BAB I
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair, pijar,
bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan
beku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1. Berdasarkan genetik batuan, 2.
Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan 3. Berdasarkan susunan mineraloginya.
Batuan beku dapat dibagi menjadi:
A. Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi
baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan masa
tersebut membeku relatif cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena
itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler) .
Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan
Lava Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari masa yang kental sedangkan lava Pahoehoe
terbentu k oleh masa yang encer
B. Batuan Beku Intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran mineralnya
kasar, > 1 mm atau 5 mm.
1
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
1. Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui batas
bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km2 disebut batolith , yangkurang
dari 100 km2 dikenal dengan stock sedangkan yang lebih kecil dan relatif
membulat disebut boss. Ketiganya merupakan peristilahan dalam batuan
plutonik.
2. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan) disebut
dyke/korok sedangkan yang konkordan disebut sill atan lakolit kalau cembung
ke atas.
3. Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi silinder
atau pipa.
( Dally 1933, Winkler 1957, Vide W. T. Huang 1962 ) berpendapat lain yaitu magma
asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi
menjadi magma yang bersifat lain.
( Bunsen 1951, W. T. Huang, 1962 ) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis
magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran
dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
2
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi magma.
Differensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan
awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang
bervariasi.
3
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
BATUAN BEKU
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral -mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar
yaitu:
4
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat.
Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-
mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma
karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2
maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan
³Incongruent Melting´; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan
larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral
berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia
dibentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anortite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro
atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau
Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini
banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau Riolite. Reaksi berubahnya komposisi
Plagioklas ini merupakan deret : ³Solid Solution´ yang merupakan reaksi menerus,
artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan
menerus. Dalam hal ini Anortite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut
Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic
Plagioklas / Alkali Plagioklas" ). Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada
mineral Potasium Felspar ke mineral Muskovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka
mineral Kuarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang
sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
5
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Basa
K-Felspar
(K-Al Silikat)
Muskovit
(K-Al-Cr Silikat)
Kuarsa
0
600 C (SiO2)
Garis putus merupakan batasan golongan batuan yang ditandai dengan komposisi
Mineral yang dominan dalam pembatasannya. Misalnya Kuarsa, Muskovit, Biotit,
Kalium Feldspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya amati apakah batuan
tersebut Plutonik atau Vulkanik, lalu perhatikan antara perbandingan Plagioklas dengan
Kalium Feldspar.
6
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
c. Under saturated rock , bila batuan beku tersebut tidak jenuh silika. Contoh
batuan yang non feldspatoid yaitu batuan yang tidak muncul mineral feldspatoid
biasanya pada fase olivin magnesian.
8
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
- Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna.
- Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
- Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang tidak sempurna.
Secara tiga dimensi dikenal :
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
b. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari
ukuran dikenal :
1) Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir yang
relatif seragam, terdiri dari :
Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan
euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang
terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia
masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk kristal
secara sempurna.
Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif
seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna
yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau
ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk memadai untuk dapat
membentuk kristal secara sempurna.
Allotriomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif
seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali
merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini
terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat
ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari
rangkaian proses pembentukan batuan beku.
2) Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama , antara
lain terdiri dari :
10
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Porfiritik , adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris) tertanam
dalam masa dasar kristal yang lebih halus.
Vitroverik , apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas.
3) Tekstur khusus batuan beku
Karakter tekstur ditentukan oleh bentuk kristal, struktur, relasi, atau karakter internal
telah memberikan bentuk khusus. Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa detail dari
suatu batuan tidak bisa ditentukan tanpa menggunakan mikroskop. Selain tekstur
menunjukkan bentuk dan relasi antar kristal juga menunjukkan pertumbuhan bersama
antara mineral ± mineral yang berbeda. Berikut beberapa tekstur khusus dari batuan beku:
11
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan,
hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian
mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen).
- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral kelompok plagioklas.
- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan
batuan beku.
12
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Tidak berwarna,
Kubus, masif,
Halit putih kekuningan, Sempurna Sebagai garam evaporite
membutir
merah
Tidak berwarna, Memapan, membutir, Lembar-lembar tipis terjadi
Gypsum Sempurna
putih menyerat karena evaporasi
13
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Warna :
Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll(warna yang representatif)
Struktur :
Masif/Vesikuler/Amigdaloidal/Kekar akibat pendinginan, dll
Tekstur :
Derajat Granulitas
Fanerik Afanitik
Derajat Kristalisasi
Keseragaman butir/kristal
Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (Untuk % digunakan diagram perbandingan secaral
visual)
Nama Batuan :
Granodiorit/Diabas/Granit, dll (Gunakan diagram dari IUSGS)
Asam
KF >2/3 Plagioklas KF > 2/3< Plagioklas KF< 1/3 Plagioklas
Vulkanik Riolit Riodasit Dasit
Plutonik Granit Adamelit Granidiorit
Intermediet
KF >2/3 Plagioklas KF > 2/3< Plagioklas KF< 1/3 Plagioklas
Vulkanik Trachyt Trachyandesit Andesit
Plutonik Syenit Monzonit Diorit
Ultrabasa
Plutonik Peridotite dan Dunite
15
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Piroksen:
16
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
BASALT/BAS ANDESIT/TR
Nama
ANIT/TEPRIT/ AKHIANDES DASIT/RIOLIT
SPILIT IT/TRAKIT
Hornblende;
P piroksen<<; Biotit; kuarsa;
Olivin;
p Komposisi Olivin; plagioklas; feldspar alkali;
piroksen;plagiokl
L Mineral piroksen;plagio biotit; hornblende<<pl
as; spinel;
U klas basa feldspar; agioklas;
hornblende
T alkali; muskovit
O kuarsa<<
N Tekstur Holokristalin
I DUNIT,
GABRO; DIORIT, GRANIT,
K PERIDOTIT,
Nama DIABAS/DOL MONZONIT, ADAMELIT,G
HORNBLENDIT
ERIT SYENIT RANODIORIT
, SERPENTINIT
17
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
18
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
BAB II
BATUAN PIROKLASTIK
19
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
fall
Pyro c lastic
Volcano
slope Py
roc
las
tic Fallout into water
flo
w Seco
ndar
y flo
w Flow from lan Floating pumice
d into
Wat
er
Slum
p & flowArea of slumping
Volcaniclastic Volcaniclastic Turbidity
grains Sedimen Pryoclastic fall deposit
currents &
Bombs- Blocks- Agglomerat Volcaniclastic flow deposit mass flow
ejected
fluid Ejected - ignimbrites (fluidized ash+ flows)
solid Volcanic - base surge deposits
64 mm breccia - mud flow (lahar deposit)
Lapili Lapilistone
2 mm Hyaloclastites: fragmented &
0.06 mm Ash Vitric granulated basaltitic lava through contact with water
Tuff Lithic
Dust
Cristal
Gambar III. Illustrasi terbentuknya partikel/butiran volkanik hingga proses sedimentasi dan litifikasi
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu kriteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik
tersebut.
Tabel 2. 2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran
butirnya.
Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik. Pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di
setiap gunungapi. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok
piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran dan piroklastik hembusan.
2. Derajat Pembundaran ( Roundness )
Kebunda ran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan Sedimen Klastik sedang dampai Kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
21
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
A. Mineral-Mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
Kuarsa (Si02), ditemukan hanya pada batuan gunungapi yang kaya kandungan
silika atau bersifat asam.
Felspar, baik alkali maupun kalsium felspar (Ca).
Felspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.
22
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
B. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang
kadang-kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
mineral
Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin
silika.
Hornblende, biasanva hadir dalam andesit
Biotit , merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan volkanik
berkomposisi intermediet hingga asam.
C. Mineral Tambahan
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit. keduanva merupakan mineral bijih.
Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.
D. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
terlapukkan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit, epidot,
serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.
23
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Gambar 2.2. Hubungan genetik antara produk endapan vulkanik primer dan
sekunder.
24
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Warna :
Abu-abu/Putih dll (warna yang representatif)
Struktur :
Masif/Skoria/Vesikuler/Amigdaloidal, dll
Tekstur :
Komposisi Mineral :
* Mineral Sialis
* Mineral Feromagnesia
* Mineral Tambahan
* Mineral Ubahan
Nama Batuan :
Pumice/Batulapili/Tuf/Aglomerat/Breksi piroklastik
25
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
26
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
BAB III
BATUAN SEDIMEN
27
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
A. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya ( Pettijohn, 1975 ).
2. Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan sedimen.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
• Terpilah baik (well sorted). Kenampaka n ini diperlihatkan oleh ukuran
besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
• Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan
sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung
hingga kerikil atau bahkan bongkah.
28
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
29
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
B. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.
Studi Struktur paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijhon, 1975 ). Berdasarkan
asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah Proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa. Menunjukkan
keadaan lingkungan pengendapanmya. Contoh : Struktur sedimen sekunder antara lain :
Cetak beban, cetak suling dll.
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-
lain.
30
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Struktur batuan sedimen yang terpenting adalah perlapisan. Struktur ini umum terdapat
pada batuan Sedimen Klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor antara lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
Adanya perbedaan warna mineral.
Adanya perbedaan ukuran besar butir.
Adanya perbedaan komposisi mineral.
Adanya perubahan macam batuan.
Adanya perubahan struktur sedimen.
Adanya perubahan kekompakan.
Cetak beban, cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.
Bekas jejak organisme, bekas rayapan, rangka, apapun tempat berhenti binatang.
32
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
5. Komposisi Mineral
33
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
1. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme. Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil.
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut.
f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya
adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral
karbonat.
i. Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi
oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat
berupa kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.
3. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya menggunakan
skala (Wenthworth, 1922) dengan modifikasi sebagai berikut :
34
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non klastik).
2. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat.
35
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
C. Komposisi Mineral
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah
( Folk, 1954 ), meliputi :
a. Allochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik.
Macam ± macam Allochem :
• Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan.
• Interclas , merupakan butiran ± butiran dari hasil abrasi batugamping yang telah
ada.
• Pisolit , merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm.
• Pellet , Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur konsentris .
b. Mikrit :
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal karbonat
terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisi
rongga antar butir.
c. Sparit :
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus (0,02-
0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau rekristalisasi dari
mikrit.
< 1 mm
36
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
37
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Warna :
Putih / coklat dll (warna yang representatif)
38
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK
39
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT NONKLASTIK
40
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
BAB IV
BATUAN METAMORF
41
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
B. Metamorfosa Regional
Metamorfisme Regional Dinamotermal
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini
pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama. Tekanan yang terjadi di daerah
tersebut berkisar sekitar 2000 ± 13.000 bars ( 1 bar = 10 6 dyne/cm2), dan temperatur
berkisar antara 200 ± 800 oC.
Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika bauan terbebani oleh sedimen yang tebal di
atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting daripada suhu. Metamorfisme ini
umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan sebagaimana pada
metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme regional beban, tidak berkaitan dengan
kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur pada metamorfisma beban lebih
rendah daripada metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400±450 oC. Gerak-gerak
penetrasi yang menghasilkan skistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak, biasanya
tidak hadir.
Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya di
punggungan tengah samudera. Perubahan mineralogi dikenal juga metamorfisme
hidrotermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-retakan
batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya. Metamorfisme
semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam batuan yang dibawa oleh
larutan panas dan lebih dikenal dengan metasomatisme.
A. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
42
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
a. Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik, sangat halus
dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan
warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada batuan
sabak/slate.
b. Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat
mineral lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfose regional,
sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit
dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan
mineral granular dimana mineral pipih lebih banyak daripada mineral granular,
orientasi penjajaran mineral pipih menerus.
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajat paling tinggi, dimana terdapat mineral
mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak menerus/terputus.
d. Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu ciri adanya sesar.
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
f. Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa tertanam
pada masa dasar milonit.
g. Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih halus.
B. TEKSTUR
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair.
Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kristaloblastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses
metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
1. Porfirobalstik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan
fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
2. Granoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam.
3. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah, bentuk
mineralnya tabular.
4. Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral-mineralnya
berbentuk prismatis, menyerat dan menjarum.
44
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
5. Idioblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
euhedral (baik).
6. Hipidiobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
subhedral (sedang).
7. Xenobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
anhedral (buruk).
B. Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, umumnya berbentuk
equidimensional.
Contohnya : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu seperti :
a. Pada metamorfisme regional.
Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk, Glaukofan.
b. Pada metamorfisme termal.
Garnet, Andalusit, Korondum.
46
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
¾ Gneis berkristal sangat besar, dapat mencapai beberapa milimeter dan mineral
tabularnya memperlihatkan foliasi. Batuan ini didominasi oleh mineral granular
daripada mineral pipih (tabular/prismatik) yang menjajar. Istilah ortogenes
dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paragenes untuk genes
yang berasal dari batuan sedimen.
¾ Milonit merupakan batuan metemorf kataklastik yang disusun oleh matrik antara
50 hingga 90 % dan sisanya berupa porfiroklas. Jika hampir keseluruhan terdiri
dari matriks dan porfirokals kurang dari 10 % maka disebut ultra milonit. Pilonit
adalah batuan metamorf kataklastik yang kaya akan mineral pilosilikat yang
secara khas memperlihatkan seperti slate. Sedangkan batuan metamorfik yang
bertekstur granoblastik di sekitar intrusi dikenal dengan hornfels.
Berikut adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan penamaan yang khas
padanya:
¾ Sekis Hijau adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa,
berwarna hijau, berfoliasi, berderajad rendah, umumnya disusun oleh klorit,
epidot, aktinolit.
¾ Sekis Biru adalah berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada
derajad sangat rendah, tekstur berfoliasi, warnanya berasal dari melimpahnya
amfibol Na terutana glaukofan dan krosit.
¾ Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap, horblende dan plagioklas
dengan ditambah berbagai mineral aksesori.
¾ Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun
secara mencolok oleh serpentin. Batuan ini berasal dari batuan beku ultrabasa.
¾ Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan amfasit (piroksen
klino hijau rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral aksesori kuarsa,
kyanit, amfibol, zeosit dan rutil.
¾ Granulit adalah batuan metamorf dicirikan dengan tekstur granobalstik,
berukuran butir seragam bahkan membentuk kristal yang sempurna (poligonal)
dan mineral penyusunnya terbentuk pada temperatur tinggi seperti feldspar,
piroksen, amfibol.
¾ Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, skis atau gneis pada derajad
tinggi berselang seling dengan urat-urat batuan beku berkomposisi granitik hasil
anateksis.
47
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
Warna :
Abu-abu/Putih dll (warna yang representatif)
Tekstur :
Kristaloblastik Palimsest
* Porfiroblastik * Blastoporfiritik
* Granoblastik * Blastofitik
* Lepidoblastik * Blastopsepit
* Nematoblastik * Blastopsamit
* Idioblastik * Blastopellit
* Hipidioblastik
* Xenoblastik
Komposisi Mineral :
* Mineral stress
* Mineral antistress
48
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN METAMORF FOLIASI
CONTOH DISKRIPSI
BATUAN METAMORF NON FOLIASI
49
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
DAFTAR PUSTAKA
Anthony Hall, 1989, Igneous Petrology, Longman Inc, New York, h 573.
Blatt, H. Middleton, dan G. Murray. R., 1979. Origin of Sedimentary Rock, Prince-Hall,
Englewood, Dlifs.
Ehler,E.G., dan Blatt, H., 1982, Petrology Igneous, Sedimentary and Metamorphic,
Freeman, Cooper & Company, United State of America, h 732.
Fisher, R.V. dan Scmincke, H.U, 1984, Pyroklastic Rocks, Springer Verlag, h 472
Huang, W.T., 1962, Petrology, Mc.Graw Hill Book Company, New York, San Fransisco,
Toronto, London.
Jackson K.C., 1970, Text Book of Lithology, Mc. Graw Hill Book Company, New York.
Koesoemadinata, R.P., 1981, Prinsip-prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik Geologi,
ITB.
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rock, Third Edition, Marker and Bow Publisher.
Williams, H, Turner, F.J dan Gilbert C.M., 1954, Petrography ; An Introduction to he
study of rocks in thin section, 2st edition, W.H. Freeman and ompany, New
York, h 626.
Winkler H.G.F., 1975, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 2nd Edition, Spring-Verlag,
New York Inc.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis A Global Tectonic Approach, London : Depart
of Earth Sciences, University of Leeds, h 466
Yardley B.W.D, 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, 1st Edition, John
Willey and Sons Inc.
50
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi
L A B O R A T O R I U M P E T R O L O G I
DESKRIPSI BATUAN:
1. Jenis batuan :
2. Warna :
3. Struktur :
4. Tekstur :
5. Komposisi Mineral :
6. Nama Batuan :
7. PetroGenesa :
51
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011