Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobile,
bersuhu antara 900 - 1200 C atau lebih dan berasal dai kerak bumi bagian bawah atau
selubung bumi bagian atas ( F.F. Grouts, 1947; Tumer dan verhogen 1960, H. Williams,
1962 ).
Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma , sehingga merupakan mayor
element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2,
P2O5.
Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
Dally 1933, Winkler (Vide W. T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu magma asli (primer)
adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi magma
yang bersifat lain.
Bunsen (1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis magma primer,
yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini
yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses
pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma
adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion
yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan
berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar sekitar 200
kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur yang kemudian
membentuk mineral-mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha
untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu
mencapai permukaan Bumi. Apabila magma keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan
mengalir diatas permukaan Bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam
perjalanannya naik menuju ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika
masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai
permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion
didalamnya akan mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan
membentuk batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari
lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk
lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya.
Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam
proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai
berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur
paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite.
Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium
(Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan
tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh
lelehan.
Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat
kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang
terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar.
Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan
dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil,
kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak
pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.
Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta kadar gas
yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat
magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk
juga sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun
demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta
susunan mineraloginya.
EVOLUSI MAGMA
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebegai berikut :
v Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma yang berlainan
jenisnya.
v Sinteksis :Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping.
v Anateksis : Proses pambentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang
sangat besar.
LAVA
Lava adalah cairan larutan magma pijar yang mengalir keluar dari dalam bumi melalui
kawah gunung berapi atau melalui celah (patahan) yang kemudian membeku menjadi batuan
yang bentuknya bermacam-macam.
Bila cairan tersebut encer akan meleleh jauh dari sumbernya membentuk aliran seperti sungai
melalui lembah dan membeku menjadi batuan seperti lava ropi atau lava blok (umumnya di
Indonesia membentuk lava blok). Bila agak kental, akan mengalir tidak jauh dari sumbernya
membentuk kubah lava dan pada bagian pinggirnya membeku membentuk blok-blok lava
tetapi suhunya masih tinggi, bila posisinya tidak stabil akan mengalir membentuk awan panas
guguran dari lava.
Erupsi gunungapi yang bersifat efusif akan menghasilkan lava dengan bermacam-macam
jenis berdasarkan ukuran,bentuk serta kenampakan permukaan dan di dalam lavanya sendiri.
Lava terutama dikontrol oleh viskositas, kecepatan, efusi, dan keadaan lingkungan
penegndapannya ( darat/ laut ). Aliran lava dapat dibedakan menjadi lava encer yang memilki
viskositas dan kandungan silica yang rendah, dan lava kental yang memiliki viskositas dan
kandungan silica yang tinggi.
1.
GEOKIMIA MAGMA
Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari
1. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma.
Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor element, yang
terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, dan P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas
CH4, CO2, HCl, H2S, dan SO2.
3. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan merupakan minor element seperti Rb, Ba,
Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb
Bunsen mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma primer yaitu basaltic dan granitic .
Sedangkan batuan beku merupakan campuran dari dua magma ini yang kemudian
mempunyai komposisi lain. Dari magma dengan kondisi tertentu selanjutnya mengalami
differensiasi magma. Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma
dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan
komposisi yang bervariasi.
Proses-proses diferensiasi magma meliputi :
Liquid Immisibility ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang
heterogen.
Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium
yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2,
SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembunggelembung gas dan membawa serta komponen volatile Sodium (Na) dan
Potasium(K).
Difussion ialah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam waduk magma
secara lateral.
PROSES PEMBENTUKAN MAGMA
Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2
(dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam dan
menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung antara kedua
lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan
penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses peleburan
sebagian dari litosfir .
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan menghasilkan
magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang
bersusunan basa, adalah magma yang terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti
itu didapat di daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan
pemisahan litosfir.
Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi 4 (empat)
kelompok, yaitu: (1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic; (2) Kelompok batuan beku
basa; (3) Kelompok batuan beku intermediate; dan (4) Kelompok batuan beku asam. Dengan
demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma asam. untuk
mengetahui caranya sehingga dapat membentuk batuan yang bersifat ultrabasa, basa,
intermediate, dan asam yaitu melalui proses Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi
Magma.
Diferensiasi Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara
perlahan yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam
deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama kali
yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan Pyroxene,
Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral
dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan diakhiri dengan pembentukan NaPlagioclase. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan terbentuk mineral KFeldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh Muscovite dan diakhiri dengan
terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz). Proses pembentukan mineral akibat proses
diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming
Minerals).
Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat
terjadi melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur magma,
maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya adalah Olivine, Pyroxene
dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral tersebut adalah
merupakan mineral penyusun batuan ultra basa. Dengan terbentuknya mineral-mineral
Olivine, pyroxene, dan Ca-Plagioklas maka konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat
basa hingga intermediate dan pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol,
Biotite dan Plagioklas yang intermediate (Labradorite Andesine) yang merupakan mineral
pembentuk batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya mineralmineral tersebut diatas, maka sekarang konsentrasi magma menjadi semakin bersifat asam.
Pada kondisi ini mulai terbentuk mineral-mineral K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas
(Albit), Muscovite, dan Kuarsa yang merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite
dan Granodiorite (Proses diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).
Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya
magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat
basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam.
Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa, maka
batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment
batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam).
Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam
dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuan
sampingnya.
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam
maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan
magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga
asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate
maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan
sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya,
kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan
indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral
dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam
menjelaskan batuan beku.
Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau sangat dekat
permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga gelas.
2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi
dengan ciri umum bertekstur porphyritic.
3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan
bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.
4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk
sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.
5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.
Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari
: senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma,
senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas
CH4, CO2, HCl, H2S, dan SO2, serta unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan
merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb.
2.
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari
satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik.
Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku
plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga
mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,
diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Kulit bumi terutama dari batuan-batuan beku berupa batuan-batuan beku berupa
batuan endapan dan batuan metamorf
a. Batuan endapan
Batuan beku diperoleh karena adanya proses pembekuan dari zat-zat pada saat terjadi
pembemukan bumi. Batuan beku terjadi karena adanya lumpur yang terbawa oleh air sungai
sehingga terjadi endapan (sebagai akibat reaksi kimia).
b. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terjadi dari perubahan batuan satu ke batuan lain
yang diakibatkan oleh adanya pengaruh tekanan, panas, dan sebagainya. Dalam banyak hal,
komposisi mereka tidak ada perbedaan.
Clark dan Washington (1924) memperkirakan bahwa kedalaman 16 km bumi terdiri dari, 95
% batuan beku, 4 % shale (batuan tertentu), 0,75 % batu pasir, dan 0,25 % batu kapur. Juga
Clark dan Washington telah melakukan 5159 analisa batuan beku dan ia hitung rata-ratanya
dan memperoleh komposisi batuan beku seperti berikut:
SiO2 (60,18 %), Al2O3 (15,61 %), Fe2O3 (3,14 %), FeO (3,88 %), MgO (3,56 %), CaO
(5,17 %), Na2O (3,91 %), K2O (3,19 %), TiO2 (1,06 %), P2O5 (0,3 %).
Pada perhitungan analisa di atas di mana H2O dan kandungan yang paling kecil diabaikan.
Dari hasil analisa ini sebagian orang tidak setuju karena 3 hal:
1. Distribusi geofisika analisa tidak merata karena cuplikan hanya diambil pada sekitar
Amerika Utara dan Eropa, artinya apakah dengan cuplikan dari Amerika Utara dan Eropa
sudah cukup untuk diambil sebagai cuplikan kerak bumi.
2. Jenis-jenis batuan kurang merata, sebab jenis-jenis batuan yang dianalisa itu adalah yang
aneh-aneh.
3. Semua cuplikan dianggap sama (dinilai sama), maksudnya dalam menganalisa satu jenis
batuan misalnya dengan mengambil 1 kg maka hasilnya dianggap sama. Padahal dengan
mengambil 1 kg dari satu jenis batuan tidak mungkin hasil yang diperoleh dapat mewakili
jenis batuan tersebut.
Goldschidt menganalisa 77 cuplikan yang berbeda, hasil analisa rata-rata diperoleh
sebagai berikut:
SiO2 (59,12 %), Al2O3 (15,82 %), Fe2O3 + FeO (6,99 %), MgO (3,3 %), CaO (3,07 %),
Na2O(2,05 %), K2O (3,93 %), H2O (3,02 %), TiO2 (0,79 %), P2O5 (0,22 %)
Goldschmidt beranggapan apabila memungkinkan untuk mendapatkan suatu cuplikan ratarata dari sejumlah besar kulit bumi yang utamanya terdiri dari batuan kristal maka analisanya
memberikan suatu gambaran
*Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun
batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya,
sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari
persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan
meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan
temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya.
Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi
kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah
mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena
itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami
ubahan. Namun begitu sebagai catatan
pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini
disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa
kimiawi.
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat di dalam, yang diperlihatkan
pada tabel diatas hanya batuan beku intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan persentase dari
setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki
oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan
MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan
peridotit (ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik. Dengan batuan intrusinya, asalkan dalam
satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula
perbedaan di dalam besar butir dari setiap jenis mineral.
Dari sini terlihat sebagai contoh komposisi kimia dan persentase dari oksida untuk batuan
granit identik dengan batun riolit. Hal yang sama berlaku untuk batuan lainnya asalkan
batuan ini masih satu kelompok.
Klsifikasi batuan berdasarkan komposisi kimia telah banyak dilakukan oleh beberapa ahli
dari yang paling sederhana sampai ke paling terbaru adalah berdasakan CIPW NORMATIF
adalah salah satu yang paling sederhana untuk mengetahui nama batuan beku, klasifikasi ini
tidak membedakan apakah batuan itu intrusi ataupun ekstrusi. Sedangkan klasifikasi yang
paling terbaru adalah normative dihitung berdasakan CIPW, dimana setiap senyawa oksidasi
kita hitung nilai normatifnya dan kita kembalikan kepada mineral-mineral asal pembentuk
batuan tersebut. Table dibawah ini memperlihatkan komposisi kimia dan normative batuan
dari kepulauan riau terhadap beberapa contoh batuan beku granit.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang sangat erat
hubungannya dengan terbentuknya batuan beku. Seperti untuk mengetahui jenis magma,
tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman Zona Benioff.
http://mohs-scale.weebly.com/geologi-geokimia/geokimia-magma-dan-batuan-beku
GEOKIMIA MAGMA
BAB I
PENDAHULUAN
I.I.
Magma
I.I.I
Pengertian Magma
Magma adalah cairan atau larutan sillikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat
mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900-11000C dan berasal atau terbentuk dari kerak
bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.
Kalau batasan diatas adalah berdasarkan sifat fisik magma, maka secara kimia-fisika magma
adalah sistem komponen ganda (multi component system) dengan fasa cairan dan sejumlah
Kristal yang mengapung di dalamnya sebagai komponen utama, disamping fasa gas pada
keadaan tertentu. Beberapa batasan dan hipotesis magma telah diberikan oleh para ahli
seperti Grout (1947), Turner & Verhoogen (1960), Taneda (1970) dll.
Hipotesis magma primer menurut Daly(1933).
1.
Magma yang terisolasi pada earth-shell, bersifat heterogen dan dapat dianggap mewarisi
keadaan bumi semula. Kemudian adanya pengaruh tekanan relief yang memadai akan
menghasilkan apa yang disebut liqua faction secara setempat dan berasal dari bahan
habluran. Pencairan batuan dapat dipengaruhi oleh tenaga panas yang diakibatkan gesekan
oleh akibat deformasi (deformation) & peluruhan mineral radio aktif. Surutnya gas secara
setempat pun akan menyebabkan terpisahnya magma; pada umumnya magma jenis ini
menggambarkan suatu lidah cair yang terperas ke atas dari asalnya yang jauh di daerah
habluran di bawah permukaan bumi.
2.
Magma yang bersifat homogen, misalnya basalan habluran atau eglokit yang meleleh,
perubahan basaltic durovitreous menjadi liqua vitreous akibat surutnya gas secara tempat,
basalan yang tetap vitreous kecuali pada bagian upper shell di mana bahan telah menghablur,
peridotit habluran dan karena pelelehan setempat akan mengakibatkan terjadinya cairan
basalan, serta liqua vitreous peridotite.
3.
Magma primer tanpa spesifikasi awal, yaitu magma granitik dan magma basaltik.
Magma adalah bahan induk batuan beku. Lava adalah magma yang keluar melalui lubang
(kondoit) pada gunungapi. Kebanyakan magma membeku di bawah permukaan dan bahan
yang terakhir saja yang dapat dilihat yaitu batuan beku. Magma diartikan sebagai bahan
batuan yang melebur, mengandung fasa uap yang hilang sewatu magma membeku, dalam
proses ini memainkan peranan yang penting dalam arah pembentukan hablur.
Menurut Bunsen magma primer terdiri dari dua jenis yaitu granit dan basalt, dan batuan
beku yang mengandung campuran batuan. Batuan beku yang terdapat di bumi ini kebanyakan
boleh dimasukkan ke dalam dua jenis ini : granit dan basalt.
I.I.II
Arus Konveksi
Seperti halnya air yang sedang di rebus, magma di dalam bumi selalu bergejolak,
bagian yang paling panas mengalir ke bagian yang lebih rendah suhunya. Fenomena inilah
yang disebut sebagai arus konveksi (Lihat Gambar di bawah ini).
Arus konveksi pada mantel bumi inilah yang menyebabkan pergerakan lempeng dan
kerak bumi. Logika ini menjadi salah satu pijakan teori tektonik lempeng.
I.I.II
Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma , sehingga merupakan mayor
element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
Beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang Magma Primer, diantaranya :
Dally 1933, Winkler (Vide W. T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu magma asli (primer)
adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi magma
yang bersifat lain.
Bunsen (1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis magma primer,
yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini
yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Magma pada perjalanannya dapat mengalami perubahan atau disebut dengan evolusi
magma. Proses perubahan ini menyebabkan magma berubah menjadi magma yang bersifat
lain oleh proses-proses sebagai berikut :
Hibridasi : proses pembentukan magma baru karena pencampuran 2 magma yang berlainan
jenis.
Sintetis : Pembentukan magma baru karena adanya proses asimmilasi dengan batuan
samping.
Anateksis : proses pembentukan magma dari peleburan batu-batuan pada kedalaman yang
sangat besar.
Dan dari proses-proses diatas, magma akan berubah sifatnya, dari yang awalnya bersifat
homogen pada akhirnya akan menjadi suatu tubuh batuan beku yang bervariasi.
I.I.III
Magma Differentiation
Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau pengelompokan magma
dimana material-material yang memiliki kesamaan sifat fisika maupun kimia akan
mengelompok dan membentuk suatu kumpulan mineral tersendiri yang nantinya akan
mengubah komposisi magma sesuai penggolongannya berdasarkan kandungan magma.
Proses ini dipengaruhi banyak hal. Tekanan, suhu, kandungan gas serta komposisi kimia
magma itu sendiri dan kehadiran pencampuran magma lain atau batuan lain juga
mempengaruhi proses diferensiasi magma ini. Secara umum, proses diferensiasi magma
terbagi menjadi :
Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat yang
mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas magma pada bagian dasar magma
chamber. Disini, mineral-mineral silikat berat akan berada di bawah. Dan akibat dari
pengendapan ini, akan terbentuk suatu lapisan magma yang nantinya akan menjadi tekstur
kumulat atau tekstur berlapis pada batuan beku.
Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masingmasing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.
Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke bagian atas
magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan kemudian akan mengambang
dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.
Vesiculation
Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma yang mengandung komponen
seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik ke permukaan sebagai gelembunggelembung gas dan membawa komponen-komponen sodium (Na) dan potassium (K).
I.I.IV
Kristalisasi Magma
Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan, melt
(campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas. Kristalisasi juga
merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair, di mana terjadiperpindahan
massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute) dari cairan larutan kefase kristal padat.
Proses Kristalisasi Magma,Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ionion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma
mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-
ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut
kristalisasi.
Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling
mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion
tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya
material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.Kecepatan
pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada
ukuran kristal.
Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang
besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai
kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan
menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas
(glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling
mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetahedratetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan
membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan
membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak
terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan
mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang
magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih
cair.Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses
kristalisasi.
Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan fisik dan
komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan
(klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi
lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran
mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan
pada tekstur dan komposisi mineralnya.
Jenis Kristalisasi Berdasarkan Proses Utama Dipandang dari asalnya, kristalisasi
dapat dibagi menjadi 3 proses utama :
1.
Kristalisasi dari larutan ( solution ) : merupakan proses kristalisasi yang umum dijumpai di
bidang Teknik Kimia : pembuatan produk-produk kristal senyawa anorganik maupun organic
seperti urea, gula pasir, sodium glutamat, asam sitrat, garam dapur, tawas, fero sulfat dll.
2.
Kristalisasi dari lelehan ( melt ) : dikembangkan khususnya untuk pembuatan silicon single
kristal yang selanjutnya dibuat silicon waver yang merupakan bahan dasar pembutan chipchip integrated circuit ( IC ). Proses Prilling ataupun granulasi sering dimasukkan dalam tipe
kristalisasi ini.
3.
I.I.V
Kristalisasi dari fasa Uap : adalah proses sublimasi-desublimasi dimana suatu senyawa
dalam fasa uap disublimasikan membentuk kristal. Dalam industri prosesnya bisa meliputi
beberapa tahapan untuk.
Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh magma seperti
adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur, meleleh dan bereaksi dengan
magma induk dan kemudian akan mengubah komposisi magma.
Dalam proses asimilasi, terkadang batuan-batuan yang ada di sekitar magma
chamber yang kemudian masuk ke dalam magma membeku sebagai satu bentuk inklusi
batuan yang disebut dengan xenolith. Namun bentukan inklusi ini juga dapt terbentuk sebagai
suatu inklusi kristal yang disebut dengan xenocrsyt.
Gambar asimilasi magma
Sebagai ringkasan, Jakcson (1970) memberikan gambaran skematis mengenai
proses-proses differensiasi magma dalam suatu magma chamber. Kemudian dihasilkanlah
skema seperti berikut ini:
Skema differensiasi magma menurut Jackson K.C.(1970)
Dr. Lucas Donni Setiadji, seorang petrologist yang juga merupakan dosen Jurusan
Teknik Geologi FT-UGM menyatakan bahwa Diferensiasi (Differentiation) merupakan suatu
proses yang menghasilkan magma turunan (derivative magmas)yang berbeda komposisi
kimia dan mineralogi dari Primitive Parental Magma atau yang kita sebut sebagai magma
induk. Secara umum proses diferensiasi dianggap terjadi dalam reservoir magma di dalam
kerak (kedalaman < 10 km), dimana magma dalam kondisi yang stagnan, mendingin secara
perlahan dan memiliki waktu ysng cukup untuk mengkristal. Proses diferensiasi yang paling
penting adalah KristalisasiFraksinasi (fractional crystallization), sedangkan proses lainnya
antara lain asimilasi dan magma mixing.
I.I.VI
Magma mixing
terjadi saat dua jenis magma yang berbeda bertemu dan kemudian bercampur menjadi
satu menghasilkan satu jenis magma lain yang homogen yang disebut dengan magma
turunan. Magma turunan ini biasanya bersifat pertengahan dari kedua jenis magma yang
bercampur. Sebagai contoh, magma andesitic dan dacitic kemungkinan adalah magma
intermediet yang terbentuk dari hasil pencampuran magma asam dan magma basa. Kedua
jenis magma ini dpat bertemu apabila dalam suatu regional terdapat 2 magma chamber yang
memiliki potensi dan berjarak tidak jauh dan kemudian terjadi intrusi magma berupa sill atau
dike dari salah satu magma chamberlalu intrusi ini mencapai magma chamber yang lain. Dari
intrusi yang menerobos dan bertemu dengan magma chamber inilah kemudian terjadi proses
pencampuran 2 jenis magma yang berbeda menghasilkan satu jenis magma baru yang bersifat
tengahan dari 2 jenis magma yang bercampur tersebut.
I.I.VII
A. Intrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak
mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut :
Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan batuan,
mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti
lensa cembung atau kue serabi.
Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela
lipatan (korok).
Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi.
Bentuknya seperti silinder memanjang.
Contoh Intrusi Magma
B. Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan
membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada
kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang
menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi
juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara
umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1.
Ekstrusi linear, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan
memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di
Islandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.
Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga
magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone
National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.
3.
Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan
membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius,
dan lain-lain.
A.
Magma dapat dibedakan berdasarkan kandungan SiO2. Dikenal ada tiga tipe magma, yaitu:
1.
Magma Basaltik (Basaltic magma) SiO2 45-55 %berat; kandungan Fe dan Mg tinggi;
kandungan K dan Na rendah.
2.
Magma Andesitik (Andesitic magma) SiO2 55-65 %berat, kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan
K menengah (intermediate).
3.
Magma Riolitik (Rhyolitic magma) SiO2 65-75 %berat, kandungan Fe, Mg dan Ca rendah;
kandungan K dan Na tinggi.
Tiap-tiap magma memiliki karakteristik yang berbeda. Rangkuman dari sifat-sifat mangma
itu seperti terlihat di dalam Tabel.
Rangkuman Sifat-sifat Magma
Tipe Magma
Batuan Beku
yang
dihasilkan
Basaltik
Basalt
Andesitik
Andesit
Komposisi Kimia
Temperatur
45-55 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg, dan
1000 1200oC
Ca tinggi, kandungan K,
dan Na rendah.
55-65 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg, Ca,
800 1000oC
Viskositas
Kandungan Gas
Rendah
Rendah
Menengah
Menengah
Rhyolitik
Rhyolit
65-75 SiO2 %,
kandungan Fe, Mg, dan
Ca rendah, kandungan
K, dan Na tinggi.
650 800 oC
Tinggi
Temperatur magma tidak diukur secara langsung, melainkan dilakukan di laboratorium dan
dari pengamatan lapangan.
Jika membahasa tentang Magma atau Batuan Beku kita tidak akan terlepas dariBowen
Series. Berikut adalah skema dari Bowen Series.
Magma mengandung gas-gas terlarut. Gas-gas yang terlarut di dalam cairan magma
itu akan lepas dan membentuk fase tersendiri ketika magma naik ke permukaan bumi.
Analoginya sama seperti gas yang terlarut di dalam minuman ringan berkaborasi di dalam
botol dengan tekanan tinggi. Ketika, tutup botol dibuka, tekanan turun dan gas terlepas
membentuk fase tersendiri yang kita lihat dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Juga
sering kita lihat ketika pemberian meali bagi para pemenang balap kenderaan. Kepada
mereka diberikan minuman di dalam botol dan kemudian mereka mengkocok-kocok botol
tersebut sebelum membuka tutupnya. Kemudian, ketika tutup botol yang telah dikocok itu
dibuka, maka tersemburlah isi botol tersebut keluar. Demikian pula halnya dengan magma
ketika keluar dari dalam bumi. Kandungan gas di dalam magma ini akan mempengaruhi sifat
erupsi dari magma bila keluar ke permukaan bumi.
Viskositas magma ditentukan oleh kandungan SiO2 dan temperatur magma. Makin
tinggi kandungan SiO2 maka makin rendah viskositasnya atau makin kental. Sebaliknya,
makin tinggi temperaturnya, makin rendah viskositasnya. Jadi, magma basaltik lebih mudah
mengalir daripada magma andesitik atau riolitik. Demikian pula, magma andesitik lebih
mudah mengalir drripada magma riolitik
Tinggi
I.II.
beku
adalah
batuan
yang
terbentuk
langsung
dari
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar
batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen tahun 1960,
Bapak F.F Groun Tahun 1947, Bapak Takeda Tahun 1970, Magma didefinisikan atau
diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur
yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat
yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma terdapat bahanbahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine,
fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non
gas yang merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.
Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineralmineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.
Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi
duakelompok yaitu :
1)
2)
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
mineral
felsik.
II.I.I.
Batuan
beku
b a w a h permukaan
dalam
bumi.
(pluktonik),
Proses
pendinginan
terbentuk
sangat
jauh
lambat
di
sehingga
Batuan beku korok (hypabisal ), terbentuk pada celah-celahatau pipa gunung api.
Proses pendinginannya berlangsung relatif cepatsehingga batuannya terdiri atas
kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga
membentuk struktur porfiritik.Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c.
a.
Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari45%. Contohnya Dunit dan
Peridotit.
b.
Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya Gabro,
Basalt.
c.
B a t u a n b e k u i n t e r m e d i e t m e m i l i k i k a n d u n g a n s i l i k a a n t a r a 52%-66 %.
Contohnya Andesit dan Syenit.
d.
Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya Granit, Riolit.Dari
segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap dibanding
yang komposisinya asam.
Heinrich
(1956)
batuan
beku
dapat
diklasifikasikan
keluarga g r a n i t r i o l i t : b e r s i f a t f e l s i k , m i n e r a l u t a m a k u a r s a , alkali
felsparnya melebihi plagioklas
keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar melebihi
plagioklas
keluarga g a b b r o b a s a l t : i n t e r m e d i e t - m a f i k , m i n e r a l u t a m a plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar
keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat
sedikit atau absen.(doddy,1987 )
II.I.II.
Warna Batuan
b a t u a n
k o m p o s i s i
b e r k a i t a n
m i n e r a l penyusunnya.
e r a t
d e n g a n
mineral
penyusun
Struktur Batuan
Struktur
adalah
kenampakan
hubungan
antara
bagian-bagian
batuan
yang b e r b e d a . p e n g e r t i a n s t r u k t u r p a d a b a t u a n b e k u b i a s a n y a
mengacu
p a d a pengamatan
dalam
skala
besar
atau
singkapan
H. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
I.
Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang
masuk dalam batuan yang mengintrusi.
II.I.IV.
Tekstur Batuan
Pengertian
tekstur
batuan
mengacu
pada
kenampakan
butir-butir
granularitas,
dan
hubungan
antar
butir
(fabric).
maka
tekstur
berhubungan
dengan
sejarah
proses
sebelum,dan
sesudah
k r i s t a l i s a s i . Pengamatan tekstur
meliputi :
1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya
batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak
yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat
maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya
akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.
Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies
yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2. Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu
sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat
dibedakan menjadi:
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi
tiga yaitu :
Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan
Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati
meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 0,002 mm.
3.
Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat mineral
utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals) dan
mineral sekunder (secondary minerals).
1.
Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam
jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
2.
Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi
jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan.
Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral
tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena
terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
3.
Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan,
reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada
hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan
mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan
ubahan. Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
4.
Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral
ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku
luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
5.
Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku,
berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik
dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila
mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi
menjadi alkali felspar dan plagioklas.
6.
Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe.
Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan
muskovit.
Pemerian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara megaskopik sudah
harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan praktikum kristalografimineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral pembentuk batuan,
praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing mineral pembentuk batuan
tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di
dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost, 1985, Magmas and magmatic rocks,
Longman, Inc., London, 266 p).
BAB II
II.I.I.
Pengertian
Intrusi merupakan suatu proses yang terjadi akibat suatu adanya aktivitas magma
(plutonisme) yang berada dibawah permukaan bumi yang berusaha keluar namun tidak
muncul kepermukaan yang di akibat adanya tekanan dan temperature yang sangat tinggi dari
dalam bumi, yaitu dengan cara menerobos batuan yang sebelumnnya sudah terbentuk atau
ada, sehingga menghasilkan beberapa bentuk tubuh dari batuan beku.
Batuan ini secara genesa terjadi dan terbentuk disuatu tempat yang berada dibawah
permukaan bumi yang membeku dengan lambat, sehingga menghasilkan perbedaan dari
komposisi mineral, susunan kimia, struktur, tekstur yang tidak beraturan, ebrbentuk tabular,
bentuk pipas sehingga menhasilkan tubuh batuan beku dengan jenis yang berbeda- beda.
Dimana kontak batuan intrusi dengan batuan yang diintrusi atau daerah batuan, bila sejajar
dengan lapisan batuan maka tubuh intrusi ini disebut konkordan. Bila batuan yang
mengintrusi memotong dari lapisan massa batuan yang diintrusi maka disebut dengan
diskordan.
Secara Umum dapat kita simpulkan bahwa batuan plutonik ( Plutonic Rock )
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Batuan ini mengalami proses kristalisasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Secara khusus batuan ini hanya memiliki 1 testur batuan, yaitu FANERIK.
Batuan ini mengalami pembekuan jauh didalam permukaan bumi (DEEP SEATED
INTRUSION).
II.I.II.
II.I.I.
Batholit berasal dari bahasa Yunani (greek); dari kata Bathos (ukuran) dan lithos
(batuan) yang artinya merupakan suatu tempat, rongga atau ruang dengan ukuran besar
sebagai tempat sekaligus hasil dari intrusi batuan beku (plutonic) yang terbentuk akibat dari
pembekuan magma didalam kulit bumi. Batholit sering juga diartikan sebagai batuan beku
yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
Batholit umumnya berbentuk ruang besar yang tidak beraturan dan biasanya memiliki
bentuk yang jelas dipermukaan bumi dengan penampang melintang dari tubuh pluton (intrusi
dengan tubuh tidak beraturan) memperlihatkan yang sangat besar dan kedalaman yang tidak
diketahui batasnya. Luas area batholit baik yang ada didalam kulit bumi maupun suatu
Singkapan batholit yang muncul kepermukaan memiliki luas sampai 100 km2. Batholit
biasanya selalu tersusun atas senyawa-senyawa felsik (asam) sampai intermediet (menengah),
itu artinya batholit sebagian besar terdiri dari batuan beku asam sampai batuan beku
intermediet, misalnya granite, diorite, dan quartz monzonite.Meskipun terlihat tak beraturan,
batholit merupakan suatu ruang yang memiliki komposisi mineral yang komplek. Singkapan
batholit akan muncul kepermukaan setelah banyak mengalami proses pengangkatan (up lift)
dan proses erosi selama jutaan tahun. Contoh singkapan baholit yang ada di Indonesia
misalnya singkpan felsik batholit di kepulauan sumatra, Riau, dan Kalimantan, sedangkan
yang terkenal adalah intrusi granit yang terdapat dipulau karimun (Riau).
II.I.II.
Sill
Sill atau Intrusi datar (lempeng intrusi), yaitu magma menyusup diantara dua lapisan batuan,
mendatar dan pararel dengan lapisan batuan tersebut. Sill adalah intrusi batuan beku yang
konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya dengan ketebalan dari
beberapa mm sampai bebebrapa kilometer. Penyebaran ke arah lateral sangat luas sedangkan
penyebaran ke arah vertical sangat kecil. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Dalam ilmu geologi, sill merupakan suatu batuan beku plutonik yang berbentuk tabel serta
mengintrusi suatu lapisan batuan sediment yang lebih tua atau mengintrusi lapisan batuan
sediment yang sudah terlebih dahulu terbentuk, alas lahar volkanik atau tuff, atau bahkan
sepanjang arah foliasi di dalam batuan metamorf. Istilah sill berarti lembar intrusi.
Maksudnya adalah sill tidak memotong ke seberang batuan atau lapisan sedimen yang telah
ada sebelumnya, akan tetapi berlawanan dengan dike, dimana intrusi magma memotong ke
seberang batuan yang lebih tua.
Sills selalu paralel ke daerah tuff. Pada umumnya intrusi yang dibentuk oleh sill adalah
didalam suatu orientasi horisontal, walaupun proses tektonis dapat menyebabkan perputaran
sill ke dalam dekat orientasi vertikal. sill dapat dikacaukan dengan arus lahar. Ambang yang
dipengaruhi oleh arus lahar akan menunjukkan peleburan yang parsial dan menyatu.
Salisbury Sebuah batuan curam di Edinburgh, Scotlandia, merupakan suatu sill yang secara
parsial yang ultramafic mengarahkan intrusi batuan beku sepanjang es agesCertain. layered
mafic adalah berbagai sill yang sering berisi deposit bijih penting. Contoh Precambrian
meliputi Bushveld, Insizwa, dan Dyke Yang mengintrusi kompleks selatan Afrika, Duluth
yang mengintrusi kompleks dari Atasan Daerah, dan Stillwater kompleks gunung berapi di
Amerika Serikat. Contoh Phanerozoic pada umumnya lebih kecil dan meliputi Rm peridotite
yang kompleks Scotland dan Skaergaard yang berapi-api untuk kompleks timur Greenland.
Intrusi batuan beku ini sering berisi konsentrasi emas, platina, unsur logam pelapis kran, dan
unsur-unsur jarang lain.
II.I.IV.
Lacolith
Lacolith, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang
diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan,
bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen,
maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan. Lakolit adalah magma yang
menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat
sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata. Lakolit pada
umumnya merupakan suatu variasi khusus dari sill, yang artinya bentuk batuan beku yang
menyerupai sill akan tetapi perbandingan ketebalan jauh lebih besar dibandingkan dengan
lebarnya dan bagian atasnya melengkung, membentuk seperti kubah atau magma yang
menerobos di antara lapisan bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue
serabi. Selain lakolit ada juga lapolit yang bentuknya merupakan kebalikan dari lakolit, yang
artinya bentuk batuan beku yang luas, dengan bentuk seperti lensa dimana bagian tengahnya
melengkung karena batuan dibawahnya bersifat lentur. Pada dasarnya, sebagian besar batuan
beku ini memiliki kandungan silica lebih besar dari 66%, yang artinya batuan beku ini adalah
batuan asam (felsik), misalnya granit, diorite, synit, tonalit, dan lain-lain.
II.I.V.
Lopolith
Merupakkan salah satu jenis intrusi dalam, pada struktur intrusi ini hampir mirip dengan
lakolit hanya saja arah penggerusan terhadap lapisan batuan yang dilaluinya. Lopolit
merupakan intrusi magma yang mengintrusi sejajar dengan perlapisan batuan yang
dilaluinya.
II.I.VI.
Stock
Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan
dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau
bagian atas batholit
Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke
kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku
yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya. Bentukbentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya
adalah sill, lakolit dan lopolit. Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas
dan bawahnya cekung ke atas.Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh
intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral
pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok
batuan beku fanerik.
CONTOH BATUAN PLUTONIC:
PERIDOTITE
Warna batuan
: abu-abu kehitaman
Granularitas
: fanerik
Genesa batuan
Komposisi batuan
: intrusif
:amphibole,feldspar,quartz
Jenis batuan
: Beku Ultrabasa
Nama batuan
: peridotite
BAB III
BATUAN BEKU VULKANIK
III.I.
Pengertian
Batuann Beku vulkanik merupakan batuan beku yang terbentuk merupakan hasil dari
proses cooling down Magma atau Lava. Jadi pada batuan beku khusus untuk vulkanik ini
bukan hanya hasil pembekuan magma tetapi juga lava yang berlangsung didalam tubuh
gunung api maupun dipermukaan bumi atau disebut juga intrusi dangkal (Shallow Intrusion).
Dikarenakan proses pembekuanya berada pada dalam tubuh api ataupun dipermukaan bumi,
sehingga proses pembekuanya berlangsung cepat dikarenakan langsung kontak dengan udara
maupun air yang ada dipermukaan bumi. Jika proses pembekuaan magma ini berlangsung
secara cepat maka belum sempat menngalami proses kristalisasi sempurna sehingga hanya
terbentuk kristal yang kecil-kecil ataupun glassy.
Pada batuan bekku jenis inilah kita temui jenis tekstur batuan beku yang beragam, namun
tidak untuk tekstur fanerik.
Beberapa contoh jenis testurnya :
Afanitik
Porfiritk
Glassy
III.II.
III.I.I.
mereka tidak
dari dasithingga
mengalir jauh
membentuk kubah
ini sering
mengalir
hanya melakukan
Pillow Lava
Lava bantal adalah struktur lava biasanya terbentuk ketika lava muncul dari ventilasi
vulkanik bawah laut atau gunung berapi subglacial atau aliran lava masuk laut. Namun, lava
bantal juga dapat terbentuk ketika lava yang meletus di bawah es glasial tebal. Lava kental
keuntungan kerak yang solid pada kontak dengan air, dan ini retak kerak dan merembes
gumpalan besar tambahan atau "bantal" sebagai lava lebih muncul dari aliran maju. Karena
air meliputi sebagian besar permukaan bumi dan gunung berapi sebagian besar terletak di
dekat atau di bawah badan air, lava bantal sangat umum.
III.I.III.
akan dibahas dalam mulus-sisi fragmen sudut (blok) dari lava dipadatkan bukan klinker.
Seperti arus aa, interior cair dari aliran, yang disimpan terisolasi oleh permukaan kuning
dipadatkan, menimpa reruntuhan yang jatuh dari depan aliran. Mereka juga bergerak jauh
lebih lambat menurun dan lebih tebal di kedalaman dibandingkan arus Aa.
III.I.IV.
Piroklastik
Piroklastik (berasal dari bahasa Yunani, , berarti api, dan , yang berarti rusak)
adalah bebatuan klastik yang terbentuk dari material vulkanik. Ketika material vulkanik
dikirim dan diolah kembali melalui proses mekanik, seperti dengan air atau angin, bebatuan
tersebut disebut vulkaniklastik. Piroklastik biasanya berhubungan dengan aktivitas vulkanik,
seperti
gaya
letusan
gunung Krakatau.
Piroklastik
biasanya
dibentukdari
abu
vulkanik, lapilli dan bom vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi, bergabung dengan
bebatuan di daerah tersebut yang hancur.
1.
2.
3.
piroklastik surge.
Mekanisme erupsi eksplosif yang terjadi disebabkan oleh erupsi magmatis, preato magmatis,
dan preatik. Piroklastik jatuhan mempunyai ketebalan endapan yang sama, sementara
piroklastik aliran akan menebal pada cekungan dan piroklasktik surgeadalah gabungan
keduanya.
Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan eksplosif
yang melemparkan material-material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke
bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir
menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, sebaran mengikuti topografi,
pemilahannya baik, struktur gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria,
abu, sedikit lapili dan fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan lateral
di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam matrik fluida
(gas atau cairan yang panas) yang dihasilkan oleh erupsi volkanik, material vulkanik ini
tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin
menunjukan grading normal fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin
berkurang menjauhi pusaterupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak merata
dan menebal dibagian lembah. Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus
antara aliran temperatur tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh
fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air
Endapan
surge
piroklastik
(pyroclastic
surge
deposits),
pergerakan
lateral
materialmaterial piroklastik (low concentration volcanic particles, gases, and water; rasio
partikel : gas rendah; konsentrasi partikel relatif rendah) yang mengalir dalam turbulent gas
yang panas. Pyroclastic surge dibentuk langsung dari erupsi explosif phreatomagmatic dan
phreatic (base surge) dan dalam asosiasi dengan erupsi dan emplacement pyroclastic flow
(ash cloud surge & ground surge). Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi
bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan
sedikit
menebal
di
bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi, terakumulasi dekat vent.
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang
berukuruan 2mm 64mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral
mineral augti, olivine, plagioklas.
4. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm- 1/256mm yang dihasilkan
oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi
yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api
masih dalam keadaan belum terkonsolidasi,( Endarto, Danang, 2005 )
Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)
1. Breksi piroklastik
Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh block block gunung api yang telah
mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50 % serta mengandung lebih kurang 25 % lapili
dan abu.
2. Aglomerat
Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material material dengan
kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api dimana kandungan lapili dan abu kurang
dari 25 %
3. Batu lapili
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili dengan ukuran 2 64 mm
4. Tuff
Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi, dengan kandungan
abu mencapai 75 %. Macamnya : tuff lapili, tuff aglomerat, tuff breksi piroklastik. ( Endarto,
Danang, 2005 )
GRANIDIORIT
Warna Batuan : Abu keputihan
Granularitas : Fanerik
Genesa Batuan : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Ortoklas, dan Kuarsa
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : Granodiorit
DIORIT
Warna Batuan : Putih kecoklatan
Granularitas : Afanitik
Genesa Batuan : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Ortoklas, dan Kuarsa
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : Riolit
BAB IV
REFERENSI
IV.I.
DAFTAR PUSTAKA
http://harizonaauliarahman.blogspot.com/2010/01/150-lagu-indonesia-terbaik-sepanjang
http://id.wikipedia.org/wiki/Lava
http://sourcerocks.blogspot.com
http://wikipedia.com
http://geology110.com
MAKALAH
MAGMA DAN BATUAN BEKU
Diajukan untuk memenuhi Tugas Geokimia
Semester Ganjil
Disusun Oleh :
Diah Kurnia Sari
Sugiarti Norvia
JURUSAN KIMIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
b. Hipokristalin
c. Hypohyalin
d. Holohyalin
2. Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, berbentuk sangat halus yang
tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir yaitu afanitik danfaneritik.
a. Afanitik : apabila ukuran butir individu kristal ini sangat halus, sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa
kristal, massa gelas atau keduanya.
b. Faneritik : kristal individu yang termasuk kristal faneritik dapat dibedakan menjadi ukuranukuran, yaitu
:
1) Halus, ukuran diameter 1 mm
2) Sedang, ukuran diameter 1-5 mm
3) Kasar, ukuran diameter 5-30 mm
4) Sangat kasar ukuran 30 mm
c. Porfiritik : tekstur pada batuan beku dimana kristal yang berukuran besar tumbuh bersama
dengan kristal yang berukuran kecil.
3. Bentuk Butir
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal ada tiga macam bentuk butir, yaitu
a. Euhedral, apabila bentuk Kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal yang
sempurna.
b. Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal
yang sempurna.
c. Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal yang tidak
sempurna.
2.4 JENIS BATUAN BEKU (BATUAN BEKU FRAGMENTAL DAN BATUAN BEKU
NON FRAGMENTAL)
2.4.1 BATUAN BEKU FRAGMENTAL
Batuan beku fragmental sering juga disebut dengan piroklastik (pyro = api,klastika =
butiran / pecahan). Secara defenitif batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh
proses litifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat vulkanik selama erupsi yang
bersifat eksplosif. Bahan-bahan tersebut mengalami litifikasi sebelum atau sesudah
mengalami reworking oleh air ataupun es. Bahan-bahan piroklastik secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi 6 yaitu :
1. Bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui
medium udara. Jika bahan tersebut jatuh pada lereng vulkan yang curam maka dapat terjadi
gerakan yang disebabkan oleh gravitasi. Tumpukan jatuhan piroklastik (tepra) tersebut bila
mengalami litifikasi akan menjadi batuan beku fragmental.
2. Bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi diangkut ke tempat pengendapan
dalam medium gas yang keluar bersama dengan mekanisme glowingavalance. Bahan yang
terendapkan mengalami litifikaso menjadi batuan beku fragmental. Pada jenis ini sering
ditemukan struktur mirip dengan struktur yang ada pada batuan sediment misalnya silang
siur, laminasi atau gradasi.
3. Bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat ataupun di
bawah permukaan laut kemudian diendapkan pada kondisi air yang tenang. Bahan piroklastik
tersebut tidak mengalami reworking dan tidak tercampur dengan bahan piroklastik. Pada jenis
ini tidak didapatkan strukturstruktur sediment internal dan komposisi seluruhnya adalah
bahan piroklastik. Bila dilihat daripaleoenvirontment maka jenis ini termasuk batuan sedimen
dengan provenancepiroklastik.
4. Bahan bahan piroklastik setelah dikeluarkan dari pusat erupsi jatuh pada air yang aktif
( mengalir atau bergelombang ). Sebelum mengalami litifikasi bahanbahan tersebut
mengalami reworking dan bias juga bercampur dengan bahanbahan yang bukan piroklastik.
Bahanbahan tersebut kemudian terendapkan pada suatu tempat dan mengalami litifikasi.
Pada jenis ini batuan menunjukkan adanya struktur-struktur sediment. Apabila klasifikasi
bersifat genetik maka batuan sediment tersebut merupakan provenance piroklastik.
5. Bahan bahan piroklastik setelah jatuh sebelum mengalami litifikasi, terangkut oleh media
air atau es dan diendapkan di suatu cekungan pengendapan. Pada jenis ini dapat ditemukan
adanya struktur-struktur sedimen. Apabila klasifikasi bersifat genetik maka batuan ini
termasuk batuan sediment yang memiliki provenance piroklastik.
6. Bahan bahan piroklastik yang jatuh ke bawah mengalami litifikasi, kemudian mengalami
pelapukan, tererosi dan tertansport kemudian diendapkan di tempat lain.
Jenis ini termasuk batuan sediment yang memiliki provenance piroklastik. Istilah
istilah yang sering di jumpai, yaitu :
1. Ash flow (tufls) fragmental flow.
a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen runcing
runcing hasil endapan piroklastik ( Fisher, 1960 ).
b. Ignimbrite adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas.
(MacDonald, 1972)
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terelaskan akibat deposisi pada saat masih
panas.
2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat
semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami pembatuan/litifikasi
( Fisher, 1960 ).
a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil konsolidasi material yang
mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb sebanding
atau lebih banyak dari abu vulkanik)
( widiasmoro dkk,1977 )
b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen fragmen pipih yang terelaskan, berasal dari
erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ).
c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50%
(macDonald,1972 dan Fisher,1958)
d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu vulkanik
atau bias juga lebih dominan abu volkanik
(Norton, 1917 dan MacDonald, 1972 )
e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 264 mm.
( fisher, 1961 )
f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih dominan abu
vulkanik
( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 )
g. Tuff adalah batuan yang tersusun atas abu vulkanik.
a. Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO 2, contoh : granite
dan rhyolite
b. Batuan beku intermediet, bila batuan beku tersebut mengandung 52%-66% SiO 2. Contoh
batuan ini, yaitu : diorite dan andesite
c. Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45%-52% SiO2. Contoh : basalt dan
gabro
d. Batuan beku ultrabasa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO 2.
Contoh
: peridotite dan dunite
3. Penamaan Batuan Beku
Adapun tahapan dalam penamaan batuan beku adalah
1. Tentukan jenis batuan (asam, intermediet, basa, ultrabasa) dengan mengamati warna batuan
tersebut atau mengamati kehadiran mineral kuarsa serta menghitung proporsi secara relative
dalam batuan.
2. Jika mineral kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih atau batuan tersebut memiliki warna
terang maka jenis batuannya adalah batuan beku asam.
3. Jika mineral kuarsa hadir dan kurang dari 10% atau batuan tersebut memiliki warna abu-abu
hingga gelap hitam maka jenis batuannya adalah batuan beku intermediet atau batuan beku
basa/ultrabasa. Pada batuan beku intermediet dicirikan dengan melimpahnya mineral ortoklas
dan mineral plagioklas asam.
Pada batuan beku basa/ultrabasa : dicirikan dengan melimpahnya mineral plagioklas basa.
Catatan : Plagioklas asam umumnya relative lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas
basa, tetapi pada kenyataannya
secara megaskopis sulitu untuk membedakannya. Untuk membedakannya kita melihat
persentase mineral mafic yang
utama. Dimana:
Pada batuan beku intermediet : cenderung lebih banyak mengandung amphibole dari pada
olivine dan
piroksen
Pada batuan beku basa/ultrabasa : mengandung lebih banyak olivine, pyroksen, dari pada
amphibole
4. Tentukan kelompok batuannya
komposisi
mineral
dengan
Tekstur
Mineral utama
Mineral tambahan
sodalite
Tempat terdapat
Kegunaan
Keterangan
b. Gabro (gabbro)
Warna
Tekstur
Mineral utama
: Felspar plagioklas 2/3 bagian, K-feldspar < 10 %, Ca-plagioklas,
kuarsa (SiO2) < 10%, felspatoid < 10 %
Mineral tambahan
Tempat terdapat
Kegunaan
Keterangan
: hijau, hitam
Tekstur
: faneritik, ekigranular
Mineral utama
Mineral tambahan
Tempat terdapat
Kegunaan
Kimberlit adalah peridotit dengan komposisi piroksen dan olivin, merupakan batuan induk
dimana dapat ditemukan intan.
d. Andesit (Andesite)
Warna
: abu-abu
Tekstur
: afanitik
Mineral utama
Mineral tambahan
e. Basal (Basalt)
Warna
Tekstur
: afanitik
Mineral utama
Mineral tambahan
Tempat terdapat
: retas
f. Obsidian
Warna
: hitam, hijau
Tekstur
: gelas (amorf)
Mineral utama
: Felspar 63 %, kuarsa 35 %
Keterangan
: pada permukaan sering ditemukan bentuk pecahan lokan
(choncoidal fracture), bulatan memancar (spherical body) warna putih berukuran kecil
g. Batu Apung (pumice)
Warna
Tekstur
Keterangan
: komposisi mineral sama dengan obsidian, digunakan sebagai alat
poles dan gosok (abrasive)
2.7 Cara mengidentifikasi jenis batuan beku
Tahapan pertama untuk pemberian nama batuan beku disini adalah dengan mengamati
kehadiran kuarsa bebas serta menghitung proporsi secara relative dalam batuan. Jika kuarsa
hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuannya adalah batu beku asam, sebaliknya
jika kuarsanya kurang dari 10% maka jenis batuannya adalah kalau tidak intermediate
kemungkinan lain adalah basa. Pada jenis intermediate dicirikan dengan melimpahnya
ortoklas dan plagioklas asam (sodic plagioklas). Sedangkan pada jenis basa dicirikan dengan
melimpahnya plagioklas basa (calcic plagioklas), plagioklas asam relative lebih cerah
dibanding plagioklas basa. Tetapi pada kenyataannya secara megaskopis kita sulit untuk
membedakan. Untuk membedakannya kita lihat prosentasi kandungan mineral mafik (yang
utama).
Bowen berpendapat bahwa batuan basa mengandung mineral olivine dan piroksin
lebih banyak dibanding mineral hornblende. Sebaliknya batuan menengah cenderung lebih
banyak mengandung hornblende disbanding olivine dan piroksen. Namun keadaan ini tidak
dapat selamanya dipakai, terutama pada batuan beku vulkanik. Pada batuan beku menengah
sering ditemukan piroksen, seperti pada andesit dimana kehadiran piroksen melimpah
sehingga sulit dibedakan dengan basalt. Untuk ini praktikan kembali pada prinsip W.T Huang
1962, dimana untuk batuan beku menengah banyak mengandung plagioklas asam (lebih
cerah) sedang batuan beku asam banyak mengandung plagioklas basa (lebih gelap).
BAB III
KESIMPULAN
1.
Magma adalah airan atau larutan slikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile
(cairan yang bergerak), bersuhu antara 900-1200oC atau lebih dan berasal dari kerak bumi
bagian bawah atau selubung bumi bagian atas.
2.
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan slika cair dan pijar yang
kita kenal dengan nama magma.
3.
Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari
:
senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma,
senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH 4,
CO2, HCl, H2S, dan SO2, serta unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan
merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb.
4.
Macam-macam struktur batuan beku, diantaranya : massif, pillow lava, vesicular, scoria,
amgdaloidal.
5.
Jenis batuan beku ada 2, yaitu : batuan beku fragmental dan batuan beku non fragmental.
DAFTAR PUSTAKA
Matthews III, William H, 1967, Geology Made Simple, Made Simple Books, Doubleday &
Company.Inc, Garden City, New York.
Pirrson Louis V, 1957, Rock and Rock Mineral, John Willey & Sons. Inc, New York.
Sysmes, Dr R.F, 1988, Rock and Mineral, A Dorling Kindersley Limited, London