Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI DASAR

BATUAN BEKU

DISUSUN OLEH :

NAMA : DAYANG OLIVIA NUR PUTRI F

NIM : 2009086002

PRODI : TEKNIK GEOLOGI

KELOMPOK : 2 (DUA)

NAMA ASISTEN : YULIANA BULAN SITUNTUN

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Terdapat tiga jenis batuan di bumi, yaitu batuan metamorf, batuan sendimen dan batuan
beku. Berbagai jenis batuan ini juga berbeda material maupun cara pembentukannya.
Namun batuan beku dapat dikatakan unik pada proses pembentukan nya. Karena batuan
beku terbentuk dari magma gunung berapi. Dalam bahasa Inggris, batuan beku disebut
juga igneous rock. Nama igneous diambil dari bahasa latin, yaitu ignis, yang berarti api,
nama ini sesuai dengan asal usul batuan beku, yang berasal dari magma gunung berapi
yang membeku. inilah sebabnya, batuan beku disebut juga sebagai batuan magmatik.

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari permukaan magma. Proses
pembentukan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Proses pembentukan
magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan
komposisi batuan sangat di pengaruhi oleh sifat magma asal. Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari poses proses
berikut ini : penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi.
Sebelum membeku menjadi batuan beku, aliran magma ini bersuhu sangat tinggi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil di deskripsikan, dan sebagian besar
batuan beku tersebut terbentuk dibawah permukaan kerak bumi. Petrology yaitu ilmu
yang khusus membahas tentang batuan. Batuan beku sebenarnya telah banyak
dipergunakan dalam kehidupan sehari hari, kebanyakan hanya mengetahui cara
mempergunakannya, dan sedikit yang mengetahui asal kejadiandan seluk beluk
mengenai batuan beku.

Oleh karena itu, sekitar 98 persen kerak bumi tersusun dari 8 unsur kimia, dan unsur
oksigen dan silikon menyusun 75 persen dari jumlah tersebut sebagian besar kerak bumi
telah berkombinasi dengan satu atau lebih unsur lainnya untuk membentuk senyawa
senyawa yang disebut mineral. Mineral mineral tersebut pada umumnya terdapat dalam
campuran untuk membentuk batuan bumi.
1.2 Tujuan
adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

- Untuk mengetahui mineral yang terdapat di batuan gabro amigdaloidal


- Untuk mengetahui genesa yang terdapat di batuan gabro
- Untuk mengetahui kegunaan bdi batuan basalt
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah jenis batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma adalah campuran batuan cair
atau semi cair yang terletak di kamar magma di bawah lapisan kulit bumi. Magma ini
dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel
ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-
proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk
di bawah permukaan kerak bumi. Magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental
yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000 C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. (Turner
&Verhoogen(1960).

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas
magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim
dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat
perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa
tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-
mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan
Bowen’s Reaction Series. Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali
mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral
batuan beku. Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur
yang berasal dari selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk
meleburkan bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur bertambah dengan
300 C setiap kilometer kedalaman (geothermal gradient). Bahan yang lebur ini, atau
magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai jenis gas.
Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai lava, dan didalam
bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku dipermukaan disebut sebagai
batuan beku ekstrusif. (Huang, 1962).

Komposisi dari magma tergantung pada komposisi batuan yang dileburkan pada saat
pembentukan magma. Jenis batuan beku yang terbentuk tergantung dari berbagai faktor
diantaranya, komposisi asal dari peleburan magma, kecepatan pendinginan dan reaksi
yang terjadi didalam magma ditempat proses pendinginan berlangsung. Pada saat
magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama
yang mengikuti suatu urutan atau orde, umumnya dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen.

Seri reaksi seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini memberikan petunjuk
pembentukan berbagai jenis batuan beku dan menjelaskan asosiasi dari beberapa
mineral.

Gambar 2.1 Seri Reaksi Bowen

Seri reaksi untuk pembentukan batuan beku dari magma

Pada gambar ditunjukkan bahwa mineral pertama yang terbentuk cenderung


mengandung silika rendah. Seri reaksi menerus (continuous) pada plagioklas
dimaksudkan bahwa, kristal pertama, plagioklas-Ca (anorthite), menerus bereaksi
dengan sisa larutan selama pendinginan berlangsung. Disini terjadi substitusi sodium
(Na) terhadap kalsium (Ca). Seri tak-menerus (discontinuous) terdiri dari mineral-
mineral feromagnesian (Fe- Mg). Mineral pertama yang terbentuk adalah olivine. Hasil
reaksi selanjutnya antara olivine dan sisa larutannya membentuk piroksen (pyroxene).

Proses ini berlanjut hingga terbentuk mineral biotit, magma asal mempunyai kandungan
rendah dan kandungan besi (Fe) dan magnesium (Mg) tinggi, magma dapat
membentuk sebelum seluruh seri reaksi ini terjadi. Batuan yang terbentuk akan kaya Mg
dan Fe, yang dikatakan sebagai batuan mafic , dengan mineral utama olivin, piroksen
dan plagioklas-Ca. Sebaliknya, larutan yang mengandung Mg dan Fe
yang rendah, akan mencapai tahap akhir reaksi, dengan mineral utama felspar, kwarsa
dan muskovit, yang dikatakan sebagai batuan felsic atau sialic. Seri reaksi ini adalah
ideal, bahwa perubahan komposisi cairan magma dapat terjadi di alam oleh proses
kristalisasi fraksional (fractional crystallization), yaitu pemisahan kristal dari cairan
karena pemampatan (settling) atau penyaringan (filtering), juga oleh proses asimilasi
(assimilation) dari sebagaian batuan yang terlibat akibat naiknya cairan magma, atau
oleh percampuran (mixing) dua magma dari komposisi yang berbeda. (Norman L.
Bowen 1929- 1930)

IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

STRUKTUR BATUAN BEKU

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava
bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava bongkah. Struktur aliran dan lain-
lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku adalah :

a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak
menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.

b. Pillow Lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstrusi tertentu, yang dicirikan pada masa berbentuk bantal, dimana ukuran dalam
bentuk ini umumnya antara 30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik
bawah laut.

c. Join, struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak
lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi “columnar jointing”.

d. Vesikuler, merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-lubang dengan arah


teratur. Lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.

e. Skoria, seperti vesikuler, tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur.

f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh mineral-


mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan semacam silika.

g. Xenolit, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau
tertanam kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak
sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos

h. Autobreccia, struktur yang terlihat pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen


dari lava itu sendiri.

B. TEKSTUR BATUAN BEKU

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa dasar dari batuan. Tektur batuan beku menunjukkan derajat
kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas
(fabric), (Williams, 1982)

1. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung
cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan
cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

• Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.


• Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
• Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.

2. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

a) Fanerik/fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu


sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat
dibedakan menjadi:

• Halus, apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.


• Sedang, apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
• Kasar, apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
• Sangat kasar, apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

b) Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.

Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:

• Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan


bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
• Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara
0,01 – 0,002 mm.
• Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

• Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
• Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
• Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

• Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.


• Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
• Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
• Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

4. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular
dibagi menjadi tiga, yaitu:

• Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri


dari mineral-mineral yang euhedral.
• Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang subhedral.
• Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang anhedral.
b) Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak
sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau
matrik yang bisa berupa mineral atau gelas

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

Gambar 2.2 Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan terjadinya, konten SiO2, dan indeks
warna. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa nama batu bervariasi bahkan dalam
jenis batuan yang sama, menurut klasifikasi dasar.

1. Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya

Menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi :

• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.


• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T.
Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut
batuan vulkanik.

2. Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2

Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu :

• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah
riolit.
• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%.
Contohnya adalah dasit.
• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya
adalah andesit.
• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya
adalah basalt.

3. Klasifikasi berdasarkan indeks warna

Menurut ( S.J. Shand, 1943), yaitu:

• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.


• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks
warnanya sebagai berikut :

• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.(S.J. Ellis (1948))
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah :
- Kompresor
- Loop
- Kamera

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
- Alat tulis
- Form deskripsi batuan
- Batuan Beku

3.2 Prosedur Percobaan

- Diambil sampel batuan yang akan dideskripsi


- Dicatat nomer sampel batuan
- Diamati dan di catat warna pada sampel batuan
- Duamati dan di catat tekstur pada sampel batuan
- Diamati dan di catat komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan
- Dituliskan nama batuan yang telah dideskripsi
- Difoto sampel batuan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Batuan


4.1.1 Batu Gabro Amigdaloidal
Acara : Identifikasi Batuan Beku
Nama : Dayang Olivia Nur Putri Fadhilah
NIM : 2009086002
Kelompok : 2 (DUA) No peraga : 1
Tanggal : 16 NOVEMBER 2020
No urut : 01 (SATU)

1. Tekstur : Faneritik

2. Warna : Hitam, Putih ke Abu-abuan

3. Komposisi Mineral : Kuarsa, Plagioklas, Ampibol

4. Nama : Gabro Amigdaloidal

5. Keterangan : Batuan beku ini terbentuk langsung dari


pembekuan magma. Batuan ini membeku
pada kedalaman dangkal dan bentuk
struktrurnya lebih berlubang – lubang.

Samarinda, 16 November 2020

Asisten Praktikan

Yuliana Bulan Situntun Dayang Olivia Nur Putri F


NIM. 1709085007 NIM. 2009086010
4.1.2 Batu Basalt
Acara : Identifikasi Batuan Beku
Nama : Dayang Olivia Nur Putri F
NIM : 2009086002
Kelompok : 2 (DUA) No peraga : 2
Tanggal : 16 NOVEMBER 2020
No urut : 02 (DUA)

1. Tekstur : Afanitik

2. Warna : Hitam, Serat Putih

3. Komposisi Mineral : Piroksin, Amphibol

4. Nama : Basalt

5. Keterangan : Basal didefinisikan sebagai batuan beku


aphanitic yang mengandung, volume
kurang dari 20% kuarsa. kurang dari
10% feldspathoid dan di mana
setidaknya 65% dari felspar dalam
bentuk plagioklas

Samarinda, 16 November 2020

Asisten Praktikan

Yuliana Bulan Situntun Dayang Olivia Nur Putri F


NIM. 1709085007 NIM. 2009086002
4.1.3 Batu Basalt
Acara : Identifikasi Batuan Beku
Nama : Dayang Olivia Nur Putri F
NIM : 2009086002
Kelompok : 2 (DUA) No peraga : 3
Tanggal : 16 NOVEMBER 2020
No urut : 03 (TIGA)

6. Tekstur : Faneritik

7. Warna : Abu dengan bitnik kristal putih

8. Komposisi Mineral : Piroksin, Amphibol, Plagioklas, Kuarsa

9. Nama : Gabro

10. Keterangan : Gabro merupakan jenis batuan beku


intrusif yang memiliki warna gelap dan
tersusun atas kristal- kristal mineral yang
berukuran kasar

Samarinda, 16 November 2020

Asisten Praktikan

Yuliana Bulan Situntun Dayang Olivia Nur Putri F


NIM. 1709085007 NIM. 2009086002
4.2. Pembahasan Batuan
4.2.1 Batu Gabro Amigdaloidal
Batuan beku ini terbentuk langsung dari pembekuan magma. Warnanya yang gelap
mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk dari magma yang bersifat basa. Batuan ini
membeku pada kedalaman dangkal atau merupakan intrusi dangkal sehingga termasuk
pada batuan beku hypabisal, biasanya dalam bentuk tubuh batuan beku dyke atau sill.
Batuan ini pejal atau masif karena tidak mengalami gaya endogen yang mengakibatkan
adanya retakan. Bentuk strukturnya berlubang – lubang yang cukup spesifik jika dilihat
mata. Batuan ini berwarna hitam keabu-abuan, menunjukkan kandungan silika rendah
sehingga magma asal bersifat basa. Kaitan antara kandungan silika dengan sifat magma,
bahwa magma yang mengandung cukup banyak silika sehingga mampu mengikat
semua logam basa dan masih menyisakan silika, disebut sebagai kelewat jenuh,
sehingga kelebihan silika tersebut membentuk kristal silika seperti kuarsa. Struktur
batuan ini adalah masif, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-
retakan. Batuan ini masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat
meninggalkan retakan pada batuan. Derajat kristalisasi sempurna, bahwa batuan ini
secara keseluruhan tersusun atas kristal sehingga disebut holokristalin. Tekstur seperti
ini menunjukkan proses pembentukan magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral
pada batuan, dalam lingkungan bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi
dapat bergerak sangat cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu bentuk yang teratur dan semakin berukuran besar. faktor waktu sangat
penting bagi ion-ion untuk membentuk orientasi yang tepat untuk mengkristal. Dengan
demikian, maka seharusnya tekstur holokrsitalin terbentuk di bawah permukaan bumi
dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi yang dapat mempertahankan suhu yang
tinggi. Ukuran butir kasar berukuran 5 mm dan seragam / equigranular. Seperti yang
telah dijelaskan di atas, bahwa semakin kasar ukuran butir kristal berarti semakin tinggi
kondisi temperatur saat pembentukannya. semakin tinggi temperatur semakin jauh
posisinya dari permukaan. ukuran butir yang equigranular dapat berarti bahwa mineral
terbentuk pada lokasi yang sama di bawah permukaan.

Batuan gabro amigdaloidal memiliki asosiasi mineral berupa kuarsa, plagioklas,


ampibol. Gabro sering ditemukan berasosiasi dengan vulkanisme benua, selain itu
keterdapatan mineral pada gabro yakni piroksen yang merupakan mineral dengan
derajat kristalisasi yang tinggi sehitar 1000 derajat celcius, oleh karenanya piroksen
yang menyusun gabro akan berasosiasi dengan mineral yang memiliki derajat
kristalisasi tinggi juga seperti plagioklas kalsium (anortit, labradorit). Terkadang gabro
juga akan berasosiasi dengan mineral olivine karena olivine yang terbentuk duluan
kemudian akan di selubungi oleh mineral berikutnya sesuai dengan penurunan suhu
seperti yang dijelaskan oleh skema deret seri reaksi bowen. Gabro sangat jarang yang
ditemukan terdapat kuarsa didalamnya. Gabro juga dapat berasosiasi dengan batuan
beku lain contohnya seperti pada diorit dimana gabro akan muncukl sebagai xenolith,
ini terjadi umumnya di dekat zona subduksi dimana terjadi pencampuran magma mafic
dan felsic akibat dari partial melting, atau saat terjadi intrusi- instrusi. Selain itu gabro
juga dapat berasosisasi dengan sedimen - sedimen yang berada pada kerak samudera,
serta dengan batuan metamorf yang terdapat pada kerak samudera juga. Gabro dapat
terbentuk masif, intrusi seragam melalui kristalisasi in-situ dari piroksen dan plagioklas,
atau sebagai bagian dari intrusi berlapis sebagai kumpulan endapan piroksen dan
plagioklas (biasa disebut akumulasi piroksen-plagioklas. Gabro merupakan bagian
penting dari kerak samudera, dan dapat ditemukan di banyak kompleks ofiolit. Sabuk
panjang intrusi gabroik biasanya terbentuk pada zona proto-rift dan sekitar margin rifrt
zone kuno, menginterusi sisi - sisi rift. Hipotesis lidah mantel (mantle plume)
mengandalkan identifikasi intrusi mafik dan ultramafik serta juga vulkanisme basal.
Beberapa manfaat dari batuan gabro antara lain sebagai berikut:
• Sebagai ubin lantai
• Sebagai batu nisan
• Facing stone
• Sebagai base material construction yang berperan sangat penting bagi bidang
konstruksi
• Gabro yang telah dihancurkan digunakan dalam pembangunan jalan, kereta api
dan juga landasan konstruksi bangunan
Keterdapatan Batuan Gabro dapat ditemukan di kerak benua, di kerak benua batu gabro
terdapat dalam aliran lava tebal yang berkomposisi “basaltik”. Batuan diabas banyak
ditemukan di Daerah Tasmania. Batuan serpih umum ditemukan di daerah Amerika
Utara.
4.2.2 Batu Basalt
Batuan basal (basalt) adalah batuan yang berwarna gelap, berbutir halus, dan
merupakan contoh batuan beku yang utamanya tersusun atas mineral piroksin dan
amphibol. Basalt adalah salah satu batuan yang paling sering terbentuk sebagai batuan
beku ekstrusif (aliran lava). Akan tetapi, batu basalt sering juga terbentuk sebagai intrusi
kecil dalam bentuk dyke maupun sill. Batu basalt memiliki komposisi yang mirip
dengan gabro. Perbedaan keduanya ada pada ukuran butir mineralnya. Pada batu basal
ukuran butirnya lebih halus dibandingkan dengan batu gabro yang berbutir kasar.

Kebanyakan batuan basalt terbentuk sebagai "bedrock" di bumi. Dibandingkan jenis


batuan yang lain, basal lebih banyak terbentuk sebagai batuan alas. Sebagian besar area
cekungan (laut) di bumi teralasi oleh batu basal. Meskipun batuan basal kurang umum
ditemukan di kerak benua, namun aliran lava (lava flows) dan banjir basal (basalt flood)
juga cukup sering meng-alasi permukaan daratan.

Batuan basalt yang ditemukan di Bumi dihasilkan pada tiga lingkungan pembentukan
yaitu:
− Pembentukan Batu Basal di Batas Divergen Oceanic
Sebagian besar basalt di bumi dihasilkan pada batas lempeng divergen pada
sistem "mid-ocean ridges" (pematang tengah samudra). Arus konveksi dari
dalam mantel menghasilkan peluruhan/melting pada batuan yang ada
sebelumnya. Hasil ini akan terbentuk sebagai batas divergen yang
tertarik/terpisah dan meletus di dasar laut (letusan submarine fissure), dan
letusan ini sering menghasilkan basal bantal (pillow basalts). Pegunungan
aktif di tengah laut merupakan tubuh (host) dari letusan celah (fissure) yang
terjadi berulang-ulang. Sebagian besar pegunungan aktif dasar laut terbentuk
pada batas-batas konvergen yang berada di bawah permukaan air pada
kedalaman yang maksimum. Di daerah ini setiap uap, abu, ataupun gas yang
dihasilkan dari letusan akan diserap oleh kolom air sehingga tidak sempat
mencapai permukaan. Aktivitas gempa adalah satu-satunya indikasi yang
banyak berasal dari letusan di pematang (ridge) samudra. Islandia adalah
contoh pegunungan dasar laut, namun telah terangkat ke permukaan
sehingga dapat diamati langsung aktivitas gunung berapinya.
− Pembentukan Batu Basal di Hotspot Oceanic
Hotspots dapat tersebar tidak teratur, tetapi juga nonrandom. Hotspot sering
tersebar di dekat batas lempeng divergen (mid-ocean ridges), dan biasanya
menghilang dari wilayah-wilayah di dekat batas lempeng konvergen
(subduction zones). Hotspot Oceanik merupakan lokasi lainnya dimana
sejumlah besar basalt juga dapat ditemukan. Ini merupakan lokasi dimana
plume-plume kecil batuan yang mengalami "melting" naik melalui mantel
bumi dari hotspot pada inti bumi. Kepulauan Hawaii adalah contoh di mana
gunung api telah terbentuk di atas sebuah hotspot oceanik. Batuan basalt
yang dihasilkan di lingkungan tersebut diawali dengan letusan di dasar laut.
Jika hotspot tersebut tertopang (sustained), letusan yang terjadi akan
berulang-ulang dan dapat menghasilkan kerucut vulkanik yang lebih besar.
Ini akan terus membesar hingga membentuk sebuah pulau.
− Pembentukan Batu Basalt di Mantel Plume dan Hotspot Kerak Benua
Pembentukan batuan basalt yang ketiga ada pada lingkungan kerak benua,
dimana mantel plume atau hotspot menyalurkan sejumlah besar lava basaltik
melalui kerak benua sampai pada permukaan bumi. Letusan akibat aktivitas
tersebut dapat terjadi melalui vein ataupun celah batuan. Aktivitas tersebut
dapat menghasilkan lava flows terbesar di kerak benua. Letusan yang
ditimbulkan dapat terjadi berulang kali selama jutaan tahun, yang
menghasilkan lapisan demi lapisan batu basal yang tertumpuk secara
vertikal.

Asosiasi batuan basalt memiliki kandungan utama berupa augite, feldspar. heamatite,
calcite dan zeolite hanya terdapat dalam jumlah sedikit. Batuan ini terdapat di Madiun,
Mojokerto, Pasuruan, Malang, Probolinggo, Kepulauan di Paparan Sunda berawal dari
Kepulauan Anambas dan menyebar ke arah timur laut ke Natuna dan ke arah barat daya
ke Kepulauan Riau dan Bangka Belitong. Di kepulauan Natuna batuan tertua terdapat
batuan beku basalt dan di pulau Midai di barat daya kepulauan Natuna terdapat vulkanik
basalt. Batu basalt digunakan untuk berbagai macam keperluan. Kegunaan batu basalt
lebih sering terlihat di bidang konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Batuan ini
sering dihancurkan untuk digunakan sebagai agregat dalam proyek kontruksi.
Selain itu, batu basalt juga dapat dimanfaatkan sebagai pondasi jalan (landasan), agregat
beton, agregat aspal/trotoar, dan ballast kereta api. Batuan basal juga dapat dipotong dan
dipoles menjadi sebuah batu ornamen bangunan seperti ubin lantai dan monumen/tugu.
4.2.3 Batu Gabro

Gabro merupakan jenis batuan beku intrusif yang memiliki warna gelap dan tersusun
atas kristal- kristal mineral yang berukuran kasar. Batu gabro ini memiliki warna gelap
karena mineral utama yang menyusunnya adalah jenis mineral plagioklas dan juga
pirauksen. Batu gabro seringkali di dapati di dasar samudera atau kerak samudera. Dari
pengertiannya, dapat kita ambil kesimpulan bahwa ciri- ciri batuan gabro antara lain:
• Berwarna gelas, biasanya hitam atau hijau tua
• Kasar, karena terdiri atas kristal-kristal yang berukuran kasar
• Biasa ditemukan di kerak samudera
Sekilas, batuan gabro ini mirip sekali dengan batu basalt. Hal ini karena komposisi
mineral pembentukannya yang serupa. Bedanya adalah batuan basalt memiliki mineral
penyusun yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan batuan gabro. Hal ini karena
batuan basalt lebih cepat mengalami proses pendinginan daripada batuan gabro,
sehingga mineral yang terbentuk pun akan memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan batuan basalt. kedua batuan ini terbentuk dari proses pendinginan
lava yang berasal dari dalam perut bumi. Proses pembentukan batuan berbeda- beda
antara jenis batuan satu dengan yang lainnya. Gabro sering ditemukan berasosiasi
dengan vulkanisme benua, selain itu keterdapatan mineral pada gabro yakni piroksen
yang merupakan mineral dengan derajat kristalisasi yang tinggi sehitar 1000 derajat
celcius, oleh karenanya piroksen yang menyusun gabro akan berasosiasi dengan mineral
yang memiliki derajat kristalisasi tinggi juga seperti plagioklas kalsium (anortit,
labradorit). Terkadang gabro juga akan berasosiasi dengan mineral olivine karena
olivine yang terbentuk duluan kemudian akan di selubungi oleh mineral berikutnya
sesuai dengan penurunan suhu seperti yang dijelaskan oleh skema deret seri reaksi
bowen

Hal ini juga tidak lepas dari yang namanya material pembentuk batuan tersebut.
Asosiasi mineral batuan gabro adalah kuarsa, plagioklas, feldspar dan pyroxene Seperti
halnya batuan gabro yang terbentuk dari proses pendinginan lava atau magma yang
keluar dari perut Bumi. Kebanyakan orang mengemukakan bahwa kerak samudera
tersusun oleh batuan basal yang melimpah. Karena di permukaan kerak samudera, lava
akan mengalami pendinginan yang cepat maka dari itulah mineral yang terbentuk akan
berukuran kecil. Sementara di bawahnya, mineral akan lebih cepat berkembang karena
proses pendinginan yang lambat. Hal inilah yang menyebabkan terbentuknya batuan
gabro, yakni karena pendinginan lava atau magma yang melambat sehingga
memberikan kesempatan pada mineral untuk berkembang. Gabro juga dapat berasosiasi
dengan batuan beku lain contohnya seperti pada diorit dimana gabro akan muncukl
sebagai xenolith, ini terjadi umumnya di dekat zona subduksi dimana terjadi
pencampuran magma mafic dan felsic akibat dari partial melting, atau saat terjadi
intrusi- instrusi. Selain itu gabro juga dapat berasosisasi dengan sedimen - sedimen yang
berada pada kerak samudera, serta dengan batuan metamorf yang terdapat pada kerak
samudera juga. Gabro dapat terbentuk masif, intrusi seragam melalui kristalisasi in-situ
dari piroksen dan plagioklas, atau sebagai bagian dari intrusi berlapis sebagai kumpulan
endapan piroksen dan plagioklas (biasa disebut akumulasi piroksen-plagioklas. Gabro
merupakan bagian penting dari kerak samudera, dan dapat ditemukan di banyak
kompleks ofiolit. Sabuk panjang intrusi gabroik biasanya terbentuk pada zona proto-rift
dan sekitar margin rifrt zone kuno, menginterusi sisi - sisi rift. Hipotesis lidah mantel
(mantle plume) mengandalkan identifikasi intrusi mafik dan ultramafik serta juga
vulkanisme basal. Batuan gabro juga memiliki manfaat yang besar untuk manusia dalam
kehidupan sehari- hari.
Beberapa manfaat dari batuan gabro antara lain sebagai berikut:
• Sebagai ubin lantai
• Sebagai batu nisan
• Facing stone
• Sebagai base material construction yang berperan sangat penting bagi bidang
konstruksi
• Gabro yang telah dihancurkan digunakan dalam pembangunan jalan, kereta api
dan juga landasan konstruksi bangunan

Keterdapatan Batuan Gabro dapat ditemukan di kerak benua, di kerak benua batu gabro
terdapat dalam aliran lava tebal yang berkomposisi “basaltik”. Batuan diabas banyak
ditemukan di Daerah Tasmania. Batuan serpih umum ditemukan di daerah Amerika
Utara.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam praktikum ini:.
- Batuan gabro amigdaloidal memiliki asosiasi mineral berupa kuarsa, plagioklas,
ampibol. Terkadang gabro juga akan berasosiasi dengan mineral olivine karena
olivine yang terbentuk duluan kemudian akan di selubungi oleh mineral
berikutnya sesuai dengan penurunan suhu seperti yang dijelaskan oleh skema
deret seri reaksi bowen. Gabro sangat jarang yang ditemukan terdapat kuarsa
didalamnya. Gabro juga dapat berasosiasi dengan batuan beku lain contohnya
seperti pada diorit dimana gabro akan muncukl sebagai xenolith, ini terjadi
umumnya di dekat zona subduksi dimana terjadi pencampuran magma mafic dan
felsic akibat dari partial melting, atau saat terjadi intrusi- instrusi. Selain itu
gabro juga dapat berasosisasi dengan sedimen - sedimen yang berada pada kerak
samudera, serta dengan batuan metamorf yang terdapat pada kerak samudera
juga.
- Terbentuknya batuan gabro, yakni karena pendinginan lava atau magma yang
melambat sehingga memberikan kesempatan pada mineral untuk berkembang.
Keterdapatan Batuan Gabro dapat ditemukan di kerak benua, di kerak benua
batu gabro terdapat dalam aliran lava tebal yang berkomposisi “basaltik”.
Batuan diabas banyak ditemukan di Daerah Tasmania. Batuan serpih umum
ditemukan di daerah Amerika Utara.
- Kegunaan batu basalt lebih sering terlihat di bidang konstruksi bangunan
maupun infrastruktur. Batuan ini sering dihancurkan untuk digunakan sebagai
agregat dalam proyek kontruksi. Selain itu, batu basalt juga dapat dimanfaatkan
sebagai pondasi jalan (landasan), agregat beton, agregat aspal/trotoar, dan ballast
kereta api. Batuan basal juga dapat dipotong dan dipoles menjadi sebuah batu
ornamen bangunan seperti ubin lantai dan monumen/tugu.
5.2 Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum kali ini adalah agar gambar pada video
nya tampak lebih jelas, menjelaskan nya juga tidak terlalu cepat. Saran untuk praktikum
adalah karena sedang dalam situasi pandemi Covid-19, hendaknya memberikan lebih
banyak sumber pelajaran atau materi, supaya mahasiswa lebih mengerti dan paham saat
melakukan praktikum yang dilaksanakan secara daring. Dan juga, jika ada kendala
kepada mahasiswa berikan sedikit toleransi untuk mahasiswa yang terkendala jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Balfas, Muhammad Dahlan. 2015. Geologi untuk Pertambangan Umum. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Ulfa, Maisyaroh Riana., Alifia, Utari., dkk. 2020. BUKU Panduan Praktikum Geologi
Dasar. Samarinda: Universitas Mulawarman

Gramedia Kompas. 2020. Batuan Beku Terbuat dari Magma, Bagaimana Proses
Pembentukannya ?. Dari laman:

https://bobo.grid.id/read/082073148/batuan-beku-terbuat-dari-magma-
bagaimana-proses-pembentukannya-ya?page=all/Gramedia_Kompas. (Diakses
pada 19 November 2020)

Geost, Flysh. 2016. Batu Gabro dan Proses Pembentukannya. Dari laman:

https://www.geologinesia.com/2016/01/batu-gabro-dan-proses-
pembentukannya.html. (Diakses pada 20 November 2020)

Geografi, Ilmu. 2020. Proses Terbentuknya Batu Gabro dan Manfaatnya. Dari laman:

https://ilmugeografi.com/geologi/batu-gabro. (Diakses pada 20 November


2020)

Geost, Flysh. 2016. Batu Basal dan Proses Pembentukannya. Dari laman:

https://www.geologinesia.com/2016/03/batu-basal-dan-proses-
pembentukannya.htm. l. (Diakses pada 20 November 2020)

Pendidikan, Dosen. 2020. Pengertian Batuan Beku. Dari laman:


https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-batuan-beku/. (Diakses pada
20 November 2020)
Sihite, Hery. 2015. MAKALAH BATUAN BEKU. Dari laman:
https://www.academia.edu/25879261/MAKALAH_BATUAN_BEKU.
(Diakses pada 19 November 2020)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai