Anda di halaman 1dari 13

BAB 3 BATUAN PEMBENTUK KERAK BUMI

Berdasarkan cara terjadinya batuan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan ubahan. Batuan beku terjadi karena
magma yang membeku. Pengertian magma akan dibahas lebih jelas pada berikutnya dibawah ini.
Batuan sedimen terjadi karena batuan yang telah ada sebelumnya mengalami pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi. Diantara sumber batuan
sedimen adalah batuan beku. Jadi kalau ditelusuri secara jauh pada hakekatnya batuan sedimen berasal dari abtuan beku juga. Demikian juga dapat dibuktikan
bahwa asal muasal dari batuan ubahan adalah batuan beku. Batuan ubahan berasal dari batuan yang telah ada sebelumnya yang mengalami proses diagenesa.
Kulit bumi pada hakekatnya dibangun oleh lempeng lempeng tektonik yang kaku dan tegar. Lempeng tersebut ada yang merupakan kerak samudera dan
ada yang merupakan kerak benua. Kerak samudera dibangun oleh batuan beku yang basa, sedangkan kerak kontinen dibangun oleh batuan beku asam. Dari
penjelasan ini dapat dimengerti bahwa kerak bumi hampir seluruhnya dibangun oleh batuan beku, yang meliputi hampir 95 % dari kulit bumi. Namun demikian
apa yang dapat diamati dipermukaan tanah, hampir seluruh muka bumi tertutup oleh batuan sedimen. Dengan demikian pada hakekatnya batuan sedimen hanya
terdapat didekat permukaan saja. Tebal batuan sedimen dapat mencapai antara 6 – 7 Km. Prosentase batuan sedimen sebagai pembentuk kerak bumi hanya
berkisan 5 % batuan lainnya yaitu batuan ubahan mempunyai penyebaran yang sangat terbatas. Batuan ini hanya terdapat pada didasar dasar cekungan, disekitar
tubuh intrusi dan sesar. Penyebarannya sangat terbatas.
3.1 Batuan Beku (Igneous Rocks)
Batuan beku (igneus rocks) adalah batuan yang terjadi akibat pembekuan langsung dari magma. Berdasarkan tekstur dan tempat terbentuknya, Rosenbusch (1877
– 1907 ) membagi batuan beku menjadi batuan beku luar (plutonik), batuan beku gang (dike), batuan beku luar (effusive), sedangkan Troger menamakan
kelompok batuan dike dengan hypabyssal, yang dicirikan pembentukannya didekat permukaan, berupa bentuk intrusi kecil seperti dike, sill dengan tekstur
porpiritik. Perbedaan antara ketiganya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya terbentuk sempurna dengan tekstur Paneritik. Contoh batuan beku plutonik ini seperti granit,
granodiorit, siyenit, diorit, gabro, diorite, dan peridotit. Batuan beku dike/gang umumnya terbentuk hampir dipermukaan bumi dengan komposisi mineral mineral
yang berukuran butiran antara kasar dan halus yang hampir sama dengan tekstur porpiritik. Contoh batuan beku ini diantaranya granitporpir, granodioritporpir,
siyenitporpir, dioritporpir dan gabroporpir. Sedangkan untuk batuan beku luar (effusive) umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat sehingga
mineral penyusunnya umumnya adalah berbutir halus dengan tekstur afanitik. Contoh batuan diantaranya riolit, dasit, trakhit, andesit, dan basalt.
Batuan beku yang terjadi, dibangun oleh mineral mineral penyusun batuan beku yang akan mempunyai ukuran yang berbeda beda tergentung kepada kecepatan
pembekuan magma itu sendiri. Masing masing jenis mineral mengalami kristalisasi pada temperature yang berbeda beda.
a) Pengertian Magma
Orang awam menganggab bahwa magma adalah cairan panas yang keluar pada saat terjadi letusan gunung berapi. Pengertian tersebut menjadi rancu dengan lava.
Magma pada hakekatnya merupakan cairan silikat yang sangat panas, yang berada didalam kulit bumi. Suhu dari pada magma mencapai ribuan derajat celcius.
Magma merupakan cairan aktif dan cenderung untuk naik keatas permukaan tanah. Didalam gerakannya naik kepermukaan tanah, magma dapat mencapai
permukaan tanah atau membeku di tengah perjalanan. Magma yang dapat mencapai permukaan tanah disebut sebagai lava. Temperatur pada saat mencapai
permukaan tanah masih sangat tinggi, sekitar 1100 derajat celcius.
b) Klasifikasi Magma
Klasifikasi magma dapat dilakukan dengan berdasar pada komposisi batuan beku yang terbentuk dari magma tersebut. pada hakekatnya magma hanya terdiri dari
dua jenis, yaitu magma asam atau magma granit-granodiorit dan magma basa atau magma gabro-basalt.
Magma granit-granodiorit ini sering dijumpai sebagai batholit terbesar pada kulit bumi. Dari magma tersebut akan terjadi batuan batuan granit, grano diorit, siyenit
dan sebagainya. Menurut daly (1914) granit dan grano diorit didapat secara luas di Amerika Utara. Batuan ini menghasilkan batuan volkanik jenis riolit, dasit,
trakhit dan andesit. Magma tersebut merupakan pembentuk utama kerak kontinen (sial). Magma gabro-basalt akan menghasilkan batuan gabro, basalt, diabas dan
peredotit. Magma ini merupakan magma basa yang merupakan komponen utama pembentuk kerak samudera. Batuan ini dikenal sebagai lapisan Sima.
c) Intrusi dan ekstrusi
Magma yang ada didalam kulit bumi berasal dari proses tumbukan antara lempeng samudera dengan lempeng benua. Pada proses tersebut lempeng samudera akan
menyusup dibawah lempeng benua. Tempat penyusupan lempeng samudera disebut sebagai zona subduction. Kecepatan penyusupan sangat lambat, berkisar 1 cm
sampai dengan 7 cm dalam pertahunnya. Pada kedalaman 170 Km kerak samudera akan mencair sebagian. Cairan tesebut akan melarutkan kerak kontinen dan
menjadi magma. Magma tersebut akan menerobos batuan yang ada diatasnya, melalui bagian bagian kulit bumi yang lemah. Penerobosan magma dapat mencapai
permukaan tanah atau terhenti ditengah jalan. Penerobosan magma yang terhenti di dalam kulit bumi disebut intrusi. Dan sebaliknya penerobosan magma yang
mencapai kepermukaan dikenal dengan istilah ekstrusi. Selama penerobosan keatas temperatur magma turun, sehingga sebagian magma mengkristal dan gerakan
penerobosan menjadi terhambat, karena magma menjadi kental. Bila bagian kulit bumi sulit untuk diterobos, perjalanan keatas menjadi lambat dan sementara
proses pengkristalan berjalan terus, akhirnya seluruh magma menjadi beku. Penurunan temperatur bisa cepat bisa pula lambat. Pada penurunan temperatur yang
lambat akan terbentuk kristal yang besar, sebaliknya pada penurunan temperatur yang cepat akan terbentuk kristal yang halus. Penurunan temperatur dapat pula
sedemikian cepat, sehingga magma tidak sempat mengkristal, yang menghasilkan batuan amorf. Intrusi mempunyai berbagai macam bentuk yang berbeda tubuh
intrusi dapat memotong tubuh batuan diatasnya, atau sejajar dengan perlapisan batuan. Berdasarkan bentuk intrusi dapat dibedakan menjadi beberapa macam
diantaranya batholit, lakolit, lapolit, sill, dyke dan sebagainya.
d) Cara terjadinya batuan beku
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa batuan beku terjadi dari magma yang membeku. Magma pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 2(dua)
golongan besar, yaitu magma asam dan magma basa. Dari dua jenis magma tersebut akan lahir magma magma lain, sebagai akibat proses diferensiasi dan
asimilasi dari magma. Proses tersebut akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya. Magma asam adalah magma yang kaya akan silika, sedang magma basa
adalah sebaliknya miskin silika. Magma basa kaya akan besi dan magnesium. Komposisi tersebut akan menentukan jenis mineral yang terbentuk pada proses
pembekuan magma tersebut. sebaliknya magma asam kaya akan kalium, natrium dan aluminium.
Kristalisasi magma diawali oleh mineral besi magnesium dan diakhiri oleh mineral kalium, natrium dan aluminium. Urutan kristalisasi tersebut dapat dilihat
sebagai, serie reaksi bowen. Dibagian kiri dari diagram tersebut dapat dilihat urutan kristalisasi dari mineral olivin sampai biotit. Pada urutan ini reaksi
berlangsung tak menerus. Tiap mineral akan bertahan sampai temperatur tertentu, sebelum berubah menjadi mineral lain. Sebagai contoh, mineral olivin yang
terbentuk pada awal kristalisasi, akan tetap sebagai olivin. Mineral tersebut kemudian dapat berubah menjadi piroksin Mg pada temperatur tertentu. Perubahan satu
mineral ke mineral lain tidak berlangsung tidak secara cepat. Pada kenyataannya mineral piroksin masih dapat dijumpai bersama dengan mineral olivin. Dibagian
kanan diagram terdapat serie mineral plagioklas dari anortit sampai albit. Mineral anortit terbentuk pertama kali dalam serie reaksi ini. Mineral ini secara otomatis
akan berubah menjadi mineral bintownit, bila temperatur turun pada reaksi ini berjalan menerus. Demikian juga mineral bintownit akan berubah menjadi labradorit
pada penurunan temperatur lebih lanjut. Dengan proses reaksi menerus, akibatnya pada batuan hanya akan dijumpai satu mineral plagioklas. Dari reaksi bowen
tersebut dapat dilihat bahwa pada awal kristalisasi magma, akan terbentuk mineral mineral kaya akan besi magnesium. Sebaliknya pada akhir kristalisasi akan
terbentuk mineral kaya aluminium, kalium dan natrium. Dengan demikian batuan yang dihasilkan, pada mulanya batuan beku basa, sedang pada akhir pembekuan
dihasilkan batuan beku asam.

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


Gambar 3. 1 Diagram Seri Reaksi Bowen

Batuan beku mempunyai variasi yang banyak sekali. Padahal bahan asalnya hanya dua macam magma, yaitu magma asam dan magma basa. Dua macam magma
tersebut dapat berubah menjadi berbagai macam magma, karena adanya proses diferensiasi dan asimilasi. Diferensiasi merupakan proses yang menyebabkan
magma homogen berubah menjadi heterogen, tanpa adanya tambahan bahan dari luar tubuh magma. Sebaliknya bila ada tambahan bahan dari luar tubuh magma,
proses tersebut dinamakan asimilasi.
e) Tekstur dan Struktur Batuan Beku
Untuk penamaan batuan selain mengetahui komposisi mineral, juga harus diketahui pula tekstur dan struktur batuan tersebut. Tekstur batuan dapat dibagi
berdasarkan keseragaman butir mineral dan hubungannya satu sama lain. Tekstur batuan beku dapat dibagi atas tekstur paneritik, porpiritik dan afanitik. Struktur
batuan dipengaruhi oleh orientasi dari butir mineral, proses pembekuan dan proses pelapukan batuan. Adapun struktur batuan beku diantaranya adalah lava blok,
lava ropi, lava bantal, flow banding, diaklas kolumnar, diaklas berlapis, diaklas berlapis tipis, xenolit, orbikuler, seferulitik, vescular dan amigdoloidal.
1. Tekstur
Tekstur batuan beku dapat dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu holokristalin, merokristalin dan holohialin. Apabila pada batuan beku yang seluruh
komponennya terdiri dari mineral dinamakan tekstur holokristalin. Batuan semacam ini pada umumnya mengkristal dibagian dalam dari kulit bumi. Bila
pengkristalan terjadi dekat permukaan bumi, sebagian batuan akan dibangun oleh mineral dan sebagian yang lain terdiri dari masa silikat yang tak diketahui
jenisnya, batuan demikian dikatakan mempunyai tekstur merokristalin batuan beku juga dapat dibangun eloh seluruhnya mineral halus, batuan ini berasal dari
proses pembekuan yang magma yang sngat cepat sehingga mineral tak sempat tumbuh. Batuan tersebut dikatakan mempunyai tekstur holohialin. Tekstur batuan
beku dapat pula dibagi atas paneritik, porpiritik, apanitik, aplitik, maupun diabasik. Penjelasan dari tiap tekstur diberikan sebagai berikut :
 Tekstur Paneritik
Tekstur batuan beku yang hampir seluruhnya batuan dibangun oleh mineral dengan ukuran kristal besar dan beragam. Sebagai contoh pada batuan granit,
granodiorit, siyenit dll.
 Tekstur Porpiritik
Tekstur pada batuan beku yang dibangun oleh mineral mineral yang tumbuh sangat besar, diantara mineral yang mempunyai ukuran halus. Sebagai contoh pada
batuan granit porpir, siyenit porpir, diorit porpir dll.
 Tekstur Apanitik
Tekstur pada batuan beku yang ditandai oleh pertumbuhan mineral yang umumnya halus, diantara masa silikat yang tak dikenal komposisinya. Sebagai contoh
pada batuan riolit, andesit, trakhit, basalt dll.
 Tekstur Aplitik
Tekstur pada batuan beku yang ditandai oleh adanya pertumbuhan mineral yang agak halus, tetapi masih sangat mudah dikenal secara megaskospis dengan butiran
seragam.
 Tekstur Diabasik
Merupakan tekstur pada batuan beku yang terjadi oleh pertumbuhan bersama antara mineral piroksin dan plagioklas dimana mineral plagioklas tumbuh radial
didalam mineral piroksin. Batuan beku dengan tekstur tersebut dinamakan diabas.

a c

3. 2 Tekstur Paneritik pada sayatan tipis Gambar 3. 3 Paneritik, b. Porpiritik, c. Afanitik 3. 4 Tekstur Aplitik 3. 5 Tekstur Diabasik
Di bawah ini contoh batuan yang mempunyai tekstur paneritik, porpiritik, apanitik dan amorf/glass pada batuan.

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


Gambar 3. 6 Contoh Tekstur pada Batuan

2. Struktur
Struktur batuan beku dapat digolongkan kedalam struktur makro dan mikro. Struktur makro hanya dapat diamati apabila batuan beku dijumpai sebagai singkapan
pada saat kita survey dilapangan, sedangkan struktur mikro dapat diamati pada batuan beku dalam bentuk contoh batuan dilaboratorium.
 Struktur Makro
Struktur makro tidak berpengaruh dalam penamaan batuan beku. Struktur ini perlu diketahui untuk mengetahui sejarah pembekuan batuan tersebut. Berikut ini
beberapa struktur makro yang terdapat pada batuan beku :
 Struktur Lava Blok
Struktur ini sering dijumpai pada lava, dengan permukaan yang kasar membentuk pola tidak teratur.
 Struktur Lava Ropi
Struktur ini terdapat pada lava yang sangat basa, menyerupai garis garis radial.
 Struktur Lava Bantal
Struktur ini mempunyai silinder silinder bantal. Struktur terjadi karena pertemuan aliran lava dengan genangan air laut. Pada saat aliran lava bertemu air laut, lava
mendadak membeku disusul oleh pembekuan aliran lava berikutnya, sehingga menimbulkan tumpukan lava yang menyerupai bantal.

Gambar 3.7 Struktur lava blok Gambar 3.8 Struktur Lava Ropi Gambar Struktur Lava Bantal
 Struktur Diaklas Columnar
Struktur ini terjadi karena adanya pembentukan diaklas bersamaan dengan pendinginan magma. Diaklas tersusun menyerupai tabung berbentuk segienam. Struktur
semacam ini dapat dijumpai pada batuan beku luar ataupun batuan beku dalam.
 Struktur Mikro
Struktur mikro dapat diamati pada contoh batuan dilaboratorium. Struktur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
 Struktur Xenolit
Struktur ini terbentuk oleh adanya masa asing yang masuk kedalam batuan beku. Masa tersebut biasanya terdiri dari batuan yang bersumber dari tempat lain.
 Struktur Orbikular
Struktur ini terbentuk karena adanya orientasi mineral secara radial menyerupai kipas, mengelilingi xenolit. Mineral radial umumnya terdiri dari mineral bitownit,
hornblende, atau piroksin.
 Struktur seferulitik
Struktur ini mempunyai bentuk menyerupai kipas, yang berawal dari satu titik. Komponen ini umumnya merupakan mineral plagioklas.
 Struktur Vescular
Strukur ini sering dijumpai pada batuan beku luar. Lava yang mengalir dipermukaan tanah, mengeluarkan gas dan meninggalkan lobang bekas gas tersebut. Lava
yang berlobang lobang dikatakan mempunyai struktur veskular.
 Struktur Amigdoloidal
Struktur yang terjadi pada lava vescular. Bila lobang vescular telah terisi oleh kristal kristal yang baru, maka strukturnya dinamakan struktur amigdoloidal.

3. 10 Struktur Xenolit 3. 11 Struktur Orbikular 3. 12 Struktur Sferulitik 3. 13 Struktur Vescular 3. 14 Struktur Amigdoloidal
Mineral pembentuk batuan beku
Untuk memberikan nama batuan beku terlebih dahulu harus mengenal mineral pembentuk batuan beku. Jumlah mineral tersebut tidak terlalu banyak, dan mudah
dihafal. Mineral yang perlu diketahui terbatas yang tercantum pada Serie Reaksi Bowen yang terdiri dari olivin, piroksin, amphibol, biotit, plagioklas, ortoklas,
muskovit dan kuarsa. Untuk dapat mengenal mineral tersebut secara migaskopis, berikut diberikan sifat sifat mineral bila diamati dalam batuan.
 Mineral Olivin
Mineral olivin didapat didalam batuan beku basa sampai ultra basa. Didalam batuan mineral berwarna hijau botol-hijau kecoklatan, bening, tembus cahaya. Bentuk
mineral granular, pecahan konkoidal, tidal memiliki belahan, keras. Mineral olivin ada dua macam yaitu mineral fosterit dan fayalit. Kedua mineral dapat dengan
mudah menjadi serpentin oleh proses hidrotermal. di udara terbuka mineral olivin dapat teroksidasi menjadi mineral hematit yang berwarna coklat, atau merah
kecoklatan.
 Piroksin
Piroksin dapat dijumpai dalam batuan beku asam sampai ultra basa. Pada potongan batuan, mineral piroksin nampak secara tak utuh tergantung pada arah
potongan tersebut, apakah searah dengan arah memanjang mineral atau memotong mineral. Mineral tersebut sering nampak segi empat pendek, bidang belahan
terlihat sebagai garis garis yang sejajar dengan arah memanjang mineral. Dalam batuan mineral tersebut berwarna hijau hitam. Mineral piroksin merupakan nama
kelompok mineral. Diantara anggota kelompok dapat didapat mineral enstatit, hiperstin, diopsit dan augit. Mineral enstatit dan hiperstin berkembang pada batuan
metamorf, sedangkan mineral diopsit dan augit terdapat pada batuan beku.

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


Gambar 3. 15 Mineral Olivine Gambar 3. 16 Mineral Piroksin
 Amphibol
Amphibol dapat dijumpai dalam batuan beku asam sampai ultra basa. Dalam batuan nampak berwarna hijau kehitaman. Bentuk potongan mineral tampak sebagai
segi empat panjang. Bidang belahan terlihat sebagai garis garis yang sejajar dengan arah memanjang mineral. Mineral amphibol merupakan nama kelompok.
Diantara kelompok mneral amphibol yang sering dijumpai pada batuan beku adalah mineral hornblende.
 Biotite
Biotite banyak didapat pula pada batuan beku asam, berwarna hitam, bentuk segi enam, memiliki belahan sangat jelas, sangat lunak, mudah digores dengan jarum
baja.
 Plagioklas
Plgioklas didapat pada batuan beku asam sampai basa, tetapi dengan jenis mineral yang berbeda. Dalam batuan berwarna putih kusam, berbentuk segi empat
panjang, keras. Gores garis yang menandai belahan kurang jelas. Mineral ini merupakan nama kelompok yang terdiri dari enam mineral yaitu albit, oligloklas,
andesin, labradorit, bitownit, dan anortit
 Ortoklas
Mineral ortoklas terdapat pada batuan beku asam sampai intermidiate. Mineral berwarna putih sampai pink, bentuk prismatik pendek, terdapat gores gores garis
oleh belahan. Mineral ortoklas termasuk dalam felpar potas, banyak berkembang pada batuan granit, siyenit, granodiorit dan diorit, mineral felspar lainnya sanidin
sering didapat pada dalam batuan volkanik asam seperti riolit dan trakhit.

Gambar 3. 17 Mineral Plagioklas Gambar 3. 18 Mineral Ortoklas Gambar 3. 19 Mineral Kuarsa


 Kuarsa
Mineral kuarsa dijumpai dalam batuan beku asam sampai intermidiate. Pada batuan nampak berwarna putih bening, berbentuk granular, tidak terdapat belahan,
keras.
Semua mineral yang telah diuraikan diatas adalah mineral pembentuk batuan beku. Mineral tersebut didapatkan dalam batuan beku, pada prosentase tetentu dan
menjadi penentu untuk penamaan batuan.
F. Klasifikasi dan Pemerian Batuan
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan pada tekstur batuan dan komposisi mineralnya, menurut Huang (1962) batuan beku dapat dibedakan atas :
 Granit/Granitporpir
Granit pada umumnya mempunyai warna terang, mineral gelap tidak begitu banyak. Batuan ini mempnyai tekstusr paneritik. Komposisi mineral terdiri dari kuarsa
lebih dari 10 %, mineral ortoklas lebih banyak dibanding plagioklas. Mineral berwarna gelap yang dapat dijumpai diantaranya hornblende dan sedikit piroksen.
Batuan granit dengan tekstur porpiritik disebut granit porpir. Batuan granit yang dibangun oleh dua mineral utama yang terdiri dari ortoklas dan kuarsa dinamakan
grapik granit, sedangkan granit yang mempunyai tekstur aplitik disebut batuan aplit.
 Granodiorit / Granodiorit porpir
Granodiorit mempunyai warna yang terang. Mineral berwaarna gelap kurang dari 50 %. Batuan ini mempunyai tekstur paneritik. Komposisi mineral terutama
terdiri dari plagioklas dan ortoklas. Prosentase plagioklas lebih banyak dibandingkan dengan ortoklas. Pada batuan tersebut masih banyak dijumpai kuarsa.
Mineral lainya berupa mineral berwarna gelap dapat dijumpai dengan jumlah kecil seperti biotite, hornblende dan piroksin. Batuan granodiorit dengan tekstur
porpiritik dinamakan granodiorit porpir
 Siyenit / Siyenit porpir
Siyenit mempunyai warna yang terang, mirip dengan granit. Batuan ini mempunyai tekstur paneritik. Komposisi mineral terdiri dari ortoklas dan plagioklas
dengan prosentase ortoklas lebih besar dari plagioklas. Batuan ini dibedakan dengan granit , oleh kahadiran mineral kuarsa yang kurang dari 10 %. Mineral
berwarna gelap yang bisa hadir dalam jumlah sedikit antara lain biotit, hornblende dan piroksin. Siyenit dengan tekstur porpiritik disebut siyenit porpir.

3. 20 Batuan Granit beserta sayatan tipis 3. 21 Batuan Beku Grano-Diorit beserta sayatan tipis 3. 22 Batuan Beku Siyenit dan sayatan tipis batuan
 Diorit / Diorit porpir
Diorit mempunyai warna dengan perbandingan yang hampir sama antara warna terang dan warna gelap. Batuan tersebut mempunyai tekstur paneritik. Komposisi
mineral terdiri dari ortoklas dan plagioklas. Komposisi plagioklas lebih besar dibandingkan ortoklas. Mineral kuarsa didapat kurang dari 10 %. Komposisi mineral
lainnya terdiri dari hornblende dan piroksin. Diorit dengan tekstur porpiritik, disebut diorit porpir.
 Gabro / Gabro porpir
Gabro mempunyai warna yang relatif gelap. Mineral berwarna gelap sudah sangat dominan. Batuan ini mempunyai tekstur paneritik. Komposisi utama terdiri dari
mineral plagioklas, hornblende dan piroksin. Pada batuan ini sudah sering muncul mineral olivin. Mineral kuarsa tidak ada pada gabro kadang kadang dijumpai
pertumbuhan bersama antara plagiklas dan piroksin, membentuk tekstur diabasik. Gabro semacam ini disebut diabas.
Gabro dengan tekstur porpiritik disebut gabro porpir.
 Nepelin Siyenit
Nepelin siyenit mempunyai warna yang terang. Felspart dalam batuan ini sering tidak berkembang dan sebagai gantinya tumbuh mineral nepelin. Batuan siyenit
dengan asosiasi mineral nepelin, disebut nepelin siyenit. Batuan ini mempunyai tekstur paneritik. Komponen pembentuk utama terdiri dari ortoklas dan nepelin.

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


3.22. Batuan Beku Diorit 3. 23 Batuan Beku Gabro dan sayatan tipis batuan 3. 24 Sayatan tipis batuan beku nepelin
siyenit
 Riyolit
Batuan beku luar dari granit, disebut riolit. Riolit mempunyai warna terang, dengan tekstur apanitik. Mineral mikroklin sering berkembang sebagai fenokirs.
 Dasit
Batuan beku luar dari granodiorit adalah dasit. Batuan ini berwarna terang, abu-abu dengan tekstur apanitik. Plagioklas sering berkambang sebagai fenokris.
 Trakhit
Trakhit merupakan batuan beku luar dari siyenit. Batuan ini berwarna terang, dengan tekstur apanitik. Mineral sanidin sering berkembang sebagai fenokris pada
batuan ini.

3. 25 Batuan riyolit & sayatan tipis batuan riyolit 3. 26 Batuan beku dasit beserta sayatan tipis 3. 27 Sayatan batuan beku trakhit
 Andesit
Andesit adalah batuan beku luar dari diorit. Batuan ini berwarna antara terang sampai dengan terang, dengan tekstur apanitik. Fenokris pada batuan ini umumnya
berukuran halus, terutama terdiri dari mineral hornblende dan sedikit piroksin.
 Basalt
Basalt adalah batuan beku luar dari gabro. Batuannya berwarna gelap, dengan tekstur apanitik. Pada batuan ini sering berkembang mineral olivin, dengan ukuran
yang halus. Selain olivin dijumpai pula mineral piroksin.
 Ponolit
Ponolit adalah batuan beku luar dari nepelin siyenit. Batuan berwarna terang dengan tekstur apanitik. Pada batuan ini sering berkembang mineral nepelin sebagai
fenokris.
 Obsidian/pitston
Batuan ini mempunyai tekstur amorf dengan pecahan konkoidal. Warna batuan umumnya hitam kehijauan. Apabila batuannya berwarna putih bening maka
disebut pitston.

3. 28 Batuan Andesit dan sayatan tipis 3. 29 Batuan Basalt 3. 30 Sayatan tipis batuan ponolit 3. 31 Batuan Obsidian

Nama batuan beku sebenarnya masih banyak lagi tergantung dari klasifikasi yang digunakan berdasarkan siapa, namun pada umumnya seperti apa yang kita
sebutkan diatas merupakan contoh dari sekian batuan beku yang ada.
Contoh nama nama batuan beku diantaranya :

Batuan beku granit Batuan beku Rhyolit Batuan beku gabbro Batuan beku basal Batuan beku siyanit Batuan beku
granodiorit
Batuan Sedimen (Sedimentary Rocks)
Sedimen berasal dari kata latin, Sedimentian artinya pengendapan. Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses pengendapan atau sedimentasi. Batuan
sedimen memegang peranan sangat penting atau utama didalam mempelajari geologi minyak dan gas bumi, karena batuan sedimen dapat bertindak sebagai batuan
induk, batuan reservoir maupun batuan penyekat atau penutup.
Batuan sedimen berasal dari batuan yang telah ada oleh gaya gaya eksogen. Oleh pelapukan akibat perubahan temperatur, maka batuan yang telah ada (seperti batu
beku) dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan di tempat tempat yang rendah seperti laut, pantai dan danau. Mula mula sedimen tersebut lunak, lama
kelamaan mengeras. Pasir menjadi batu pasir, lempung menjadi batu lempung.

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


Kalau gambaran diatas adlah sedimentasi secara mekanik, sedimen dapat pula sebagai produk proses kimia maupun biologi. Istilah sedimen itu sendiri pada
awalnya lebih tercermin bagaimana endapan material padat itu berasal dari material suspensi didalam cairan. Sifat sifat sedimen seperti komposisi, tekstur, bentuk
maupun kandungan organiknya sangat ditentukan oleh lingkungan pengendapan. Faktor faktor fisik kimia dan biologi di dalam lingkungan pengendapan (sebagai
faktor internal) dan kondisi tektonik (sebagai faktor eksternal) menentukan jenis sedimen yang terbentuk.
1. Pelapukan
Pelapukan batuan merupakan interaksi antara kondisi atsmosfir dengan keadaan litosfir. Pelapukan fisik (mekanik) mengubah batuan lebih kecil ukurannya,
permukaan berubah maupun volumenya, tampa perubahan pada komposisi kimia. Pelapukan kimia mengakibatkan penghancuran secara kimia yaitu terjadinya
perubahan perubahan dari komposisi kimia. Kedua jenis pelapukan tersebut sering sekali berjalan secara bersamaan, dengan intensitas masing masing unsur dapat
berbeda. Pelapukan secara kimia misalnya dapat meningkatkan volume karena ada tambahan porositas, atau unsur unsur tentu berat jenisnya menjadi berkurang.
a) Pelapukan secara kimia
Peristiwa pelapukan kimia oleh karena adanya aktifitas air, zat asam, oksigen, karbondioksida terhadap bahan bahan batuan yang tidak setabil. Faktor penting
lainnya yang membantu pelapukan kimia adalah temperatur dan kelembaban, sehingga didaerah panas prosesnya akan lebih cepat daripada daerah dingin. Begitu
pula bila dbandingkan daerah daerah rendah dengan daerah tinggi ataupun daerah lembab dengan daerah kering. Pelapukan secara kimia melipuit proses proses
sebagai berikut:
 Oksidasi
Adalah suatu proses pelapukan yang dipengaruhi adanya penambahan oleh oksigen terhadap suatu material. Disini oksigen merupakan unsur kimia aktif yang
banyak terdapat dalam atmosfir maupun air. Sehingga batuan yang berhubungan dengan udara atau air akan mengalami pelapukan secara intensip.
Sebagai contoh pelapukan oksidasi adalah :
Ferro menjadi ferri ( 2Fe + 3O2 → Fe2O3 (Hematit))
Pada proses ini akan mengalami penambahan volume sebesar kurang lebih 22 %.
Sulfida menjadi solfat dalam hal ini, terjadi penambahan volume sebesar kurang lebih 15 % sampai dengan 25 %.
 Karbonasi
Adalah suatu proses pelapukan dimana faktor yang memegang peranan utamanya adalah CO 2 , CO3 atau HCO3. Selain itu dapat pula diakibatkan oleh aktifitas
biologi. Sebagai contoh :
Batuan yang kaya akan kalsium dan magnesium, pada umumnya akan lapuk oleh proses karbonasi. Air dengan CO 2 akan membentuk asam carbonat, reaksinya
adalah
2H2O + 2CO2 → H2CO3 + 2H+ + CO3- apabila air karbonat kontak dengan dolomit akan terjadi reaksi :
CaMg (CO3)2 + 2CO2 + 2H2O → Ca(HCO3)2 + Mg(HCO3)2.
 Hidrasi
Adalah suatu proses penambahan air didalam suatu mineral atau material. Hidrasi biasanya terjadi selama proses hidrolisa, oksidasi, karbonasi berlangsung.
Kandungan air didalam mineral ditunjukkan oleh rumus kimia dengan OH seperti mineral lempung dan dengan nH2O seperti Opal dan Gypsum. Sebagai contoh
mineral anhidrit karena oleh pengaruh air akan menjadi gypsum
(CaSO4) + H2O → CaSO4H2O)
 Hidrolisa
Proses ini sebetulnya hampir sama dengan proses hidrasi dimana kedua proses tersebut dipengaruhi oleh adanya air. Disini air (H 2O) akan terurai menjadi unsur
unsur hidrogen dan asam hidrogen unsur unsur tersebut terutama akan merubah mineral mineral yang tidak setabil golongan aluminium, silikat menjadi mineral
lempung dengan jalan menikat unsur unsur oksigen hidrogen. Bersamaa dengan hidrolisa, biasanya diikuti pula proses karbonasi.
b) Pelapukan secara mekanik
Kebanyakan batuan sedimen adalah porous dan tidak terkonsolidasi dengan baik, sehingga batuan tersebut akan mudah mengalami pelapukan secara mekanik
(disintegrasi). Proses proses atau faktor yang mempengaruhi pelapukan mekanik tersebut adalah :
 Frost Wedging
Air yang masuk pada pori pori batuan, ataupun patahan patahan sering kali mengalami pembekuan atau pencairan. Pada waktu pembekuan air, maka akan
menimbulkan tekanan. Karena pembekuan dan pencairan yang berkali kali, maka lama kelamaan batuan tersebut akan pecah menjadi fragmenfragmen yang lepas.
Proses ini akan efektif di daerah daerah atau pegunungan pegunungan tinggi.
 Aktifitas organisme
Sebagai contoh yang jelas dari aktifitas organisme adalah adanya akar tumbuh tumbuhan yang masuk pada retakan retakan batuan, sehingga retakan itu akan
terbuka makin lebar, akibatnya batuan akan mengalami disintegrasi.
 Pengaruh Panas (Thermal action)
Di daerah daerah kering, pergantian antara pengembangan dan pengerutan sebagai akibat panas yang tinggi pada siang hari dan dingin pada malam hari,
menyebabkan terjadinya retakan retakan pada muka lapisan. Proses ini akan efektif terutama pada batuan batuan padat, berbutir halus yang tersingkap.
 Abrasi atau erosi
Peristiwa yang paling banyak terjadi didalam pelapukan mekanis adalah abrasi, dimana abrasi ini bahkan mampu merusak batuan batuan yang sangat kompak.
Proses brasi sering dikenal dengan erosi. Media yang utama didalam abrasi adalah air dan es. Sedangkan abrasi yang dilakukan oleh angin dikenal dengan istilah
nama korasi. Selama abrasi, maka antar partikel itu sendiri akan saling bertumbukan, sehingga mengakibatkan fragmen fragmen tersebut akan menjadi lebih kecil
atau halus. Kecepatan abrasi akan dipengaruhi oleh banyaknya partikel yang diangkut dan kecepatan aliran.
Dalam kondisi normal, kecepatan erosi pada umumnya melebihi kecepatan pelapukan. Sumber sedimentasi adalah material material hasil pelapukan. Hukum
hukum aliran aliran fluida mendasari pemahaman tingkah laku partikel dalam fluida, kecepatan sedimentasi dan gerakan aliran. Kecepatan pengendapan
tergantung dari kekuatan aliran, serta besar, tingkat kebundaran dan berat jenis partikel. Aliran fluida terdiri dari 2 macam yaitu : aliran laminer dan aliran
turbulen. Aliran laminer umumnya berkecepatan rendah dan bila terdapat ketidakteraturan (misal batu) aliran akan membelok secara halus. Aliran turbulen
mengalir lebih cepat, tidak teratur, cenderung membentuk pusaran bila menjumpai hadangan benda atau batas yang besar tidak teratur.
2. Transportasi (pengangkutan)
Butiran butiran sedimen sebagai hasil daripada pelapukan batuan asal akan mengalami pengangkutan oleh suatu media dan akan diendapkan pada suatu tempat
tertentu. Jarak transportasi sedimen dari batuan asal dapat jauh ataupun dekat. Oleh karenanya sisa sisa tumbuhan dapat diendapkan pada rawa rawa dimana
mereka hidup dan kemudian mati, sedangkan abu vulkanik hasil letusan gunung api dapat diangkut jauh sekali dari tempat asalnya. Kebanyakan sedimen akan
bergerak atau diangkut secara tidak teratur dan melalui bermacam macam cara sebelum terjadi akhir pengendapan. Adapun media transportasi ini dibedakan
menjadi 4(empat) macam yaitu :
 Media air
Air adalah merupakan media transportasi yang paling penting, dimana dapat berupa aliran, gelombang laut ataupun air tanah. Sedimen yang dibawa oleh aliran air
dapat berupa partikel padat atau berupa suspensi (larutan).
Berdasarkan kecepatan arus, maka transportasi yang berupa partikel padat dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu
Kecepatan rendah disini pergerakan partikel mengelinding dan terseret sepanjang dasar aliran. Butiran pasir yang berukuran lebih besar akan lebih mudah bergerak
daripada yang halus, karena mempunyai permukaan yang lebih luas terhadap tekanan aliran.
Kecepatan lebih tinggi (sedang), pada kecepatan ini, partikel partikel mempunyai 2 (dua) fase bergerak dan fase terhenti, sehingga akan terjadi bentuk bentuk
gelembur gelombang.
Kecepatan tinggi, pada kecepatan ini semua partikel akan bercampur dengan air dan dalam keadaan bergerak. Dan akan terendapkan pada suatu cekungan setelah
energi dari aliran tersebut berkurang. Sedangkan untuk suspensi atau berupa larutan pada umumnya terdiri dari unsur unsur Na, Ca, Mg merupakan ion ion yang
mudah membentuk larutan. Ion Na kebanyakan akan terangkut sampai di lautan., sedangkan Ca dan Mg kadang kadang terikat oleh mineral lempung, dan dapat
pula mencapai air laut.
 Media Angin

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


Angin merupakan media transportasi yang kurang efisien bila dibandingkan dengan air. Meskipun begitu kecepatan angin biasanya melebihi arus air, dan angin
yang kencang dapat menggerakkan material material halus dalam jumlah besar. Sedangkan yang dihasilkan oleh angin biasanya mempunyai sortasi dan derajat
kebundaran baik.
 Gravitasi
Media transportasi ini adalah penting terutama pada daerah daerah yang berstadium muda. Bentuk sedimennya berupa kerucut kerucut, runtuhan di dasar dasar
tebing yang curam. Kombinasi antara air dan gravitasi akan menjadi geseran yang disebut slumping (longsor). Longsoran yang terjadi dilautan, juga menimbulkan
adanya erosi pada dasar lautan.
 Es atau gleiser.
Selama transportasi oleh es, sedikit sekali atau dapat dikatakan tidak terjadi sortasi. Ciri endapan es terdiri dari bermacam macam ukuran fragmen atau mineral
bahkan sampai bongkah dan bisa fragmen segar ataupun seluruhnya lapuk. Pada partikel besar biasanya dijumpai goresan goresan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara erosi dan transportasi pertikel pertikel yang diangkut akan terjadi perubahan perubahan dari ukuran
butiran bertabah kecil, fragmen fragmen akan menjadi bulat, besar butiran terlihat lebih seragam dan mineral yang tahan pelapukan makin menonjol.
3. Pengendapan
Adalah suatu proses diendapkannya suatu atau beberapa material baik berupa partikel ataupun larutan di suatu tempat tertentu.
Pengendapan bisa terjadi karena :
 Terjadi reaksi kimia (oksida besi)
 Mekanis (gaya tarik bumi) pada partikel pasir, konglomerat.
 Terjadi evaporasi dan adanya aktifitas organisme (karbonat).
Sedangkan kecepatan pengendapan bisa dipengaruhi oleh ukuran butir, kecepatan aliran dan berat jenis suatu partikel atau material. Adapaun proses terbentuknya
batuan sedimen dapat anda lihat pada skema berikut di bawah ini :
Skema Proses terbentuknya batuan Sedimen

Transportasi
(air, angin, es mencair, gravity, gelombang, organisme)
ENDAPAN
Sifat sifat umum batuan sedimen :
 Perlapisan batuan sedimen
Sifat utama batuan sedimen adalah perlapisan, sebab perlapisan berkaitan sekali dengan suatu hasil proses pengendapan batuan yang dimanifestasikan sebagai
perwujudan bidang bidang batas batuan sedimentasi. Beberapa cara mengenal perlapisan dapat didasarkan atas adanya : o Perubahan warna batuan o Perubahan
susunan mineralogi o Perubahan macam batuan o Perubahan kekerasan batuan o Perubahan struktur sedimentasi dan lain lainnnya.
Sifat kwalitatif besaran suatu perlapisan berkisar dari ukuran milimeter hingga ratusan meter, oleh karena itu diadakan pembatasan besaran tersebut untuk lebih
mudah mempelajarinya.
Mc Kee & Weir (1953) membagi ukuran perlapisan sebagai berikut o Lebih besar 120 cm dikatakan berlapis sangat tebal o 60 – 120 cm dikatakan berlapis tebal
o 5 – 60 cm dikatakan berlapis tipis o 1 – 5 cm dikatakan berlapis sangat tipis o 0,2 – 1 cm dikatakan berlapis halus.
o Kurang dari 0,2 cm dikatakan berlapis sangat halus
 Struktur sedimen
Ialah kelainan kelainan dari perlapisan normal atau sering disebut struktur batuan. Hal ini merupakan bagian kriteria kriteria yang dapat menunjukkan keadaan
lingkungan dimana batuan tersebut diendapkan. Struktur batuan sedimen pada hakekatnya dibagi menjadi dua golongan besar yaitu struktur unorganik dan struktur
organik. Struktur unorganik terjadi oleh proses mekanik dan kimia, sedangkan struktur organik terjadi akibat aktivitas organisme. Struktur unorganik dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu struktur primer dan struktur sekunder. Struktur primer terjadi pada saat sedimentasi berlangsung, sedangkan struktur sekunder terjadi
pada saat setelah proses sedimentasi.
Macam macam struktur sedimen :
 Graded Bedding adalah lapisan batuan klastik kasar yang mempunyai susunan batiran yang menghalus keatas. Susunan butir demikian dapat terjadi bila
transportasi cukup pekat, sehingga butiran kasar akan mengendap lebih awal dibanding butiran yang berukuran halus. Media demikian sering dijumpai pada
endapan turbidit. Struktur ini dapat dipakai sebagai alat indikator untuk menentukan top dan bottom dari lapisan batuan.
 Cross bedding (Silang siur)
Adalah lapisan batuan saling memotong, cross bedding terjadi oleh karena arus. Besar kecilnya cross bedding ditentukan oleh besar kecilnya arus, sedangkan
orientasinya dipengaruhi oleh arah arus. Berdasarkan pada ketebalan lapisan cross bedding dapat dibagi atas cross bedding dan cross lamination. Cross
bedding mempunyai ketebalan unit lapisan yang lebih tebal dari 1 Cm. Cross bedding memiliki susunan lapisan yang berbeda beda. Berdasarkan pada
susunan unit lapisannya, cross bedding dapat dibagi atas planar cross bedding dan trough cross bedding. Planar cross beddng mempunyai tiga komponen
perlapisan yaitu top set bedding, fore bedding dan bottom set bedding. Planar cross bedding hanya teramati dalam bentuk singkapan. Trough cross bedding
mempunyai bidang perlapisan yang saling memotong satu sama lainnya. Trough cross bedding dapat dipakai untuk menentukan arah arus purba. Arah trough
cross bedding pada suatu daerah diukur dari satu tempat ke tempat lainnya.
 Laminasi
Adalah lapisan batuan yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 Cm. Laminasi terjadi pada sedimen berbutir halus seperti lempung atau lanau. Laminasi
terjadi karena adanya perbedaan kecepatan pasokan sedimen pada daerah pengendapan. Variasi sedimentasi terjadi akibat perubahan kandungan lanau pada
batuan atau kandungan lempungnya.
 Mud Crack
Adalah merupakan struktur yang terjadi pada daerah berlumpur. Pada saat musim kering, permukaan tanah retak retak . retakan tersebut terawetkan menjadi
struktur mud crack. Struktur ini sering dipakai sebagai bukti adanya ketidakselarasan antara dua formasi batuan.
Struktur organik adalah struktur pada batuan sedimen yang disebabkan oleh adanya aktivitas organisme. Organisme dasar laut banyak yang membuat
rumahnya dengan membuat galian. Disamping membuat rumah, aktivitas menggali juga dilakukan dalam usah mencari makanan. Struktur yang terbentuk
akibat aktivitas organisme antara lain
 Burrow (borring)
Adalah bekas galian binatang, galian tersebut bisa sejajar dengan perlapisan attau tegak lurus terhadap perlapsan. Galian yang tegak lurus terhadap perlapisan
dilakukan binatang dalam usaha mengimbangi cepatna penurunan dasar cekungan atau menyelamatkan diri dari energi gelombang yang tinggi. Animal burrow
dapat dipakai sebaga parameter untuk menetapkan lingkungan pengendapan. Jenis organisme tertentu mempunyai bentuk burrow yang berbeda satu sama lainnya.
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
 Animal track
Adalah merupakan jejak organisme yang acak. Banyakmstruktur laminasi yang tidak terawetkan karena teracak oleh aktifitas organisme. Pada lingkungan lower
shore face. Perlapisan batuan tidak terbentuk, karena teracak oleh organisme air laut.
 Mold dan cash
Mold dan cash adalah beks cetakan organisme. Bila cetakan menimbulkan bekas yang cembung disebut mold. Sebaliknya bila bekasnya cekung disebut cast. Jenis
binatang yang mempnyai cangkang yang mudah larut akan memberikan jejak fosil sebagai cast. Pada sisi lain cangkang organisme dapat bertahan terhadap
elarutan. Cangkang semacam ini sering disebut mold.
 Fosil
Adalah sisa sisa dari pada jasad renik baik tumbuhan maupun hewan yang telah terawetkan dan membatu. Dari fosil ini banyak sekali kegunaannya diantaranya
adalah untuk menentukan umur batuan, maupun menentukan lingkungan pengedapan sebagai contoh adalah foraminifera, koral, sisa sisa daun dan sebagainya.
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen secara garis besar dibagi menjadi :
 Batuan sedimen klastis
Batuan yang dibentuk oleh proses sedimentasi partikel partikel batuan/mineral sebagai akibat adanya pelapukan mekanis/pisis.
contoh batuan konglomerat, breksi, batu pasir, lempung dll
 Batuan sedimen non klastis
Batuan ini terbentuk karena adanya konsentrasi daripada zat dalam larutan, lalu terjadi penguapan, kemudian terkonsentrasi atau batuan yang terbentuk oleh
adanya kegiatan kegiatan organisme.
Contoh batu gamping terumbu, dolomit, endapan pospat, endapan silika, endapan evaporit, batubara dll
 Batuan sedimen piroklastis suatu batuan yang terbentuk dari hasil kegiatan gunung api, yang kemudian mengalami proses seimentasi.
Contoh, Breksi volkanik, Agglomerat, lapili tuff, tuff kasar & tuff halus.
Klasifikasi Batuan Sedimen menurut Koesoemadinata adalah sbb:
 Golongan detritus kasar : breksi, konglomerat, batu pasir.
 Golongan detritus halus : batu lanau, serpih, batu lempung dan batu napal.
 Golongan karbonat ; batu gamping dan dolomit  Golongan evaporit : gips, batu garam.
 Golongan batuan sedimen lainnya : batu bara, fosforit, rijang dsb.
Beberapa batasan jenis batuan sedimen :
a. Konglomerat, adalah batuan sedimen klastis kasar yang terdiri atas fragmen-fragmen berukuran lebih besar 2 mm, membundar-membundar tanggung pada
umumnya mempunyai pemilihan buruk. Fragmen-fragmen konglomerat biasanya terdiri atas partikel-partikel yang tahan pelapukan seperti : kwarsit, granit,
kadang-kadang batu gamping dsb-nya.
b. Breksi, dibedakan dengan konglomerat karena banyaknya kandungan kandungan sedimen klastik kasar yang terdiri atas fragmen –fragmen berukuran lebih
besar 2 mm, menyudut-menyudut tanggung.
c. Batu pasir (sand stone), adalah batuan sedimen klastik kasar dan kompak yang disusun oleh partikel-partikel berukuran pasir (1/16 – 2 mm), baik menyudut
maupun membundar. Apabila batuan tersebut tidak kompak maka disebut pasir.
d. Serpih (shale), adalah batuan sedimen klastik halus terdiri atas batuan butiran lanau dan lempung (1/16 – 1/256 mm dan lebih kecil 1/256 mm), laminasi dan
berlapis tipis.
e. Batu lempung, adalah batuan sedimen klastik halus yang terdiri atas partikel-partikel berukuran lebih kecil 1/256 mm kompak.
f. Napal, (“marl”), adalah batuan sedimen klastik halus yang disusun oleh campuran gamping ( 65%) dan lempung ( 35%).
g. Batu gamping (“Limestone”), adalah batuan sedimen yang hampir seluruhnya disusun oleh mineral kalsit. Sedangkan mineral lainnya dapat berupa kwarsa,
feldspar, mineral lempung ataupun sisa-sisa organisme. Batu gamping sendiri bisa bersifat klastik maupun non klastik, tergantung bagaimana batu gamping
itu terbentuk.
Proses selama sedimentasi
Selama proses pengendapan berlangsung, dimana dari partikel partikel hasil pelapukan kemudian ditransport lalu diendapkan, maka selama pengendapan partikel
yang fragmental menjadi batuan sedimen yang keras atau kompak ini disebut Diagenesis.
Jadi diagenesis adalah proses proses yang berlangsung selama pengendapan batuan sedimen dalam tekanan dan temperatur yang normal. Akibat dari diagenesis
ini partikel partikel yang lepas atau terpisah pisah menjadi batuan sedimen yang kompak atau keras. Diagenesis dibedakan dengan metamorfisme adalah dimana
dalam metamorfisme proses berlangsung dalam tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, sedangkan dalam diagenesis tekanan dan temperatur normal.
Macam macam proses selama diagenesis. :
 Kompaksi adalah adanya pembebanan sedimen diatasnya, maka akan terjadi pemadatan atau kompaksi sehingga porositas menurun dan kadar air dalam
batuan mengurang atau mengkecil.
 Litifikasi atau pembatuan adalah merupakan tahap selanjutnya dari kompaksi sehingga porositas terus menurun, dan menjadi kompak atau membatu, atau
konsolidated tetapi belum ada semen atau belum terjadi penyemenan.
 Sementasi adalah proses penyemenan antar butiran.
 Autogenesis adalah pertumbuhan kristal dari larutan (insitu mineral) biasanya berfungsi sebagai semen.
 Pelarutan adalah pada kedalaman yang dalam, maka pengaruh temperatus atau tekanan akan melarutkan kristal atau mineral dalam batuan, sehingga timbul
rongga rongga.
 Replacement adalah proses penggantian (replace) mineral dalam batuan digantikan dengan mineral baru karena proses kimiawi. Misalnya kalsit diganti
menjadi dolomit dan sebagainya.
Tekstur dan Struktur batuan sedimen
Tekstur adalah merupakan hubungan antar butiran dalam batuan sedimen, dimana yang dimaksud butiran dalam batuan sedimen adalah menyangkut butiran itu
sendiri, matrik dan semen.
Tekstur batuan sedimen dibedakan menjadi 2(dua) macam yaitu :
Tekstur batuan sedimen klastik dan non klastik.
Dalam batuan sedimen klastik maka butirannya terdiri dari

Butiran / grain adalah partikel yang seolah olah mengambang dalam masa dasar.
Matrik/masa dasar adalah partikel yang lebih kecil dari butiran, dan seolah olah menyangga butiran tersebut.

Semen adalah merupakan zat perekat yang berfungsi merekatkan antara butiran dengan butiran, maupun
butiran dengan matrik
Unsur unsur tekstur dari batuan sedimen klastik meliputi
 Ukuran butir, yang umum dipakai adalah ukuran butir skala went word yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Ukuran Partikela skala went word
Diameter partikel/fragmen Nama partikel
> 256 mm Boulder
64 – 256 mm Couble
4 – 64 mm Peble

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)


2 – 4 mm Granule
1 – 2 mm Very coarse sand
½ - 1 mm Coarse sand
¼ - ½ mm Medium sand
1/8 – ¼ mm Fine sand
1/16 – 1/8 mm Very fine sand
1/256 – 1/16 mm Silt/Lanau
< 1/256 mm Clay

 Sortasi atau pemilahan


Sortasi atau pemilahan merupakan faktor atau dipengaruhi oleh transportasi, jarak atau lamanya transport. Misalkan media transport angin sortasinya lebih bagus
daripada air, tetapi air sortasinya lebih bagus daripada es dan seterusnya. Makin jauh jarak transport maka sortasi makin baik. Dikatakan sortasi jelek apabila
keseragaman butir sangat jelek, atau sangat heterogen sebagai contoh konglomerat, breksi.Dikatakan baik apabila butirannya seragam. Ada 3(tiga) kategori sortasi
yaitu : Well sorting, Medium sorting, Poor sorting.

Poor Medium Well


Tekstur batuan sedimen non klastik :
Tekstur untuk batuan sedimen non klastik umumnya terbentuk atau terjadi karena proses kimia, ataupun evaporasi (penguapan). Tekstur untuk batuan sedimen non
klastik dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
 Amorph ; bagi batuan yang tidak kristalin atau bentuk, sebagai contoh adalah opal atau gelas. Batuan jenis ini jarang dijumpai dalam singkapan yang luas.
 Kristalin : dibedakan menjadi beberapa diantaranya adalah
 Mikro kristalin ; batuan ini mempunyai ukuran kristal yang sangat kecil/lembut, tidak bisa dilihat sengan mata telanjang maupun mikroskop.
 Crypto kristalin jenis ini bisa kita lihat dengan mikroskop dengan pembesaran yang tinggi.
 Mikro kristalin ; dikatakan kasar apabila mempunyai ukuran kristal lebih besar dari 5 mm, sedangakan dikatakan sedang apabila mempunyai ukuran
kristal 1 - 5 mm , dan dikatakan halus mempunyai ukuran kristal lebih kecil dari 1 mm.
Struktur batuan sedimen
Struktur dibedakan dengan tekstur, bila tekstur merupakan kenampakan bagian dalam dari batuan sedimen, sedangakan struktur merupakan kenampakan luarnya.
Struktur sedimen dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
 Struktur syngenetik (struktur primer) adalah struktur sedimen yang terbentuk selama proses sedimentasi berlangsung.
 Struktur epygenetik (struktur skunder) adalah struktur yang terjadi sesudah sedimentasi berlangsung Struktur sedimen ini sangat penting sekali kegunaannya,
dengan struktur sedimen ini kita dapat mengetahui arah arus, arah penyebaran batuan, menentukan top dan bottom lapisan dan lain lainnya. Macam macam
Struktur sedimen syngenetik (struktur primer) :
 Graded Bedding ; orientasi butiran makin keatas makin halus
 Cross bedding (Silang siur) : bentuk lapisan saling menyilang
 Laminasi : garis garis tipis pada lapisan batu pasir

3. 32 Struktur Graded Bedding 3. 33 Struktur Cross Bedding 3. 34 Struktur Laminasi


Macam macam struktur sekunder / epygenetik :

Gambar 3. 35 Struktur Mudcrack - Mudcrack (retakan pada batuan lempung) Gambar 3. 36 Struktur Burrow
 Burrow ( galian bekas binatang ) dan lain sebagainya.
Pemerian batuan sedimen
Dalam mendiskripsikan atau memerikan batuan sedimen, baik itu berupa contoh dari survey geologi, maupun serbuk pemboran maka kurang lebih harus
dideterminasi/didiskripsikan meliputi hal tersebut dibawah ini :
1. Warna ..........................( abu abu, coklat, putih, coklat kemerahan dll)
2. Tekstur ........................( klastik dan non klastik)
3. Semen .........................( silika, kalsit )
4. Kekerasan ...................( sangat keras = batu gamping)
5. ( keras = gamping pasiran )
6. (lunak = lempung )
7. ( loss/lepas = pasir )
8. Struktur sedimen.........( primer/skender sbg contoh laminasi, graded bedding, cross bedding, burraw dan lain lainnya)
9. Komposisi mineral........( mineral primer, skender dll)
10. Kandungan fosil ...........( gastropoda, pelecipoda, foraminifera dll)
11. Porositas ......................( good, medium, poor, poorly) 9) Oil indication…………(kalau ada).
12. Sebagai salah satu contoh diskripsi batuan sedimen misal batu pasir :
13. Batu Pasir, abu abu, medium, sortasi bagu, subrounded-rounded, semen karbonat, keras, struktur laminasi, mineral kwarsa, porositas medium. Dibawah
ini contoh contoh batuan sedimen.
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
Batu Konglomerat Batu
Breksi

Batu Pasir Batu


Lempung

Batu Gamping Batu


Dolomit

Batu Serpih Batu Napal


Batuan Ubahan (Metamorphic Rocks)
Metamorfosa berasal dari kata meta dan morpih (meta = berubah; morph = bentuk). Jadi metamorfosa berarti perubahan bentuk. Istilah tersebut pertama kali
dikemukakan oleh Lyell, pada tahun 1832 yang pada dewasa ini diartikan suatu proses yang menyebabkan berubahnya susunan mineral dan struktur dari pada
batuan sesuai dengan keadaan fisik dan kimia yang mempengaruhinya. Pada umumnya metamorfosa terjadi pada kedalaman lebih dari 20 Km. Yang keseluruhan
atau sebagian besar terjadi pada keadaan padat tanpa melalui fase cair atau transportasi. Karenanya terjadilah rekonstruksi baru, dan terbentuklah batuan baru pula,
baik struktur maupun mineralnya yang disesuaikan dengan kondisi yang baru pula.
Berbeda dengan anateksis adalah proses yang melalui “total Melting” disini terjadi peleburan dimana batuan semula padat melebur menjadi semacam magma dan
ini bukanlah termasuk dalam proses metamorfosa, jadi metamorfosa adalah perubahan tanpa revolusi fase (fase padat dalam jangka panjang). khususnya dalam
batuan metamorfosa regional, dimana yang memegang peranan penting adalah P (tekanan) dan T (temperatur) misalnya batuan berbagai jenis meniraloginya
dipengaruhi oleh keadaan fisik, tekanan dan temperatur. Batuan ubahan adalah hasil suatu proses pada kedalaman yang cukup dalam. Oleh karena itu kita tidak
mungkin akan menemukan batuan ubahan dipermukaan bumi. Perubahan atau proses metamorfosa bisa terjadi karena pengaruh temperatur yang tinggi, tekanan
yang besar, cairan kimia aktif atau gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorfosa adalah :
1. Panas :
a. Geothermal gradien : yaitu kenaikan temperatur oleh semakin dalamnya bila turun jauh kedalam bumi (rata-rata tiap 100 m, temperatur naik 3 OC).
b. Adanya gesekan antara masa batuan yang satu dengan yang lain.
c. Adanya intrusi magma.
2. Tekanan
Ada berbagai jenis atau macam tekanan
a. Tekanan searah (“Shearing Stress / Directed Pressure) :
Dengan arah P (tekanan) tertentu atau terarah, merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemas batuan ubahan. Pengaruhnya adalah
perubahan bentuk, orientasi mineral, fracture, lipatan liatan kecil yang kompleks. Tekanan juga akan menurunkan titik didih mineral dan meninggikan
daya solubilitas, karenanya ini penting didalamnya rekristalisasi. Prinsip Rieke, menjelaskan bahwa larutan akan terjadi pada titik titik yang mendapat
tekanan paling besar didalam kristal, dan kemudian mengendap pada daerah daerah yang tekanannya paling rendah. Hal ini sangat penting dalam
pembentukan foliasi batuan ubahan.
b. Tekanan Hidrostatis ( Confining Pressure)
Tekanan merata ke seluruh penjuru yang besarnya tekanan merupakan fungsi dari kedalaman. Tekanan ini akan mengubah volume dan menghasikan
fabric granular dan cenderung untuk membantu perkembangan mineral mineral kurang padat didalam batuan ubahan. Sehingga mineral mineral silikat
alumina akan menghasilkan kianit dari metamorfosa pada kedalaman besar, sedangkan karena metamorfosa kontak dengan batuan beku di kedalaman
yang dangkal mineral tersebut akan menghasilkan andalusit (kurang padat) mineral mineral batuan metamorfosa tingkat tinggi seperti hiperstene .
secara umum batuan ubahan yang terbentuk pada zona metamorfosa lebih dalam akan lebih padat daripada hasil pada zona metamorfosa lebih dangkal.
1. Fluida dan Gas
Cairan dan gas mempunyai peran yang penting dalam proses metamorfose. Fluida menjadi katalis dalam perubahan dari satu mineral ke meniral yang lain. Fluida
berasal dari tiga sumber yaitu air meteorik, air juvenil dan air mineral. Air meteorik adalah air yang terjebak diantara pori batuan. Porositas batuan dapat mencapai
80 %. Pori tersebut ditempati oleh air, yang disebut air meteorik. Air tersebut dapat berperan dalam proses metamorfose. Katalis lainnya adalah air juvenil. Air
tersebut berasal dari tubuh intrusi. Pada akhir proses diferensiasi, magma komposisi yang kaya akan air. Berikutnya katalis yang berasal dari air mineral. Air
mineral berasal dari mineral hidroksida. Unsur air dari mineral yang terlepas, karena mineral tersebut berubah menjadi mineral lain, yang bukan mineral
hidroksida.
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
Type Metamorfose :
Berdasarkan pada cara terjadinya metamorfose dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu metamorfose regional, metamorfose kontak dan metamorfose kataklastik.
Metamorfose regional adalah metamorfose yang terjadi karena pengaruh tekanan dan temperatur, yang bersifat regional. Metamorfose ini berlangsung akibat
tekanan deep burial dan pemanasan karena gradien geothermal. Metamorfose kontak dapat terjadi bila ada kontak langsung antara batuan asal dan intrusi. Pada
proses tersebut temperatur mempunyai peran yang sangat penting. Sebaliknya metamorfose kataklastik terjadi karena kontrol tekanan bersifat dominan.
a) Metamorfose regional
Metamorfose regional terjadi karena kombinasi berbagai penyebab, Turner (1960). Diantaranya yaitu :
 Invasi Magma Granitis
Magma granitis berkembang pada kerak kontinen. Magma tersebut memberikan panas kepada batuan diatasnya. Sebagai akibatnya makin dalam kulit bumi
ditembus, semakin panas temperaturnya. Fenomena ini dinyatakan dalam gradien geothermal, yaitu pertambahan temperatur tiap 100 m masuk kedalam kulit
bumi, gradien geotermal umumnya berkisar 36 derajat celcius.
 Deformasi Regional
Deformasi regional menyebabkan terjadinya tekanan berarah. Tekanan semacam ini terjadi dibagian atas dari kulit bumi, pada saat suatu daerah mengalami
proses tektonik.
 Deep Burial
Deep burial pada hakekatnya merupakan tekanan beban. Tekanan tersebut berasal dari beban batuan sedimen yang menumpang diatasnya. Tekanan
mempunyai arah vertikal.
 Statik Rekristalisasi
Proses rekristalisasi terjadi dibagian dalam dari cekungan. Gradien geothermal telah menyebabkan temperatus naik terus kearah bagian dalam cekungan.
Pada temperatur tertentu mineral batuan tidak stabil, dan mengalami perubahan mineralisasi. Mineral baru tumbuh tanpa adanya unsur baru, yang masuk
kedalam sistem.
b) Metamorfose dinamik/kataklastik
Metamorfose kataklastik terjadi oleh deformasi bari batuan, karena adanya orogenesa atau tektonik. Kehadiran tektonik pada suatu cekungan menyebabkan
terjadinya perlipatan, pensesaran, longsoran dan penghancuran. Batuan yang dihasilkan lebih memperlihatkan hubungan tekstural dibandingkan dengan
hubungan mineralogi. Proses rekristalisasi sangat minim, didalam batuan yang mengalami deformasi kataklastik. Batuan yang dihasilkan oleh deformasi
tersebut dapat dikelompokan atas :
 Breksi Sesar
Breksi sesar ditandai oleh hadirnya fragmen fragmen tajam dari berbagai ukuran yang tersusun dalam matrik batuan serupa. Matrik terebut memiliki butiran
yang lebih halus. Fragmen breksi memperlihatkan retakan retakan.
Beberapa komponen mineral memperlihatkan belahan yang bengkok atau terlipat.
 Milonit
Milonit terbentuk oleh batuan yang terjadi tepung akibat sesar. Batuan relatif stabil tetapi berubah menjadi tepung, akibat deformasi. Tidak terlihat adanya
proses rekristalisasi. Bagian bagian batuan berbutir halus diselingi oleh lensa lensa batuan asal yang hancur, terorentasi secara linier sepanjang arah gerak
deformasi.
 Gneis Augen
Mineral fielspar sangat tahan terhadap deformasi. Batuan yang mengalami deformasi akan hancur, sementara mineral felspar pada batuan tersebut tetap utuh.
Produk dari deformasi menghasilkan fabrik gneisose dengan mineral felspar yang muncul sebagai fenokris.
c) Metamorfose sentuh / termal / kontak
Metamorfose yang terjadi akibat intrusi terhadap batuan asal. Intrusi memberikan panas dan tekanan. Makin dekat ketubuh intrusi makin besar temperatur,
dan tekanan yang diterimanya. Pada metamorfose ini temparatur (T) menjadi paling dominan peranannya dalam proses perubahan dalam batuan.
2. Tekstur dan Struktur
Tekstur batuan metamorf dapat dibagi berdasarkan ukuran butir dan hubungan geometri butiran. Menurut Becke tekstur batuan metamorf terdiri dari granoblastik,
porpiroblastik, idioblastik, xenoblastik, poikiloblastik, blastoporpiritik dan blastopitik Struktur batuan metamorf pada hakekatnya merupakan fabrik. Fabrik batuan
metamorf dapat dibagi berdasar pada hubungan geometri dan bentuk mineral. Pada batuan metamorf dapat dikenal fabrik kataklastik, hornfelsik, granulose
porpiroblastik, foliasi dan gneissose.
a) Tekstur
Becke mengusulkan penamaan tekstur batuan metamorf menggunakan kata blastik. Tekstur batuan metamorf diberikan nama berdasarkan pula hubungan geometri
antara matrik dan fenokris (butiran mineral). Berikut ini macam macam tekstur batuan metamorf
 Tekstur Granoblastik
Terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batasbatas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

Gambar 3. 37 Tekstur Granoblastik


 Tekstur Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral
 Tekstur Xenoblastik
Tekstur batuan metamorf yang dibangun oleh mineral yang tidak memiliki bentuknya anhedral
 Tekstur Porpiroblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana suatau kristal besar (fenokris) tertanam pada massa dasar yang relatif halus.
 Tekstur Poikiloblastik
Tekstur batuan metamorf yang menyerupai tekstur poikilitik pada batuan beku, beberapa kristal kecil tumbuh sebagai inklusi dalam kristal yang lebih besar.

3. 38 Tekstur Porpiroblastik 3. 39 Tekstur Poikiloblastik


 Tekstur Blastoporpiritik
Tekstur batuan metamorf yang berasal dari tekstur batuan beku porpiritik, dinamakan blastoporpiritik.
 Tekstur Blastopitik.
Tekstur batuan metamorf yang merupakan dari tekstur diabasik pada batuan beku, dinamakan blastopitik.
b) Struktur
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
Struktur pada batuan metamorf yang dapat diamati dalam ukuran contoh disebut fabrik. Fabrik ini mencerminkan orientasi pada mineral pada masa dasar dalam
batuan. Pada bautan metamorf dapat diamati fabrik diantaranya sebagai berikut :
1. Fabrik Kataklastik
Fabrik kataklastik terjadi dari fragmen batuan yang hancur akibat deformasi mekamik. Hancuran dapat sekian halus yang disebut milonit.
2. Fabrik Hornfelsik
Fabrik hornfelsik terdapat pada batuan metamorf dengan butir mineral yang relatif sama besar dan tidak memiliki orientasi terentu.
3. Fabrik Granulose
Fabrik granulose dibangun oleh mineral granular seperti kuarsa, felpart piroksin, garnet, kalsit, dolomt dan lain lain. Mineral dengan bentuk pipih atau linier
sangat jarang dijumpai. Contoh batuan dengan fabrik tersebut adalah marmer, granulit dan lain lainnya.
4. Fabrik Foliasi
Fabrik foliasi disebut juga dengan fabrik skistose. Fabrik ini dibangun oleh mineral pipih, diantaranya mineral mika.
5. Fabrik Gneisose
Fabrik ini dibangun oleh mineral oleh penjajaran mineral mineral.granular atau berbutir kasar, umumnya berupa kwarsa dan feldspar. Struktur ini seringkali
memperlihatkan belahan belahan tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang putus putus). Nama batuannya disebut gneis (genis).

3. 40 Fabrik Kataklastik 3. 41 Fabrik Hornfelsik 3. 42 Fabrik Granulose 3. 43 Fabrik Foliasi 3. 44 Fabrik Gneisose
Klasifikasi Batuan Metamorf.
Henry (1962) mengikuti jejak dari Pirson, yang membuat klasifikasi batuan metamorf berdasarkan teksturnya. Batuan metamorf pada umumnya dibedakan
menjadi 2(dua) yaitu batuan metamorf yang mempunyai tekstur foliasi dan non foliasi. Struktur non foliasi berlaku pada batuan metamorf dengan fabrik
granulose dan gneisose. Selanjutnya struktur foliasi dimiliki oleh batuan dengan fabrik skistose. Turner (1948) mengusukan klasifikasi batuan metamorf yang
didasarkan atas empat kriteria, yaitu : asosiasi batuan dilapangan, komposisi mineral, fabrik dan komposisi kimia. Metode ini sangat sulit diterapkan untuk aplikasi
dilapangan. Berikut diberikan klasifikasi Huang (1962). Yang telah dimodifikasi. Klasifikasi ini didasarkan atas, komposisi mimeral dan fabrik. Berdasarkan
klasifikasi tersebut batuan metamorf dapat dipisahkan atas : gneis, skiss, filit, sabak, granulit, kuarsit dan marmer.
1. Gneis
Batuan ini mempunyai fabrik gneisose. Komposisi utama mineral mempunyai bentuk granular. Diantara butir mineral granular, terdapat mineral yang mempunyai
bentuk lamelar, diantaranya mika, batuan gneis dapat dibedakan secara detail atas nama nama komponen utamanya. Diantara batuan gneis adalah Augen gneis,
gneis kuarsa felspatik, dan gneis hornblende. Batuan gneis ada yang berasal dari batuan sedimen maupun dari batuan beku. Gneis yang berasal dari batuan
sedimen disebut paragneis, sedang yang berasal dari batuan beku dinamakan ortogneis.
2. Skiss
Batuan ini mempunyai fabrik skistose atau foliasi. Komposisi utama mineral terdiri dari muskovit dan klorit. Penamaan batu skiss ditentukan oleh komposisi
mineral lainnya.
 Skiss klorit adalah skiss komponen utamanya mineral klorit
 Skiss pelitik mika adalah batuan skiss yang masih nampak seperti batu lempung, tetapi telah memperlihatkan pertumbuhan mineral muskovit, klorit dan
kuarsa.
 Skiss marmer adalah batuan skiss dengan komposisi mineral utamanya terdiri dari kalsit dan mika.
3. Filit
Filit mempunyai fabrik antara slaty dan skistose. Komposisi utama dari filit terdiri dari mika dan klorit. Mineral lainnya magnetit, hematit, turmalin. Pada batuan
ini masih nampak batuan asal yang bersifat lempungan.
4. Sabak
Batu sabak mempunyai fabrik slaty. Batuan ini berbutir halus, memperlihatkan skistose yang sejajar. Mineral pembentuk sangat sulit dikenal secara megaskopis.
Terbentuk secara metamorfosa regional berderajat rendah batuan asal dari batu serpih, batu lempung.
5. Granulit
Batuan ini mempunyai fabrik granulose. Komponen utama pembentuk batuan terdiri dari felspar dan piroksin. Mineral lainnya yang dapat dijumpai dalam jumlah
sedikit antara lain garnet, kianit dan lain lainnya.
6. Kuarsit
Kuarsit mempunyai fabrik granulose. Komposisi utama mineralnya terdiri dari kuarsa. Mineral lainnya yang dapat tumbuh antara lain garnet, muscovit, silimanit
dan lain lainnya.
7. Marmer
Marmer mempunyai fabrik granulose, komposisi utama mineral terdiri dari kalsit. Mineral lainnya, yang dapat dijumpai antara lain diopsit, tremolit. batuan
ubahan ini bersal dari batu gamping berbutir halus-kasar, akibat metamorfosa kontak atau regional.
8. Milonit
adalah batuan ubahan berbutir halus-gelas, akibat adanya pengaruh tekanan searah yang kuat. Batuan ini sering dijumpai pada sesar/patahan
Dibawah ini contoh contoh gambar dari batuan ubahan (metamorf) :

Batu Marmer Batu Schist Batu Gneis Batu Antrasit Batu Filit Batu Sabak
Ciri-ciri umum untuk membedakan jenis-jenis batuan :
Tabel 3. 2 Ciri Umum Jenis Batuan

Beku Sedimen Ubahan


Contoh batuan :
Granit, Grabo, Diorit Batu pasir Serpih konglomerat Sekis, Marmer, Sabak
MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)
Ciri Tekstur :
Fragmental, porus menyudut-membundar
Gelas, vesikuler porfiritik, diabitik phaneritik. Kristaloblastik milonitsasi granoblastik
mempunyai butiran masa dasar, semen
Struktur umum dilapangan Rekahan kolumnar, jarang
Berlapis baik, laminasi, silang – Penjajaran butiran foliasi dan lipatan
berlapis, struktur aliran.
gelembunggelombang sesar minor.
Kenampakan lain:
Lepas, terdiri atas kerakal, friable, biasanya Jarang/hampir tidak ada fosil perubahan
Tidak mengandung fosil
mengandung fosil bentuk struktur sisa.

MP : DASAR – DASAR GEOLOGI (TENAGA PENDIDIK : BENI SAWITO, S.T)

Anda mungkin juga menyukai