Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pejar yang terbentuk secara
alamiah, bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 700-13000C (sekitar
1200-2400 derajat Fahrenheit) dan berasal atau terbentuk pada kerak bumi bagian
bawah hingga selubung bagian atas dan bersifat asam atau basa. Secara fisika,
magma merupakan sistem berkomponen ganda (multi compoent system) dengan
fase cair dan sejumlah kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen
utama, dan pada keadaan tertentu juga berfase gas.
Magma merupakan larutan silikat pijar yang panas mengandung sulfide,
oksida, dan volatile (gas), sumber magma terletak jauh di bawah bumi, pada
lapisan mantel, yaitu pada kedalaman 1200-2900 km, dari sumbernya itu
kemudian magma mengalir dan berkumpul pada suatu tempat yang dikenal
sebagai dapur magma, yang terletak pada kedalaman lebih dari 60 km. Suhu
magma berkisar antara 700 - 11000C, sifatnya yang sangat panas dan cair
menyebabkan magma memiliki tekanan hidrostatis yang sangat kuat sehingga
terus bergerak menerobos untuk berusaha ke luar ke atas permukaan bumi.
Magmatisma adalah peristiwa penerobosan magma melalui rekahan dan
celah-celah pada litosfer yang tidak sampai ke permukaan bumi, peristiwa ini
menyebabkan magma membeku di dalam bumi membenutuk batuan plutonik,
proses tesebut disebut intrusi, dan batuan yang terbentuk disebut batuan intrusi.
Apabila penerobosan magma sampai ke luar permukaan bumi, maka prosesnya
dinamakan ekstrusi, sedangkan cara keluar magma seperti ini dinamakan erupsi
dan pristiwanya dinamakan vulkanisma.
Para ahli berpendapat bahwa panas bumi berasal dari proses
pembusukan material-material radioaktif yang kemudian meluruh atau
mengalami disintegration menjadi unsur radioaktif dengan komposisi yang lebih
stabil dan pada saat meluruh akan mengeluarkan sejumlah energi (panas) yang
kemudian akan melelehkan batuan-batuan disekitarnya. Dimungkinkan, dari

proses tersebut dan pengaruhnya terhadap geothermal gradient yang mencapai


193.600C inilah magma dapat terbentuk.
B. Komposisi Magma
Komposisi kimiawi magma terdiri dari :
Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile (senyawa yang tidak
mudah menguap) dan merupakan senyawa oksida dalam magma. Jumlahnya
sekitar 99% dari seluruh isi magma , sehingga merupakan mayor element, terdiri
dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
Senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap) yang banyak
pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S,
SO2 dsb.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan
merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
C. Kristalisasi Magma
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di
mana terjadi perpindahan massa dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan
ke fase kristal padat.
Proses Kristalisasi Magma terjadi karena magma merupakan cairan yang
panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan.
Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang
tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya
menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi.
Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion
akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk
bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal

yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku
pada waktu yang bersamaan.Kecepatan pendinginan magma akan sangat
berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal.
Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion
mempunyai

kesempatan untuk mengembangkan dirinya,

sehingga

akan

menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat,
ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal,
sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan
(hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan
silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigensilikon. Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling
bergabung dengan ion-ion lainnya dan akan membentuk inti kristal dan bermacam
mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin
yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu
yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal
pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang
masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi.
Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan
fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut,
maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor
tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari
sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi
klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.
Jenis Kristalisasi Berdasarkan Proses Utama Dipandang dari asalnya,
kristalisasi dapat dibagi menjadi 3 proses utama :

1. Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasi


yang umum dijumpai di bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristal
senyawa anorganik maupun organic seperti urea, gula pasir, sodium glutamat,
asam sitrat, garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
2. Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya untuk
pembuatan silicon single kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang
merupakan bahan dasar pembutan chip-chip integrated circuit ( IC ). Proses
Prilling ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe kristalisasi ini.
3. Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi
dimana suatu senyawa dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam
industri prosesnya bisa meliputi beberapa tahapan untuk.
D. Seri Reaksi Bowen
Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu
mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan
magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari
magma induk yang bersifat basa.
Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan
diskontinyu.

Continuous branch [deret kontinyu]


Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret
kontinyu, mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral
selanjutnya. Dari bagan, plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu,
kemudian seiring penurunan suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa
larutan magma yang pada akhirnya membentuk plagioklas kaya sodium.
Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung hingga semua kalsium dan
sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus ikut bereaksi dan
bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya kalsium di alam
bebas.

Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada


plagioklas [plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].

Discontinuous branch [deret diskontinyu]


Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam
deret diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu
tertentu dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma.
Bowen menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang
jika diteruskan akan bereaksi kemudian dengan sisa magma, membentuk
pyroxene. Jika pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan
kemudian biotite [sesuai skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah
mengkristal, yang berarti semua besi dan magnesium dalam larutan magma
telah habis dipergunakan untuk membentuk mineral.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak
sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim
[selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.

Gambar Bagan Seri Reaksi Bowen

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:
1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.

2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.


Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan
bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali
terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma
tersebut jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin
dan Piroksan merupakan pasangan Incongruent Melting; dimana setelah
pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam
temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas,
karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah
mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat
pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu
menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang
terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan
asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini
merupakan deret : Solid Solution yang merupakan reaksi kontinue, artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan
menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering
disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral

Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

E. Evolusi Magma
Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut
dengan evolusi magma. Proses perubahan inilah yang menyebabkan magma
berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai berikut :
1. Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan bantuan
samping
3. Anteksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman
yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi
magma. Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma
dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku
dengan komposisi yang bervariasi.
F. Golongan Magma (Diferensiasi Magma)
Penggolongan Magma (Diferensiasi magma) adalah suatu tahapan
pemisahan atau pengelompokan magma dimana material-material yang memiliki
kesamaan sifat fisika maupun kimia akan mengelompok dan membentuk suatu
kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan mengubah komposisi magma
sesuai penggolongannya berdasarkan kandungan magma. Proses ini dipengaruhi
banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia magma itu
sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga

mempengaruhi proses diferensiasi magma ini. Secara umum, proses diferensiasi


magma terbagi menjadi :
a. Fraksinasi (Fractional Crystallization)
Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari
larutan magma karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristalkristal tersebut pada saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan.
Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.

b. Crystal Settling/gravitational settling


Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristalkristal berat yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas
magma pada bagian dasar magma chamber. Disini, mineral-mineral silikat
berat akan berada di bawah. Dan akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk

suatu lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur
berlapis pada batuan beku.

c. Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi
larutan yang masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.

d. Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke
bagian atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan
kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.
e. Vesiculation
Vesiculation

merupakan

suatu

proses

dimana

magma

yang

mengandung komponen seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik
ke permukaan sebagai gelembung-gelembung gas dan membawa komponenkomponen sodium (Na) dan potassium (K).
f. Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh
magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur,
meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan mengubah
komposisi magma.
G. Sifat-sifat Magma
1. Sifat-sifat Fisik Magma

a) Viskositas dan Densitas Magma


Viskositas dan densitas magma adalah sifat fisika magma dan sebagai
parameter yang signifikan untuk

memahami proses aktivitas gunung api.

Viskositas magma mengontrol mobilitas magma, densitas mengontrol arah


gerakan relatif antara magma dan material padat (batuan fragmen dan kristal).
Magma yang mempunyai viskositas rendah, seperti magma basalti, dapat
membentuk lava yang sangat panjang dengan aliran yang cepat. Sebaliknya,
magma riolitis yang cukup kental sangat terbatas mengalir. Karena kentalnya
magma riolitis, maka gelembung gas di perangkap oleh magma, mengalami
ekspansi, dan dapat menyebabkan erupsi yang eksplosif.
Viskositas merupakan sifat suatu cairan atau gas yang berhubungan
dengan hambatan alir gas/cairan itu sendiri akibat adanya gaya-gaya antar
partikel yang

mengalir.

Viskositas

magma

didefinisikan

sebagai

perbandingan antara shear stress dan strain rate. Lava akan mengalir pada saat
shear stress lebih besar dari yield strength. Viskositas bergantung pada
komposisi/kandungan kristal, gelembung, gas (H2O), serta temperatur dan
tekanan.
Densitas ukuran kepekatan atau kemampatan suatu zat merupakan
perbandingan antara massa dan volume zat itu sendiri. Magma terdiri atas
cairan si-lika, dan material lainnya, seperti kristal, gelembung gas, dan fragmen
batuan. Cairan silika mengandung rantai panjang dan cincin polimer Si-O
tetrahedra, bersama-sama kation (seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+) dan anion (misal
OH-, F-, Cl-, S-) yang terletak secara acak, berada dalam tetrahedra (Gambar
3). Densitas rangkaian Si-O, yang merupakan fungsi komposisi, tekanan, dan
temperatur, mengontrol sifat-sifat fisika cairan, seperti densitas dan viskositas.
Densitas cair-an silika berbeda dengan densitas magma, karena cairan silika
tidak mengandung kristal, gelembung, dan fragmen. Batuan ini akan
memengaruhi densitas magma. Densitas cairan silika mempunyai rentang
antara 2850 kg/m3 untuk basaltik sampai 2350 kg/m3 untuk riolit.

b) Suhu Magma
Suhu magma secara umum (seperti yang ada di luar inti bumi atau
lapisan outer core) yang mencapai 5000 derajat celcius, meski jika berada di
udara terbuka, suhunya bisa turun hingga 1300 derajat celcius
Secara khusus suhu magma berdasarkan jenisnya sebagai berikut :

Suhu magma Basaltik atau gabbroic - 1000-1200oC,

Andesitik atau dioritik - 800-1000oC,

Rhyolitic atau granit - 650-800oC,

Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Batu Komposisi Kimia Konten


Suhu Gas Basaltik Basalt Gabbro 45-55% SiO2, tinggi Fe, Mg, Ca, rendah
K, Na 1000-1200oC,

RendahAndesit Diorit 55-65% SiO2, menengah di Fe, Mg, Ca, Na, K


800 - 1000 oC,

Menenga Rhyolite Granit 65-75% SiO2, rendah Fe, Mg, Ca, tinggi di K,
Na 650-800 oC.

2. Sifat Kimia Magma


a) Magma Asam
Magma asam, yaitu magma yang banyak mengandung silika (SiO2),
biasanya berwarna terang, seperti granit dan diorit.
Magma yang bersifat asam biasanya lebih kental dan sulit membeku,
mengakibatkan terbentuknya batuan dengan komposisi kristal yang perfect
atau sempurna. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadinya pendinginan
yang lambat maka kristalnya memiliki cukup waktu untuk membentuk
dirinya.
b) Magma Basa

Magma basa, yaitu magma yang sedikit mengandung Silika (SiO 2)


dan berwarna lebih gelap karena mengandung mineral yang berwarna lebih
tua, seperti gabro dan basalt.
Magma yang bersifat basa biasanya lebih encer dari pada magma
asam, hal ini disebabkan karena magma basa memiliki viskositas yang
tinggi sehingga proses pendinginannya atau pembekuannya lebih cepat
dibandingkan dengan magma asam. Dikarenakan proses pembekuannya
yang begitu cepat maka kristal yang terbentuk akan kecil kecil bahkan
ada juga yang tidak memiliki kristal sama sekali.
H. Klasifikasi Magma
Magma secara umum dapat dibedakan menjadi tiga tipe magma, yaitu:
1. Magma Basa atau Magma Basaltik (Basaltic magma)
2. Magma Intermediet atau Magma Andesitik (Andesitic magma).
3. Magma Asam atau Magma Riolitik (Rhyolitic magma)
Tiap-tiap magma memiliki karakteristik yang berbeda. Rangkuman dari
sifat-sifat mangma itu seperti terlihat di dalam Tabel.
Rangkuman Sifat-sifat Magma
Tipe
Magma

Basaltik

Batuan Beku
Kandungan
yang
Komposisi Kimia Temperatur Viskositas
Gas
dihasilkan

Basalt

Andesitik Andesit

45-55 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg,
1000
dan Ca tinggi,
1200oC
kandungan K, dan
Na rendah.
55-65 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg, 800
Ca, Na, dan K 1000oC
menengah.

Rendah

Rendah

Menengah Menengah

Rhyolitik Rhyolit

65-75 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg,
650
dan Ca rendah,
800 oC
kandungan K, dan
Na tinggi.

Tinggi

Tinggi

a) Berdasarkan Kandungan SiO2 atau derajat keasaman


Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga
tipe magma, yaitu:
1.

Magma Basaltik (Basaltic magma) SiO2 45-55 % berat; kandungan


Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na rendah.

2.

Magma Andesitik (Andesitic magma) SiO2 55-65 % berat, kandungan


Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah (intermediate).

3.

Magma Riolitik (Rhyolitic magma) SiO2 65-75 % berat, kandungan


Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan Na tinggi.

b) Berdasarkan Kandungan Gas


Pada kedalaman di Bumi hampir semua magma mengandung gas. Gas
memberikan magma karakter eksplosif mereka, karena gas mengembang
menyebabkan tekanan berkurang, Kebanyakan H2O dengan beberapa CO2 , Kecil
jumlah Sulfur, Cl, dan F
Penggolongan magma berdasarkan kandungan gas adalah :
1.

Magma dengan kandungan gas tinggi, yaitu magma Ryolitik atau Granit

2.

Magma dengan kandungan gas menengah, yaitu magma Andesitik

3.

Magma dengan kandungan gas rendah, yaitu magma Basaltik..

c) Berdasarkan kimiawi dan mineralogi


Magma Jenis Batu Vulkanik Pemadatan Pemadatan Batu Komposisi
Kimia:
1. Basalt Gabbro
SiO2 45-55 % berat; kandungan Fe dan Mg tinggi; kandungan K dan Na
rendah.

2. Andesit Diorit
SiO2 55-65 % berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K menengah
(intermediate).
3. Rhyolitic Rhyolite Granit
SiO2 65-75 % berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah; kandungan K dan
Na tinggi.
d) Berdasarkan % berat perbandingan alkali
Unsur alkali adalah golongan IA contohnya Na. untuk pengelompokan
magma berdasarkan perbandingan unsur alkali adalah sebagai beriku :
1. Magma dengan kandungan Na tinggi, contohnya: Rhyolite Granit
2. Magma dengan kandungan Na menengah, contohnya: Andesit, Diorit
3. Magma dengan kandungan Na rendah, contohnya: Basalt, Gabbro
e) Berdasarkan % berat oksida
1. Berat oksida 45-55 % berat adalah magma Basalt, Gabbro
2. Berat oksida 55-65 % berat adalah magma Andesit, Diorit
3. Berat oksida 65-75 % berat adalah magma Rhyolitic, Rhyolite, Granit

I. Intrusi dan Ekstrusi Magma


Intrusi Magma

1.

Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan,


tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas
sebagai berikut :

Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara

dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas.

Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.


Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan

membeku di sela-sela lipatan (korok).


Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan
gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.

2.

Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke

permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang
sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.
Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi
magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1.

Ekstrusi linear, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau

patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya


Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
2.

Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,

sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu.
Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai
10.000 km2.

3.

Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran

magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung


Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai