan tanah, hampir seluruh muka bumi tertutup oleh batuan sedimen. Dengan demikian pada hakekatnya batuan sedimen hanya
terdapat didekat permukaan saja. Tebal batuan sedimen dapat mencapai antara 6 – 7 Km. Prosentase batuan sedimen sebagai pembentuk kerak bumi hanya
berkisan 5 % batuan lainnya yaitu batuan ubahan mempunyai penyebaran yang sangat terbatas. Batuan ini hanya terdapat pada didasar dasar cekungan, disekitar
tubuh intrusi dan sesar. Penyebarannya sangat terbatas.
3.1 Batuan Beku (Igneous Rocks)
Batuan beku (igneus rocks) adalah batuan yang terjadi akibat pembekuan langsung dari magma. Berdasarkan tekstur dan tempat terbentuknya, Rosenbusch (1877
– 1907 ) membagi batuan beku menjadi batuan beku luar (plutonik), batuan beku gang (dike), batuan beku luar (effusive), sedangkan Troger menamakan
kelompok batuan dike dengan hypabyssal, yang dicirikan pembentukannya didekat permukaan, berupa bentuk intrusi kecil seperti dike, sill dengan tekstur
porpiritik. Perbedaan antara ketiganya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya terbentuk sempurna dengan tekstur Paneritik. Contoh batuan beku plutonik ini seperti granit,
granodiorit, siyenit, diorit, gabro, diorite, dan peridotit. Batuan beku dike/gang umumnya terbentuk hampir dipermukaan bumi dengan komposisi mineral mineral
yang berukuran butiran antara kasar dan halus yang hampir sama dengan tekstur porpiritik. Contoh batuan beku ini diantaranya granitporpir, granodioritporpir,
siyenitporpir, dioritporpir dan gabroporpir. Sedangkan untuk batuan beku luar (effusive) umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat sehingga
mineral penyusunnya umumnya adalah berbutir halus dengan tekstur afanitik. Contoh batuan diantaranya riolit, dasit, trakhit, andesit, dan basalt.
Batuan beku yang terjadi, dibangun oleh mineral mineral penyusun batuan beku yang akan mempunyai ukuran yang berbeda beda tergentung kepada kecepatan
pembekuan magma itu sendiri. Masing masing jenis mineral mengalami kristalisasi pada temperature yang berbeda beda.
a) Pengertian Magma
Orang awam menganggab bahwa magma adalah cairan panas yang keluar pada saat terjadi letusan gunung berapi. Pengertian tersebut menjadi rancu dengan lava.
Magma pada hakekatnya merupakan cairan silikat yang sangat panas, yang berada didalam kulit bumi. Suhu dari pada magma mencapai ribuan derajat celcius.
Magma merupakan cairan aktif dan cenderung untuk naik keatas permukaan tanah. Didalam gerakannya naik kepermukaan tanah, magma dapat mencapai
permukaan tanah atau membeku di tengah perjalanan. Magma yang dapat mencapai permukaan tanah disebut sebagai lava. Temperatur pada saat mencapai
permukaan tanah masih sangat tinggi, sekitar 1100 derajat celcius.
b) Klasifikasi Magma
Klasifikasi magma dapat dilakukan dengan berdasar pada komposisi batuan beku yang terbentuk dari magma tersebut. pada hakekatnya magma hanya terdiri dari
dua jenis, yaitu magma asam atau magma granit-granodiorit dan magma basa atau magma gabro-basalt.
Magma granit-granodiorit ini sering dijumpai sebagai batholit terbesar pada kulit bumi. Dari magma tersebut akan terjadi batuan batuan granit, grano diorit, siyenit
dan sebagainya. Menurut daly (1914) granit dan grano diorit didapat secara luas di Amerika Utara. Batuan ini menghasilkan batuan volkanik jenis riolit, dasit,
trakhit dan andesit. Magma tersebut merupakan pembentuk utama kerak kontinen (sial). Magma gabro-basalt akan menghasilkan batuan gabro, basalt, diabas dan
peredotit. Magma ini merupakan magma basa yang merupakan komponen utama pembentuk kerak samudera. Batuan ini dikenal sebagai lapisan Sima.
c) Intrusi dan ekstrusi
Magma yang ada didalam kulit bumi berasal dari proses tumbukan antara lempeng samudera dengan lempeng benua. Pada proses tersebut lempeng samudera akan
menyusup dibawah lempeng benua. Tempat penyusupan lempeng samudera disebut sebagai zona subduction. Kecepatan penyusupan sangat lambat, berkisar 1 cm
sampai dengan 7 cm dalam pertahunnya. Pada kedalaman 170 Km kerak samudera akan mencair sebagian. Cairan tesebut akan melarutkan kerak kontinen dan
menjadi magma. Magma tersebut akan menerobos batuan yang ada diatasnya, melalui bagian bagian kulit bumi yang lemah. Penerobosan magma dapat mencapai
permukaan tanah atau terhenti ditengah jalan. Penerobosan magma yang terhenti di dalam kulit bumi disebut intrusi. Dan sebaliknya penerobosan magma yang
mencapai kepermukaan dikenal dengan istilah ekstrusi. Selama penerobosan keatas temperatur magma turun, sehingga sebagian magma mengkristal dan gerakan
penerobosan menjadi terhambat, karena magma menjadi kental. Bila bagian kulit bumi sulit untuk diterobos, perjalanan keatas menjadi lambat dan sementara
proses pengkristalan berjalan terus, akhirnya seluruh magma menjadi beku. Penurunan temperatur bisa cepat bisa pula lambat. Pada penurunan temperatur yang
lambat akan terbentuk kristal yang besar, sebaliknya pada penurunan temperatur yang cepat akan terbentuk kristal yang halus. Penurunan temperatur dapat pula
sedemikian cepat, sehingga magma tidak sempat mengkristal, yang menghasilkan batuan amorf. Intrusi mempunyai berbagai macam bentuk yang berbeda tubuh
intrusi dapat memotong tubuh batuan diatasnya, atau sejajar dengan perlapisan batuan. Berdasarkan bentuk intrusi dapat dibedakan menjadi beberapa macam
diantaranya batholit, lakolit, lapolit, sill, dyke dan sebagainya.
d) Cara terjadinya batuan beku
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa batuan beku terjadi dari magma yang membeku. Magma pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 2(dua)
golongan besar, yaitu magma asam dan magma basa. Dari dua jenis magma tersebut akan lahir magma magma lain, sebagai akibat proses diferensiasi dan
asimilasi dari magma. Proses tersebut akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya. Magma asam adalah magma yang kaya akan silika, sedang magma basa
adalah sebaliknya miskin silika. Magma basa kaya akan besi dan magnesium. Komposisi tersebut akan menentukan jenis mineral yang terbentuk pada proses
pembekuan magma tersebut. sebaliknya magma asam kaya akan kalium, natrium dan aluminium.
Kristalisasi magma diawali oleh mineral besi magnesium dan diakhiri oleh mineral kalium, natrium dan aluminium. Urutan kristalisasi tersebut dapat dilihat
sebagai, serie reaksi bowen. Dibagian kiri dari diagram tersebut dapat dilihat urutan kristalisasi dari mineral olivin sampai biotit. Pada urutan ini reaksi
berlangsung tak menerus. Tiap mineral akan bertahan sampai temperatur tertentu, sebelum berubah menjadi mineral lain. Sebagai contoh, mineral olivin yang
terbentuk pada awal kristalisasi, akan tetap sebagai olivin. Mineral tersebut kemudian dapat berubah menjadi piroksin Mg pada temperatur tertentu. Perubahan satu
mineral ke mineral lain tidak berlangsung tidak secara cepat. Pada kenyataannya mineral piroksin masih dapat dijumpai bersama dengan mineral olivin. Dibagian
kanan diagram terdapat serie mineral plagioklas dari anortit sampai albit. Mineral anortit terbentuk pertama kali dalam serie reaksi ini. Mineral ini secara otomatis
akan berubah menjadi mineral bintownit, bila temperatur turun pada reaksi ini berjalan menerus. Demikian juga mineral bintownit akan berubah menjadi labradorit
pada penurunan temperatur lebih lanjut. Dengan proses reaksi menerus, akibatnya pada batuan hanya akan dijumpai satu mineral plagioklas. Dari reaksi bowen
tersebut dapat dilihat bahwa pada awal kristalisasi magma, akan terbentuk mineral mineral kaya akan besi magnesium. Sebaliknya pada akhir kristalisasi akan
terbentuk mineral kaya aluminium, kalium dan natrium. Dengan demikian batuan yang dihasilkan, pada mulanya batuan beku basa, sedang pada akhir pembekuan
dihasilkan batuan beku asam.
Batuan beku mempunyai variasi yang banyak sekali. Padahal bahan asalnya hanya dua macam magma, yaitu magma asam dan magma basa. Dua macam magma
tersebut dapat berubah menjadi berbagai macam magma, karena adanya proses diferensiasi dan asimilasi. Diferensiasi merupakan proses yang menyebabkan
magma homogen berubah menjadi heterogen, tanpa adanya tambahan bahan dari luar tubuh magma. Sebaliknya bila ada tambahan bahan dari luar tubuh magma,
proses tersebut dinamakan asimilasi.
e) Tekstur dan Struktur Batuan Beku
Untuk penamaan batuan selain mengetahui komposisi mineral, juga harus diketahui pula tekstur dan struktur batuan tersebut. Tekstur batuan dapat dibagi
berdasarkan keseragaman butir mineral dan hubungannya satu sama lain. Tekstur batuan beku dapat dibagi atas tekstur paneritik, porpiritik dan afanitik. Struktur
batuan dipengaruhi oleh orientasi dari butir mineral, proses pembekuan dan proses pelapukan batuan. Adapun struktur batuan beku diantaranya adalah lava blok,
lava ropi, lava bantal, flow banding, diaklas kolumnar, diaklas berlapis, diaklas berlapis tipis, xenolit, orbikuler, seferulitik, vescular dan amigdoloidal.
1. Tekstur
Tekstur batuan beku dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu holokristalin, merokristalin dan holohialin. Apabila pada batuan beku yang seluruh
komponennya terdiri dari mineral dinamakan tekstur holokristalin. Batuan semacam ini pada umumnya mengkristal dibagian dalam dari kulit bumi. Bila
pengkristalan terjadi dekat permukaan bumi, sebagian batuan akan dibangun oleh mineral dan sebagian yang lain terdiri dari masa silikat yang tak diketahui
jenisnya, batuan demikian dikatakan mempunyai tekstur merokristalin batuan beku juga dapat dibangun eloh seluruhnya mineral halus, batuan ini berasal dari
proses pembekuan yang magma yang sngat cepat sehingga mineral tak sempat tumbuh. Batuan tersebut dikatakan mempunyai tekstur holohialin. Tekstur batuan
beku dapat pula dibagi atas paneritik, porpiritik, apanitik, aplitik, maupun diabasik. Penjelasan dari tiap tekstur diberikan sebagai berikut :
Tekstur Paneritik
Tekstur batuan beku yang hampir seluruhnya batuan dibangun oleh mineral dengan ukuran kristal besar dan beragam. Sebagai contoh pada batuan granit,
granodiorit, siyenit dll.
Tekstur Porpiritik
Tekstur pada batuan beku yang dibangun oleh mineral mineral yang tumbuh sangat besar, diantara mineral yang mempunyai ukuran halus. Sebagai contoh pada
batuan granit porpir, siyenit porpir, diorit porpir dll.
Tekstur Apanitik
Tekstur pada batuan beku yang ditandai oleh pertumbuhan mineral yang umumnya halus, diantara masa silikat yang tak dikenal komposisinya. Sebagai contoh
pada batuan riolit, andesit, trakhit, basalt dll.
Tekstur Aplitik
Tekstur pada batuan beku yang ditandai oleh adanya pertumbuhan mineral yang agak halus, tetapi masih sangat mudah dikenal secara megaskospis dengan butiran
seragam.
Tekstur Diabasik
Merupakan tekstur pada batuan beku yang terjadi oleh pertumbuhan bersama antara mineral piroksin dan plagioklas dimana mineral plagioklas tumbuh radial
didalam mineral piroksin. Batuan beku dengan tekstur tersebut dinamakan diabas.
a c
3. 2 Tekstur Paneritik pada sayatan tipis Gambar 3. 3 Paneritik, b. Porpiritik, c. Afanitik 3. 4 Tekstur Aplitik 3. 5 Tekstur Diabasik
Di bawah ini contoh batuan yang mempunyai tekstur paneritik, porpiritik, apanitik dan amorf/glass pada batuan.
2. Struktur
Struktur batuan beku dapat digolongkan kedalam struktur makro dan mikro. Struktur makro hanya dapat diamati apabila batuan beku dijumpai sebagai singkapan
pada saat kita survey dilapangan, sedangkan struktur mikro dapat diamati pada batuan beku dalam bentuk contoh batuan dilaboratorium.
Struktur Makro
Struktur makro tidak berpengaruh dalam penamaan batuan beku. Struktur ini perlu diketahui untuk mengetahui sejarah pembekuan batuan tersebut. Berikut ini
beberapa struktur makro yang terdapat pada batuan beku :
Struktur Lava Blok
Struktur ini sering dijumpai pada lava, dengan permukaan yang kasar membentuk pola tidak teratur.
Struktur Lava Ropi
Struktur ini terdapat pada lava yang sangat basa, menyerupai garis garis radial.
Struktur Lava Bantal
Struktur ini mempunyai silinder silinder bantal. Struktur terjadi karena pertemuan aliran lava dengan genangan air laut. Pada saat aliran lava bertemu air laut, lava
mendadak membeku disusul oleh pembekuan aliran lava berikutnya, sehingga menimbulkan tumpukan lava yang menyerupai bantal.
Gambar 3.7 Struktur lava blok Gambar 3.8 Struktur Lava Ropi Gambar Struktur Lava Bantal
Struktur Diaklas Columnar
Struktur ini terjadi karena adanya pembentukan diaklas bersamaan dengan pendinginan magma. Diaklas tersusun menyerupai tabung berbentuk segienam. Struktur
semacam ini dapat dijumpai pada batuan beku luar ataupun batuan beku dalam.
Struktur Mikro
Struktur mikro dapat diamati pada contoh batuan dilaboratorium. Struktur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
Struktur Xenolit
Struktur ini terbentuk oleh adanya masa asing yang masuk kedalam batuan beku. Masa tersebut biasanya terdiri dari batuan yang bersumber dari tempat lain.
Struktur Orbikular
Struktur ini terbentuk karena adanya orientasi mineral secara radial menyerupai kipas, mengelilingi xenolit. Mineral radial umumnya terdiri dari mineral bitownit,
hornblende, atau piroksin.
Struktur seferulitik
Struktur ini mempunyai bentuk menyerupai kipas, yang berawal dari satu titik. Komponen ini umumnya merupakan mineral plagioklas.
Struktur Vescular
Strukur ini sering dijumpai pada batuan beku luar. Lava yang mengalir dipermukaan tanah, mengeluarkan gas dan meninggalkan lobang bekas gas tersebut. Lava
yang berlobang lobang dikatakan mempunyai struktur veskular.
Struktur Amigdoloidal
Struktur yang terjadi pada lava vescular. Bila lobang vescular telah terisi oleh kristal kristal yang baru, maka strukturnya dinamakan struktur amigdoloidal.
3. 10 Struktur Xenolit 3. 11 Struktur Orbikular 3. 12 Struktur Sferulitik 3. 13 Struktur Vescular 3. 14 Struktur Amigdoloidal
Mineral pembentuk batuan beku
Untuk memberikan nama batuan beku terlebih dahulu harus mengenal mineral pembentuk batuan beku. Jumlah mineral tersebut tidak terlalu banyak, dan mudah
dihafal. Mineral yang perlu diketahui terbatas yang tercantum pada Serie Reaksi Bowen yang terdiri dari olivin, piroksin, amphibol, biotit, plagioklas, ortoklas,
muskovit dan kuarsa. Untuk dapat mengenal mineral tersebut secara migaskopis, berikut diberikan sifat sifat mineral bila diamati dalam batuan.
Mineral Olivin
Mineral olivin didapat didalam batuan beku basa sampai ultra basa. Didalam batuan mineral berwarna hijau botol-hijau kecoklatan, bening, tembus cahaya. Bentuk
mineral granular, pecahan konkoidal, tidal memiliki belahan, keras. Mineral olivin ada dua macam yaitu mineral fosterit dan fayalit. Kedua mineral dapat dengan
mudah menjadi serpentin oleh proses hidrotermal. di udara terbuka mineral olivin dapat teroksidasi menjadi mineral hematit yang berwarna coklat, atau merah
kecoklatan.
Piroksin
Piroksin dapat dijumpai dalam batuan beku asam sampai ultra basa. Pada potongan batuan, mineral piroksin nampak secara tak utuh tergantung pada arah
potongan tersebut, apakah searah dengan arah memanjang mineral atau memotong mineral. Mineral tersebut sering nampak segi empat pendek, bidang belahan
terlihat sebagai garis garis yang sejajar dengan arah memanjang mineral. Dalam batuan mineral tersebut berwarna hijau hitam. Mineral piroksin merupakan nama
kelompok mineral. Diantara anggota kelompok dapat didapat mineral enstatit, hiperstin, diopsit dan augit. Mineral enstatit dan hiperstin berkembang pada batuan
metamorf, sedangkan mineral diopsit dan augit terdapat pada batuan beku.
3. 20 Batuan Granit beserta sayatan tipis 3. 21 Batuan Beku Grano-Diorit beserta sayatan tipis 3. 22 Batuan Beku Siyenit dan sayatan tipis batuan
Diorit / Diorit porpir
Diorit mempunyai warna dengan perbandingan yang hampir sama antara warna terang dan warna gelap. Batuan tersebut mempunyai tekstur paneritik. Komposisi
mineral terdiri dari ortoklas dan plagioklas. Komposisi plagioklas lebih besar dibandingkan ortoklas. Mineral kuarsa didapat kurang dari 10 %. Komposisi mineral
lainnya terdiri dari hornblende dan piroksin. Diorit dengan tekstur porpiritik, disebut diorit porpir.
Gabro / Gabro porpir
Gabro mempunyai warna yang relatif gelap. Mineral berwarna gelap sudah sangat dominan. Batuan ini mempunyai tekstur paneritik. Komposisi utama terdiri dari
mineral plagioklas, hornblende dan piroksin. Pada batuan ini sudah sering muncul mineral olivin. Mineral kuarsa tidak ada pada gabro kadang kadang dijumpai
pertumbuhan bersama antara plagiklas dan piroksin, membentuk tekstur diabasik. Gabro semacam ini disebut diabas.
Gabro dengan tekstur porpiritik disebut gabro porpir.
Nepelin Siyenit
Nepelin siyenit mempunyai warna yang terang. Felspart dalam batuan ini sering tidak berkembang dan sebagai gantinya tumbuh mineral nepelin. Batuan siyenit
dengan asosiasi mineral nepelin, disebut nepelin siyenit. Batuan ini mempunyai tekstur paneritik. Komponen pembentuk utama terdiri dari ortoklas dan nepelin.
3. 25 Batuan riyolit & sayatan tipis batuan riyolit 3. 26 Batuan beku dasit beserta sayatan tipis 3. 27 Sayatan batuan beku trakhit
Andesit
Andesit adalah batuan beku luar dari diorit. Batuan ini berwarna antara terang sampai dengan terang, dengan tekstur apanitik. Fenokris pada batuan ini umumnya
berukuran halus, terutama terdiri dari mineral hornblende dan sedikit piroksin.
Basalt
Basalt adalah batuan beku luar dari gabro. Batuannya berwarna gelap, dengan tekstur apanitik. Pada batuan ini sering berkembang mineral olivin, dengan ukuran
yang halus. Selain olivin dijumpai pula mineral piroksin.
Ponolit
Ponolit adalah batuan beku luar dari nepelin siyenit. Batuan berwarna terang dengan tekstur apanitik. Pada batuan ini sering berkembang mineral nepelin sebagai
fenokris.
Obsidian/pitston
Batuan ini mempunyai tekstur amorf dengan pecahan konkoidal. Warna batuan umumnya hitam kehijauan. Apabila batuannya berwarna putih bening maka
disebut pitston.
3. 28 Batuan Andesit dan sayatan tipis 3. 29 Batuan Basalt 3. 30 Sayatan tipis batuan ponolit 3. 31 Batuan Obsidian
Nama batuan beku sebenarnya masih banyak lagi tergantung dari klasifikasi yang digunakan berdasarkan siapa, namun pada umumnya seperti apa yang kita
sebutkan diatas merupakan contoh dari sekian batuan beku yang ada.
Contoh nama nama batuan beku diantaranya :
Batuan beku granit Batuan beku Rhyolit Batuan beku gabbro Batuan beku basal Batuan beku siyanit Batuan beku
granodiorit
Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)
Sedimen berasal dari kata latin, Sedimentian artinya pengendapan. Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses pengendapan atau sedimentasi. Batuan
sedimen memegang peranan sangat penting atau utama didalam mempelajari geologi minyak dan gas bumi, karena batuan sedimen dapat bertindak sebagai batuan
induk, batuan reservoir maupun batuan penyekat atau penutup.
Batuan sedimen berasal dari batuan yang telah ada oleh gaya gaya eksogen. Oleh pelapukan akibat perubahan temperatur, maka batuan yang telah ada (seperti batu
beku) dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan di tempat tempat yang rendah seperti laut, pantai dan danau. Mula mula sedimen tersebut lunak, lama
kelamaan mengeras. Pasir menjadi batu pasir, lempung menjadi batu lempung.
Transportasi
(air, angin, es mencair, gravity, gelombang, organisme)
ENDAPAN
Sifat sifat umum batuan sedimen :
Perlapisan batuan sedimen
Sifat utama batuan sedimen adalah perlapisan, sebab perlapisan berkaitan sekali dengan suatu hasil proses pengendapan batuan yang dimanifestasikan sebagai
perwujudan bidang bidang batas batuan sedimentasi. Beberapa cara mengenal perlapisan dapat didasarkan atas adanya : o Perubahan warna batuan o Perubahan
susunan mineralogi o Perubahan macam batuan o Perubahan kekerasan batuan o Perubahan struktur sedimentasi dan lain lainnnya.
Sifat kwalitatif besaran suatu perlapisan berkisar dari ukuran milimeter hingga ratusan meter, oleh karena itu diadakan pembatasan besaran tersebut untuk lebih
mudah mempelajarinya.
Mc Kee & Weir (1953) membagi ukuran perlapisan sebagai berikut o Lebih besar 120 cm dikatakan berlapis sangat tebal o 60 – 120 cm dikatakan berlapis tebal
o 5 – 60 cm dikatakan berlapis tipis o 1 – 5 cm dikatakan berlapis sangat tipis o 0,2 – 1 cm dikatakan berlapis halus.
o Kurang dari 0,2 cm dikatakan berlapis sangat halus
Struktur sedimen
Ialah kelainan kelainan dari perlapisan normal atau sering disebut struktur batuan. Hal ini merupakan bagian kriteria kriteria yang dapat menunjukkan keadaan
lingkungan dimana batuan tersebut diendapkan. Struktur batuan sedimen pada hakekatnya dibagi menjadi dua golongan besar yaitu struktur unorganik dan struktur
organik. Struktur unorganik terjadi oleh proses mekanik dan kimia, sedangkan struktur organik terjadi akibat aktivitas organisme. Struktur unorganik dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu struktur primer dan struktur sekunder. Struktur primer terjadi pada saat sedimentasi berlangsung, sedangkan struktur sekunder terjadi
pada saat setelah proses sedimentasi.
Macam macam struktur sedimen :
Graded Bedding adalah lapisan batuan klastik kasar yang mempunyai susunan batiran yang menghalus keatas. Susunan butir demikian dapat terjadi bila
transportasi cukup pekat, sehingga butiran kasar akan mengendap lebih awal dibanding butiran yang berukuran halus. Media demikian sering dijumpai pada
endapan turbidit. Struktur ini dapat dipakai sebagai alat indikator untuk menentukan top dan bottom dari lapisan batuan.
Cross bedding (Silang siur)
Adalah lapisan batuan saling memotong, cross bedding terjadi oleh karena arus. Besar kecilnya cross bedding ditentukan oleh besar kecilnya arus, sedangkan
orientasinya dipengaruhi oleh arah arus. Berdasarkan pada ketebalan lapisan cross bedding dapat dibagi atas cross bedding dan cross lamination. Cross
bedding mempunyai ketebalan unit lapisan yang lebih tebal dari 1 Cm. Cross bedding memiliki susunan lapisan yang berbeda beda. Berdasarkan pada
susunan unit lapisannya, cross bedding dapat dibagi atas planar cross bedding dan trough cross bedding. Planar cross beddng mempunyai tiga komponen
perlapisan yaitu top set bedding, fore bedding dan bottom set bedding. Planar cross bedding hanya teramati dalam bentuk singkapan. Trough cross bedding
mempunyai bidang perlapisan yang saling memotong satu sama lainnya. Trough cross bedding dapat dipakai untuk menentukan arah arus purba. Arah trough
cross bedding pada suatu daerah diukur dari satu tempat ke tempat lainnya.
Laminasi
Adalah lapisan batuan yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 Cm. Laminasi terjadi pada sedimen berbutir halus seperti lempung atau lanau. Laminasi
terjadi karena adanya perbedaan kecepatan pasokan sedimen pada daerah pengendapan. Variasi sedimentasi terjadi akibat perubahan kandungan lanau pada
batuan atau kandungan lempungnya.
Mud Crack
Adalah merupakan struktur yang terjadi pada daerah berlumpur. Pada saat musim kering, permukaan tanah retak retak . retakan tersebut terawetkan menjadi
struktur mud crack. Struktur ini sering dipakai sebagai bukti adanya ketidakselarasan antara dua formasi batuan.
Struktur organik adalah struktur pada batuan sedimen yang disebabkan oleh adanya aktivitas organisme. Organisme dasar laut banyak yang membuat
rumahnya dengan membuat galian. Disamping membuat rumah, aktivitas menggali juga dilakukan dalam usah mencari makanan. Struktur yang terbentuk
akibat aktivitas organisme antara lain
Burrow (borring)
Adalah bekas galian binatang, galian tersebut bisa sejajar dengan perlapisan attau tegak lurus terhadap perlapsan. Galian yang tegak lurus terhadap perlapisan
dilakukan binatang dalam usaha mengimbangi cepatna penurunan dasar cekungan atau menyelamatkan diri dari energi gelombang yang tinggi. Animal burrow
dapat dipakai sebaga parameter untuk menetapkan lingkungan pengendapan. Jenis organisme tertentu mempunyai bentuk burrow yang berbeda satu sama lainnya.
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
Animal track
Adalah merupakan jejak organisme yang acak. Banyakmstruktur laminasi yang tidak terawetkan karena teracak oleh aktifitas organisme. Pada lingkungan lower
shore face. Perlapisan batuan tidak terbentuk, karena teracak oleh organisme air laut.
Mold dan cash
Mold dan cash adalah beks cetakan organisme. Bila cetakan menimbulkan bekas yang cembung disebut mold. Sebaliknya bila bekasnya cekung disebut cast. Jenis
binatang yang mempnyai cangkang yang mudah larut akan memberikan jejak fosil sebagai cast. Pada sisi lain cangkang organisme dapat bertahan terhadap
elarutan. Cangkang semacam ini sering disebut mold.
Fosil
Adalah sisa sisa dari pada jasad renik baik tumbuhan maupun hewan yang telah terawetkan dan membatu. Dari fosil ini banyak sekali kegunaannya diantaranya
adalah untuk menentukan umur batuan, maupun menentukan lingkungan pengedapan sebagai contoh adalah foraminifera, koral, sisa sisa daun dan sebagainya.
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen secara garis besar dibagi menjadi :
Batuan sedimen klastis
Batuan yang dibentuk oleh proses sedimentasi partikel partikel batuan/mineral sebagai akibat adanya pelapukan mekanis/pisis.
contoh batuan konglomerat, breksi, batu pasir, lempung dll
Batuan sedimen non klastis
Batuan ini terbentuk karena adanya konsentrasi daripada zat dalam larutan, lalu terjadi penguapan, kemudian terkonsentrasi atau batuan yang terbentuk oleh
adanya kegiatan kegiatan organisme.
Contoh batu gamping terumbu, dolomit, endapan pospat, endapan silika, endapan evaporit, batubara dll
Batuan sedimen piroklastis suatu batuan yang terbentuk dari hasil kegiatan gunung api, yang kemudian mengalami proses seimentasi.
Contoh, Breksi volkanik, Agglomerat, lapili tuff, tuff kasar & tuff halus.
Klasifikasi Batuan Sedimen menurut Koesoemadinata adalah sbb:
Golongan detritus kasar : breksi, konglomerat, batu pasir.
Golongan detritus halus : batu lanau, serpih, batu lempung dan batu napal.
Golongan karbonat ; batu gamping dan dolomit Golongan evaporit : gips, batu garam.
Golongan batuan sedimen lainnya : batu bara, fosforit, rijang dsb.
Beberapa batasan jenis batuan sedimen :
a. Konglomerat, adalah batuan sedimen klastis kasar yang terdiri atas fragmen-fragmen berukuran lebih besar 2 mm, membundar-membundar tanggung pada
umumnya mempunyai pemilihan buruk. Fragmen-fragmen konglomerat biasanya terdiri atas partikel-partikel yang tahan pelapukan seperti : kwarsit, granit,
kadang-kadang batu gamping dsb-nya.
b. Breksi, dibedakan dengan konglomerat karena banyaknya kandungan kandungan sedimen klastik kasar yang terdiri atas fragmen –fragmen berukuran lebih
besar 2 mm, menyudut-menyudut tanggung.
c. Batu pasir (sand stone), adalah batuan sedimen klastik kasar dan kompak yang disusun oleh partikel-partikel berukuran pasir (1/16 – 2 mm), baik menyudut
maupun membundar. Apabila batuan tersebut tidak kompak maka disebut pasir.
d. Serpih (shale), adalah batuan sedimen klastik halus terdiri atas batuan butiran lanau dan lempung (1/16 – 1/256 mm dan lebih kecil 1/256 mm), laminasi dan
berlapis tipis.
e. Batu lempung, adalah batuan sedimen klastik halus yang terdiri atas partikel-partikel berukuran lebih kecil 1/256 mm kompak.
f. Napal, (“marl”), adalah batuan sedimen klastik halus yang disusun oleh campuran gamping ( 65%) dan lempung ( 35%).
g. Batu gamping (“Limestone”), adalah batuan sedimen yang hampir seluruhnya disusun oleh mineral kalsit. Sedangkan mineral lainnya dapat berupa kwarsa,
feldspar, mineral lempung ataupun sisa-sisa organisme. Batu gamping sendiri bisa bersifat klastik maupun non klastik, tergantung bagaimana batu gamping
itu terbentuk.
Proses selama sedimentasi
Selama proses pengendapan berlangsung, dimana dari partikel partikel hasil pelapukan kemudian ditransport lalu diendapkan, maka selama pengendapan partikel
yang fragmental menjadi batuan sedimen yang keras atau kompak ini disebut Diagenesis.
Jadi diagenesis adalah proses proses yang berlangsung selama pengendapan batuan sedimen dalam tekanan dan temperatur yang normal. Akibat dari diagenesis
ini partikel partikel yang lepas atau terpisah pisah menjadi batuan sedimen yang kompak atau keras. Diagenesis dibedakan dengan metamorfisme adalah dimana
dalam metamorfisme proses berlangsung dalam tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, sedangkan dalam diagenesis tekanan dan temperatur normal.
Macam macam proses selama diagenesis. :
Kompaksi adalah adanya pembebanan sedimen diatasnya, maka akan terjadi pemadatan atau kompaksi sehingga porositas menurun dan kadar air dalam
batuan mengurang atau mengkecil.
Litifikasi atau pembatuan adalah merupakan tahap selanjutnya dari kompaksi sehingga porositas terus menurun, dan menjadi kompak atau membatu, atau
konsolidated tetapi belum ada semen atau belum terjadi penyemenan.
Sementasi adalah proses penyemenan antar butiran.
Autogenesis adalah pertumbuhan kristal dari larutan (insitu mineral) biasanya berfungsi sebagai semen.
Pelarutan adalah pada kedalaman yang dalam, maka pengaruh temperatus atau tekanan akan melarutkan kristal atau mineral dalam batuan, sehingga timbul
rongga rongga.
Replacement adalah proses penggantian (replace) mineral dalam batuan digantikan dengan mineral baru karena proses kimiawi. Misalnya kalsit diganti
menjadi dolomit dan sebagainya.
Tekstur dan Struktur batuan sedimen
Tekstur adalah merupakan hubungan antar butiran dalam batuan sedimen, dimana yang dimaksud butiran dalam batuan sedimen adalah menyangkut butiran itu
sendiri, matrik dan semen.
Tekstur batuan sedimen dibedakan menjadi 2(dua) macam yaitu :
Tekstur batuan sedimen klastik dan non klastik.
Dalam batuan sedimen klastik maka butirannya terdiri dari
Butiran / grain adalah partikel yang seolah olah mengambang dalam masa dasar.
Matrik/masa dasar adalah partikel yang lebih kecil dari butiran, dan seolah olah menyangga butiran tersebut.
Semen adalah merupakan zat perekat yang berfungsi merekatkan antara butiran dengan butiran, maupun
butiran dengan matrik
Unsur unsur tekstur dari batuan sedimen klastik meliputi
Ukuran butir, yang umum dipakai adalah ukuran butir skala went word yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Ukuran Partikela skala went word
Diameter partikel/fragmen Nama partikel
> 256 mm Boulder
64 – 256 mm Couble
4 – 64 mm Peble
Gambar 3. 35 Struktur Mudcrack - Mudcrack (retakan pada batuan lempung) Gambar 3. 36 Struktur Burrow
Burrow ( galian bekas binatang ) dan lain sebagainya.
Pemerian batuan sedimen
Dalam mendiskripsikan atau memerikan batuan sedimen, baik itu berupa contoh dari survey geologi, maupun serbuk pemboran maka kurang lebih harus
dideterminasi/didiskripsikan meliputi hal tersebut dibawah ini :
1. Warna ..........................( abu abu, coklat, putih, coklat kemerahan dll)
2. Tekstur ........................( klastik dan non klastik)
3. Semen .........................( silika, kalsit )
4. Kekerasan ...................( sangat keras = batu gamping)
5. ( keras = gamping pasiran )
6. (lunak = lempung )
7. ( loss/lepas = pasir )
8. Struktur sedimen.........( primer/skender sbg contoh laminasi, graded bedding, cross bedding, burraw dan lain lainnya)
9. Komposisi mineral........( mineral primer, skender dll)
10. Kandungan fosil ...........( gastropoda, pelecipoda, foraminifera dll)
11. Porositas ......................( good, medium, poor, poorly) 9) Oil indication…………(kalau ada).
12. Sebagai salah satu contoh diskripsi batuan sedimen misal batu pasir :
13. Batu Pasir, abu abu, medium, sortasi bagu, subrounded-rounded, semen karbonat, keras, struktur laminasi, mineral kwarsa, porositas medium. Dibawah
ini contoh contoh batuan sedimen.
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
Batu Konglomerat Batu
Breksi
3. 40 Fabrik Kataklastik 3. 41 Fabrik Hornfelsik 3. 42 Fabrik Granulose 3. 43 Fabrik Foliasi 3. 44 Fabrik Gneisose
Klasifikasi Batuan Metamorf.
Henry (1962) mengikuti jejak dari Pirson, yang membuat klasifikasi batuan metamorf berdasarkan teksturnya. Batuan metamorf pada umumnya dibedakan
menjadi 2(dua) yaitu batuan metamorf yang mempunyai tekstur foliasi dan non foliasi. Struktur non foliasi berlaku pada batuan metamorf dengan fabrik
granulose dan gneisose. Selanjutnya struktur foliasi dimiliki oleh batuan dengan fabrik skistose. Turner (1948) mengusukan klasifikasi batuan metamorf yang
didasarkan atas empat kriteria, yaitu : asosiasi batuan dilapangan, komposisi mineral, fabrik dan komposisi kimia. Metode ini sangat sulit diterapkan untuk aplikasi
dilapangan. Berikut diberikan klasifikasi Huang (1962). Yang telah dimodifikasi. Klasifikasi ini didasarkan atas, komposisi mimeral dan fabrik. Berdasarkan
klasifikasi tersebut batuan metamorf dapat dipisahkan atas : gneis, skiss, filit, sabak, granulit, kuarsit dan marmer.
1. Gneis
Batuan ini mempunyai fabrik gneisose. Komposisi utama mineral mempunyai bentuk granular. Diantara butir mineral granular, terdapat mineral yang mempunyai
bentuk lamelar, diantaranya mika, batuan gneis dapat dibedakan secara detail atas nama nama komponen utamanya. Diantara batuan gneis adalah Augen gneis,
gneis kuarsa felspatik, dan gneis hornblende. Batuan gneis ada yang berasal dari batuan sedimen maupun dari batuan beku. Gneis yang berasal dari batuan
sedimen disebut paragneis, sedang yang berasal dari batuan beku dinamakan ortogneis.
2. Skiss
Batuan ini mempunyai fabrik skistose atau foliasi. Komposisi utama mineral terdiri dari muskovit dan klorit. Penamaan batu skiss ditentukan oleh komposisi
mineral lainnya.
Skiss klorit adalah skiss komponen utamanya mineral klorit
Skiss pelitik mika adalah batuan skiss yang masih nampak seperti batu lempung, tetapi telah memperlihatkan pertumbuhan mineral muskovit, klorit dan
kuarsa.
Skiss marmer adalah batuan skiss dengan komposisi mineral utamanya terdiri dari kalsit dan mika.
3. Filit
Filit mempunyai fabrik antara slaty dan skistose. Komposisi utama dari filit terdiri dari mika dan klorit. Mineral lainnya magnetit, hematit, turmalin. Pada batuan
ini masih nampak batuan asal yang bersifat lempungan.
4. Sabak
Batu sabak mempunyai fabrik slaty. Batuan ini berbutir halus, memperlihatkan skistose yang sejajar. Mineral pembentuk sangat sulit dikenal secara megaskopis.
Terbentuk secara metamorfosa regional berderajat rendah batuan asal dari batu serpih, batu lempung.
5. Granulit
Batuan ini mempunyai fabrik granulose. Komponen utama pembentuk batuan terdiri dari felspar dan piroksin. Mineral lainnya yang dapat dijumpai dalam jumlah
sedikit antara lain garnet, kianit dan lain lainnya.
6. Kuarsit
Kuarsit mempunyai fabrik granulose. Komposisi utama mineralnya terdiri dari kuarsa. Mineral lainnya yang dapat tumbuh antara lain garnet, muscovit, silimanit
dan lain lainnya.
7. Marmer
Marmer mempunyai fabrik granulose, komposisi utama mineral terdiri dari kalsit. Mineral lainnya, yang dapat dijumpai antara lain diopsit, tremolit. batuan
ubahan ini bersal dari batu gamping berbutir halus-kasar, akibat metamorfosa kontak atau regional.
8. Milonit
adalah batuan ubahan berbutir halus-gelas, akibat adanya pengaruh tekanan searah yang kuat. Batuan ini sering dijumpai pada sesar/patahan
Dibawah ini contoh contoh gambar dari batuan ubahan (metamorf) :
Batu Marmer Batu Schist Batu Gneis Batu Antrasit Batu Filit Batu Sabak
Ciri-ciri umum untuk membedakan jenis-jenis batuan :
Tabel 3. 2 Ciri Umum Jenis Batuan