Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

MINERALOGI DAN PETROLOGI

ACARA 1 BATUAN BEKU

OLEH:
DWI MARDIYAH
1815141013

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula
pembentukan batuan, pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik di
dalam maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek
genesainterpretasi. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang Menyusun
kerak (kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral
yang telah menghablur (mengkristal). Aspek pemberian nama antara lain
meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan,
kesarangan (porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan
batuan. Aspek genesainterprestasi mencakup tentang sumber asal (“source”)
hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Batuan didefinisikan sebagai
semua bahan yang Menyusun kerak(kulit) bumi dan merupakan suatu
agregat(kumpulan)minera-mineral yang telah menghablur (mengkristal)
Melalui praktikum ini kita bisa mengetahui jenis batuan dengan melihat
sifat fisiknya, terdapat du acara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang
pertama adalah dengan cara mengenal sifat fsiknya. Yang termasuk dalam
sifat mineral adalah bentuk kristalnya, berat jenis, bidang belah warna,
kekerasan, goresan, kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui Analisa
kimiawi, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama
satu mineral yang sama bisa mempunyai warna yang berbeda-beda. Maka dari
itu dalam laporan ini akan membahas mengenai hasil praktikum dan analisis
batuan dengan cara melihat sifta fisiknya
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud diadakannya praktikum petrologi agar praktikum mampu
membedakan segala jenis-jenis batuan beku basa-ultrabasa. Adapun tujuan
dari praktikum ini adalah agar praktikum mampu mengenali sifat-sifat fisik
kimia batuan beku basa-ultrabasa. Agar praktikum mampu untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi batuan beku basa-ultrabasa
1.3 Alat dan Bahan
1. Alat Tulis
2. Sampel Batuan
3. Lembar Kerja Praktikum
4. Kamera
5. Pembanding
6. Buku Panduan
7. Loup Pembesar

BAB I.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan Beku


2.1.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku adalah kumpulan-kumpulana atau agregat dari mineral-
mineral yang sudah dalam keadaan membeku/keras. Batuan adalah salah satu
elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui
pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi
mineral, sifat-sifat fisik, dan umur yang beraneka ragam. Jarang sekali batuan
yang terdiri dari satu mineral, namun umunya merupakan gabungan dari dua
mineral atau lebih. Mineral adalah suatu substansi anorganik yang mempunyai
komposis kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral banyak sekali
macamnya ditambah dengan jenis-jenis kombinasinya.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma yang
mendingin dan mengeras atau tanpa proses kristialisasi, baik di bawah permukaan
maupun di atas permukaan. Magma merupakan cairan silikat kental dan pijar yang
bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500-2500ºC terdapat pada kerak bumi
bagian bawah. Ciri khas batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu
kenampakan suatu massa dari unit-unit kristal yang saling mengunci
(“interlocking”) kecuali gelas yang bersifat kristalin.
2.1.2 Siklus batuan

1. Magma mengkristal dan membeku


Proses pertama proses terjadinya siklus batuan terjadi saat magma
mengkristal magma merupakan sumber utama batuan yang ada di
permukaan bumi setelah itu magma akan membeku dan mengkristal di
gunung berapi saat mengalami erupsi.
Magma yang keluar saat erupsi dan sampai ke permukaan bumi
dikenal dengan sebutan magma eksklusif Magma yang keluar akan
membeku dan kemudian akan menjadi batuan beku titik jenis-jenis batuan
beku pun banyak ditemui di sekitar gunung berapi.
2. batuan beku mengalami pelapukan dan erosi menjadi sedimen
Setelah kristalisasi magma, proses kedua dalam siklus batu-batuan
adalah pelapukan batuan. proses ini terjadi saat batuan beku mengalami
pelapukan karena pengaruh berbagai hal seiring berjalannya waktu
perubahan cuaca menjadi faktor utama pelapukan batuan beku. Batuan
beku yang berada di permukaan bumi mengalami pelapukan lebih cepat
karena sering terkena hujan, angin dan panas matahari titik Sementara
batuan beku yang tidak ada di permukaan bumi juga akan melapuk meski
jangka waktunya lebih lama.
Proses siklus batuan berikutnya adalah erosi . pengertian erosi
adalah proses pengikisan padatan yang merupakan akibat dari interaksi air
udara dan hujan serta. Pada siklus batuan erosi terjadi setelah batuan
mengalami proses pelapukan. proses erosi dibantu oleh air yang akan
menyingkirkan material hasil pelapukan ke wilayah lain
3. Endapanmaterial menjadi batuan sedimen
Berikutnya akan terjadi proses pengendapan pada batuan titik
material yang terangkut air hasil pelapukan dan erosi akan berkumpul pada
suatu tempat secara terus-menerus. akhirnya material tersebut akan
mengendap hingga menimbulkan tumpukan material dalam satu titik.
Endapan dari hasil pelapukan batuan beku itu akan mengeras dan
terus menumpuk lama-kelamaan endapan batuan tersebut akan membentuk
batuan sedimen atau batuan endapan. ketika ada air atau molekul lain yang
masuk butir batuan sedimen akan semakin terikat lebih erat satu dengan
yang lain.
4. Batuan sedimen menerima tekanan dan panas bumi menjadi batuan
metamorf
Batuan sedimen awalnya akan berada dibawah permukaan bumi
namun lama-kelamaan akan mengalami proses pengangkatan lalu akan
terkubur dan bergerak semakin dalam hal ini membuat batuan tersebut
menerima tekanan energi panas bumi yang meningkat. Batuan sedimen
kemudian akan berubah menjadi batuan jenis lain yaitu metamorf karena
pengaruh tekanan dan suhu tinggi tersebut. sementara itu sebagian dari
batuan sedimen juga bisa melakukannya waktu titik hasil pelapukan nya
mengendap dan mengeras yang menghasilkan batuan sedimen jenis baru
5. Batuan metamorf meleleh menjadi magma
Proses terakhir pada siklus batuan adalah kembali ke magma titik
batuan metamorf atau malihan juga mengalami pelapukan dan kembali
berubah menjadi batuan sedimen struktur yang berbeda juga membuat
batuan metamorf akan meleleh dan kembali menjadi magma. Magma yang
membeku lalu mengalami pelapukan diikuti dengan erosi dan
pengendapan hingga terbentuknya sedimen dan metamorf. proses siklus
batuan ini akan terus berulang dari awalnya adalah magma kemudian
kembali berubah menjadi magma lagi.

2.1.3 Proses Pembentukan Batuan Beku


1. Diferensiasi magma diferensiasi magma
Diferensiasi magma yaitu proses pemisahan magma homogen dan dalam
fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda akibat pengaruh antara lain
a) migrasi ion ion atau molekul molekul di dalam magma
b) perpindahan gas-gas
c) pemisahan cairan magma dengan cairan magma lain
d) filterpressing: perpindahan cairan Isa ke magma lain
Diferensiasi magma terjadi selama proses pembekuan magma, di mana
kristal-kristal terbentuk tidak bersamaan buka kurung( reaksi seri bown), akan
terjadi pemisahan pemisahan antara kristal dengan cairan magma disebut
diferensiasi kristalisasi titik dalam urutan kristalisasi pada reaksi menunjukkan
bahwa mineral-mineral berat atau bersifat basa akan mengkristal lebih dahulu dan
turun ke bawah sehingga terjadi pemisahan dalam magma, mabasa di bagian
bawah, asam seakan-akan mengapung di atas magma basah titik pemisahan ini
disebut diferensiasi gravitasi
2. Asimilasi
Asimilasi adalah proses reaksi atau pelarutan antara magma dengan batuan
sekitarnya atau (Wall Rock) ini umumnya terjadi pada intrusi magma basa
terhadap batuan asam contohnya reaksi dari intrusi magma gabbroid dengan
batuan beku granitic menghasilkan batuan beku (intermediate).
3. Proses Pencampuran Magma
Batuan vulkanik dan intrusi dangkal dapat dihasilkan oleh campuran dari
sebagian kristalisasi magma contohnya basal andesit terjadi oleh adanya
penggantian dimana erupsi yang cepat dari suatu lubang kepundan titik biasanya
pada batuan ini ditemukan fenokris dan zoning plagioklas yang kaya Ca akan
pada intinya.
Mineral bersifat basa atau (kaya MG dan Ca) Mengkristal lebih dulu
daripada mineral-mineral asam atau kayak Na dan K. selama kristalisasi
berlangsung selalu ada kecenderungan untuk mempertahankan keseimbangan
antara fase padat dan cair dalam hal ini kristal yang mula-mula terbentuk akan
bereaksi dengan cairan sehingga komposisinya. reaksi ini terjadi terus-menerus
pada kristalisasi Mineral mineral plagioklas asam. pihak lain Terjadi reaksi secara
tiba-tiba pada temperatur tertentu dalam kristalisasi Mineral mineral
ferromagnesium atau (mafic mineral) disebut “Discontinuous series “contoh
menjadi hipersten, audit menjadi hornblende.
2.1.4 Tekstur dan Struktur Batuan Beku
1. Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral yang satu dengan yang
lainnya dalam suatu batuan meliputi hubungan antara kristalinitas granularitas dan
fabrik
a) Kristanilitas
Kristalinitas adalah tingkat kristalinitas mineral dalam suatu batuan yang meliputi:
1. Holokristalin : tersusun dari kristal kristal yang nampak jelas.
2. Hipokristalin: tersusun dari sebagian kristal dan sebagian gelas
3. Holohyalin : tersusun oleh seluruhnya mineral Amor atau gelas
b) Granularitas
Granularitas merupakan derajat butir-butir kristal mineral penyusun batuan
yang meliputi:
1. Faneritik: kristal-kristal penyusunnya tampak jelas dapat dibedakan
dengan mata biasa atau dengan bantuan Loup
2. Porfiritik : adanya mineral uang berukuran besar atau (fenokris) dalam
masa dasar.
Terbagi atas dua jenis yaitu:
a) faneroporfiritik : Fani Roxy yang terdapat pada massa dasar kristal yang
faneritik
b) Porfiroafanitik: fenokris yang terdapat dalam masa dasar kristal yang
afanitik
3. Afanitik
1. Discritalline : kristal dari mineral penyusunnya tidak dapat dibedakan
dengan mata biasa atau loup.
2. Cryptocristaline : komponen penyusunnya terdiri dari mineral-mineral
yang kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan
mikroskop biasa
3. Fabrik
Fabric adalah hubungan antara kristal-kristal atau susunan antara
kristal-kristal yang satu dengan yang lainnya.
bentuk kristal : dasar kejelasan dan bentuk bidang batas kristal kristal mineral
ditinjau dari kenampakan dua dimensi secara individu, terbagi atas 3 yaitu itu:
1. Euhedral : Bentuk bidang batas dari teratur baik dan tampak jelas
2. Subhedral : bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari
bentuk dengan bentuk jelek
3. Anhedral : bentuk bidang batas dari kristal yang jelek dan tidak jelas
2) Relasi
Relasi adalah hubungan antara batir kristal yang satu dengan yang lainnya yang
meliputi:
a) Equigranular: ukuran butir dari kristal yang menyusun batuan yang hampir
sama besar
b) Inequigranular : ukuran butir kristal kristal penyusun batuan tidak sama
besar
2. Struktur batuan beku
Struktur batuan beku merupakan kenampakan/bentuk dan susunan dari batuan
beku yang meliputi:
a) Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung di permukaan bumi titik batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. struktur ini diantaranya
1. Masif  yaitu struktur yang memperlihatkan Suatu massa batuan yang
terlihat seragam

Gambar 2.2 Batuan Masif


2. Sheeting joint  yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

Gambar 2.3 Batuan Sheeting joint

3. Columnar joint  yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah


poligonal seperti batang pensil
Gambar 2.4 Batuan Columnar joint

4. Pillow lava,yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal gumpal


Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air

Gambar 2.5 Batuan Pollow lava


5. Vesicular,  yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku titik lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan

Gambar 2.6 Vasikular


6. Amigdaloidal ,yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit kuarsa atau zeoli

Gambar 2.7 Amigdaloidal


b.  Struktur batuan beku intrusive
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
di bawah permukaan bumi titik berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan
batuan yang diterobos nya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua
yaitu konkordant dan diskordan.
1. Konkordant
tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan lapisan disekitarnya, jenis-jenis
dari tubuh batuan ini yaitu:
a. Sill,  tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan
b. Laccolith,  tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome) , dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini titik sedangkan bagian dasarnya tetap datar
titik diameter laccolith berkisar dari 2 sampai 4 mill  dengan kedalaman
ribuan meter
c. Lopolith,  bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah titik B memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter
d. Paccolith,  tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya. ketebalan paccolit berkisar antara  kilometer
2) Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya. jenis-
jenis    batuan ini yaitu :
a. Dike
Adalah tubuh batuan beku yang tabular atau memanjang yang memotong batuan
yang berumur lebih tua. Dike dibentuk oleh injeksi magma yang masuk kedalam
rekah-rekah batuan. Ketebalannya dari beberapa centimeter sampai beberapa
puluh meter dan panjangnya dari beberapa meter sampai ratusan meter.
b. Sill
Sill atau disebut juga sheet biasanya bidang kontaknya sejajar dengan bidang
perlapisan batuan samping, atau secara sederhanasill adalah tubuh batuan beku
yang melembar dan kedudukannya pararel atau sejajar dengan batuan sekitarnya.
c. Stock
Yaitu tubuh batuan beku intrusive yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil
d. Batolit
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat
penurunan suhu yang sangat lambat. Atau dengan kata lain, batolit adalah intrusi
magma yang berada dekat dengan dapur magma. Pada gambar diatas tergambar
pada angka 1 yang menunjukkan posisi terbentuknya batuan beku akibat dari
intrusi yang disebut batolit.
2.2. Mineral Penyusun Batuan Beku
2.2.1 Pengertian Mineral
Menurut Para Ahli L.G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu
benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom
yang tersusun secara teratur. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral
adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik. A.W.R. Potter dan H.
Robinson, 1977 Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
Mineral adalah suatu zat padat yang tersusun dari senyawa kimia yang di
bentuk secara alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik, yang memiliki
penempatan atom secara beraturan dan memiliki sifat kiia dan fisika tertetu.
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau suatu
pengecualian beberapa zat  atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak
termasuk di dalam suatu definisi titik sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi titik dimana definisi kompilasi tidak
menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat
sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur
tunggal atau senyawa
2.2.2 Bowen Reaction Series
Seri reaksi bowen (Bowen Reaction Series)  menggambarkan Proses
pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma
mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik dan dalam hal ini
suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral. Tahun 1929-1930, 
dalam penelitiannya Norman L. Bowen  menemukan bahwa Mineral mineral
terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai
magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan laju pendinginan
menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur,dll) dan laju
pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat
terbentuk.
Con

Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan "Y tanda kutip, dimana
lengan bagian atas dua jalur/deret pembentukan yang berbeda titik lengan kanan
atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan(Continuouss) sedangkan lengan
kiri atas adalah deret reaksi yang terputus/tak berkelanjutan (discontinuous).
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan
feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi
dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung
feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada
suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar
didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga
suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana
satu mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu
dengan melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan
pembentukan mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil
pada atau di bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi
stabil (terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium
(CaFeMgSiO) terbentuk dan pada kisaran suhu 900 0C Amphibole terbentuk.
Sampai pada suhu magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang
telah ada tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan
mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang
telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene.
Deret ini berakhir dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan
magnesium telah selesai dipergunakan dalam pembentukan mineral. Apabila
kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium, kalsium dan
sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium dan silica.
Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase Potassium
Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air cukup tinggi.
Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan oksigen akan
membentuk Quartz (kuarsa). Dalam kristalisasi mineral-mineral ini tidak
termasuk dalam deret reaksi karena proses pembentukannya yang saling terpisah
dan independent.
2.2.3 Mineral Penyusun Batuan Beku
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Mineral felsic, yaitu mineral yang berwarna terang,terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid, dan muskovit
b. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit,
piroksen, amphibol dan olivine
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan
SiO2,dan warna.
1.Warna
Warna batuan beku biasanya representasi dari mineral pembentuk batuan beku itu
sendiri. Mineral-mineral tersebut biasanya dibedakan menjadi dua kelompok,
yakni : berwarna cerah (bersifat asam/felsic) dan berwarna gelap (bersifat
basa/mafic).
Beberapa ciri warna pada mineral yang penting pada batuan beku:
a) Olivine
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe)
dan magnesium (Mg).Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperatur yang tinggi.Mineral ini umumnya dijumpai pada
batuan basalt dan ultramafic.Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari
mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite.Olivine kadang-kadang juga
disebut crysoline

Gambar 2.26 Mineral Olivine


b) Amphibole (Horblende)
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau
kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung
besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si),
dan Oksigen (O). Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman.Mineral
ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
Gambar 2.27 Mineral Amphibole
c) Biotite
Biotite merupakan mineral mika berbentuk pipih dengan kristal berlembar.
Mineral mika memiliki kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan buku.

Gambar 2.28 Mineral Biotite


d) Plagiclase Feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral
ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berstruktur
prismatik umumnya berwarna putih hingga abu-abu
Gambar 2.29 Mineral Plagiclase Feldspar
e) Pottasium feldspar
Adalah anggota mineral feldspar yaitu bertipe silikat, mengandung unsur
Kalium dan bentuk kristalnya prismatic umumnya berwarna merah daging
hingga putih.

Gambar 2.30 Mineral Potassium feldspar (Orthoclase)


f) Mica
MIica adalah kelompok mineral silkat dengan komposisi bervariasi dari
pottasium, magnesium, iron, aluminium, silikon dan air
Gambar 2.31 Mineral Mica
g) Quartz
Quartz adalah satu dari mineral yang umum banyak dijumpai pada kerak
bumi. Mineral ini tersusun atas Silika dan Oksida, memiliki warna putih,kilap
kaca, dan belahan tidak teratur

Gambar 2.32 Mineral Quartza


h) Calsite
Calsite tersusun atas calsium carbonate (CaC03) Dan umumnya berwarna
putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Organisme laut seperti
terumbu karang kebangyakan terbuat dari calsite atau mineral yang berkaitan
dengan limestone atau batu gamping

Gambar 2.33 Mineral Calsite


i) Piroksen (Mg, Fe,Ca)Si 03
Berwarna cokelat dan hitam, skala kekerasan 6 :bentuk prismatik pendek,
menyerat, kilap agak buram ; belahan baik, saling memotong tegak lurus
dengan bentuk sayatan segi delapan. Asosiasi batuan ultrabasa s/d basa.
Sering terubah ---Klorit

Gambar 2.34 Mineral Piroksen


j) Feldspastoid
Feldspatoid adalah kumpulan silikat aluminium yang terdapat di tempat
feldspar apabila magma yang kaya dengan alkali tidak mengandung silika.
Feldspatoid tidak pernah bersekutu dengan kuarsa primer. Mineral yang
termasuk di dalam feldspatoid diantaranya adalah Leusit (KAlSi 2O6),
Kaliofilit (KAlSiO4), Kalsilit (KAlSiO4), Nefelin (NaAlSiO4), Sodalit
(Na8Al6Si6O24(Cl2)), Nosean (Na8Al6Si6O24(SO4)), Kankrinit
(Na8Al6Si6O24(HCO3)2), dan Analsim (NaAlSi2O6.H2O).
Gambar 2.35 Mineral Feldpastoid

Tekstur umum yang serung dijumpai pada batuan beku :


a) Faneritik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang
b) Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang
c) Porfiritik : bila mineral butitan yang besar (fenokris-nya) dikelilingi
mineral-mineral yang berukuran butir lebih kecil (massa dasarnya)
d) Glassy (gelas) : bila batuan beku tersusum oleh gelas/kaca
e) Fragmental : bila batuan beku terdiri dari fragmen (bagian-bagian) batuan
beku hasil erupsi gunung api.
2. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.
Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan beku :
a. Masif : bila batuan tersebut pejal, tanpa retakan maupun lubang gas
b. Jointing : bila batuan tampak memiliki retakan
c. Vesicular : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas
d. Aliran : bila batuan tersebut memiliki kesan orientasi sejajar seperti
aliran/sisipan, baik oleh kristal maupun lubang gas.
e. Amygdaloidal : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas yang
terisi oleh mineral-mineral sekunder yang terbentuk setelah pembekuan
magma.

3. Komposisi Mineral Pembentuk Batuan


Mineral-mineral yang terdapat pada batuan beku, antara lain : kwarsa,
mika,feldspar, olivine, piroksen.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sampel 01 Andesit

Gambar 3.1 Andesit


Pada sampel batuan dengan nomor urut 01, nomor peraga 31memiliki warna
segar putih abu-abu dan warna lapuknya yaitu abu-abu kecoklatan. Memiliki ciri-
ciri tekstur yaitu Kristalinitas berupa Hipokristalin yang terususun dari sebagian
Kristal dan sebagian gelas dengan Granuralitasnya berupa Faneritik, dimana
dalam satu batuan mineralnya besar atau jelas terlihat. Bentuknya teratur, jelas
hingga bervariasi (Euhedral-Subhedral) dengan relasi Inequigranular yang mana
ukuran butir Kristal batuan tidak sama besar atau berbeda. Strukturnya bersifat
kompak (Masif). Komposisi mineralnya adalah plagioklas, massa dasar, biotit,
berwarna putih susu, abu-abu, hitam. Berbentuk prismatik, gelas, prismatik
panjang. Dengan ciri-ciri di atas, disimpulkan bahwa nama batuan tersebut adalah
Andesit.
3.2 Sampel 02 Granit

Gambar 3.1 Granit


Sampel batuan nomor urut 02, nomor peraga 56 memiliki warna segar putih
abu-abu dan warna lapuk coklat kekuningan. Tekstur kristanilitas hipokristalin
yang memiliki sebagian Kristal dan sebagian gelas, dengan granularitas
Faneroporfonitik. Bentuknya bervariasi dan ada pula yang tidak sempurna
(subhedral-anhedral) dengan relasi equigranular yang mana batuan dan
mineralnya hampir sama. Struktur batuan bersifat masif (kompak). Komposisi
mineralnya adalah Kuarsa berwarna putih dengan bentuk horndblendo, biotit
berwarna hitam dengan bentuk lembar, plagioklas berwarna putih susu dengan
bentuk prismatik dan Massa dasar berwarna abu-abu dengan bentuk kristal. Dari
ciri-ciri di atas, disimpulkan bahwa nama batuannya adalah granit.\
3.3 Sampel Basalt

Gambar 3.1 Basalt


Sampel nomor urut 3, no peraga 49 memiliki warna segar coklat kehitaman,
warna lapuk merah kecoklatan. Tekstur kristanilitasnya adalah holokristalin
dengan dominan Kristal, granularitasnya adalah faneritik yang mana kristalnya
tampak besar. Bentuknya adalah subhedral-anhedral dengan relasi Inequigranular.
Strukturnya vesikular, kompisisi mineralnya adalah plagioklas dengan warna
putih susu, biotit dengan warnahitam dan Massa dasar dengan warna abu gelap.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa nama batuannya adalah basal.
3.4 Sampel 04 Dasit

Gambar 3.1 Dasit


Sampel nomor urut 04 dengan nomor peraga 46, memiliki warna segar putih-
cream dan warna lapuk abu kecoklatan. Kristanilitasnya adalah hipokristalin yang
memiliki sebagian kristal dan sebagian massa dasar. Tekstur granularitasnya
adalah forfiroafanitik. Bentuknya adalah euhedral-subhedral dengan relasi
inequigranular yang mana batuan dan mineralnya tidak sama. Strukturnya adalah
kompak atau masif, dengan komposisi mineral adalah plagioklas yang memiliki
warana putih susu dengan bentuk piroksin, kuarsa yang memiliki warna putih
bening dengan bentuk prismatik, Massa dasar berwarna abu-abu berbentuk gelas.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, disimpulkan bahwa nama batuannya adalah dasit.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula
pembentukan batuan, pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik di dalam
maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek
genesainterpretasi. Batuan didefinisikan sebagai semua yang menyusun kerak
(kulit) bumi dan merupakan suatu agregat (kumpulan)mineral-mineral yang telah
menghablur(mengkristal).
Material yang membentuk litosfir maupun kerak bumi, terdiri dari
mineral-mineral, terbentuk di alam dan tidak hidup. Dapat terbentuk dari hanya
satu macam mineral atau himpunan berbagai mineral. Baik yang terpadatkan atau
tidak. Misalnya lempung, meskipun tidak keras atau lembek, tetapi terbentuk di
alam dan terdiri dari mineral-mineral (berbutir sangat halus) termasuk batuan

3.1 Saran
Untuk Praktikum sebaiknya menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
sebelum praktikum dimulai serta mencari reverensi tambahan untuk
menunjang pengerjaan laporan praktikum. Untuk Asisten hendaknya lebih
memberikan bimbingan pada setip praktikan agar praktikkan menjadi lebih
paham terhadap konsep dan materi yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Mineral-mineral dalam Batuan Beku.


https://geograph88.blogspot.com/2015/02/mineral-mineral-dalam-batuan-
beku.html?m=1. Diakses tanggal 18 September 2020.
Bitar, 2020. Materi tentang batuan beku.
https://www.gurupendidikan.co.id/batuan-beku/ . Diakses tanggal 18
September 2020.
Edo, Bramantyo, 2016. Batuan Beku.
https://repastrepost.blogspot.com/2016/09/batuan-beku-pengertian-struktur-
tekstur.html?m=1. Diakses 19 September 2020.
Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta. CV Budi Utama.
Tim Asisten. 2020. Buku Panduan Praktikum Mineralogi dan Petrologi.
Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai