Anda di halaman 1dari 22

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 21

BAB I
DASAR TEORI
1.1 Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah
bersifat mobile, bersuhu antara 900°C - 1200 °C atau lebih dan berasal dari
kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (F.F. Grouts, 1947;
Tumer dan Verhoogen 1960, H. Williams, 1962). Komposisi kimiawi magma
dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari :
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan senyawa
oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma ,
sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO,
MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
b. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari
fraksi- fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan
minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb. Pendapat lain yaitu
magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan
mengalami proses diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain (Dally,
1933; Winkler, 1957; Vide W. T. Huang, 1962). Serta terdapat pandapat
bahwa ada dua jenis magma primer, yaitu basaltis dan granitis, dan
batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini yang
kemudian mempunyai komposisi lain (Bunsen, 1951; W. T. Huang, 1962).
Evolusi magma adalah magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat
lain oleh proses-proses sebagai berikut :
a. Hibridasi, merupakan pembentukan magma baru karena pencampuran
dua magma yang berlainan jenisnya.
b. Sinteksis, merupakan pembentukan magma baru karena proses asimilasi
dengan batuan samping.
c. Anateksis, merupakan proses pambentukan magma dari peleburan batuan
pada kedalaman yang sangat besar. Dari magma dengan kondisi tertentu
ini selanjutnya mengalami differensiasi magma. Differensiasi magma ini
meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal yang

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024 21
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 22

homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi
yang bervariasi.
Proses-proses differensiasi magma meliputi :
a. Fragsinasi, merupakan pemisahan kristal dari larutan magma, karena
proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu
pendinginan tidak dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur
dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
b. Crystal Settling/Gravitational Settling, merupakan pengendapan kristal
oleh gravitasi dari kristal -kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan
memperkaya magma pada bagian dasar. Disini mineral silikat berat
akan terletak dibawah mineral silikat ringan.
c. Liquid Immisibility , merupakan proses dimana larutan magma yang
mempunyai suhu rendah akan pecah me njadi larutan yang masing -
masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen.
d. Crystal Flotation , merupakan pengembangan kristal ringan dari sodium
(Na) dan potassium (K) yang akan memperkaya magma pada bagian
atas dari dapur magma.
e. Vesiculation , merupakan proses dimana magma yang mengandung
komponen seperti CO2 , SO2 , S2 , Cl2, dan H2O sewaktu naik ke
permukaan membentuk gelembung - gelembung gas dan membawa
serta komponen volatile Sodium (Na) dan Potasium (K).
f. Diffusion , merupakan proses dimana bercampurnya batuan dinding
dengan magma didalam dapur magma secara lateral.
1.2 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair,
pijar, yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan
kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, senyawa kimia
yang terkandung dan susunan mineraloginya (Suharwanto, 2018). Batuan beku
merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari
selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan
bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur bertambah dengan 300 C

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 23

setiap kilometer kedalaman (geothermal gradient) . Bahan yang lebur ini, atau
magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai
jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai
lava, dan didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku
dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif.
Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya batuan beku
dapat dibagi atas :
a. Batuan ekstrusi
Sering juga disebut dengan batuan vulkanik. Batuan beku sebagai
hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi baik
di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di
permukaan, masa tersebut membeku relatif cepat dengan melepaskan
kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran
dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Umumnya memiliki penampakan
berbentuk butiran kecil dan bentuk tidak beraturan. Magma yang keluar di
permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan Lava Pahoehoe.
Lava Aa terbentuk dari masa yang kental sedangkan lava Pahoehoe
terbentuk oleh masa yang encer.
b. Batuan intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Biasa
disebut dengan batuan plutonik. Terbentuk akibat pembentukan mineral
yang mengkristal pada suhu tinggi. Penampakan umum yang dimiliki
batuan intrusi adalah bentuk kristal mineralnya dapat terlihat dengan mata
telanjang. Kristalisasi mineral1 berdasarkan Bown series. Ukuran
mineralnya kasar, > 1 mm sampai 5 mm. Beberapa prinsip tipe bentuk
intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :
 Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak
diketahui batas bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km2
disebut batholite, yang kurang dari 100 km2 dikenal dengan stock
sedangkan yang lebih kecil dan relatif membulat disebut boss.
 Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda. Yang
memotong struktur setempat atau memotong batuan disebut

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 24

diskordan (discordant igneous plutons) adalah dyke/korok,


sedangkan yang menerobos sejajar dengan batuan disebut
konkordan (concordant igneous plutons) adalah sill dan laccolith
(membumbung dibagian tengahnya).
 Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan
intrusi silinder atau pipa.
1.2.1 Pembentukan Batuan Beku
Seri reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua
bagian. Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam 2 (dua)
kelompok besar yaitu :
- Golongan mineral gelap atau mafik mineral
- Golongan mineral terang atau felsik mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara
perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan temperatur ini disertai
mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang
sesuai dengan temperaturnya.
Berdasarkan reaksi Bowen, sebelah kiri mewakili mineral-mineral
mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi
adalah olivine. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2 maka
piroksen-lah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan piroksen
merupakan pasangan “incongruent melting”, dimana setelah
pembentukannya olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk
piroksen. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotit, dibentuk dalam
temperatur yang rendah.
Mineral di sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas,
karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Reaksi
berubahnya komposisi plagioklas ini merupakan deret “solid solution”
yang merupakan reaksi kontinu, artinya kristalisasi plagioklas, Ca-
plagioklas, Na-plagioklas jika reaksi setimbang akan berjalan menerus.

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 25

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral


potassium feldspar dan menerus ke mineral muskovite dan terakhir
adalah mineral kwarsa. Maka mineral kwarsa merupakan mineral yang
paling stabil di antara seluruh mineral felsik atau mineral mafik, dan
sebaliknya mineral yang pertama terbentuk pertama kali adalah mineral
yang sangat tidak stabil dan mudah sekali berubah menjadi mineral lain.
Dari segi tekstur, mineral-mineral yang terbentuk pada awal
kristalisasi pada temperatur tinggi akan mendingin secara perlahan,
menghasilkan kristal mineral berukuran kasar. Sebaliknya mineral yang
terbentuk pada temperatur rendah dan mendingin secara cepat akan
menghasilkan mineral-mineral berukuran halus.

Gambar 2.1 Bowen’s Reaction (Reaksi bowen)


(Sumber: www.studyblue.com)

1.2.2 Komposisi Mineral


Walter T. Huang, 1962, mengelompokan mineral ke dalam 3
kelompok yaitu :
A. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi
magma, dan kehadirannya sangat menentukan dalam penamaan
batuan. Berdasarkan warna dan densitasnya mineral tersebut
dikelompokkan menjadi dua yaitu :

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 26

1. Mineral felsik (mineral berwarna terang dengan densitas rata-


rata 2,5-2,7), yaitu :
- Kuarsa (SiO2)
- Kelompokan feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K,
Na) AlSiSO8. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin,
orthoklas, anorthoklas, adularia, dan mikrolin. Seri
plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesine, labradorit,
bitownit, dan anorthite.
- Kelompok feldsfatoid ( Na, K Alumnia silikat ), terdiri
dari nefelin, sodalit, leusit.
2. Mineral mafik (mineral-mineral ferromagnesian dengan warna
gelap dan densitas rata-rata 3,0-3,6), yaitu :
- Kelompok olivin, terdiri dari Fayalite dan Forsterite
- Kelompok piroksen, terdiri dari Enstatite, Hiperstein,
Augit, Pigeonit, Diopsid.
- Kelompok mika terdiri dari Biotit, Muskovit, Plogopit.
- Kelompok Ampibhole terdiri dari Anthofilit, Kumingtonit,
Hornblende, Rieberkit, Termolit-Aktinolit, Glaukofan dll.
B. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat
dari hasil pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil
metamorfisme terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian
mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan
magma (non pirogenetik). Mineral sekunder terdiri dari :
- Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderite), dapat
terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas. Kelompok
serpentine (antigorit dan kristofil), umumnya terbentuk dari
hasil ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan
piroksen).
- Kelompok klorit (prokhlor, talk), umumnya terbentuk dari
hasil ubahan mineral kelompok plagioklas.
- Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas.

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 27

- Kelompok kaolin (kaolin, hallosyte), umumnya ditemukan


sebagai hasil pelapukan batuan beku.
C. Mineral Tambahan (Accesory Minerals)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi
magma, umumnya dalam jumlah sedikit. Apabila hadir dalam
jumlah banyak, tetap saja tidak mempengaruhi penamaan batuan.
Termasuk dalam golongan ini antara lain : Hematit, kromit, spene,
muskovit, rutile, magnetit, zeolite, apatit dan lain-lain.
1.2.3. Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar,
seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), lava
bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan
sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur
batuan beku adalah :
A. Struktur Batuan Beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala
besar, seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut),
lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur
batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-
macam struktur batuan beku adalah :
 Masif, apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran atau
jejak gas, atau tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain
yang tertanam dalam tubuhnya.
 Lava bantal (pillow lava), merupakan struktur yang
dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh
masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah
umumnya antara 30-60 cm dan jaraknya berdekatan, khas
pada vulkanik bawah laut.
 Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tersusun
secara tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang
menjadi “columnar jointing”

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 28

 Vesikuler, merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-


lubang dengan arah teratur. Lubang ini terbentuk akibat
keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung.
 Skoria, seperti vesikuler tetapi tidak menunjukan arah yang
teratur.
 Amigdaloidal, struktur dimana lubang keluarnya gas terisi
oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolite, karbonat dan
bermacam silika.
 Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu
fragmen batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan
beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak
sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang
menerobos.
 Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan
fragmen- fragmen dari lava itu sendiri.
B. Tekstur Batuan Beku
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai
hubungan antara massa kristal dengan massa gelas yang membentuk
massa yang merata dari batuan. Selama pembentukan tekstur
tergantung pada kecepatan dan orde kristalisasi. Dimana keduanya
sangat tergantung pada temperature, komposisi kandungan gas,
viskositas magma dan tekanan. Dengan demikian tekstur merupakan
fungsi dari sejarah suatu pembentukan batuan beku. Dalam hal ini
tekstur menunjukkan derajat kristalisasi, ukuran atau granularitas
dan kemas (W.T.Huang dalam Suharwanto,2018).
1. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara
massa kristal dan massa gelas dalam batuan. Dikenal tiga kelas
derajat kristalisasi, yaitu :
 Holokristalin, apabila batuan tersusun seluruhnya oleh massa
kristal

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 29

 Hipokristalin, apabila batuan tersusun oleh massa gelas dan


massa kristal
 Holohialin, apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa
gelas
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan
beku, dapat sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun
dengan menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu :
 Afanitik, dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu
kristal sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan
mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun
atas massa kristal, massa gelas atau keduanya.
 Fanerik, kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
o Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 smm
o Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm - 5 mm
o Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm - 30 mm
o Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
Derajat kristalisasi dan granularitas dipengaruhi oleh
komposisi kimia magma yang akan mempengaruhi viskositas,
kecepatan pendinginan dan kedalaman sebagai fungsi tekanan.
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan
kristal dalam suatu batuan.
 Bentuk Butir
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga
macam :
 Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral
mempunyai bidang kristal yang sempurna
 Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral
dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 30

 Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral


dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang tidak
sempurna.
 Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang
lain dalam suatu batuan. Dari segi ukuran dikenal :
1. Granular atau Equigranular, apabila mineral
mempunyai ukuran butir yang relatif seragam
2. Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran
butir tidak sama.
1.2.4 Klasifikasi dan Penamaan Batuan
A. Klasifikasi Berdasarkan Kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (C.J.
Hughes,1962), dan dibagi dalam empat golongan , yaitu :
1. Batuan beku asam , bila batuan beku tersebut mengandung lebih
66 % SiO2. Contoh batuan ini Granit dan Riolit.
2. Batuan beku menengah atau intermediet, bila batuan tersebut
mengandung 52% -66% SiO2. Contoh batuan ini adalah Diorit
dan Andesit.
3. Batuan beku basa, bila batuan tersebut mengandung 45% - 52%
SiO2. Contoh batuan ini adalah Gabro dan Basalt.
4. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung
kurang dari 45% SiO2 . Contoh batuan tersebut adalah Peridotit
dan Dunit.
B. Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukan
perbandingan dengan mineral felsik. S.J. Shand, 1943 membagi
empat macam batuan beku, yaitu :
1. Leucocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30%
mineral mafik.
2. Mesocratic rock, bila batuan tersebut mengandung 30%-60%
mineral mafik.

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 31

3. Melanokratic rock, bila batuan beku tersebut menandung 60%-


90% mineral mafik.
4. Hipermelanic rock, bila batuan beku tersebut menandung lebih
dari 90% mineral mafik
Sedangkan S.J. Elis, 1948 membagi empat golongan tekstur
pula, yaitu:
1. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%
2. Intermediet, untuk batuan beku dengan indeks warna 10%-40%
3. Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40%-70%
4. Ultra Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari
70%
1.3 Dasit
Dasit adalah batuan beku intermediet. Terbentuk di atas permukaan bumi.
Kuarsa dan feldspar merupakan unsur pokok dasit. Terkstur dasit adalah butiran
halus, dengan demikian memiliki tekstur porfiritik. Granuralitasnya fanerik.
Kristal yang terbentuk dapat dari anhedral hingga euhidral (Simon, 1998:284).
Biasanya lingkungan pembentuk dari batuan dasit adalah pada aliran lava, dike
dan kubah-kubah kecil, serta apophises (Simon, 1983). Terbentuk pada suhu
1200ºC-900ºC, dari kristalisasi asam atau magama menengah dalam intrusi

minor. Dasit terletak di antara riolit dan andesit dalam komposisi.


(Sukandarrumidi, 2009).
1.4 Granodiorit
Granodiorit adalah batuan diantara batuan beku intrusif yang paling
melimpah dan bersifat masif. Transisi antara granit dan diorit disebut sebagai
granodiorit dan mempunyai warna yang relatif lebih gelap. Batuan granodiorit
yang mirip dengan granit memiliki butiran dari menengah sampai kasar, ia
memiliki lebih banyak plagioclas feldspar dari orthoclase feldspar. Granodiorit
dapat memiliki warna merah muda atau putih dengan ukuran butir dan tekstur
yang mirip dengan granit, tapi plagioclas umumnya membuat granidiorite
terlihat lebih gelap, dan hornblende dan biotit yang sering hadir memberikan
penampilan yang berbintik-bintik. Kekuatan tekan 1000-2.500 kg/cm2, derga,
berat jenis 2,6-2,9 (Sukandarrumidi,1987).

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 32

Bentuk kemas dari granodiorit ini adalah anhedral dan tidak menutup
kemungkinan euhedral. Granidiorit memiliki dua warna dan kandungan berbeda
granodiorit putih dan granodiorit merah muda. Granodiorit putih memiliki
kandungan silika dibawah kandungan granit pada antara 55% sampai 65%.
Diantara bentuk granodiorit putih ini memiliki kandungan tinggi quartz abu-abu
dan feldspar putih. Granodiorit merah muda memiliki kandungan quartz,
plagioklas dan jumlah alkali feldspar yang rendah. Granodiorit memiliki jenis
batuan intermediet (Pellant,1998).
Batuan ini terjadi dari proses pembekuan magma bersifat asam, terbentuk
jauh di dalam kulit bumi sehingga disebut sebagai batuan dalam. Terbentuknya
kira-kira 3-4km di bawah permukaan bumi, bahkan sampai pada jarak 15-50km
di dalam bumi. Bentuk intrusi dapat berupa batholit, lakolit maupun phacolit.
Dari kandungan mineralnya yang banyak diisi oleh mineral primer, batuan ini
terbentuk pada suhu sekitar 1200ºC-900ºC (Sukandarrumidi, 2009).

1.5 Granit
Granit memiliki Komposisi mineral dari K-feldspar 60%, kuarsa 30%, mika
dan hornblende. Granit memiliki jenis batuan plutonik yaitu batuan yang
membeku didalam permukaan bumi (Pellant, 2010). Warna batuan granit
bermacam-macam antara lain merah, coklat, abu-abu atau kombinasi
diantaranya. Granit memiliki kenampakan holokristalin dan porfiritik.
Komposisi utama granit adalah kuarsa, K-feldspar (khususnya ortoklas dan
mikroklin), plagioklas (terutama albiteoligoklas), biotit dan mika, mineral
penyusunnya antara lain magnetit, ilmenit, pirit, zirkon, allanit, turmalin kadang-
kadang didapatkan muskovit, hornblende, piroksen dan garnet. Granit memiliki
kekuatan tekan 1000-2.500 kg/cm2 dan berat jenis 2,6-2,9. Batuan granit terjadi
dari proses pembekuan magma bersifat asam, terbentuk jauh di dalam kulit bumi
sehingga disebut batuan dalam. Terbentuknya kira-kira 3-4km di bawah
permukaan bumi, bahkan sampai pada jarak 15-50km di dalam bumi. Bentuk
intrusi dapat berupa batholit, lakolit maupun phacolit. Karena membekunya jauh
di dalam bumi, bentuk dan ukuran mineral pembentuknya besar-besar dan
mudah dibedakan antara mineral satu dengan lainnya. Kenampakan demikian
dikenal dengan istilah holokristalin porifitik (Sukandarrumidi, 1987). Granit

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 33

memiliki bentuk butir berupa anhedral atau pun euhedral, hubungan antar
mineral yaitu relasi granit adalah inequigranular sehingga tidak berarturan.
Mineral granit memiliki struktur batuan adalah masif. Granit yang mengandung
perthite mengkristal atau membentuk pada kurun waktu yang relatif cepat,
sedangkan yang mengandung dua feldspar terpisah membeku pada suhu rendah,
waktu lambat dan di bawah tekanan tinggi (Simon, 1978).

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 34

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasit

Gambar 2.2 Dasit


(Koleksi Pribadi)

Sampel yang diamati di lab mempunyai panjang 7,2 cm, lebar 5,5 cm,
dan tinggi 5,3 cm. Sampel batuan yang diamati berwarna abu-abu terang dan
merupakan batuan beku ekstrusif dengan struktur masif. Derajat kristalisasi
sampelnya adalah hipokristalin dimana sampel tersebut tersusun atas mineral
dan masa dasar gelas, dengan granularitas fanerik dan bentuk butir subhedral
dimana tidak seluruh kristal mempunyai bentuk yang utuh atau sempurna.
Batuan ini banyak tersusun oleh mineral kuarsa dan plagioklas asam. Dengan
prosentase mineral kuarsa 15%, mineral plagioklas 60%, mineral ortoklas 13%
mineral hornblende 7%, dan mineral lain sebanyak 5%. Ciri khas batuan ini
yaitu mineralnya yang cenderung besar dan berbentuk segiempat. Pada batuan
ini terlihat ukuran kristal yang tidak teratur yang membuktikan bahwa dasit
merupakan batuan beku ekstrusif dan mineral yang berukuran besar
membuktikan bahwa proses pembekuannya lambat. Proses pembekuan lambat
adalah ciri dari magma granitik (asam) karna sifatnya yang cair dan mudah
menyebar ketika ada di permukaan bumi. Proses pembekuan lambat juga
dibuktikan dengan melimpahnya mineral kuarsa dan plagioklas. Kuarsa adalah
mineral yang terbentuk terakhir dari Reaksi Bowen di suhu 600˚C. Untuk
mencapai suhu tersebut dibutuhkan waktu yang lama. Dan ketika menuju suhu
600˚C maka terbentuklah mineral lain seperti plagioklas asam, hornblende
(walaupun prosentasenya kecil).

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024 34
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 35

Dasit juga memiliki kekerasan dan kekuatan yang tinggi. Hal ini
dikarenakan melimpahnya mineral plagioklas dan kuarsa. Keduanya merupakan
mineral dengan resistensi tinggi karena struktur kimianya yang relatif stabil.
Sehingga dasit cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, arsitektur,
ataupun dalam pembuatan jalan. Namun hanya dimanfaatkan dalam kondisi
tertentu saja mengingat harganya yang relatif tinggi dan lokasi penambangannya
yang terlampau jauh serta cadangan yang tidak terlalu besar. Kebanyakan dasit
dimanfaatkan sebagai penghias dinding karena motifnya yang unik. Persebaran
dasit di Indonesia tersebar di daerah Sumatera dan Jawa disepanjang deretan
gunung api. Di sekitar gunung api banyak terbentuk mineral mineral penyusun
utama batuan dasit, yaitu mineral kuarsa dan plagioklas yang terbentuk dari
kristalisasi magma. Batuan beku dasit persebarannya dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia, diantaranya di Trenggalek (Jawa Timur), Sekayan,
Sanggau (Kalimantan Barat), Lampung Utara (Lampung) dan beberapa daerah
di Indonesia lainnya (Sukandarrumudi, 2009).
2.2 Granodiorit

Gambar 2.3 Granodiorit


(Koleksi Pribadi)

Pada pengamatan di laboratorium, batuan yang diamati berwarna abu-abu


merupakan jenis batuan plutonik dan memiliki struktur masif. Batuan ini
memiliki ukuran dengan panjang 8,4 cm, lebar 7,8 cm, tinggi 2,7 cm. Tekstur
pada batuan ini meliputi derajat kristalisasi yaitu holokristalin dengan relasi
inequigranular. Batuan ini memiliki ukuran butir berupa fanerik sedang yang
berdiameter 1 mm sampai 5 mm dan kemas yang dimiliki adalah bentuk butir
anhedral. Pengujian dengan tetesan HCl menghasilkan bahwa batuan ini tidak
menghasilkan buih karena tidak memiliki senyawa karbonat. Batuan ini
Nama : Aliendina Jwalita
NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 36

memiliki komposisi mineral hornblende sebanyak 20%, orthoklas sebanyak


10%, plagioklas sebanyak 10%, piroksen sebanyak 10%, kuarsa sebanyak 5%,
dan mineral lainnya sebanyak 5%. Transisi antara Granit dan Diorit ini disebut
sebagai Granodiorit yang mempunyai warna reatif lebih gelap. Namun terdapat
beberapa perbedaan antara granit dan granodiorit. Granit lebih bersifat asam,
warnanya lebih terang, lebih kuat daripada granodiorit, hal ini karena kandungan
silikanya lebih banyak granit. Granit mengandung lebih banyak mineral
orthoklas daripada plagioklasnya. Sedangkan granodiorit lebih banyak
kandungan plagioklasnya. Warna granodiorit juga lebih gelap karena banyak
mengandung mineral biotit, hornblende, dan piroksen yang sifat mineralya
memiliki warna hitam. Dilihat dari kandungan mineralnya, suhu pembentukan
granit relatif lebih rendah daripada batuan granodiorit. Walaupun secara
keseluruhan granit dan granodiorit memiliki beberapa persamaan, yaitu sama-
sama bersifat asam. Namun karena batuan granodiorit ini merupakan batuan
transisi antara granit menuju ke diorit, maka tetap memiliki perbedaan dan
persamaan tertentu dengan granit dan diorit.
Warna dari batuan yang diamati adalah abu-abu sedikit gelap dengan bintik-
bintik putih yang merata, hal ini disebabkan oleh kandungan mineral
hornblende, piroksen dan plagioklas yang cukup mendominasi, mineral ini
termasuk dalam mineral-mineral intermediate yang mengkristal pada suhu
1200ºC-900ºC. Cenderung berwarna gelap karena banyak mengandung unsur Fe

dan Mg. Derajad kristalisasi berupa holokristalin karena hanya memiliki massa
kristal. Batuan ini digolongkan ke dalam jenis plutonik atau intrusi karena
terbentuk di bawah permukaan bumi, diperlihatkan oleh tekstur yang kasar dan
bentuk mineralnya utuh serta terbentuk secara hampir sempurna. Batuan yang
diamati tidak memiliki bekas gas vulkanik dan tidak ada fragmen batuan lain di
dalamnya, sehingga strukturnya digolongkan masif.
Bentuk butirnya digolongkan menjadi anhedral karena saat diamati, bentuk
mineral yang menyusun batuan ini tidak sempurna bulat ataupun persegi, hal ini
dikarenakan suhu saat proses kristalisasi mineralnya tidak tepat sesuai yang
dibutuhkan mineral tersebut, bisa juga karena waktu kristalisasi mineralnya
relative lebih cepat sehingga tidak bisa mengkristal dengan sempurna.

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 37

Sedangkan granularitasnya fanerik karena butiran mineralnya dapat diamati


dengan mata telanjang, mineral yang bisa diamati ini disebabkan oleh proses
pembentukan batuan yang berada di dalam permukaan bumi dengan suhu
relative tinggi sehingga mineral penyusunnya masih bisa terbentuk dengan
ukuran cenderung besar. Relasi dari batuan ini adalah inequigranular, karena
ukuran butirannya tidak seragam.
Karena mineral penyusunnya banyak mengandung unsure Fe dan Mg serta
termasuk dalam Bowen series maka granodiorit merupakan batuan yang cukup
keras dan tahan terhadap pukulan. Hal ini mendukung penggunaan batuan
granodiorit sebagai pemberat jalan dan batuan di trotoar. Sekarang ini, banyak
rumah-rumah yang menggunakan granodiorit sebagai ubin, pelapis bangunan
maupun meja kerja. Granodiorit banyak ditemukan di kawasan gunung berapi
karena kandungan mineral yang mengkristalisasi di suhu yang tinggi dan berasal
dari magma. Batuan granodiorit di Indonesia pada umumnya berumur
Mesozoikum. Beberapa tempat yang telah diketahui keberadaannya antara lain
di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Sukandarrumidi, 2009).
2.3 Granit

Gambar 2.4 Granit


(Koleksi Pribadi)
Hasil pengamatan sampel batuan di laboratorium mineralogi petrologi,
batuan ini memiliki panjang 5,9 cm, lebar 4,5 cm, dan tinggi 3,1 cm. Berwarna
abu-abu kecoklatan dan termasuk batuan beku plutonik (intrusive). Batuan ini
berstruktur masif. Memiliki tekstur berupa derajat kristalisasi yang holokristalin,
granularitasnya fanerik sedang. Sedangkan kemas relasinya adalah
inequigranular dan bentuk butirnya anhedral. Berdasarkan pengamatan, batuan

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 38

ini memiliki komposisi mineral kuarsa (40%), orthoklas (20%), plagioklas


(35%), dan mineral lain (5%).
Warna abu-abu kecoklatan yang dimiliki batuan ini didapat dari kandungan
mineral kuarsa dan plagioklasnya yang tinggi. Granit memiliki beberapa
persamaan dengan batu granodiorit, batuan ini terbentuk jauh di dalam kulit
bumi sehingga disebut dengan batuan dalam. Karena membekunya jauh di dalam
kulit bumi, maka bentuk dan ukuran mineral pembentuknya besar-besar dan
mudah dibedakan antara mineral yang satu dengan lainnya sebagai penyusun
batuan granit, oleh karena itu granularitasnya fanerik sedang. Derajat
kristalisasinya holokristalin karena massa dasarnya keseluruhan adalah massa
kristal.
Ketika terbentuk, batuan ini tidak dilewati oleh jejak gas vulkanik dan tidak
memiliki fragmen batuan di dalamnya, sehingga digolongkan dalam struktur
masif. Karena mineral pembentuk utamanya mengandung mineral kuarsa,
plagioklas dan orthoklas yang cukup kuat dan tahan pukulan, maka batuan ini
banyak digunakan sebagai konstruksi gedung-gedung, jembatan, paving,
monument, lantai ataupun ornament dinding. Mineral pembentuknya cenderung
kuat karena mengkristal pada suhu yang rendah dan mengandung unsur silica
yang tinggi. Batuan granit banyak ditemukan di pulau Sumatra dan Jawa seperti
di daerah pinggiran pantai dan di pinggiran sungai besar ataupun di dasar sungai.
Batu-batu tersebut muncul ke permukaan karena adanya proses abrasi atau
pengikisan lapisan permukaan bumi. Dari sini, sangat mungkin batu granit
ditemukan di sekitaran samudra, pantai atau sungai. Namun area lempeng
tektonik juga merupakan lokasi umum penemuan batu granit dimana area ini
mendukung proses kimiawi terbentuknya batu granit. Secara alami, batu granit
ditemukan dalam ukuran yang besar, kokoh dan keras. Kegiatan pertambangan
granit menyebabkan perubahan pada sifat fisik tanah yaitu berupa kenaikan bulk
density; serta mengalami penurunan pada porositas tanah, air tersedia, dan
permeabilitas. Selain itu, kegiatan pertambangan granit menyebabkan perubahan
pada sifat kimia tanah yaitu berupa kenaikan pH, Fe, dan Zn; serta penurunan
kandungan C-Organik, KTK, NTotal, P-Bray, K, Ca, Mg, Na. Dan, kegiatan
pertambangan granit menyebabkan perubahan pada sifat biologi tanah yaitu

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 39

berupa kenaikan jumlah fungi tanah, total bakteri pelarut P, dan total respirasi
tanah; serta penurunan total mikroorganisme tanah.
Batuan granit umumnya berumur mesozoikum. Beberapa tempat yang telah
diketahui keberadaannya antara lain di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat,
Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan (Sukandarrumidi, 2009).

BAB III
KESIMPULAN
Nama : Aliendina Jwalita
NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 40

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium mineralogi dan


petrologi pada beberapa sampel mineral dapat di tarik kesimpulan :
3.1 Dasit
Batuan dasit berwarna abu-abu dengan jenis batuan beku asam vulkanik
(ekstrutif). Batuan dasit memiiki struktur masif, derajat kristalisasinya
hipokristalin dengan granularitas fanerik sedang sampai kasar serta memiliki
kemas relasi inequegranular dan kemas bentuk butir subhedral sampai anhedral.
Komposisi yang terkandung didalam batuan dasit yaitu mineral kuarsa,
plagioklas, ortoklas, hornblende, dan mineral lain. Saat dasit ditetesi HCl tidak
berbuih. Nama batuan dasit.
3.2 Granodiorit
Batuan granodiorit berwarna abu-abu terang dengan jenis batuan beku asam
plutonik (intrusif). Batuan granit memiiki struktur masif, derajat kristalisasinya
holokristalin dengan granularitas fanerik sedang serta memiliki kemas relasi
inequigranular dan kemas bentuk anhedral. Komposisi yang terkandung didalam
batuan granodiorit yaitu mineral kuarsa, plagioklas, ortoklas, hornblende,
piroksen, dan mineral lain. Saat granodiorit di tetesi HCl tidak berbuih. Nama
batuan granodiorit.
3.3 Granit
Berwarna abu-abu terang dengan jenis batuan beku plutonik (intrusif). Batuan
granit memiliki struktur masif, derajat kristalisasinya holokristalin dengan
granularitas fanerik sedang serta memiliki kemas relasi inequigranular dan
kemas bentuk anhedral. Komposisi yang terkandung didalam batuan granit yaitu
mineral kuarsa, plagioklas, orthoklas, hornblende, dan mineral lain. Saat granit
di tetesi HCl tidak berbuih. Nama batuan granit.

Nama : Aliendina Jwalita 40


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 41

DAFTAR PUSTAKA

Deer,W.A. & Howie,R.A. & Zussman,J.1992.An Introduction to the Rock


Forming Minerals ,2nd Edition.Longmann Scientific anf Technical :
London

Hamblin, W. Keneth. 2009. Earth Dynamic System 10thEdition. United State


of America: Prentince Hall

Mawardi. 2008. Modul Deskripsi Mineralogi. Yogyakarta : SMK Negeri 2


Depok Sleman

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : Program Studi Teknik


Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan

Pellant, Christ. 1992. Rocks And Minerals. London : Dorling Kindersley


Limited

Suharwanto. 2017. Penuntun Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta:


Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta

Sukandarurumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta Gadjah Mada


University Press.

Nama : Aliendina Jwalita


NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 42

NIM : 114170024
Plug :2

Anda mungkin juga menyukai