Anda di halaman 1dari 5

ASAL-USUL MAGMA

SIKLUS BATUAN

Siklus batuan menjelaskan bahwa batuan sedimen, dan beku apabila mengalami
peningkatan/penambahan tekanan dan temperatur akan berubah secara isokimia
menjadi batuan metamorfis, kemudian kalau suhunya makin tinggi akan terjadi
peleburan batuan tersebut dan cairan tersebut disebut magma. Proses peleburan atau
anateksis tersebut menghasilkan magma kaya SiO2 atau magma asam, yang kalau
membeku akan menghasilkan mineral-mineral feldspar alkali (ortoklas), kwarsa,
plagioklas asam dan mika (biotit & muskovit).

BOWEN’S REACTION SERIES

Uraian ini menjelaskan bahwa magma yang berasal dari anateksis akan menghasilkan
magma asam (granitik). Proses ini akan terjadi pada daerah-daerah yang mempunyai
kerak (bumi) tebal yaitu di benua-benua. Lalu bagaimana dan di mana magma
basaltik atau andesitik terbentuk ?

DEFERENSIASI MAGMA

Deferensiasi magma adalah perubahan dari magma yang homogen menjadi batuan
yang komposisi kimia/mineralogi berbeda-beda. Faktor paling utama yang
bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut adalah terjadinya kristalisasi, sedang
faktor yang lain ialah liquid immiscible dan filter pressing.

Pada waduk magma yang sedang mendingin selain terjadi kristalisasi, mineral-
mineral yang mezmpunyei berat jenis lebih besar dibanding larutan akan turun dan
terakumulasi didasar waduk magma tersebut. Sudah barang tentu mineral-mineral
mafik yang mengandung unsur-unsur Fe, Mg, Ti lebih banyak akan berada pada
bagian paling bawah baru diikuti yang lebih ringan termasuk yang kaya mineral
felsik. Pengertian tersebut berarti bahwa di dalam peristiwa pendinginan magmapun
bisa terjadi struktur perlapisan, dengan catatan magmanya tidak mobile.

Apabila mineral-mineral yang sudah terbentuk dengan cara yang dijelaskan di atas
terganggau oleh arus konveksi yang sering terjadi pada magma yang mendingin, maka
sebagian dari kristal yang sudah terbentuk akan terbawa lagi ke atas oleh arus
tersebut. Kristal-kristal tersebut bisa saja larut kembali tetapi tidak jarang mereka
tidak berubah karena memang temperaturnya terlalu dingin untuk bisa melarutkan
kembali. Peristiwa inilah yang bertanggung jawab dengan terjadinya tekstur porfiritik
pada batuan yang membeku lebih akhir dan bisa jadi yang membeku di permukaan
bumi. Apabila mineral-mineral masih berkelompok (cumulat) disebut dengan
cummulo atau glomero porfiritik.

Liquid immiscibility dalam magma


Fakta menunjukkan bahwa berbagai bahan dapat bercampur menjadi larutan dalam
berbagai proporsi pada temperatur tinggi, tetapi akan terpisah pada saat pendinginan.
Penegasan pernyataan ini dalam evolusi magma adalah terbentuknya mineral mineral
pada saat pendinginan. Terbentuknya batuan yang terdiri dari olivin murni (dunit)
misalnya, membuktikan bahwa liquid berkomposisi olivin memisahkan dari larutan
yang lain. Demikian juga terjadinya mineral-mineral berbeda dalam sebuah batuan
tentu saja didahului oleh pemisahan larutan sebelum mengkristal. Dengan dasar
larutan homogen pada temperatur tinggi dan akan terpisah pada penurunan
temperatur, maka dibuatlah diagram-diagram fasa binair ataupun ternier untuk
mineral-mineral pembentuk batuan. (miscible = bercampur dengan baik)

Filter pressing
Apabila pada saat magma hampir semuanya mengkristal kemudian terjadi
deformasi, maka batuan tersebut akan terperas dan menghasilkan larutan magma yang
baru berkomposisi lebih asam. Alternatif lain, yaitu bila batuan yang sama mengalami
tarikan (tension), maka akan terbentuk pengisisn pada retakan-retakan yang terbentuk.

Penguapan keatas gelembung-gelembung gas pada magma yang sering disebut


“gaseous transfer” atau “volatile steaming” mungkin berperan penting pada magma
dangkal. Terjadinya gelembung-gelembung gas terjadi setelah fase kristalisasi
mineral-mineral anhydrous atau berkurangnya tekanan. Oleh karena kebanyakan
kebanyakan bahan-bahan padatnya anhydrous, maka gas yang ada terlarut dalam
liquid sehingga menjadi lebih ringan dan bergerak naik meninggalkan larutan pada
batuan samping yang banyak retakannya. Apabila kemudian terjadi penurunan
tekanan secara luas dan mendadak maka akan terjadi pembentukan lubang-lubang
(vesicalation) secara simultan pada seluruh magma dan melepaskan gas-gas yang
kaya akan alkali, CO2, halogen dan tentu saja uap air.

Asimilasi
Di lapangan banyak singkapan batuan beku yang mengandung inklusi material asing
(xenolith) dan seringkali menunjukkan bukti bahwa mereka telah termakan oleh
magma dengan berbagai tingkatan. Asimilasi country rock oleh magma telah
dianggap sebagai faktor yang significan dalam deferensiasi magma. Walaupun begitu
perubahan komposisi magma akibat asimilasi dianggap sangat kecil. Dalam hal ini
alasan untuk itu adalah bahwa kebanyakan magma tidak mempunyai suhu yang
sangat tinggi dan tidak berupa larutan seluruhnya, tetapi sebagian berupa kristal.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa mineral-mineral yang terletak pada bagian atas
pada Bowen’s reaction series akan mengkristal lebih dulu dari pada mereka yang
dibawahnya. Mineral-mineral basaltik di bagian atas dan mineral-mineral granitik di
bawah. Artinya magma yang berkomposisi basaltik akan bereaksi dengan batuan
samping yang bersifat granitik, tetapi tidak akan terjadi sebaliknya. Tetapi jika batuan
samping mengandung mineral-mineral yang titik leburnya lebih tinggi dari pada
larutan magmanya, pergantian unsur secara kimiawi akan terjadi bila mineral pada
batuan samping masuk dalam equilibrium terbuka dengan larutan. Sebagai contoh;
apabila magma granitik mengintrusi batuan samping gabroik maka ion-ion kalsium
akan keluar dari mineral (plagioklas, piroksen) dan larut kedalam liquid dan
digantikan oleh natrium, olivin dan piroksin dapat terubah menjadi hornblende dan
biotit, dan komposisi magma akan berubah.

TEMPAT TERBENTUKNYA BATUAN BEKU

Teori tektonik lempeng menjelaskan bahwa bumi kita ini selalu berubah. Di tengah
samodra, litosfer oceanic bergerak saling menjahui, dan di lain pihak litosfer oceanic
tersebut akan menunjam di bawah litosfer oceanic lainya atau litosfer kontinental.

Dua lingkungan tektonik yang sering disebut batas lempeng divergen dan convergen
tersebut merupakan tempat magma basaltik bergenerasi, selain pada magmatisme
intraplate (Hot-spot, continental rifting).

Meskipun magma basaltik tersebut semuanya berasal dari peleburan sebagian


(partial melting) dari mantel, tetapi himpunan batuan yang terbentuk berbeda dan
khas untuk masing-masing lingkungan tektonik.

Beberapa hal yang dianggap sebagai pemicu peleburan batuan adalah:


hilang/berkurangnya tekanan litostatik; migrasi batuan ke daerah bertekanan litostatik
lebih rendah, batuan terbawa ke daerah yang lebih panas, penambahan fluida, dan
panas dari radioaktif.

Komposisi magma basaltik dikontrol oleh komposisi peridotit dan derajat


peleburan sebagiannya. Secara umum terdapat tiga jenis basalt, yaitu:

basalt toleitik, jenuh atau sangat jenuh silika terdapat pada kerak samodra, back-arc
basin, rift dan pulau intra-oceanic

basalt alkali, tidak jenuh silika terdapat pada volkanisme intraplate dan rift

basalt orogenik, jenuh sampai tidak jenuh silika terdapat pada busur kepulauan, tepi
benua aktif dan zona collision

Tekstur

Pertama yang harus diperhatikan adalah keadaan mineral penyusun batuan.


Apabila butiran-butiran mineral dapat dilihat dan dikenali, maka batuan
diklasifikasikan sebagai faneritik, jika tidak adalah afanitik. Batuan ekstrusif yang
sering mengandung infiltrasi mineral pada lubang-lubang gasnya tidak termasuk
faneritik.

Dari ukuran butir ini dengan cepat bisa diketahui bahwa kebanyakan batuan
intrusif adalah faneritik dan batuan ekstrusif adalah afanitik. Perlu dicatat bahwa baik
batuan beku intrusif maupun ekstrusif pada umumnya memperlihatkan penurunan
ukuran butir bila mendekati kontak dengan batuan samping, bahkan terkadang
mengandung gelas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa besar/kecilnya ukuran
kristal dapat dikorelasikan dengan kecepatan pendinginan; berbutir halus bila
pendinginanya cepat dan lebih kasar bila lebih lambat. Kadang-kadang di dalam
batuan terdapat kristal-kristal yang jauh lebih besar dibanding lainya. Kristal-kristal
besar yang disebut fenokris pada umumnya dianggap mewakili tahap kristalisasi yang
lebih lambat dibanding kristal halus (masa dasar) di sekitarnya. Pengujian lebih teliti
menunjukkan bahwa pada umumnya fenokris hanya terdiri dari satu atau dua macam
mineral didalam masa dasar yang mineralnya lebih bervareasi.

Bila mineral-mineralnya terlihat dalam contoh batuan (faneritik), yang kemudian


perlu diamati/dicatat ialah keseragamannya (granularitas) dan orientasinya.
Keseragaman besar butir menunjukkan bahwa kristalisasi terjadi pada saat magma
berhenti. Orientasi mineral terbentuk bila magma mengalir selama kristalisasi
sebagian atau seluruhnya. Struktur aliran kadang-kadang bisa dideteksi dengan
kehadiran lubang-lubang gas yang memanjang atau kesejajaran fenokris atau
inklusinya. Struktur aliran ini pada umumnya terdapat pada tepian tubuh intrusi atau
didekat atap (top) atau alas (bottom) suatu aliran, sedang kesejajaran fenokris bisa
terdapat di mana saja.

Dalam beberapa hal, kita harus berhati-hati dalam menginterpretasikan struktur


aliran, sebagai contoh: batuan piroklastik jatuhan sering memperlihatkan kesejajaran
mineral karena sistem pengendapanya atau pada saat kompaksi; dalam pendinginan
intrusi yang besar sering terdapat kristal yang mengendap dan melayang (floating)
yang kemudian membentuk lapisan horizontal.

Pada batuan segar, warna batuan beku adalah warna dari macam-macam mineral
pembentuknya. Apabila batuan lapuk warnanya dipengaruhi oleh pelapukan (oxidasi
dan hydrasi) yang bisa mengubah sebagian atau seluruh mineral menjadi mineral baru
yang stabil pada kondisi atmosferik (illite, sericite/muscovite, monmorillonite,
serpentine, dan ion-ion Si, K, Na, Ca, Mg, Fe).

Anda mungkin juga menyukai