Anda di halaman 1dari 51

Modul Praktikum Petrologi

BAB I
BATUAN BEKU

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair, pijar,
bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan
beku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu 1. Berdasarkan genetik batuan, 2.
Berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan 3. Berdasarkan susunan mineraloginya.
Batuan beku dapat dibagi menjadi:
A. Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi
baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan masa
tersebut membeku relatif cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena
itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler) .
Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan
Lava Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari masa yang kental sedangkan lava Pahoehoe
terbentu k oleh masa yang encer
B. Batuan Beku Intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran mineralnya
kasar, > 1 mm atau 5 mm.

Gambar 1.1. Jenis-jenis intrusi.

1
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

1. Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui batas
bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km2 disebut batolith , yangkurang
dari 100 km2 dikenal dengan stock sedangkan yang lebih kecil dan relatif
membulat disebut boss. Ketiganya merupakan peristilahan dalam batuan
plutonik.
2. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan) disebut
dyke/korok sedangkan yang konkordan disebut sill atan lakolit kalau cembung
ke atas.
3. Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi silinder
atau pipa.

1.1 PENGENALAN MAGMA


Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobile, bersuhu antara 900 ƒ - 1200 ƒC atau lebih dan berasal dai kerak bumi bagian bawah
atau selubung bumi bagian atas ( F.F. Grouts, 1947; Tumer dan verhogen 1960, H.
Williams, 1962 ).

Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari :


a. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma , sehingga merupakan
mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2,
P2O5.
b. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi
fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

( Dally 1933, Winkler 1957, Vide W. T. Huang 1962 ) berpendapat lain yaitu magma
asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi
menjadi magma yang bersifat lain.

( Bunsen 1951, W. T. Huang, 1962 ) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis
magma primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran
dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
2
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

1.2. EVOLUSI MAGMA


Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai
berikut :
™ Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
™ Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
samping.
™ Anateksis : Proses pambentukan magma dari peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar.

Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi magma.
Differensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan
awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang
bervariasi.

Proses-proses differensiasi magma meliputi :


• Fragsinasi ialah pemisahan kristal dari larutan magma,karena proses kristalisasi
berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan tidak dapat
mengikuti perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi
terutama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan
tiba-tiba.
• Crystal Settling/Gravitational Settling adalah pengendapan kristal oleh
gravitasi dari kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya
magma pada bagian dasar waduk. Disini mineral silikat berat akan
terletak dibawah mineral silikat ringan.
• Liquid Immisibility ialah larutan magma yang mem punyai suhu rendah
akan pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membeku
membentuk bahan yang heterogen.
• Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium (Na)
dan potassium (K) yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari
waduk magma.

3
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

• Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen


seperti CO2 , SO2, S 2, Cl 2, dan H2 O sewaktu naik kepermukaan
membentuk gelembung-gelembung gas dan membawa serta komponen
volatile Sodium (Na) dan Potasium(K).
• Difussion ialah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam
waduk magma secara lateral.

Gambar 1.2. Skema differensiasi magma (Atlas of Volcanic USGS).

1.3 SERI REAKSI BOWEN DARI MINERAL UTAMA PEMBENTUK

BATUAN BEKU
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral -mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar
yaitu:
4
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.


2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat.
Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-
mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma
karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2
maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan
³Incongruent Melting´; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan
larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral
berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia
dibentuk dalam temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anortite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro
atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau
Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini
banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau Riolite. Reaksi berubahnya komposisi
Plagioklas ini merupakan deret : ³Solid Solution´ yang merupakan reaksi menerus,
artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan
menerus. Dalam hal ini Anortite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut
Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic
Plagioklas / Alkali Plagioklas" ). Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada
mineral Potasium Felspar ke mineral Muskovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka
mineral Kuarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang
sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

5
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Discontinuous Series Continuous Series

12000C Olivin Ultrabasa


(Mg-Fe Silikat)
Anortit (Ca-Al Silikat)

Basa

Piroksen Bitownit (Ca-Na-Al Silikat)


(Ca-Mg-Fe-Na-Al-Ti Silikat)
Labradorit (Ca-Na-Al Silikat)

Andesin (Na-Ca-Al Silikat) Intermediet


9000C Hornblende
(Ca-Na-Mg-Fe-Al-OH Silikat) Oligoklas (Na-Ca-Al Silikat)

Biotit Albit (Na-Al Silikat)


(K-Mg-Fe-Al-F-OH Silikat)
Asam

K-Felspar
(K-Al Silikat)

Muskovit
(K-Al-Cr Silikat)

Kuarsa
0
600 C (SiO2)

Gambar 1.3. Skema yang menunjukkan seri reaksi Bowen (1928).

Garis putus merupakan batasan golongan batuan yang ditandai dengan komposisi
Mineral yang dominan dalam pembatasannya. Misalnya Kuarsa, Muskovit, Biotit,
Kalium Feldspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya amati apakah batuan
tersebut Plutonik atau Vulkanik, lalu perhatikan antara perbandingan Plagioklas dengan
Kalium Feldspar.

6
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

I.4. JENIS BATUAN BEKU


A. Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral.
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya , batuan beku dapat dibagi
menjadi dua : yaitu Batuan beku volkanik dan Batuan beku plutonik.
a. Batuan Beku Volkanik
Batuan beku volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat
permukaan bumi (intrusi dangkal). Menurut ( Williams 1983 ), batuan beku yang
berukuran kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama
kehadiran masa gelas.
b. Batuan Plutonik
Batuan beku yang terbentuk pada kedalaman yang sangat besar dan mempunyai
ukuran kristal lebih dari 1 mm.

B. Klasifikasi berdasarkan kimiawi


Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi ( Hughes , 1962 ), dan
dibagi dalam empat golongan , yaitu :
a. Batuan beku asam , bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66 %
SiO2.Contoh batuan ini Granit dan Riolit.
b. Batuan beku menengah atau Intermediet , bila batuan tersebut mengandung
52% -66% SiO2.Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan beku basa , bila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO2. Contoh
batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
d. Batuan beku ultra basa , bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari
45% SiO2 . Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan Dunit.

C. Klasifikasi berdasarkan kejenuhan silika (SiO2)


Berdasarkan kejenuhan silika (SiO2) batuan beku dapat dikelompokkan menjadi 3
(Tiga), yaitu :
a. Over saturated rock , bila batuan beku tersebut lewat jenuh silika. Contoh batuan
tridimit.
b. Saturated rock , bila batuan beku tersebut jenuh silika. Contoh batuan
mengandung feldspar , piroksen, amphibol bervariasi dengan mineral sphene,
zirkon, apatit, dll.
7
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

c. Under saturated rock , bila batuan beku tersebut tidak jenuh silika. Contoh
batuan yang non feldspatoid yaitu batuan yang tidak muncul mineral feldspatoid
biasanya pada fase olivin magnesian.

I.5. STRUKTUR BATUAN BEKU


Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava
bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan
lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku adalah :
a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstrusi tertentu , yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari
bentuk ini adalah umumnya 30 - 60 cm dan jaraknya bedekatan, khas pada
vulkanik bawah laut .
c. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus
arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-
lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
e. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnnya).
f. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-
mineral sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk
atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat
peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang
menerobos.
h. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava
itu sendiri.

8
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

I.6. TEKSTUR BATUAN BEKU


Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral
dengan masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan. Selama
pembentukan tekstur dipengarui oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua
tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan
demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku.
Dalam hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity),
ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), ( Williams, (1982); Huang,
(1962 ).
1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas
dalam batuan. Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
a) Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa kristal.
b) Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas.
c) Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusum oleh masa gelas.
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang
tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Umumnya dikenal dua kelompok ukuran kristal, yaitu afanitik dan fanerik.
a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran kristal individu kristal sangat halus, sehingga tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang.
b. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
- Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm.
- Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm ± 5 mm.
- Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm ± 30 mm.
- Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm.
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
a. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
9
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

- Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna.
- Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
- Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang tidak sempurna.
Secara tiga dimensi dikenal :
- Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain.
- Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
b. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari
ukuran dikenal :
1) Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir yang
relatif seragam, terdiri dari :
™ Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan
euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang
terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang tersedia
masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai membentuk kristal
secara sempurna.
™ Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif
seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna
yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral terbentuk, maka rongga atau
ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk memadai untuk dapat
membentuk kristal secara sempurna.
™ Allotriomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif
seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali
merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini
terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat
ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari
rangkaian proses pembentukan batuan beku.
2) Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama , antara
lain terdiri dari :
10
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

™ Porfiritik , adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris) tertanam
dalam masa dasar kristal yang lebih halus.
™ Vitroverik , apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas.
3) Tekstur khusus batuan beku
Karakter tekstur ditentukan oleh bentuk kristal, struktur, relasi, atau karakter internal
telah memberikan bentuk khusus. Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa detail dari
suatu batuan tidak bisa ditentukan tanpa menggunakan mikroskop. Selain tekstur
menunjukkan bentuk dan relasi antar kristal juga menunjukkan pertumbuhan bersama
antara mineral ± mineral yang berbeda. Berikut beberapa tekstur khusus dari batuan beku:

o Diabasik, yaitu tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, di


sini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
o Trachitik, yaitu tekstur dimana fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam
masa dasar kristal sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir ± butir
piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
o Intergranular adalah tekstur batuan beku yang memiliki ruang antar plagioklas
ditempati oleh kristal ± kristal piroksen, olivin atau biji besi.

I.7. KOMPOSISI MINERAL


Menurut (Walker T. Huang 1962), komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga
kelompok mineral yaitu :
A. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukkan dalam penamaan batuan.
1. Mineral felsic (mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 - 2,7), yaitu :
- Kuarsa ( SiO2 ).
- Kelompok felspar, terdiri dari seri felspar alkali (K, Na) AlSi3O8. Seri feldspar
alkali terdiri dari sanidin, orthoklas, anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri
plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, biwtonit dan anortit.
- Kelompok felspatoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin, sodalit,
leusit.
2. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas
rata-rata 3,0 - 3,6), yaitu :

11
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

- Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite.


- Kelompok piroksen, terdiri dari enstatite, hiperstein, augit, pigeonit, diopsid.
- Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit.
- Kelompok Amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit,
tremolit, aktinolite, glaukofan, dll.

B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan,
hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian
mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil
ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen).
- Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral kelompok plagioklas.
- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.
- Kelompok kaolin (kaolin, hallosit), umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan
batuan beku.

C. Mineral Tambahan (Accesory Mineral)


Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam
jumlah sedikit. Termasuk dalam golongan ini antara lain :
- Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit dan lain-lain.

12
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Tabel 1.1. Pengenalan Mineral dan Sifatnya


Bentuk dan Perawakan
Nama Mineral Warna Belahan Keterangan
Kristal

Tidak teratur, membutir


Olivin Hijau Tidak sempurna Kilap kaca
dan massif

Prismatik pendek, 2 arah saling Kilap kaca dan


Piroksen Hijau tua - Hitam
massif, membutir tegak lurus permukaannya halus
2 arah
Prismatik panjang,
Amfibol Hitam - coklat membentuk Kilap arang
menyerat dan membutir
sudut lancip
Tabular, berlembar
Biotit Hitam - coklat 2 arah Kilap kaca
(memika)
Prismatik, tabular
Merah
Feldspar Alkali panjang, massif, 2 arah Kilap kaca/lemak
jambu/putih/hijau
membutir
Prismatik/tabular
Plagioklas Putih susu, abu-abu panjang. Massif, 3 arah Kilap kaca/lemak
membutir
Tabular, berlembar
Muskovit Putih transparan 1 arah Kilap kaca/mutiara
(memika)

Tidak teratur, membutir


Kuarsa Tidak berwarna 3 arah Kilap kaca/lemak
dan massif

Tidak berwarna, Rombohedral, massif, Kilap kaca, berbuih dengan


Kalsit Sempurna
putih membutir HCl
Umumnya pada batuan
Klorit Hijau Berlembar, memika Sempurna metamorfik dan lapukan
batuan beku basa
Tidak berwarna,
Serisit Tabular, berlembar Sempurna Kilap kaca berukuran halus
putih

Putih, abu-abu Menyerat, masa fiber


Asbes Kilap lemak
kehijauan asbestos

Garnet Coklat merah-hitam Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/mutiara

Tidak berwarna,
Kubus, masif,
Halit putih kekuningan, Sempurna Sebagai garam evaporite
membutir
merah
Tidak berwarna, Memapan, membutir, Lembar-lembar tipis terjadi
Gypsum Sempurna
putih menyerat karena evaporasi

Putih, abu-abu, biru


Anhidrit Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi
pucat

13
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

Warna :
Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll(warna yang representatif)

Struktur :
Masif/Vesikuler/Amigdaloidal/Kekar akibat pendinginan, dll

Tekstur :

Derajat Granulitas

Kasar 5 - 30 mm, Sedang 1 - 5 mm Halus < 1 mm

Fanerik Afanitik

Derajat Kristalisasi

Holokristalin Holokristalin/Hipokristalin/Hipohyalin Holohyalin

Keseragaman butir/kristal

Equigranular Inequigranular Porfiritik/Vitrofirik

Panidiomorfik Hipidiomorfik Allotiomorfik Fenokris


Granular Granular Granular

Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (Untuk % digunakan diagram perbandingan secaral
visual)

Nama Batuan :
Granodiorit/Diabas/Granit, dll (Gunakan diagram dari IUSGS)

Williams (1982); Huang (1962)


Williams (1982) ; Huang (1962)
14
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Tabel 1.2 . Dasar Penamaan Batuan Beku Asam ± Intermediet


Berdasarkan Perbandingan K. Feldspar Dengan Total Plagioklas

Asam
KF >2/3 Plagioklas KF > 2/3< Plagioklas KF< 1/3 Plagioklas
Vulkanik Riolit Riodasit Dasit
Plutonik Granit Adamelit Granidiorit

Intermediet
KF >2/3 Plagioklas KF > 2/3< Plagioklas KF< 1/3 Plagioklas
Vulkanik Trachyt Trachyandesit Andesit
Plutonik Syenit Monzonit Diorit

Pengelompokan berdasarkan Teksturnya


Basa
Vulkanik Basalt
Plutonik Gabro

Ultrabasa
Plutonik Peridotite dan Dunite

15
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Piroksen:

16
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Tabel 1. 3 Pembagian Batuan Beku dari Berbagai Aspek


VARIABEL
ULTRABASA BASA INTERMEDIET ASAM
DASAR
SiO2 < 45% 45 ± 52% 52 ± 66% >66%
Warna Gelap Gelap Abu-abu Terang
Ultra mafik > Mafik (40 ± Mafelsik (10 ±
Indeks warna Felsik ± 10%
70% 70%) 40%)
Melanokratik
Hipermelanik Mesokratik Leukokratik
Mineralogi (60-90%
(90% mafik) (30% mafik) (30% mafik)
mafik)
Magma / lava - Encer Kental
Holo-
- Hipokristalin Holohialin
V hipokristalin
V Vesikuler- Vesikuler Vesikuler
O Kecenderungan
- skoria (kand. (kand.gas (kand. gas
L tekstur
gas tinggi) sedang) rendah)
K Tak ada-sedikit Gelas umum-
A - Gelas umum
gelas banyak
N Porfiritik;vitrov
I - Afirik-porfiritik Porfiritik
erik
K Biotit;<hornble
Olivin;piroksen; Piroksen;horn
nde;kuarsa;plag
Fenokris - plagioklas blende;biotit;
ioklas;feldspar
basa;feldspatoid plagioklas
alkali

BASALT/BAS ANDESIT/TR
Nama
ANIT/TEPRIT/ AKHIANDES DASIT/RIOLIT
SPILIT IT/TRAKIT

Hornblende;
P piroksen<<; Biotit; kuarsa;
Olivin;
p Komposisi Olivin; plagioklas; feldspar alkali;
piroksen;plagiokl
L Mineral piroksen;plagio biotit; hornblende<<pl
as; spinel;
U klas basa feldspar; agioklas;
hornblende
T alkali; muskovit
O kuarsa<<
N Tekstur Holokristalin
I DUNIT,
GABRO; DIORIT, GRANIT,
K PERIDOTIT,
Nama DIABAS/DOL MONZONIT, ADAMELIT,G
HORNBLENDIT
ERIT SYENIT RANODIORIT
, SERPENTINIT

17
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

CONTOH DISKRIPSI BATUAN BEKU

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam Plutonik


Warna : Hitam
Struktur : Masif
Tekstur : Derajat Kristalisasi : Holokristalin
Derajat Granularitas : Fanerik Kasar ( 5mm ± 30 mm )
Kemas :
- B. Kristal : Euhedral
- Relasi : Equigranular Panidiomorfik Ganular
Komposisi : K. Feldspar 40%
Kuarsa 40%
Biotit 10%
Plagioklas 10%

Nama Batuan : Granodiorit

18
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

BAB II

BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik adalah batuan volkanik klastik yang dihasilkan oleh


serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun
tersebut terendapkan dan terbatukan / terkonsolidasikan sebelum mengalami
transportasi (reworked) oleh air atau es ( Williams, 1982 ). Pada kenyataanya
batu an hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana
diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan (eksplosi f) dari
material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.

IL 1. KOMPONEN PENYUSUN BATUAN PIROKLASTIK.

( Fisher , 1984 ) dan ( Williams, 1982 ) mengelompokkan material-material


penyusun batuan piroklastik menjadi:
A. Kelompok Material Esensial (Juvenil )
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma
yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma.
Massa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik, massa cairan
akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk bom
piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan,
dike nal dcngan batuapung (pumice) .
B. Kelompok material Asesori (Cognate )
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah bila materialnya berasal dari
endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang
lebih tua.
C. Kelom pok Asidental (Bahan Asing)
Yang dimaksud dengan material asidental adalah material hamburan dari
batuan dasar yang lebih tua di bawah gunung api tersebut, terutama adalah batuan
dinding di sekitar leher volkanik. Batuannya dapat berupa batuan beku,endapan
maupun batuan ubahan.

19
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

PIROKLASTIK AUTOKLASTIK EPIKLASTIK


Fragmentasi yg terbentuk akibat Fragmentasi scr insitu Fragmentasi hasil rombakan bat volkanik
proses yg berhubungan dengan erupsi (akibat proses pelapukan & erosi)

Floating pumice Floating pumice


Shards Shards
produced by produced by
Fallout attrition attrition

fall
Pyro c lastic
Volcano
slope Py
roc
las
tic Fallout into water
flo
w Seco
ndar
y flo
w Flow from lan Floating pumice
d into
Wat
er
Slum
p & flowArea of slumping
Volcaniclastic Volcaniclastic Turbidity
grains Sedimen Pryoclastic fall deposit
currents &
Bombs- Blocks- Agglomerat Volcaniclastic flow deposit mass flow
ejected
fluid Ejected - ignimbrites (fluidized ash+ flows)
solid Volcanic - base surge deposits
64 mm breccia - mud flow (lahar deposit)
Lapili Lapilistone
2 mm Hyaloclastites: fragmented &
0.06 mm Ash Vitric granulated basaltitic lava through contact with water
Tuff Lithic
Dust
Cristal

Gambar III. Illustrasi terbentuknya partikel/butiran volkanik hingga proses sedimentasi dan litifikasi

Gambar 2. 1. Ilustrasi terbentuknya partikel/butiran vulkanik hingga proses


sedimentasi dan litifikasi

Tabel 2. 1 Kesetaraan penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik dan


sedimen
20
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

II.2. STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN PIROKLASTIK


Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur
vesikuler, skoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan
kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas, memiliki kecenderungan
mengalami pengelasan antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal
dengan pengelasan atau welded.
1. Ukuran Butir Pada Piroklastik

Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu kriteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik
tersebut.
Tabel 2. 2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran
butirnya.

Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik. Pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di
setiap gunungapi. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok
piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran dan piroklastik hembusan.
2. Derajat Pembundaran ( Roundness )
Kebunda ran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan Sedimen Klastik sedang dampai Kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
21
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

¾ Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua permukaan cembung


( Ekuidimensional ).
¾ Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-
ujung dan tepi butiran cekung.
¾ Agak Membundar (Subrounded), Permukaan umumnya datar dengan ujung--
ujung yang membundar.
¾ Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar dengan ujung-ujung yang
tajam.
¾ Menyudut (Angular ), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan
tajam.

2. Derajat Pemilahan ( Sorting )


Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan /
sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
• Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran
besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
• Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan
sediment yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung
hingga kerikil atau bahkan bongkah.
• Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan
pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

II.3. KOMPOSISI MINERAL BATUAN PIROKLASTIK

A. Mineral-Mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
ƒ Kuarsa (Si02), ditemukan hanya pada batuan gunungapi yang kaya kandungan
silika atau bersifat asam.
ƒ Felspar, baik alkali maupun kalsium felspar (Ca).
ƒ Felspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.

22
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

B. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang
kadang-kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
mineral
ƒ Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
ƒ Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin
silika.
ƒ Hornblende, biasanva hadir dalam andesit
ƒ Biotit , merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan volkanik
berkomposisi intermediet hingga asam.

C. Mineral Tambahan
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit. keduanva merupakan mineral bijih.
Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.

D. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
terlapukkan atau terkena alterasi hidrotermal. Mineral tersebut seperti: klorit, epidot,
serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.

23
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Gambar 2.2. Hubungan genetik antara produk endapan vulkanik primer dan
sekunder.

24
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

Warna :
Abu-abu/Putih dll (warna yang representatif)

Struktur :
Masif/Skoria/Vesikuler/Amigdaloidal, dll

Tekstur :

Ukuran butir Derajat pembundaran Derajat pemilahan Kemas

* > 32 mm * Membundar sempurna * Terpilah baik * Terbuka


* 4 - 32 mm * Membundar * Terpilah buruk * Tertutup
* 1/4 - 4 mm * Agak membundar
* < 1/4 mm * Agak menyudut
* Menyudut

Komposisi Mineral :
* Mineral Sialis
* Mineral Feromagnesia
* Mineral Tambahan
* Mineral Ubahan

Nama Batuan :
Pumice/Batulapili/Tuf/Aglomerat/Breksi piroklastik

Klasifikasi H. William, F.J. Turner & G.M. Gilbert (1957)

25
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

CONTOH DISKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik


Warna : Putih
Struktur : Masif
Tekstur : - Ukuran butir : Debu Halus (<0,04 mm)
- Derajat pembundaran : Membundar
- Derajat pemilahan : Terpilah Baik
- Kemas : Tertutup
Komposisi : - Mineral Sialis :-
- Mineral Ferromagnesia : -
- Material Tambahan : Debu Halus
Nama Batuan : Tuf

26
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

BAB III
BATUAN SEDIMEN

Pengertian umum mengenai batuan endapan/sedimen adalah batuan yang terbentuk


akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil
kegiatan organisme. Dimuka bumi ini dibandingkan dengan batuan beku, batuan
endapan sangatlah sedikit, ± 5% volume walaupun demikian penyebarannya di muka
bumi menempati lebih dari 65% luasan. Oleh karena itu batuan endapan merupakan
lapisan tipis di kulit bumi. Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan
sedimen adalah perlapisan, struktur internal dan eksternal lapisan, bahan rombakan
yang tidak kristalin, mengandung fosil dan masih banyak lagi. Pada Sedimen yang
Kristalin, umumnya monomineralik dan tergolong ke dalam batuan Sedimen Non
Klastik seperti rijang, kalsit, gipsum dll.

III. 1. PENGGOLONGAN DAN PENAMAAN


Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Batuan Sedimen Klastik dan
Batuan sedimen Non Klastik

A. Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan
batuan asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih tua.
Adapun fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan, baik mekanik maupun kimiawi,
lalu tererosi, tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami
proses Diagenesa yaitu proses perubahan-perubahan pada temperatur rendah yang
meliputi Kompaksi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis, dan Replacement.
Contoh : Klastik yang bersifat Silikaan (Breksi, Konglomerat, Pasir, Lanau, Lempung).
Klastik yang bersifat Karbonatan (Kalsirudite, Kalkarenite, Kalsilutite).
B. Batuan Sedimen Non Klastik
Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu Kristalisasi
atau reaksi Organik penggaraman unsur ± unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat
kristal yang terpresipitasi dan replacement.
Contoh : Non Klastik bersifat Silikaan ( Rijang ).
Non Klastik bersifat Karbonatan ( Batugamping berfosil, Travertin ).

27
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

III. 2. PEMER1AN BATUAN SEDIMEN KLASTIK


Pemerian batuan sedimen klastik meliputi :

A. Tekstur

Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya ( Pettijohn, 1975 ).

1. Ukuran Butir ( Grain Size )


Adalah suatu ukuran yang menyatakan besar atau kecilnya butiran pada batuan
sedimen, yang mana pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir
yang disampaikan oleh (Wentworth, 1922), seperti di bawah ini:

Tabel 3.1. Ukuran butir pada batuan Sedimen (Wentworth, 1922)

2. Pemilahan ( Sorting )
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan sedimen.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
• Terpilah baik (well sorted). Kenampaka n ini diperlihatkan oleh ukuran
besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
• Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan
sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung
hingga kerikil atau bahkan bongkah.

28
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

• Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan


pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

Gambar 3.1 Derajat sortasi


batuan
2. Kebundaran ( Roundness )
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :
¾ Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua butiran
permukaan nya cembung (Ekuidimensional.)
¾ Membundar (Rounded), Pada umumnya butiran memiliki permukaan bundar,
ujung-ujung dan tepi butiran cekung.
¾ Agak Membundar (Subrounded), Permukaan butiran umumnya datar dengan
ujung-ujung yang membundar.
¾ Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan butiran datar dengan ujung-ujung
yang tajam.
¾ Menyudut (Angular), Permukaan kasar dengan ujung-ujung butiran runcing
dan tajam.

Gambar 3.2 Bangun Butiran Sedimen

29
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Gambar 3.3 Derajat Kebundaran Butiran


4. Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada batuan sedimen. Batuan
sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar butir dan
sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa banyak ruang atau
rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memilki ukuran butir pasir halus
hingga lempung karena pada ukuran tersebut cenderung sekali memiliki ruang antar
butiran.

B. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.
Studi Struktur paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijhon, 1975 ). Berdasarkan
asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan mekanisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah Proses sedimentasi, sebelum atau setelah diagenesa. Menunjukkan
keadaan lingkungan pengendapanmya. Contoh : Struktur sedimen sekunder antara lain :
Cetak beban, cetak suling dll.
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-
lain.

30
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Struktur batuan sedimen yang terpenting adalah perlapisan. Struktur ini umum terdapat
pada batuan Sedimen Klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor antara lain:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
ƒ Adanya perbedaan warna mineral.
ƒ Adanya perbedaan ukuran besar butir.
ƒ Adanya perbedaan komposisi mineral.
ƒ Adanya perubahan macam batuan.
ƒ Adanya perubahan struktur sedimen.
ƒ Adanya perubahan kekompakan.

Macam - Macam Perlapisan :


1. Masif
Bila tidak menunjukkan struktur dalam ( Pettijohn & Potter, 1964 ) atau ketebalan
lebih dari 120 cm. ( Mc. Kee & Weir, 1953 )
2. Perlapisan Sejajar
Bila menunjukkan bidang perlapisan yang sejajar.
3. Laminasi :
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari
suspensi tanpa energi mekanis.
4. Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah
vertikal.
5. Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas
atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus
yang berubah-ubah.

Perlapisan pada bidang perlapisan


Macam ± macam yang penting antara lain :
ƒ Gelembur gelombang, terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin.
ƒ Rekah kerut, rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses
penguapan.
ƒ Cetak suling, cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar.
31
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

ƒ Cetak beban, cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis.
ƒ Bekas jejak organisme, bekas rayapan, rangka, apapun tempat berhenti binatang.

Gambar 3.4 Bentuk bentuk lapisan sedimen

32
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Tabel 3. 2 Pembagian lapisan berdasarkan ketebalannya (Mc. Kee&Weir, 1953)

5. Komposisi Mineral

Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :


1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral
atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat
berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan bahan semen yang lazim adalah :
ƒ Semen karbonat (kalsit dan dolomit).
ƒ Semen silika (kalsedon, kuarsa).
ƒ Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit).
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir
karena tidak adanya rongga antar butiran.

III.3. PEMERIAN BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK


Pemerian batuan sedimen Non Klastik didasarkan pada :

33
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

1. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme. Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya fosil.
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik,
bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm.
d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut.
f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
h. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Ciri khasnya
adalah adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan
tersebut karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral
karbonat.
i. Goode, banyak dijumpai pada batugamping, berupa rongga-rongga yang terisi
oleh kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat
berupa kalsit maupun kuarsa.
j. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan.

3. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi :
a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking. Untuk pemeriannya menggunakan
skala (Wenthworth, 1922) dengan modifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.3. Pemerian Batupasir dari skala (Wentworth, 1922)


Nama Butir Besar Butir (mm)
Berbutir kasar >2
Berbutir sedang 1/16 ± 2
Berbutir halus 1/256 ± 1/16
Berbutir sangat halus < 1/256

34
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non klastik).
2. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat.

III. 4. PEMERIAN BATUAN SEDIMEN KARBONAT


Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari
50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam praktek
secara umum meliputi batugamping dan dolomit.
Dalam praktikum, akan disajikan klasifikasi sebagai berikut :
A. Batugamping Klastik
Adalah Batugamping yang terbentuk dari pengendapan kembali rombakan batu
gamping asal. Contoh : Kalsirudit, Kalkarenit, Kalsilutit.
B. Batugamping Non Klastik
Terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme dan umum
monomineralik. Dapat dibedakan berdasarkan :
Hasil biokimia : bioherm, biostorm
Hasil larutan kimia : travertin, tufa.
Hasil replacement : batu gamping fosfat, batu gamping
dolomit,batugamping silikat, dll.

III. 5. PEMERIAN BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK


Pemeriannya meliputi struktur, tekstur, dan komposisi mineral.
A. Struktur
Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik.
B. Tekstur
Pemeriannya meliputi Tekstur, Struktur dan Komposisi Mineral.
Tabel 3.4 Ukuran butir Batan Sedimen Karbonat Klastik
Nama butir Ukurun butir (mm)
Rudite >1
Arenit 0,062 ±1
Lutite < 0,062

35
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

C. Komposisi Mineral
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah
( Folk, 1954 ), meliputi :
a. Allochem : sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik.
Macam ± macam Allochem :
• Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan.
• Interclas , merupakan butiran ± butiran dari hasil abrasi batugamping yang telah
ada.
• Pisolit , merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm.
• Pellet , Fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukkan struktur konsentris .
b. Mikrit :
Merupakan agregat halus berukuran 1-4 mikron, berupa kristal-kristal karbonat
terbentuk secara biokimia atau kimia langsung dari presipitisasi dari air laut dan mengisi
rongga antar butir.
c. Sparit :
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus (0,02-
0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau rekristalisasi dari
mikrit.

III. 6. PEMERIAN KARBONAT NON KLASTIK


Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen Non Klastik lainnya hanya saja
dalam jenis batuan memakai Karbonat Non Klastik.
Tabel 3.5 Nama-nama Batuan Karbonat

< 1 mm

36
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

Tabel 3.6 Klasifikasi Batu Pasir menurut Pettijohn, (1973)

37
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

Warna :
Putih / coklat dll (warna yang representatif)

Struktur Sedimen Klastik : Struktur Sedimen Non Klastik :


Masif/perlapisan/laminasi/flute cast, dll. Fossiliferous/Bioherm/Biostrom, dll.

Tekstur : Tekstur : Amorf

Ukuran butir Derajat pembundaran Derajat pemilahan Kemas

Ukuran butir Ukuran butir * Membundar sempurna * Terpilah baik * Terbuka


Sedimen Klastik Sedimen Karbonat Klastik * Membundar * Terpilah buruk * Tertutup
* Agak membundar
* >256 mm * > 2 mm * Agak menyudut
* 64 ± 256 mm * 0,062 ± 2 mm * Menyudut
* 4 ± 64 mm * < 0,062 mm
* 2 ± 4 mm
* 1 ± 2 mm
* 0,5 ± 1 mm
* 0,25 ± 0,5 mm
* 0,125 ± 0,25 mm
* 0,06 ± 0,125 mm
* 0,004 - 0,06 mm
* < 0,004 mm

Komposisi Mineral Komposisi Mineral Komposisi Mineral


Sedimen Klastik : Sedimen Karbonat Klastik : Sedimen Non Klastik :
Fragmen Allochem Monomineralik
Matriks Mikrit
Semen Sparit

Nama Batuan : Nama Batuan : Nama Batuan :


Breksi/Konglomerat/ Kalkarenit/Kalsirudit/Kalsilutit Rijang/Batubara/Batugamping kristalin, dll
Batupasir/Batulempung/
Batulanau, dll
Klasifikasi Wentworth (1972)

38
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik


Warna : Coklat
Struktur : Laminasi
Tekstur : - Ukuran butir : Pasir - Kerakal (0,125 - 64 mm)
- Derajat pembundaran : Angular
- Derajat pemilahan : Terpilah Buruk
- Kemas : Terbuka
Komposisi : - Fragmen : Lithic Andesit
- Matrik : Kuarsa
- Semen : Silika
Nama Batuan : Breksi Monomik

CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik


Warna : Hitam
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomeneralik Karbon (C)
Nama Batuan : Batubara

39
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik


Warna : Kuning
Struktur : Masif
Tekstur : - Ukuran butir : Rudite ( >2 mm )
- Derajat pembundaran : Angular
- Derajat pemilahan : Terpilah Buruk
- Kemas : Terbuka
Komposisi : - Allochem : Skeletal
- Mikrit : Kalsit
- Sparit : Karbonat
Nama Batuan : Batugamping Bioklastik

CONTOH DISKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT NONKLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non Klastik


Warna : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomeneralik Karbonat (CaCo3)
Nama Batuan : Travertine

40
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

BAB IV
BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang dihasilkan dari perubahan±perubahan


fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan
padat dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses±
proses rekristalisasi, orientasi dan pembentukan mineral±mineral baru dengan
penyusunan kembali elemen±elemen kimia yang sebenarnya telah ada.
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3 ± 20 km) yang
keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa
cair. Proses metamorfosa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami karena sulitnya
menyelidiki kondisi di kedalaman dan panjangnya waktu.
Proses perubahan yang terjadi di sekitar muka bumi seperti pelapukan, diagenesa,
sementasi sedimen tidak termasuk ke dalam pengertian metamorfosa.

IV.1. TIPE-TIPE METAMORFOSA


A. Metamorfosa Lokal
™ Metamorfisme Kontak (Thermal)
Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan ke batuan sekitarnya, mengakibatkan
metamorfosa kontak dengan tekanan berkisar antara 1000±3000 atm dan temperatur 300±
8000C. Pada metamorfisme kontak, batuan sekitarnya berubah menjadi hornfels atau
hornstone (batutanduk). Susunan batutanduk itu sama sekali tergantung pada batuan
sedimen asalnya (batulempung) dan tidak tergantung pada jenis batuan beku di
sekitarnya. Pada tipe metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah faktor suhu
disamping faktor tekanan, sehingga struktur metamorfosa yang khas adalah non foliasi,
antara lain hornfels itu sendiri.
™ Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik
Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti di sekitar sesar.
Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan akan menghasilkan breksi sesar
dan batuan metamorfik dinamik.

41
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

B. Metamorfosa Regional
™ Metamorfisme Regional Dinamotermal
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini
pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama. Tekanan yang terjadi di daerah
tersebut berkisar sekitar 2000 ± 13.000 bars ( 1 bar = 10 6 dyne/cm2), dan temperatur
berkisar antara 200 ± 800 oC.
™ Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika bauan terbebani oleh sedimen yang tebal di
atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting daripada suhu. Metamorfisme ini
umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan sebagaimana pada
metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme regional beban, tidak berkaitan dengan
kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur pada metamorfisma beban lebih
rendah daripada metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400±450 oC. Gerak-gerak
penetrasi yang menghasilkan skistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak, biasanya
tidak hadir.
™ Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya di
punggungan tengah samudera. Perubahan mineralogi dikenal juga metamorfisme
hidrotermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-retakan
batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya. Metamorfisme
semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam batuan yang dibawa oleh
larutan panas dan lebih dikenal dengan metasomatisme.

IV.2. PEMERIAN BATUAN METAMORF

A. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :

1. Struktur Foliasi (schistosity) :


Dimana mineral baru menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali
terjadi pada metamorfisme regional dan kataklastik.
Struktur foliasi yang menunjukkan urutan derajat metamorfosa dari rendah ke tinggi :

42
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

a. Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik, sangat halus
dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan
warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada batuan
sabak/slate.
b. Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai terdapat
mineral lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
c. Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfose regional,
sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematit
dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan
mineral granular dimana mineral pipih lebih banyak daripada mineral granular,
orientasi penjajaran mineral pipih menerus.
d. Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajat paling tinggi, dimana terdapat mineral
mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak menerus/terputus.

2. Struktur Non Foliasi :


Dimana mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar.
Seringkali terjadi pada metamorfisme kontak/thermal.
Pada struktur non foliasi ini hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu :
a. Granulose/Hornfelsik
Merupakan sebuah susunan yang terdiri dari mineral-mineral equidimensional
serta pada jenis ini tidak ditemukan/tidak menunjukkan cleavage (belahan).
Contohnya antara lain adalah marmer, kuarsit, hornfels.
b. Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineral-mineral
menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan asbestos.
c. Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan asal yang
mengalami metamorfosa dinamothermal.
43
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

d. Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu ciri adanya sesar.
e. Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
f. Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa tertanam
pada masa dasar milonit.
g. Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih halus.

B. TEKSTUR
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair.
Karena itu kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kristaloblastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses
metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
1. Porfirobalstik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan
fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
2. Granoblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam.
3. Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah, bentuk
mineralnya tabular.
4. Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral-mineralnya
berbentuk prismatis, menyerat dan menjarum.

44
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

5. Idioblastik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
euhedral (baik).
6. Hipidiobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
subhedral (sedang).
7. Xenobalstik
Tektur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
anhedral (buruk).

b. Palimsest (Tekstur Sisa)


1. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
2. Blastofitik
Sisa tektur ophitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
3. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari
pasir (psepit).
4. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir
(psemit).
5. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung
(pelit).

IV. 3. KOMPOSISI MINERAL


Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi :
A. Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk
pipih atau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh memanjang dengan kristal tegak lurus
gaya.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Horblende, Serpentin,
Silimanit, Kyanit, Antofilit.
45
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

B. Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, umumnya berbentuk
equidimensional.
Contohnya : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu seperti :
a. Pada metamorfisme regional.
Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk, Glaukofan.
b. Pada metamorfisme termal.
Garnet, Andalusit, Korondum.

IV. 4. PENAMAAN BATUAN METAMORF


Penamaan batuan metamorf dimaksudkan untuk mengenali dan memberikan
informasi yang berarti pada batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama dalam penamaannya,
yaitu :
1. Asal batuan semula.
2. Mineralogi batuan metamorf.
3. Tektsur.
4. Penamaan secara khusus.
5. Tekstur dan mineralogi.
Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku
dan batuan sedimen, metasedimen, metabatupasir, metagranit, semua mengisyaratkan
batuan semula. Skis, Gneis, Hornfels, filit adalah penamaan berdasarkan pada tesktur
batuan metamorf tersebut. Kuarsit, Serpentinit, adalah penamaan berdasarkan mineralogi.
¾ Slate adalah batuan metamorf derajad sangat rendah, disusun oleh mineral
pilosilikat sangat halus tersusun membentuk orientasi kesejajaran yang
memperlihatkan lembaran.
¾ Filit adalah bertektur skistose tetapi disusun oleh mineral pilosilikat yang halus
(dalam ukuran 0,1-1 mm).
¾ Sekis ditandai dengan penjajaran mineral pipih (berukuran >1 mm) sehingga
mudah dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak kehadiran mineral
pipih lebih melimpah daripada mineral granular.

46
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

¾ Gneis berkristal sangat besar, dapat mencapai beberapa milimeter dan mineral
tabularnya memperlihatkan foliasi. Batuan ini didominasi oleh mineral granular
daripada mineral pipih (tabular/prismatik) yang menjajar. Istilah ortogenes
dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paragenes untuk genes
yang berasal dari batuan sedimen.
¾ Milonit merupakan batuan metemorf kataklastik yang disusun oleh matrik antara
50 hingga 90 % dan sisanya berupa porfiroklas. Jika hampir keseluruhan terdiri
dari matriks dan porfirokals kurang dari 10 % maka disebut ultra milonit. Pilonit
adalah batuan metamorf kataklastik yang kaya akan mineral pilosilikat yang
secara khas memperlihatkan seperti slate. Sedangkan batuan metamorfik yang
bertekstur granoblastik di sekitar intrusi dikenal dengan hornfels.
Berikut adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan penamaan yang khas
padanya:
¾ Sekis Hijau adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa,
berwarna hijau, berfoliasi, berderajad rendah, umumnya disusun oleh klorit,
epidot, aktinolit.
¾ Sekis Biru adalah berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada
derajad sangat rendah, tekstur berfoliasi, warnanya berasal dari melimpahnya
amfibol Na terutana glaukofan dan krosit.
¾ Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap, horblende dan plagioklas
dengan ditambah berbagai mineral aksesori.
¾ Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun
secara mencolok oleh serpentin. Batuan ini berasal dari batuan beku ultrabasa.
¾ Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan amfasit (piroksen
klino hijau rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral aksesori kuarsa,
kyanit, amfibol, zeosit dan rutil.
¾ Granulit adalah batuan metamorf dicirikan dengan tekstur granobalstik,
berukuran butir seragam bahkan membentuk kristal yang sempurna (poligonal)
dan mineral penyusunnya terbentuk pada temperatur tinggi seperti feldspar,
piroksen, amfibol.
¾ Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, skis atau gneis pada derajad
tinggi berselang seling dengan urat-urat batuan beku berkomposisi granitik hasil
anateksis.
47
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN METAMORF

Warna :
Abu-abu/Putih dll (warna yang representatif)

Struktur Foliasi Struktur Non Foliasi


* Slatycleavage * Granulose/Hornfles
* Filitik * Liniasi
* Schistosa * Kataklastik
* Gneistosa * Milonitik
* Filonitik
* Flaser
* Augen

Tekstur :

Kristaloblastik Palimsest
* Porfiroblastik * Blastoporfiritik
* Granoblastik * Blastofitik
* Lepidoblastik * Blastopsepit
* Nematoblastik * Blastopsamit
* Idioblastik * Blastopellit
* Hipidioblastik
* Xenoblastik

Komposisi Mineral :
* Mineral stress
* Mineral antistress

Nama Batuan Metamorf Foliasi: Nama Batuan Metamorf Non Foliasi:


Slate/Filit/Sekis/Gneis Kuarsit/Marmer/Asbestos/Serpentinit

48
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

CONTOH DISKRIPSI
BATUAN METAMORF FOLIASI

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Foliasi


Warna : Hitam
Struktur : Foliasi - Gneistosa
Tekstur : Kristaloblastik - Lepidoblastik
Komposisi : - Mineral Stress : Mika, Hornblede
- Mineral Antistress : Kuarsa, Feldspar

Nama Batuan : Gneis

CONTOH DISKRIPSI
BATUAN METAMORF NON FOLIASI

Jenis Batuan : Batuan Metamorf Non Foliasi


Warna : Putih
Struktur : Non Foliasi - Granulose
Tekstur : Kristaloblastik - Granoblastik
Komposisi : - Mineral Stress :-
- Mineral Antistress : Kuarsa

Nama Batuan : Kuarsit

49
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

DAFTAR PUSTAKA

Anthony Hall, 1989, Igneous Petrology, Longman Inc, New York, h 573.
Blatt, H. Middleton, dan G. Murray. R., 1979. Origin of Sedimentary Rock, Prince-Hall,
Englewood, Dlifs.
Ehler,E.G., dan Blatt, H., 1982, Petrology Igneous, Sedimentary and Metamorphic,
Freeman, Cooper & Company, United State of America, h 732.
Fisher, R.V. dan Scmincke, H.U, 1984, Pyroklastic Rocks, Springer Verlag, h 472
Huang, W.T., 1962, Petrology, Mc.Graw Hill Book Company, New York, San Fransisco,
Toronto, London.
Jackson K.C., 1970, Text Book of Lithology, Mc. Graw Hill Book Company, New York.
Koesoemadinata, R.P., 1981, Prinsip-prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik Geologi,
ITB.
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rock, Third Edition, Marker and Bow Publisher.
Williams, H, Turner, F.J dan Gilbert C.M., 1954, Petrography ; An Introduction to he
study of rocks in thin section, 2st edition, W.H. Freeman and ompany, New
York, h 626.
Winkler H.G.F., 1975, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 2nd Edition, Spring-Verlag,
New York Inc.
Wilson, M., 1989, Igneous Petrogenesis A Global Tectonic Approach, London : Depart
of Earth Sciences, University of Leeds, h 466
Yardley B.W.D, 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, 1st Edition, John
Willey and Sons Inc.

50
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011
Modul Praktikum Petrologi

L A B O R A T O R I U M P E T R O L O G I

Gbr. Batuan Keterangan

DESKRIPSI BATUAN:

1. Jenis batuan :

2. Warna :

3. Struktur :

4. Tekstur :

5. Komposisi Mineral :

6. Nama Batuan :

7. PetroGenesa :

Nama : Tgl. Prak :


No. Mhs : Acc :
Plug :

51
Laboratorium Petrologi
UPN ´Veteranµ Yogyakarta
2011

Anda mungkin juga menyukai