Anda di halaman 1dari 45

JENIS DAN SIFAT BATUAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Geofisika yang diampu oleh ibu Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd

Disusun Oleh:

Linda Novitayani

(K2309044 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan] Page 1

A. Batuan Pengetahuan atau Ilmu Geologi berdasarkan pada studi terhadap batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, berubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua hingga di dalam cekungan di bawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu atau batuan. Sebut saja kerakal di halaman rumah, kemudiandi jalan yang landasannya atau bagian tepinya dibuat dari batu. Di dasar atau tebing sungai, bahkan menengok bagian dari rumah anda mungkin sebagian besar terbuat dari batu. Batu atau batuan yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama dari Bumi kita ini. Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan, dan sejarah geologinya. Batuan merupakan benda alam yang menjadi penyusun utama lapisan litosfer. Batuan terdiri atas campuran antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terkait secara gembur atau padat. Oleh karena itu, kerak dan selubung atas bumi terdiri dari bermacam-macam batuan yang umur dan asalnya berbeda-beda. Batuan dapat diklasifikasikan berdasarkan: a. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu in. b. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu c. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu d. Proses pembentukan

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 2

B. Siklus Batuan

Siklus batuan menggambarkan seluruh proses batuan yang dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinu dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari. Melalui siklus batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi yang bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep siklus batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh James Hutton. Dalam siklus tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung di bawah atau di atas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap di permukaan, maka ia akan bersentuhan dengan atmosfer dan hidrosfer, yang menyebabkan

berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan
[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan] Page 3

dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang mengalir di atas dan di bawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang di pantai dan gletser di pegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat pengikis, yang dalam kerjanya berupaya untuk meratakan permukaan Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut, kemudian akan diendapkan di tempat-tempat tertentu sebagai sedimen.Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila batuan sedimen ini mengalami peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorf ini masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma. Panah-panah dalam gambar, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan metamorf atau batuan metamorf menjadi sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan batuan beku. Batuan sedimen di lain pihak dapat kembali menjadi sedimen akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan. Jika kita hubungkan siklus batuan dengan sedimentologi, maka batuan sedimen itu bisa berasal dari batuan apa saja, baik itu batuan beku, batuan metamorf, ataupun batuan sedimen itu sendiri. C. Jenis Batuan Berdasarkan proses pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. 1) BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK) Kata Igneous berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ignis yang berarti api atau pijar. Karena magma merupakan material atau bahan yang pijar dan sangat panas, maka batuan beku disebut dengan Igneous Rock. Batuan beku

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 4

adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi dari salah satu proses-proses yaitu kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur tinggi antara 1.500 2.500C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineralmineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowens Reaction Series. Beberapa mineral umum terdapat sebagai kandungan yang penting, dalam pembentukan yang mengikuti aturan tingkat kristalisasi dari magma. Setiap mineral akan mengkristal pada temperatur yang tetap dan terus-menerus mengikuti selang temperatur yang terbatas. Pada waktu magma mengalami pendinginan proses ini disebut diferensiasi magma. Sekitar 80% material batuan yang menyusun batuan kerak bumi adalah batuan beku. Untuk membedakan batuan beku dengan batuan lainnya terdapat tiga ciri utama, yaitu : a) Tidak mengandung fosil

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 5

b) Teksturnya padat, mampat, tidak ada pelapisan, serta strukturnya homogen dengan bidang permukaan ke semua arah sama c) Susunan sesuai dengan pembentukannya Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari tekstur, struktur, dan komposisi mineral. TEKSTUR Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu: a) Kristalinitas Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal. Selain itu, juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat, maka kristalnya akan halus. Akan tetapi, jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali, maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu: Holokristalin, yaitu batuan beku di mana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu

mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 6

Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

b) Granularitas Granularitas didefinisikan sebagai besar butiran (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu: Fanerik/fanerokristalin Besarnya kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara makroskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi : Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm. Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1-5 mm. Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5-30 mm. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm. Afanitik Besarnya kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan: Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1-0,01 mm. Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01-0,002 mm. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas. c) Bentuk Kristal

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 7

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu: Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli. Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu: Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur. Hubungan Antar Kristal Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristalkristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu: Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral. Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral. Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralmineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 8

Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. STRUKTUR Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, misalnya: Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu: Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubanglubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur. Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral padaarah tertentu akibat aliran
[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan] Page 9

Pada umumnya, struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar). Batuan beku dibedakan mejadi dua kelompok, yaitu berdasarkan tempat pembekuannya dan berdasarkan mineral penyusunanya. Berdasarkan tempat pembekuan dan cara terjadinya menurut Rosenbusch (1877-1976), batuan beku dibagi menjadi : Batuan Beku Dalam (Deep Seated Rock) / (Plutonik/Abisik/Intrusif) Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, adalah batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi, pada kedalaman 15-50 km. Karena tempat pembekuannya dekat dengan astenosfer, maka pendinginan magmanya sangat lambat sehingga menghasilkan batuan yang besar-besar dengan tekstur holokristalin, yaitu semua komposisi batuan disusun oleh kristal yang sempurna. Ciri-ciri batuan beku dalam, antara lain : Umumnya berbutir lebih kasar dibadingkan batuan beku luar. Jarang menunjukkan adanya lubang-lubang gas Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk intrusi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Bentuk diskordan, yaitu bentuk-bentuk batuan beku yang memotong (tidak sejajar) struktur batuan induk yang diterobosnya, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan jenjang volkanik. Batholit Batholit merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batholit merupakan kumpulan massa dari sejumlah

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 10

tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholit tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan yang di atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap fragmen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan xenolith. Stock Bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit. Dike Disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang

diterobosnya. Jenjang Volkanik adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 11

b. Bentuk konkordan, yaitu bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya , di antaranya adalah sill, lakolit dan lopolit. Sill adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar. Lakolit Sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan sill. Akibat prosesproses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan. Lakolit biasanya berbentuk lensa yang terletak di antara sedimen, karena magma dapat menerobos kerak bumi. Lakolit ini terdiri dari dua macam batuan beku dalam, yaitu sienit dan shonkinit. Sienit terdiri dari mineral apatit, hormblende, ortoklas, sibit, sodalit, nefelin, dan analkim. Shonkinit terdiri dari mineral apatit, ijih besi, olivine, biotit, augit, albit, mikroklin Na, ortoklas, sodalit, nefelin, kankrinit, dan zeolit. Sienit bersifat asam, sedangkan shonkinit bersifat basa. Maka di bagian atas dari dapur magma terjadi pembekuan magma yang bersifat asam, dan di bawahnya terdapat magma yang bersifat basa. Hal ini selalu terjadi pada bentuk-bentuk intrusi. Hasil penelitian Ida A. Brown terhadap batuan likolit adalah susunan dari atas ke bawah, sebagai berikut : Banatit (sienit kuarsa) Monzonit Shonkenit Piroksenit Lopolit Bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas. Bentuk lain dari sill dengan ketebalan 1/10 sampai 1/12 dari

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 12

lebar tubuhnya dengan bentuk seperti lensa di mana bagian tengahnya melengkung ke arah bawah karena batuan di bawahnya lentur. Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik. Contoh batuan beku dalam adalah granit,pegmatite, diorit, dan gabro.

a) Granit, termasuk batuan intrusif yang holokristalin, berstruktur butir, kadang kasar atau halus. Mineral pembentuk batuan terutama adalah kuarsa. Kebanyakan berwujud feldspar potas (ortoklas dan mikrolin), kadang sedikit plagioklas asam dan sedikit mineral biotit atau muskovit yang berwarna gelap yang paling jarang adalah hornblende dan piroksin (augit). Jumlahnya besar adalah feldsper potas yang kadang sebagian diganti oleh plagioklas. Feldsper mudah dibedakan karena mudah dibelah, kilap kaca, warna merah, putih atau kuning kelabu. Kuarsa yang ada biasanya tidak berwarna atau warna kelabu asap sampai hitam, butirannya tidak teratur, kilap minyak, dan pecahan kerang atau kasap. Karena pengaruh uap panas dan adanya zat-zat yang mudah menguap di sepanjang celah, granit dapat berubah menjadi batuan feldspar yang tanpa kuarsa dan mika. Batuan ini disebut greisen yang menghasilkan deposit timah putih, tungsten, dan sedikit molibden dan arsen. b) Diorit, adalah batuan intrusive dengan struktur holokristalin. Warna mineralnya cerah karena adanya plagioklas (dari andesit sampai oligoklas),

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 13

sehingga warna batuannya menjadi kelabu atau kelabu kehijauan yang melatarbelakangi kristal mineral yang gelap, yaitu hormblende. Beberapa diorite mengandung kuarsa sehingga disebut diorit kuarsa. c) Gabro, termasuk batuan intrusive yang holokristalin. Batuan ini mengandung piroksin (augit) yang gelap atau kristal hormblende dan juga kristal plagioklas yang berwarna muda. Kristal plagioklas biasanya ada bersamaan dengan labradorit yang berwarna biru dan hijau. Batuan gabro ada hubungannya dengan endapan magnetit titan dan tembaga. Batuan basalt dan diabas adalah bentuk efusif dari gabro. Batuan Beku Korok (Gang) / (Dike Rock) Batuan beku gang atau juga disebut batuan hipoabisik, ialah batuan beku yang menempati sela-sela kerak bumiatau lapisan kulit bumi. Susunannya kadang-kadang seperti batuan beku dalam, tetapi kadangkadang bersifat basis dan aplit yang disebut lamprofir. Magma yang menyusup ini terjadi karena proses deferensiasi yang menyusupkan magma ke dalam kulit bumi. Batuannya terdiri dari aplit dan felsik, lamprofir, dan mafik. Batuan beku yang tidak mengalami deferensiasi, umumnya disebut porfir, yang berdasarkan susunan kimianya disebut granit porfir, sienit porfir, dst. Struktur porfir agak lain dengan struktur batuan beku. Ini disebabkan karena beberapa mineral mengalamilebih dari satu kali generasi. Bila terdapat gelas atau bentuk amorf di antara mineral, maka strukturnya menjadi setengah kristalin atau hipokristalin. Sedangkan batuan plutonik strukturnya holokristalin atau semua terdiri dari kristal. Intrusi magma yang menyusup di sela-sela kerak bumi kemudian mengkristal. Pendinginan berjalan lebih cepat daripada di dalam magma inti. Akibatnya terbentuklah kristal-kristal inti yang dikelilingi oleh kristalkristal yang lebih halus. Kristal inti ini disebut fenokris atau Kristal sulung. Karena cepatnya pendinginan dapat terbentuk kristal-kristal yang amorf atau gelas.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 14

Contoh batuan beku korok adalah granit porfir. Batuan Beku Luar / Batuan Lelehan (Effusive/ Ekstrusif Rock) Batuan beku lelehan atau juga disebut batuan vulkanik. Batuan ini merupakan hasil dari pembekuan magma yang keluar dari gunung api. Magma yang keluar dari bumi mengalami proses pendinginan dan pembekuan yang sangat cepat sehingga tidak menghasilkan kristal batuan. Magma yang keluar ini disebut lava. Keluarnya lava ada yang secara mendadak, misalnya bila gunung api meletus atau secara lambat-lambat. Batuan yang terjadi karena letusan atau eksplosif, berupa bom atau bongkah-bongkah besar, lapili (kerakal), kerikil, pasir, abu, dan debu vulkanik yang keluar secara efusif berupa pasir. Struktur batuan beku ekstrusif, di antaranya :

Masif Sheeting joint Amigdaloidal,

Vesikular Columnar joint Struktur aliran

Batuan vulkanik biasanya strukturnya porferis, misalnya setengah kristalin. Magma asam yang karena cepatnya pendinginan tidak sempat mengkristal, maka disebut gelas vulkanik. Contoh batuan ini ialah obsidian. Gas magmatik masih terdapat di dalam obsidian, sehingga bila obsidian ini kehilangan gasnya karena pemanasan lebih dari 80C, maka batuan ini akan berubah menjadi batu apung. Batuan beku vulkanik yang banyak tersebar ialah basalt dan andesit yang berdasarkan sifat kimianya termasuk basa. Batuan beku luar yang asam ialah riolit dan dasit, sedangkan yang bersifat menengah adalah trakit.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 15

Contoh batuan beku luar adalah obsidian, batu apung, basalt, andesit, riolit, tuff, scoria, peridotit, dan trakit.

a) Batuan Piroklastik Batuan piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari hasil erupsi gunung api (volkanisme). Erupsi gunung api pada umumnya mengeluarkan magma yang dilemparkan(explosive) ke udara melalui lubang kepundan dan membeku dalam berbagai ukuran mulai dari debu (ash) hingga bongkah (boulder). Macam : block and ash flows scoria flows pumice or ash flows Distribusi / penyebaran : di lembah / depresi Struktur : perlapisan (graded bedding, paralel laminasi) Tekstur : sortasi buruk, terdiri dari kristal, litik, dan gelas (pumis Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981) Ukuran Piroklas Endapan piroklastik Tefra (tak terkonsolidasi) Batuan piroklastik (terkonsolidasi)

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 16

> 64 mm

Bom, blok

Lapisan bom / blok Tefra bom atau blok

Aglomerat, breksi piroklastik

2 64 mm 1/16 2 mm < 1/16 mm

lapili

Lapisan lapili atau Tefra lapili

Batulapili (lapillistone)

Abu/debu kasar Abu/debu halus

Abu kasar

Tuf kasar

Abu/debu halus

tuf halus

Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi : Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen gelas, kristal pirojenik) Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunung api yang sama) Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda) b) Obsidian atau gelas vulkanik Batuan ini sangat homogen, tanpa terdapat kristal di dalamnya. Obsidian terbentuk selama pandinginan lava asam. Biasanya berwarna gelap sampai hitam, dengan kilap kaca dan dengan pacahan kerang. c) Batu apung atau pumice Batuan ini sangat poreus tanpa adanya kristal. Batu apung terbentuk selama terjadinya erupsi gunung api yang magmanya kaya akan gas. Batuan ini poreus, maka dapat terapung di atas air. Batuan ini juga dimasukkan ke dalam batuan piroklastika, yang terbentuk bersamaan dengan erupsi volkan yang melemparkan lava cair liat, pecahan batuan dan mineral ke udara bersama-sama dengan uap air dan gas. Material yang lepas-lepas ini disebut abu volkanik dan pasir volkanik. Material yang

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 17

lebih besar disebut lapili dan bom volkanik. Abu volkanik dan pasir yang tersemen membentuk batuan padat disebut tuf volkanik yang kadangkadang juga terdapat fragmen-fragmen yang besar. d) Basalt Banyak terdapat di kerak samudera, bentuk efusif dari gabro. Basal adalah batuan beku ekstrusif halus berwarna gelap yang terdiri dari unsur utama plagioklas dan piroksen. e) Andesit Strukturnya porfertik. Massa dasarnya berwujud kriptokristalin yang poreus dengan warna kelabu cerah atau coklat cerah. Fenokrisnya terdiri dari plagioklas, hormblande atau augit f) Trakit Berwarna kuning muda atau merah muda,struktur porferitik, dan berupa batuan yang poreus. Fenokrisnya yang kristalin adalah sanidin, ortoklas yang bening, dan mineral-mineral yang berwarna gelap g) Riolit (Rhyolit) Riolit adalah batuan beku ekstrusif halus berwarna terang, biasanya mengandung mineral kuarsa dan feldspar h) Scoria Scoria adalah batuan beku ekstrusi berwarna gelap vesikuler. Vesikula adalah hasil dari gas yang terperangkap pada saat pembekuan. Sering terbentuk sebagai kerak berbusa di atas aliran lahar atau sebagai ventilasi bahan yang dikeluarkan dari gunung berapi dan memperkuat saat udara. i) Tuff Tuff adalah batuan yang terdiri dari bahan-bahan yang dikeluarkan dari gunung berapi, jatuh ke muka bumi dan kemudian terlithifikasi menjadi batu. Hal ini biasanya terdiri dari abu vulkanik dan kadang-kadang mengandung partikel ukuran lebih besar. j) Peridotit

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 18

Peridotit adalah batuan beku berbutir kasar yang terdiri hampir seluruhnya dari olivin.Kemungkinan sebagian kecil terdiri amphibole, kuarsa feldspar, atau piroksen. KOMPOSISI MINERAL Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan menggunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid, dan muskovit. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin. Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dibedakan menjadi dua, yaitu mineral ringan dan mineral berat. Batuan Beku Mineral Ringan Batuan beku yang tersusun atas mineral-mineral ringan yang biasanya berwarna terang, mudah pecah, dan banyak mengandung silikat sehingga termasuk batuan yang bersifat asam. Batuan Beku Mineral Berat Batuan beku yang tersusun atas mineral-mineral berat biasanya berwarna gelap, sukar pecah dan kandungan silikatnya sedikit sehingga termasuk baatuan yang bersifat basa. Berdasarkan kandungan silikanya (SiO2) menurut C.L. Hugnes (1962), maka batuan beku dapat dibagi menjadi : 1. Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit. 2. Batuan beku menengah/ intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit. 3. Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan] Page 19

4. Batuan beku ultrabasa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt. Whitford (1975) membuat suatu diagram klasifikasi untuk mengetahui seri dan jenis batuan berdasarkan atas kandungan potassium dan silikanya. Whitford membagi seri batuan menjadi seri toleitik, seri calc-alkaline, dan seri high k calc-alkaline. Sedangkan jenis batuannya adalah basalt, andesite basaltic, andesite, dan dacite. Menurut Whitford (1975), setiap peningkatan K2O dan SiO2 akan mengalami perubahan seri magmatik mulai dari seri toleitik-calc alkaline sampai high k calc alkaline, begitu pula akan mengalami perubahan jenis batuan mulai dari basalt, andesite basaltic, andesite, sampai dacite. Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu: Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik. Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik. Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik. Sedangkan, menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut: Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%. Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

2) BATUAN SEDIMEN Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 20

Prinsip-prinsip dalam batuan sedimen tersebut sangatlah beragam, di antaranya prinsip uniformitarianism. Prinsip penting dari uniformitarianism adalah proses-proses geologi yang terjadi sekarang, juga terjadi di masa lampau. Prinsip ini diajukan oleh Charles Lyell ditahun 1830. Dengan menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari proses-proses geologi yang terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan sedimentasi, kecepatan kompaksi dari sediment, dan juga bisa memperkirakan bagaimana bentuk geologi yang terjadi dengan proses-proses geologi tertentu. Lapisan horizontal yang ada di batuan sedimen disebut bedding. Bedding terbentuk akibat pengendapan dari partikel-partikel yang terangkut oleh air atau angin. Kata sedimen sebenarnya berasal dari bahas latin sedimentum yang artinya endapan. Batas-batas lapisan yang ada di batuan sedimen adalah bidang lemah yang ada pada batuan di mana batu bisa pecah dan fluida bisa mengalir. Selama susunan lapisan belum berubah ataupun terbalik, maka lapisan termuda berada di atas dan lapisan tertua berada di bawah. Prinsip tersebut dikenal sebagai prinsip superposition. Susunan lapisan tersebut adalah dasar dari skala waktu stratigrafi atau skala waktu pengendapan. Pengamatan pertama atas fenomena ini dilakukan oleh Nicolaus Steno di tahun 1669. Nicolaus Steno mengajukan beberapa prinsip berkaitan dengan fenomena tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip horizontality, superposition, dan original continuity. Prinsip horizontality menjelaskan bahwa semula batuan sedimen diendapkan dalam posisi horizontal. Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air, maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 21

ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai, maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer. Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut, maka susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan. Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu : a) Suspension, umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau angin yang ada. b) Bed load, terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil, kerakal,bongkah), sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakangerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya. c) Saltation, yang dalam bahasa latin artinya meloncat. Umumnya terjadi pada sedimen berukuran pasir di mana aliran fluida yang ada mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar. Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya grafitasi yang ada. Setelah itu proses

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 22

sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah sedimensedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikil, kerakal, dan sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami proses pengerasan. Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan (compaction) ,sementasi (cementation), dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-ciri batuan sedimen adalah: (1) berlapis (stratification), (2) umumnya mengandung fosil, (3) memiliki struktur sedimen, dan (4) tersusun dari fragmen butiran hasil transportasi. Proses pembentukan batuan sedimen disebut diagenesis yang menyatakan perubahan bentuk dari bahan deposit menjadi batuan endapan. Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama, yaitu : (1) pelapukan batuan lain (clastic), (2) pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenic, dan (3) pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua cara, yaitu: a) Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit (halit) dan batu gamping. b) Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan kata lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen ini adalah batu pasir, konglomerat,breksi, batuan epiklastik.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 23

Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut. Penamaan tersebut adalah : Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butitan yang bersudut Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16 mm Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai 1/256 mm Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm Struktur Batuan Sedimen Pada hakikatnya, struktur sedimen dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu struktur sedimen primer dan struktur sedimen sekunder. Namun demikan, berdasarkan proses pembentukan batuan sedimen, maka struktur sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: (1) struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan, (2) struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi(struktur primer), (3)struktur sedimen yang terbentuk setelah pembentukan batuan sedimen(struktur sekunder). 1. Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (litifikasi) Struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan dapat terjadi di bagian atas lapisan,sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan baru diendapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, 'scour marks', 'flutes', 'grooves', 'tool marking' dan sebagainya. Strukturstruktur ini sangat penting untuk menentukan arah aliran atau arah sedimentasi. Macam-macam struktur sedimen yang terbentuk sebelum proses pembatuan (litifikasi), antara lain : Struktur sedimen Mudcracks

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 24

2.

Struktur sedimen Sole marks pada batu pasir Struktur sedimen Load casts Struktur sedimen Jejak Dinosaurus (Dinosaur tracks)

Struktur sedimen yang terbentuk pada proses sedimentasi (struktur primer) Struktur yang terbentuk semasa proses pengendapan, antara lain adalah perlapisan mendatar (flat bedding), perlapisan silang-siur (cross bedding), laminasi sejajar (paralel lamination), dan ripple mark

3.

Struktur yang terbentuk setelah proses pengendapan Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap. Ini termasuk struktur beban, 'pseudonodules' di mana sebagian lapisan pasir jatuh dan masuk ke dalam lapisan lumpur di bawahnya, laminasi konvolut (convolute lamination) dan sebagainya. Struktur nendatan, hasil dari pergerakan mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas endapan. Nendatan boleh berlaku di tebing sungai, delta dan juga laut dalan dan ianya sangat berguna untuk menentukan arah cerun kuno. Secara luas struktur batuan sedimen, sebagai berikut :

Masif, bila tidak menunjukan struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm. Graded Bedding, yaitu lapisan yang dicirikan oleh perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya. Bila bagian bawah kasar, ke atas semakin halus disebut normal grading.

Laminasi, adalah struktur dan perlapisan sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm terbentuk bila pola pengendapannya dengan energi yang konstan. Biasanya terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.

Cross lamination Cross lamination Secara umum dipakai untuk lapisan miring dengan ketebalan kurang dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi yang tunggal yang terdiri dari urut-urutan sistematik.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 25

Cross bedding Secara umum bentuk fisik seperti cross lamination, yang membedakan hanyalah ketebalannya, yaitu lebih dari 5 cm untuk cross bedding.

Clastic imbrication, adalah suatu struktur sedimentasi yang dicirikan oleh fragmen-fragmen tabular yang overlapping dan menunjukan arus ke atas pada daerah yang berbatu atau pada daerah yang miring. Biasanya pada daerah fluvial.

Primary current kinationa, adalah struktur sedimentasi yang berbentuk garis di dalam batuan yang terbentuk oleh arus utama. Sering diterapkan pada batuan sedimen yang biasanya menunjukan pelurusan suatu garis tunggal dari kumpulan cangkang.

Fosil orientation, adalah struktur sedimen yang menunjukan orientasi tertentu dari kumpulan fosil yang menunjukan arah arus sedimentasi yang diakibatkan oleh energi transportasinya berkurang, sedangkan fosilnya sendiri mempunyai bentuk-bentuk yang dapat berorientasi.

Load cast, adalah struktur sedimen yanq terbentuk akibat tubuh sedimen yang mengalami pembebanan oleh material sedimen lain di atasnya. Flute cast, adalah struktur sedimen yang berupa celah dan terputus-putus serta berbentuk kantong, dengan ukuran 2 10 cm. Sstruktur ini terbentuk pada batuan dasar akibat pengaruh aliran turbulen dari air merupakan gerusan dari media transportasi yang membawa material kemudian material tersebut mengisinya yang biasanya berupa pasir.

Mud cracks, adalah struktur sedimen yang berupa retakan-retakan pada tubuh sedimen bagian permukaan, biasanya pada tubuh yang berkembang sifat kohesinya. Hal ini akibat perubahan suhu dan pengerutan.

Tool marks, adalah material material pasir yang terbawa arus menggerus permukaan lumpur dan meninggalkan jejak yang menjadi tempat berkumpul material pasir tersebut dan gerakan merupakan tonjolan lapisan pasir ke bawah.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 26

Rain print, adalah suatu lubang lingkaran atau elips kecil yang terbentuk di atas lumpur yang masih basah oleh air hujan yang kemudian setelah lumpur itu kering di atasnya terendapkan lapisan batupasir.

Flame structur, adalah struktur sedimen yang berupa bentukan dari lumpir yang licin dan memisahkan ke bawah membesar membentuk load cast dari pasir pada kontak antara lempung dan pasir. Kenampakan structure ini menyala pada cross section dari shale yang memasuki batupasir akibat tekanan lateral.

Ball, pillow or pseudonodule structur, adalah suatu bentuk akibat gaya beban dari atas pada shale oleh batupasir dimana shale tersebut belum dapat benar.

Convolute bedding, adalah struktur deformasi dari suatu lapisan yang membentuk perlapisan meliuk-liuk dengan ketebalan lapisan 2-25 cm. Scours, adalah struktur sedimen yang terbentuk pada tubuh sedimen di mana terbentuknya lebih awal yang kemudian tergerus oleh arus berikutnya.

Channels, struktur sedimen yang mempunyai ciri erosional yang kelokkelok dan merupakan bagian dari sistem transportasi yang mempunyai energi penggerusan cukup besar.

Dish and pillow structur, adalah struktur sedimen yang terbentuk oleh bantal dan mangkok yang terbentuk oleh sedimen pasir yang belum terkonsilidasi telah tertimbun sedimen lain di atasnya sehingga mengalami penekanan ke bawah.

Low relief erosion surface, adalah struktur sedimen yang terbentuk relief rendah pada permukaan tubuh sedimenakibat proses erosi. Syndepositional fold and slumps, adalah suatu bentukan lipatan kecil pada batu pasir yang terjadi karena perlapisan batupasir tersebut belum terkonsilidasi benar.

Hard ground mass, adalah struktur sedimen yang terbentuk akibat dari akumulasi material sedimen yang khas di dalam tubuh sedimen lain yang relatif lunak.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 27

Jenis Batuan Sedimen Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya, batuan sedimen dibedakan menjadi 4, yaitu: batuan sedimen aerik oleh tenaga angin (udara) batuan sedimen aquatic oleh air mengalir batuan sedimen marin oleh tenaga air laut batuan sedimen glacial oleh gletser (es) Berdasarkan tempat endapannya, batuan sedimen dibedakan menjadi : batuan sedimen limnik batuan sedimen fluvial batuan sedimen marine batuan sedimen teistrik Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dibedakan menjadi : a) batuan sedimen klastika, b) batuan sedimen kimiawi, c) batuan sedimen organik, a) Batuan Sedimen Klastika Batuan sedimen klastika adalah sedimen yang susunan kimianya sama dengan susunan kimia batuan asal. Artinya, batuan itu ketika diangkut hanya mengalami penghancuran secara mekanik dari besar menjadi kecil. Batu gunung yang membukit itu akibat pelapukan, hancur berkeping-keping. Kepingan itu diangkut air hujan, longsor atau berguling-guling di lereng dan masuk ke dalam sungai. Arus sungai membanting-banting batu itu sehingga menjadi kerikil, pasir, dan lumpur yang kemudian mengendapnya di tempat baru. Inilah yang disebut batuan sedimen klastik. Berdasarkan ukuran fragmen/pecahan batuan, maka dapat dibagi menjadi : Batuan psephitic atau rudaceous, ialah yang terdiri dari pecahan batuan dengan diameter lebih dari 2 mm Batuan psammitic atau arenaceous, ialah yang terdiri dari pecahan batuan dengan diameter antara 0,05-2 mm

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 28

Batuan yang berupa tepung atau aleurite atau microfragmental, ialah yang terdiri dari pecahan batuan dengan diameter antara 0,01-0,05 mm Batuan fragmental halus atau argillaceous, ialah batuan yang terdiri dari pecahan dengan diameter kurang dari 0,01 mm

i.

Batuan Psephitic atau Rudaceous Batuan sedimen ini terdiri dari pecahan yang diameternya lebih dari 2 mm.

Berdasarkan ukuran, bentuk, dan tekstur pecahan, maka dibagi menjadi : Bongkah atau block, ialah pecahan dengan tepi yang tajam yang diameternya lebih dari 100 mm Rock waste atau kerakal yang tajam, dengan diameter 10-100 mm Landwaste atau lahan gersang yang terdiri dari pecahan batuan dengan diameter antara 2-10 mm Boulders atau batuan bongkah yang bulat-bulat, ialah pecahan yang bulat-bulat dengan diameter lebih dari 100 mm Pebbles atau kerakal yang bulat, dengan diameter antara 10-100 mm Gravel atau kerikil, ialah pecahan batuan yang bulat dengan diameter antara 2-10 mm Batuan tersemen yang terdiri dari pecahan yang tajam disebut breksial, sedangkan yang butirannya bulat disebut konglomerat. Untuk mengidentifikasi batuan psephitic, dapat dilihat sebagai berikut : Komposisi dari pecahan Bentuk dari pecahan Bila bulat, maka perlu ditelusuri lebih lanjut tentang asal usulnya (Bila mengendap di dasar laut, maka pecahan berwujud pipih. Bila mengendap di sungai, maka pecahan akan terbentuk bulat) Ukuran dari pecahan Bila batuan tersusun dari pecahan batuan yang berbeda ukurannya, maka dapat diketahui ukuran garis tengahnya dan besar kecilnya. Bila batuan sedimen itu tersemen, maka diperhatikan komposisi, kepadatan, kekerasan dari perekatnya.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 29

ii.

Batuan Psammitic atau Arenaceous Pasir dan batu pasir adalah arenaceous yang terdapat di mana-mana pada daerah yang luas. Pasir adalah batuan yang lepas atau mampat yang terdiri dari pecahan dengan diameter antara 0,05-2 mm. Sedangkan, batu pasir adalah pecahan-pecahan yang besarnya sama dengan pasir,tetapi telah tersemen satu dengan lainnya. Berdasarkan ukuran besarnya pecahan, maka pasir dan batu pasir dibedakan atas : pasir kasar, pasir berbutir menengah, pasir halus, dan pasir berbutir halus. Komposisi pecahan tersebut biasanya terdiri dari kuarsa sebab secara kimia kuarsa adalah mineral yang mantap atau stabil. Butiran feldspar, mika, glaukonit, karbonat, dan mineral-mineral lain bercampur aduk dengan butiran kuarsa. Berdasarkan komposisi dan semennya, batu pasir dapat disebut ferriginous (besi), calcareous (gamping), siliceous (silica)

iii.

Batuan Microfragmental Yang termasuk batuan fragmen/pecahan mikro/kecil ialah tanah loes dan lempeng yang menyerupai loes. Warna tanah loes kekuningan. Batuan ini tersusun oleh partikel kuarsa dan feldspar dengan diameter antara 0,01-0,05 mm. Batuan atau tanah ini bercampur dengan partikel liat dan kapur. Kapur berwujud partikel yang kecil dan bulat dalam bentuk debu. Adanya kapur di dalam tanah loes, dapat diketahui dengan ditetesi asam hidroklorit yang menyebabkan timbul buih. Loes dapat mudah berubah menjadi tepung halus. Kesarangan loes mencapai 40-50%. Massa loes dapat membentuk tebing yang curam, bila ada sungai yang mengikis dan membuat alur-alur aliran. Dalam keadaan kering loes dapat mampu menahan beban yang berat. Bila loes dalam keadaan basah, bagian-bagiannya lepas sehingga permukaannya bercelah dan berlekuk. Pada waktu udara lembab, 10% dari volumenya terlepas, maka mulailah terjadi perusakan. Terbentuknya endapan tanah loes karena adanya hembusan angin. Namun, ada yang berpendapat bahwa sedimen loes tidak hanya akibat kerjanya angin saja, tetapi dapat juga karena hasil kerja angin dan proses pelapukan setempat. Tanah lempung juga menyerupai tanah loes. Tanah lempung terdiri dari pasir, debu, dan liat dalam perbandingan yang sama.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 30

iv.

Batuan Fragmental yang Halus Pada umumnya tanah liat berasal dari hasil pelapukan secara mekanik dan sebagian berasal dari penguraian batuan secara kimia. Contohnya ialah kaolinit dan montmorillonit yang berwujud tanah liat. Tanah liat yang terdiri dari kaolinit disebut kaolin, bila keadaan murni maka berwarna putih. Tanah liat yang banyak mengandung mineral montmorillonit disebut bentonit dengan warna mulai dari putih hingga hijau kelabu. Warna tanah yang dalam keadaan kering berbeda dengan warna tanah dalam keadaan lembab. Liat yang dalam keadaan kering berbeda dengan warna tanah dalam keadaan lembab. Liat yang dalam keadaan kering dapat menyerap air dan menyimpannya, tetapi tanah pasir tidak dapat menyimpan atu menahan air. Liat yang kering mudah menjadi tepung, sedangkan dalam keadaan basah liat tersebut sangat plastic dan berbentuk seperti tempatnya bila telah kering kembali. Dalam keadaan basah dapat digores seperti dalam membuat batu bata. Tanah liat yang dapat mencair pada suhu 1.700C disebut tanah liat tahan panas. Beberapa tanah liat dapat menyerap lemak dan minyak, maka tanah liat tersebut dapat membersihkan lemak yang ada di pakaian woll, dll. Di alam, tanah liat bisa bercampur dengan pasir yang disebut debu. Debu yang mengandung karakal (pecahan batu) disebut debu berbatu. Bila debu berbatu ini memadat disebut tillit. Tanah liat basah yang mengandung karbonat gamping disebut marl-lempung. Batu lempung yang keras disebut argilit. Berdasarkan komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika (bertekstur klastika) dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar. 2. Batuan sedimen klastika gunung api, adalah batuan sedimen dengan material penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik)

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 31

3.

Batuan sedimen klastika karbonat atau batu gamping klastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat (kalsit). Klasifikasi batuan sedimen klastik berdasarkan atas ukuran butirnya

dibedakan menjadi : Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar mulai dari gravel (kerikil) halus hingga bongkah (boulder) dengan ukuran diameternya 2-256 mm Arenit (samit) termasuk berbutir sedang, dengan ukuran diameternya 0,062mm, mulai dari pasir halus hingga pasir kasar. Lutit (pelit) termasuk berbutir halus, ukuran diameternya 0,04-0,06mm, mulai dari lempung hingga debu kasar. Ada bermacam-macam lingkungan tempat sedimen klastik diendapkan, di antaranya: lingkungan alluvial, yaitu lingkungan sungai seperti endapan pasir di dasar alur sungai itu dan kelokan sungai,

lingkungan delta di muara sungai seperti macam-macam delta, lingkungan gurun seperti guguk pasir, lingkungan glacial (daerah es) seperti timbunan morena, lingkungan laut dangkal seperti sisa organisme laut, terumbu karang, dan endapan dari darat.

Tekstur Pada Batuan Sedimen Klastik Pada hakekatnya tekstur adalah hubungan antar butir / mineral yang terdapat di dalam batuan.Sebagaimana diketahui bahwa tekstur yang terdapat dalam batuan sedimen terdiri dari fragmen batuan / mineral dan matrik (masa dasar). Adapun yang termasuk dalam tekstur pada batuan sedimen klastik terdiri dari: besar butir, bentuk butir, kemas (fabric), pemilahan

(sorting),sementasi, porositas (kesarangan), dan permeabilitas (kelulusan).

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 32

1) Besar Butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur berdasarkan klasifikasi Wentword. 2) Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi : rounded (membundar ), sub-rounded (membundar tanggung), sub-angular (menyudut tanggung), dan angular (menyudut). 3) Kemas (fabric) adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan / mineralnya. Kemas pada batuan sedimen ada 2, yaitu : (a) kemas terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang kontras sehingga terlihat fragmen butiran mengambangdiatas masa dasar batuan. (b) kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif seragam, sehingga menyebabkan masa dasar tidak terlihat). 4) Pemilahan (sorting) adalah keseragaman ukuran butir dari fragmen penyusun batuan. 5) Sementasi (cement) adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan. Macam dari bahan semen pada batuan sedimen klastik adalah : karbonat, silika, dan oksidabesi. 6) Porositas (kesarangan) adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada padabatuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah porositas baik, porositas sedang, porositas buruk. 7) Permeabilitas (kelulusan) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan air. Jenis permeabilitas pada batuan sedimen adalah permeabilitas baik, permeabilitas sedang, permeabilitas buruk. b) Batuan Sedimen Kimiawi (Chemical) Jika dalam pengendapan itu terjadi proses kimia, seperti pelarutan, penguapan, oksidasi, dehidrasi, dan sebagaiannya. Hasilnya dinamakan batuan sedimen kimiawi, contohnya hujan di gunung kapur. Air hujan yang mengandung CO2 meresap kedalam retakan halus (diaklas) pada batu gamping (CaCO3). Air itu melarutkan gamping yang dilaluinya menjadi larutan air kapur atau Ca(HCO3)2. Aliran larutan kapur itu akhirnya sampai ke atap gua kapur. Tetesan air kapur itu membentuk stalaktit di atap gula dan stalagmit di dasar gua.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 33

Terjadinya stalaktit dan stalagmit akibat pelarutan dan penguapan H2O dan CO2 pada waktu air kapur menetes. Kedua bentukan sedimen kapur tersebut disebut batuan sedimen kimiawi. Proses kimia yang berlangsung di daerah gamping adalah: CaCO3+H2O+CO2 Ca(HCO3)2

Sedimen kimiawi yang lain ialah garam dapur dan gips sebagai hasil penguapan air laut. Struktur batuan sedimen kimiawi ditentukan oleh ukuran besar kecilnya kristal dari mineral batuan. Batuan sedimen kimiawi yang termasuk dalam kumpulan ini adalah: evaporit batuan sedimen karbonat (batu kapur, tanah napal, dolomit) batuan sedimen bersilika (diatomit, opoka,geiserit)

a) Batuan Sedimen Evaporit Batuan evaporit atau sedimen evaporit terbentuk sebagai hasil proses penguapan (evaporation) air laut. Proses penguapan air laut menjadi uap mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia yang akhirnya akan menghablur apabila hampir semua kandungan air manjadi uap. Proses pembentukan garam dilakukan dengan cara ini. Proses penguapan ini memerlukan sinar matahariyang cukup lama. Batuan evaporit dapat dibedakan menjadi : Batuan garam (rock salt) yang berupa halite (NaCl) Batuan gipsum (rock gypsum) yang berupa gypsum (CaSO4.2H20) Travertine yang terdiri dari calcium carbonate (CaCO3), merupakan batuan karbonat. Batuan travertin umumnya terbentuk dalam gua batu gamping dan juga di kawasan airpanas (hot springs). b) Batuan Sedimen Karbonat Batuan sedimen karbonat terbentuk dari hasil proses kimiawi, dan juga proses organik. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batu gamping dan dolomit. Mineral utama pembentuk batuan karbonat adalah Kalsit (Calcite) (CaCO3) Dolomit (Dolomite) (CaMg(CO3)2)
[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan] Page 34

Nama-nama batuan karbonat a. Mikrit (Micrite) (microcrystalline limestone), berbutir sangat halus, mempunyai warna kelabu cerah hingga gelap, tersusun dari lumpur karbonat (lime-mud) yang juga dikenal sebagai calcilutite. b. Batu gamping oolitik (Oolitic limestone) batugamping yang komponen utamanya terdiridari bahan atau allokem oolit yang berbentuk bulat. c. Batu gamping berfosil (Fossiliferous limestone) merupakan batuan karbonat hasil dariproses biokimia. Fosil yang terdiri dari bahan / mineral kalsit atau dolomit merupakanbahan utama yang membentuk batuan ini. d. e. Kokina (Coquina) cangkang fosil yang tersedimenkan Chalk terdiri dari kumpulan organisme planktonic seperti

coccolithophores; fizzesreadily in acid f. g. Batu gamping kristalin (Crystalline limestone) Travertine terbentuk dalam gua batugamping dan di daerah air panas hasil dari proses kimia h. Batu gamping intraklastik (intraclastic limestone), pelleted limestone

c) Batuan Silika Batuan sedimen silika tersusun dari mineral silika (SiO2). Batuan ini dihasilkan dari proses kimiawi dan atau biokimia, dan berasal dari kumpulan organisme yang berkomposisi silika seperti diatomae, radiolaria dan sponges. Kadang-kadang batuan karbonat dapat menjadi batuan bersilika apabila terjadi reaksi kimia, di mana mineral silika mengganti kalsium karbonat. Kelompok batuan silika adalah: 1. Diatomite, terlihat seperti kapur (chalk), tetapi tidak bereaksi dengan asam. Berasal dari organisme planktonic yang dikenal dengan diatoms (Diatomaceous Earth). 2. Rijang (Chert), merupakan batuan yang sangat keras dan tahan terhadap proses lelehan,masif atau berlapis, terdiri dari mineral kuarsa

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 35

mikrokristalin, berwarna cerah hinggagelap. Rijang dapat terbentuk dari hasil proses biologi (kelompok organisme bersilika, ataudapat juga dari proses diagenesis batuan karbonat. d) Batuan Sedimen Organik Batuan sedimen organik terjadi karena selama proses pengendapannya mendapat bantuan dari organisme, yaitu sisa, rumah atau bangkai binatang laut yang tertimbun di dasar laut seperti karang, terumbu karang, tulang-belulang, kotoran burung guano yang menggunung di Peru, lapisan humus di hutan, dan sebagainya. Struktur batuan sedimen organic ditentukan oleh adanya sisa-sisa organisme. Batuan sedimen organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah batu gamping terumbu, batu gamping (limestone), napal batu kapur yang bercampur dengan lempung, dolomite, fosfat, guano dan batu bara. 3) Batuan Malihan (Batuan Metamorf) Kata metamorfosa berasal dari bahasa Yunani, yaitu metamorphism di mana meta yang artinya berubah dan morph yang artinya bentuk. Dengan demikian pengertian metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa istilah diagenesa juga mengandung arti perubahan yang

terjadi pada batuan sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada temperatur di bawah 200 C dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau setara dengan tekanan sebesar 3000 atmosfir, sedangkan metamorfosa terjadi pada temperatur dan tekanan di atas diagenesa.Batuan yang terkena proses metamorfisme bisa saja berada pada kedalaman jauh dari permukaan bumi seperti yang terjadi pada zona subduksi atau collision. Batas atas dari metamorfisme terjadi pada tekanan dan temperatur di mana batuan

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 36

tidak mengalami fasa melting atau peleburan. Jika telah mengalami melting maka tidak dapat lagi disebut sebagai metamorfisme. Batuan malihan atau metamorf yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika tekanan, temperatur, atau tekanan dan temperatur. Akibat bertambahnya temperature atau tekanan, batuan

sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir. Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh, maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. Salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 Celsius) dan tekanan ekstrim akan mengalami perubahan fisika atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist. Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf). Batuan metamorf terbentuk jauh di bawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan di atasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi. Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 37

Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstrur dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah: Terjadi dalam suasana padat Bersifat isokimia Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa Terbentuknya tekstur dan struktur baru. Faktor yang Mempengaruhi Metamorfisme Metamorphism terjadi sebab beberapa mineral stabil hanya di bawah kondisi tekanan dan temperature tertentu. Ketika terjadi perubahan tekanan dan temperatur, terjadi reaksi kimia yang menyebabkan mineral dalam batuan berubah hingga mencapai kestabilan pada tekanan dan temperature tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi metamorfisme adalah sebagai berikut : Temperature sepanjang gradien geothermal. Temperature juga dapat meningkat terkait dengan intrusi batuan beku. Tekanan bertambah seiring dengan bertambahnya temperature. Kemudian, kedua-duanya tekanan dan temperature akan bervariasi dalam tiap kedalaman. Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang dihasilkan dari segala arah. Fluid Phase Setiap ruang antar butiran-butiran mineral dalam batuan berpotensi mengandung fluida. Sebagian besar fluida H2O, tapi dapat juga mengandung mineral yang terlarut. Fase fluida penting karena reaksi kimia yang melibatkan satu mineral padat berubah jadi mineral padat lain dapat dipercepat oleh penghancurkan ion yang diangkut oleh cairan itu sendiri. Seiring dengan meningkatnya tekanan metamorfisme, ruang pori-pori di mana cairan itu berada akan berkurang. Waktu
Page 38

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Reaksi kimia dalam metamorfisme, selama recrystallization, dan pembentukan mineral-mineral baru berjalan sangat lambat. Melalui percobaan laboraturium dikatakan bahwa proses metamorfisme dengan waktu yang lebih lama, akan menghasilkan mineral-mineral berbutir besar. Dengan demikian batuan metamorf coarse grained telah melalui tahap metamorfisme yang lama. Eksperimen menyatakan bahwa waktunya dilibatkan adalah berjuta-juta tahun. Secara umum proses metamorfosa diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu tekanan dan temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan diakibatkan oleh beban perlapisan di atas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress). Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat reaksi kimia yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosa dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng. Tipe Metamorfisme a) Berdasarkan area dan volume Metamorfisme local, merupakan metamorfisme pada volume batuan yang relatif kecil (kurang dari 100 km) Metamorfisme regional, merupakan metamorfisme yang terjadi pada volume batuan yang relative besar (ribuan kilometer kubik) b) Berdasarkan agen metamorfismenya Metamorfisme kontak, metamorfisme dengan agen utamanya adalah temperature yang terjadi karena intrusi batuan beku terhadap batuan dangkal yang lebih dingin, biasa terjadi pada skala local. Kontak ini disebut juga kontak aurele. Metamorfisme dinamik, merupakan metamorfisme yang terjadi karena deviatorik stress. Tipe ini terjadi pada zona sesar dan daerah yang terkena jadtuah meteoric. Tipe ini terjadi pada daerah yang cukup luas.
[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan] Page 39

Metamorfisme static, merupakan metamorfisme yang terjadi akibat lithostatik yang terjadi pada kedalaman yang realtif dalam, seperti pada fore arc basin dan palung. Metamorfisme dinamotermal, merupakam metamorfisme yang paling banyak dijumpai dan terjadi akabat kombinasi tekanan dan temperature. Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu metamorf kontak (metamorf termal), metamorf dinamo (metamorf kinetik), dan metamorf pnumatolistis kontak a) Metamorf Kontak (Metamorf Termal) Batuan metamorf kontak adalah batuan yanag berubah karena pengaruh suhu yag sangat tinggi. Suhu sangat tinggi karena letaknya dekat dengan magma, antara lain di sekitar batuan intrusi. Contohnya adalah batalit, stock, lakolit, sill, dan dike. Luas zona metamorfosis di sekitar batolit dapat mencapai puluhan kilometer persegi, di skitar stock sampai ribuan meter persegi. Namun, di sekitar sill dan dike zona metamorfosis ersebut tidak begitu luas. Pada zona metamorfosis banyak dijumpai mineral-mineral bahan galian yang letaknya relatif teratur menurut jauhnya dari batuan intrusi. Makin jauh dari intrusi makin berkurang derajat metamorfosisnya karena temperatur makin rendah. Mineral-mineral bahan galian yang terjadi melalui proses metamorfosis antara lain besi, timah, tembaga, dan zink (seng) dihasilkan dari batuan limestone, dan calcareous shale. b) Metamorf Dinamo Batuan metamorf dinamoadalah batuan yang berubah karena pengaruh tekanan yang sangat tinggi, dalam waktu yang sangat lama, dan dihasiklkan dari proses pembentukan kulit bumi oleh tenaga endogen. Adanya tekanan dari arah yang berlawanan menyebabkan butiran-butiran mineral menjadi pipih dan ada yang mengkristal kembali, contohnya, batu lumpur (mudstone) menjadi batu tulis (slate). Jenis batuan metamorf dinamo banyak dijumpai di daerah-daerah patahan dan lipatan yang tersebar di seluruh dunia. c) Metamorf Pneumatolistis Kontak

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 40

Batuan metamorf pneomatolistis kontak adalah batuan yang berubah karena pengaruh gas-gas dari magma. Contohnya, kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin (sejenis permata) dan kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi topas (permata berwarna kuning). Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Komposisi Kimia Klasifikasi ini ditinjau dari unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam batuan metamorf yang akan mencirikan batuan asalnya. Berdasarkan komposisi kimianya batuan metamorf terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu : a. Calcic Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik (kaya unsur Al), umumnya terdiri atas batulempung dan serpih. Contoh: batu sabak dan Phyllite. b. Quartz Feldsphatic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur kuarsa dan feldspar. Contoh : Gneiss c. Calcareous Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari batugamping dan dolomit. Contoh : Marmer d. Basic Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semibasa dan menengah, serta tufa dan batuan sedimen yang bersifat napalan dengan kandungan unsur K, Al, Fe, Mg. e. Magnesia Metamorphic Rock, adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan Mg. Contoh : serpentit, sekis. Struktur Batuan Metamorf Struktur merupakan bentuk dari handspecimen atau masa batuan yang lebih besar. Struktur dibedakand ari teksture berdasarkan skalanya diman teksture merupakan bentuk mikroskopis yang sidudun oleh ukuran, bentuk, orientasi, dan hubungan butirnya. Pada batuan metamorf struktur terjadi karena proses deformasi. Tekstur Batuan Metamorf

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 41

1.

Tekstur foliasi, yaitu adanya kesejajaran orientasi mineral yang memperlihatkan adanya perlapisan dan kenampakan kelurusan. Contoh dari tekstur ini, yaitu: Tekstur slaty, butirannya sangat halus (< 0,1 mm), kelurusan pada orientasi planardan subplanar, pecahannya berlembar. Contoh

batuannya adalah slate. Tekstur phylitic, berbutir sangat halus sampai halus (kurang dari 0,5 mm), contoh batuannya adalah phylite. Tekstur schistose, berbutir halus sampai sangat kasar (>1 mm), contoh batuannya adalah schist. Tekstur gneissose, berbutir halus sampai sangat kasar, memperlihatkan perlapisan karena adanya perbedaan mineralogi. Tekstur foliasi porphyroblastik, berbutir sangat halus sampai sangat kasar dengan ukuran kristal yang besar (porphyroblastik) tertanam didalam matriks berfoliasi berukuran halus Tektur mylonite. 2. Tekstur diablastik, tekstur yang dicirikan dengan tidak adanya kesejajaran buturan, berorientasi radial sampai acak. Contoh dari tekstur ini adalah: Tekstur sheaf, tekstur yang memperlihatkan kelompok butiran yang berdabang. Tekstur spherolublastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan kelompok butiran yang radial. Tekstur fibroblastic, tekstur diablastik yang berukuran sama 3. Tekstur grano blastik Tekstur homogranular, merupakan tekstur yang memperlihatkan ukuran butir yang hamper sama. Tekstur heterogranular, merupakan teksture yang memperlihatkan ukuran butir yang tidak seragam. Tekstur heterogranoblastik, merupakan tekstur yang dicirikan oleh kumpulam mineral yang sama taapi dengan ukuran yang beragam.

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 42

Tekstur tekstur nodularblastik, merupakan tekstur yang memiliki nodular yang tersusun oleh mineral kecil dengan satu atau dua mineral dalam matrik yang memiliki komposisi berbeda. Pada prinsipnya batuan metamorfosa diklasifikasikan berdasarkan struktur. Struktur foliasi terjadi akibat orientasi dari mineral, sedangkan non-foliasi yang tidak memperlihatkan orientasi mineral. Foliasi merujuk kepada kesejajaran dan segregasi mineral-mineral pada batuan metamorf yang inequigranular. Foliasi adalah struktur planar pada batuan metamorf yang disebabkan oleh pengaruh tekanan diferensial saat proses metamorfosis. Non-Foliasi Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut komposisi mineralnya. Marmer terdiri dari butiran kalsit berukuran kasar. Jika batuan asalnya adalah dolomit, namanya menjadi marmer dolomit. Kuarsit terdiri dari butiran kuarsa yang terlaskan bersama dan terikat kuat pada temperatur tinggi. Hornfels berukuran butir sangat halus. Hornfels mika berasal dari serpih dan hornfels amphibole berasal dari basalt. Terfoliasi Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya, makin tinggi derajat metamorfosisnya (menandakan makin tingginya tekanan/temperatur).

Derajat metamorfosis Makin rendah

Struktur

Nama Batuan

Mineral Penciri

Karakter Khas

Slaty

Slate/Batu Lempung, Butiran sangat halus. sabak silika Kilap earthy. Mudah

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 43

melembar membelah menjadi lembaran tipis datar. SlatySchistose Phyllite Mika Butiran halus. Kilap sutra. Membelah mengikuti permukaan bergelombang. Biotit, Schistose Schist amfibol Berkomposisi mineral melembar dan

muskovit memanjang dengan susunan mendatar. Variasi mineral yang luas. Gneissic Gneiss Feldspar, Mineral gelap dan kuarsa, terang terpisah dan amfibol, membentuk perlapisan biotit atau lenses. Perlapisan mungkin berlipat. Lapisan gelap: biotit, hornblende; lapisan

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 44

DAFTAR PUSTAKA

Andar Andika.2010. Struktur Sedimen . Yogyakarta :Universitas Pembangunan Nasional Veteran Press Moch.Munir. 2003. Geologi Lingkungan. Malang : Bayumedia Publishing Moh. Mamur Tanudidjaja. 1996. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta: Depdikbud R.Soekardjo. 1992. Geologi I. Surakarta : UNS Press Sheldon Judson and L. Doon Leet. 1954. Geology Physical (Second Edition). New Jersey : Prentice-hall, Inc Prof.Dr.H.Bayong Tjasyono HK.,DEA. 2008. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Walter Brown and Norman Anderson. 1977. Earth Science a Search For Understanding. USA: J. B Lippincott company
http://geo-nana.netii.net/index.html http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/siklus-batuan.html http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimen http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorfosis http://www.sisilain.net/2010/10/jenis-jenis-batuan.html http://elearning.unesa.ac.id/myblog/budairi/klasifikasi-batuan http://www.crayonpedia.org/mw/Jenis-jenis_batuan_7.1 http://geospasial.blogspot.com/2010/11/struktur-lapisan-litosfer.html

[Linda/K2309044/Jenis dan Sifat Batuan]

Page 45

Anda mungkin juga menyukai