Pengertian Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar
1200-2400 derajat Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian
bawah hingga selubung bagian atas dan bersifat asam atau basa. Secara fisika,
magma merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan
fase cair dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen
utama, dan pada keadaan tertentu juga berfase gas.
Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas mengandung sulfide,
oksida, dan volatile (gas), sumber magma terletak jauh di bawah bumi, pada
lapisan mantel, yaitu pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu
kemudian magma mengalir dan berkumpul pada suatu tempat yang dikenal
sebagai dapur magma, yang terletak pada kedalaman lebih dari 60 km. Suhu
magma berkisar antara 700 - 11000C, sifatnya yang sangat panas dan cair
menyebabkan magma memiliki tekanan hidrostatis yang sangat kuat sehingga
terus bergerak menerobos untuk berusaha ke luar ke atas permukaan bumi.
Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma melalui rekahan dan
celah-celah pada litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini
menyebabkan magma membeku di dalam bumi membenutuk batuan plutonik,
proses tesebut disebut intrusi, dan batuan yang terbentuk disebut batuan intrusi.
Apabila penerobosan magma sampai ke luar permukaan bumi, maka prosesnya
dinamakan ekstrusi, sedangkan cara keluar magma seperti ini dinamakan erupsi
dan pristiwanya dinamakan vulkanisma.
Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses
pembusukan material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau
mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih
stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang
kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari
yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku
pada waktu yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat
berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal.
Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion
mempunyai
sehingga
akan
menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat,
ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal,
sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan
(hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan
silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigensilikon. Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling
bergabung dengan ion-ion lainnya dan akan membentuk inti kristal dan bermacam
mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin
yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu
yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal
pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang
masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi.
Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan
fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut,
maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor
tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari
sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.
Jenis Kristalisasi Berdasarkan Proses Utama Dipandang dari asalnya,
kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
E. Evolusi Magma
Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut
dengan evolusi magma. Proses perubahan inilah yang menyebabkan magma
berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :
1. Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan bantuan
samping
3. Anteksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi
magma. Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma
dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku
dengan komposisi yang bervariasi.
F. Golongan Magma (Diferensiasi Magma)
Penggolongan Magma (Diferensiasi magma) adalah suatu tahapan
pemisahan atau pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki
kesamaan sifat fisika maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu
kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma
sesuai penggolongannya berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi
banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu
sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga
suatu lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur
berlapis pada batuan beku.
c. Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi
larutan yang masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.
d. Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke
bagian atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan
kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.
e. Vesiculation
Vesiculation
merupakan
suatu
proses
dimana
magma
yang
mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik
ke permukaan sebagai gelembung-gelembung gas dan membawa komponenkomponen sodium (Na) dan potassium (K).
f. Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh
magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur,
meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan mengubah
komposisi magma.
G. Sifat-sifat Magma
1. Sifat-sifat Fisik Magma
mengalir.
Viskositas
magma
didefinisikan
sebagai
perbandingan antara shear stress dan strain rate. Lava akan mengalir pada saat
shear stress lebih besar dari yield strength. Viskositas bergantung pada
komposisi/kandungan kristal, gelembung, gas (H2O), serta temperatur dan
tekanan.
Densitas ukuran kepekatan atau kemampatan suatu zat merupakan
perbandingan antara massa dan volume zat itu sendiri. Magma terdiri atas
cairan si-lika, dan material lainnya, seperti kristal, gelembung gas, dan fragmen
batuan. Cairan silika mengandung rantai panjang dan cincin polimer Si-O
tetrahedra, bersama-sama kation (seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+) dan anion (misal
OH-, F-, Cl-, S-) yang terletak secara acak, berada dalam tetrahedra (Gambar
3). Densitas rangkaian Si-O, yang merupakan fungsi komposisi, tekanan, dan
temperatur, mengontrol sifat-sifat fisika cairan, seperti densitas dan viskositas.
Densitas cair-an silika berbeda dengan densitas magma, karena cairan silika
tidak mengandung kristal, gelembung, dan fragmen. Batuan ini akan
memengaruhi densitas magma. Densitas cairan silika mempunyai rentang
antara 2850 kg/m3 untuk basaltik sampai 2350 kg/m3 untuk riolit.
b) Suhu Magma
Suhu magma secara umum (seperti yang ada di luar inti bumi atau
lapisan outer core) yang mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di
udara terbuka, suhunya bisa turun hingga 1300 derajat celcius
Secara khusus suhu magma berdasarkan jenisnya sebagai berikut :
Menenga Rhyolite Granit 65-75% SiO2, rendah Fe, Mg, Ca, tinggi di K,
Na 650-800 oC.
Basaltik
Batuan Beku
Kandungan
yang
Komposisi Kimia Temperatur Viskositas
Gas
dihasilkan
Basalt
Andesitik Andesit
45-55 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg,
1000
dan Ca tinggi,
1200oC
kandungan K, dan
Na rendah.
55-65 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg, 800
Ca, Na, dan K 1000oC
menengah.
Rendah
Rendah
Menengah Menengah
Rhyolitik Rhyolit
65-75 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg,
650
dan Ca rendah,
800 oC
kandungan K, dan
Na tinggi.
Tinggi
Tinggi
2.
3.
Magma dengan kandungan gas tinggi, yaitu magma Ryolitik atau Granit
2.
3.
2. Andesit Diorit
SiO2 55-65 % berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah
(intermediate).
3. Rhyolitic Rhyolite Granit
SiO2 65-75 % berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan
Na tinggi.
d) Berdasarkan % berat perbandingan alkali
Unsur alkali adalah golongan IA contohnya Na. untuk pengelompokan
magma berdasarkan perbandingan unsur alkali adalah sebagai beriku :
1. Magma dengan kandungan Na tinggi, contohnya: Rhyolite Granit
2. Magma dengan kandungan Na menengah, contohnya: Andesit, Diorit
3. Magma dengan kandungan Na rendah, contohnya: Basalt, Gabbro
e) Berdasarkan % berat oksida
1. Berat oksida 45-55 % berat adalah magma Basalt, Gabbro
2. Berat oksida 55-65 % berat adalah magma Andesit, Diorit
3. Berat oksida 65-75 % berat adalah magma Rhyolitic, Rhyolite, Granit
1.
Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara
dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas.
2.
Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke
permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang
sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.
Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi
magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1.
Ekstrusi linear, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau
Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,
sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu.
Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai
10.000 km2.
3.