BAB I
DASAR TEORI
1.1 Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah
bersifat mobile, bersuhu antara 900°C - 1200 °C atau lebih dan berasal dari
kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (F.F. Grouts, 1947;
Tumer dan Verhoogen 1960, H. Williams, 1962). Komposisi kimiawi magma
dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari :
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan senyawa
oksida dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma ,
sehingga merupakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO,
MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
b. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari
fraksi- fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan
minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb. Pendapat lain yaitu
magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan
mengalami proses diferensiasi menjadi magma yang bersifat lain (Dally,
1933; Winkler, 1957; Vide W. T. Huang, 1962). Serta terdapat pandapat
bahwa ada dua jenis magma primer, yaitu basaltis dan granitis, dan
batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini yang
kemudian mempunyai komposisi lain (Bunsen, 1951; W. T. Huang, 1962).
Evolusi magma adalah magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat
lain oleh proses-proses sebagai berikut :
a. Hibridasi, merupakan pembentukan magma baru karena pencampuran
dua magma yang berlainan jenisnya.
b. Sinteksis, merupakan pembentukan magma baru karena proses asimilasi
dengan batuan samping.
c. Anateksis, merupakan proses pambentukan magma dari peleburan batuan
pada kedalaman yang sangat besar. Dari magma dengan kondisi tertentu
ini selanjutnya mengalami differensiasi magma. Differensiasi magma ini
meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal yang
homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi
yang bervariasi.
Proses-proses differensiasi magma meliputi :
a. Fragsinasi, merupakan pemisahan kristal dari larutan magma, karena
proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu
pendinginan tidak dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur
dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
b. Crystal Settling/Gravitational Settling, merupakan pengendapan kristal
oleh gravitasi dari kristal -kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan
memperkaya magma pada bagian dasar. Disini mineral silikat berat
akan terletak dibawah mineral silikat ringan.
c. Liquid Immisibility , merupakan proses dimana larutan magma yang
mempunyai suhu rendah akan pecah me njadi larutan yang masing -
masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen.
d. Crystal Flotation , merupakan pengembangan kristal ringan dari sodium
(Na) dan potassium (K) yang akan memperkaya magma pada bagian
atas dari dapur magma.
e. Vesiculation , merupakan proses dimana magma yang mengandung
komponen seperti CO2 , SO2 , S2 , Cl2, dan H2O sewaktu naik ke
permukaan membentuk gelembung - gelembung gas dan membawa
serta komponen volatile Sodium (Na) dan Potasium (K).
f. Diffusion , merupakan proses dimana bercampurnya batuan dinding
dengan magma didalam dapur magma secara lateral.
1.2 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair,
pijar, yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan
kepada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, senyawa kimia
yang terkandung dan susunan mineraloginya (Suharwanto, 2018). Batuan beku
merupakan kumpulan (aggregate) dari bahan yang lebur yang berasal dari
selubung bumi (mantel). Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan
bahan ini berasal dari dalam bumi, dimana temperatur bertambah dengan 300 C
setiap kilometer kedalaman (geothermal gradient) . Bahan yang lebur ini, atau
magma, adalah larutan yang kompleks, terdiri dari silikat dan air, dan berbagai
jenis gas. Magma dapat mencapai permuakaan, dikeluarkan (ekstrusi) sebagai
lava, dan didalam bumi disebut batuan beku intrusif dan yang membeku
dipermukaan disebut sebagai batuan beku ekstrusif.
Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya batuan beku
dapat dibagi atas :
a. Batuan ekstrusi
Sering juga disebut dengan batuan vulkanik. Batuan beku sebagai
hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi baik
di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di
permukaan, masa tersebut membeku relatif cepat dengan melepaskan
kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran
dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Umumnya memiliki penampakan
berbentuk butiran kecil dan bentuk tidak beraturan. Magma yang keluar di
permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava Aa dan Lava Pahoehoe.
Lava Aa terbentuk dari masa yang kental sedangkan lava Pahoehoe
terbentuk oleh masa yang encer.
b. Batuan intrusi
Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Biasa
disebut dengan batuan plutonik. Terbentuk akibat pembentukan mineral
yang mengkristal pada suhu tinggi. Penampakan umum yang dimiliki
batuan intrusi adalah bentuk kristal mineralnya dapat terlihat dengan mata
telanjang. Kristalisasi mineral1 berdasarkan Bown series. Ukuran
mineralnya kasar, > 1 mm sampai 5 mm. Beberapa prinsip tipe bentuk
intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :
Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak
diketahui batas bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km2
disebut batholite, yang kurang dari 100 km2 dikenal dengan stock
sedangkan yang lebih kecil dan relatif membulat disebut boss.
Intrusi berbentuk tabular, terdiri dari dua bentuk berbeda. Yang
memotong struktur setempat atau memotong batuan disebut
Bentuk kemas dari granodiorit ini adalah anhedral dan tidak menutup
kemungkinan euhedral. Granidiorit memiliki dua warna dan kandungan berbeda
granodiorit putih dan granodiorit merah muda. Granodiorit putih memiliki
kandungan silika dibawah kandungan granit pada antara 55% sampai 65%.
Diantara bentuk granodiorit putih ini memiliki kandungan tinggi quartz abu-abu
dan feldspar putih. Granodiorit merah muda memiliki kandungan quartz,
plagioklas dan jumlah alkali feldspar yang rendah. Granodiorit memiliki jenis
batuan intermediet (Pellant,1998).
Batuan ini terjadi dari proses pembekuan magma bersifat asam, terbentuk
jauh di dalam kulit bumi sehingga disebut sebagai batuan dalam. Terbentuknya
kira-kira 3-4km di bawah permukaan bumi, bahkan sampai pada jarak 15-50km
di dalam bumi. Bentuk intrusi dapat berupa batholit, lakolit maupun phacolit.
Dari kandungan mineralnya yang banyak diisi oleh mineral primer, batuan ini
terbentuk pada suhu sekitar 1200ºC-900ºC (Sukandarrumidi, 2009).
1.5 Granit
Granit memiliki Komposisi mineral dari K-feldspar 60%, kuarsa 30%, mika
dan hornblende. Granit memiliki jenis batuan plutonik yaitu batuan yang
membeku didalam permukaan bumi (Pellant, 2010). Warna batuan granit
bermacam-macam antara lain merah, coklat, abu-abu atau kombinasi
diantaranya. Granit memiliki kenampakan holokristalin dan porfiritik.
Komposisi utama granit adalah kuarsa, K-feldspar (khususnya ortoklas dan
mikroklin), plagioklas (terutama albiteoligoklas), biotit dan mika, mineral
penyusunnya antara lain magnetit, ilmenit, pirit, zirkon, allanit, turmalin kadang-
kadang didapatkan muskovit, hornblende, piroksen dan garnet. Granit memiliki
kekuatan tekan 1000-2.500 kg/cm2 dan berat jenis 2,6-2,9. Batuan granit terjadi
dari proses pembekuan magma bersifat asam, terbentuk jauh di dalam kulit bumi
sehingga disebut batuan dalam. Terbentuknya kira-kira 3-4km di bawah
permukaan bumi, bahkan sampai pada jarak 15-50km di dalam bumi. Bentuk
intrusi dapat berupa batholit, lakolit maupun phacolit. Karena membekunya jauh
di dalam bumi, bentuk dan ukuran mineral pembentuknya besar-besar dan
mudah dibedakan antara mineral satu dengan lainnya. Kenampakan demikian
dikenal dengan istilah holokristalin porifitik (Sukandarrumidi, 1987). Granit
memiliki bentuk butir berupa anhedral atau pun euhedral, hubungan antar
mineral yaitu relasi granit adalah inequigranular sehingga tidak berarturan.
Mineral granit memiliki struktur batuan adalah masif. Granit yang mengandung
perthite mengkristal atau membentuk pada kurun waktu yang relatif cepat,
sedangkan yang mengandung dua feldspar terpisah membeku pada suhu rendah,
waktu lambat dan di bawah tekanan tinggi (Simon, 1978).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasit
Sampel yang diamati di lab mempunyai panjang 7,2 cm, lebar 5,5 cm,
dan tinggi 5,3 cm. Sampel batuan yang diamati berwarna abu-abu terang dan
merupakan batuan beku ekstrusif dengan struktur masif. Derajat kristalisasi
sampelnya adalah hipokristalin dimana sampel tersebut tersusun atas mineral
dan masa dasar gelas, dengan granularitas fanerik dan bentuk butir subhedral
dimana tidak seluruh kristal mempunyai bentuk yang utuh atau sempurna.
Batuan ini banyak tersusun oleh mineral kuarsa dan plagioklas asam. Dengan
prosentase mineral kuarsa 15%, mineral plagioklas 60%, mineral ortoklas 13%
mineral hornblende 7%, dan mineral lain sebanyak 5%. Ciri khas batuan ini
yaitu mineralnya yang cenderung besar dan berbentuk segiempat. Pada batuan
ini terlihat ukuran kristal yang tidak teratur yang membuktikan bahwa dasit
merupakan batuan beku ekstrusif dan mineral yang berukuran besar
membuktikan bahwa proses pembekuannya lambat. Proses pembekuan lambat
adalah ciri dari magma granitik (asam) karna sifatnya yang cair dan mudah
menyebar ketika ada di permukaan bumi. Proses pembekuan lambat juga
dibuktikan dengan melimpahnya mineral kuarsa dan plagioklas. Kuarsa adalah
mineral yang terbentuk terakhir dari Reaksi Bowen di suhu 600˚C. Untuk
mencapai suhu tersebut dibutuhkan waktu yang lama. Dan ketika menuju suhu
600˚C maka terbentuklah mineral lain seperti plagioklas asam, hornblende
(walaupun prosentasenya kecil).
Dasit juga memiliki kekerasan dan kekuatan yang tinggi. Hal ini
dikarenakan melimpahnya mineral plagioklas dan kuarsa. Keduanya merupakan
mineral dengan resistensi tinggi karena struktur kimianya yang relatif stabil.
Sehingga dasit cocok untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, arsitektur,
ataupun dalam pembuatan jalan. Namun hanya dimanfaatkan dalam kondisi
tertentu saja mengingat harganya yang relatif tinggi dan lokasi penambangannya
yang terlampau jauh serta cadangan yang tidak terlalu besar. Kebanyakan dasit
dimanfaatkan sebagai penghias dinding karena motifnya yang unik. Persebaran
dasit di Indonesia tersebar di daerah Sumatera dan Jawa disepanjang deretan
gunung api. Di sekitar gunung api banyak terbentuk mineral mineral penyusun
utama batuan dasit, yaitu mineral kuarsa dan plagioklas yang terbentuk dari
kristalisasi magma. Batuan beku dasit persebarannya dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia, diantaranya di Trenggalek (Jawa Timur), Sekayan,
Sanggau (Kalimantan Barat), Lampung Utara (Lampung) dan beberapa daerah
di Indonesia lainnya (Sukandarrumudi, 2009).
2.2 Granodiorit
dan Mg. Derajad kristalisasi berupa holokristalin karena hanya memiliki massa
kristal. Batuan ini digolongkan ke dalam jenis plutonik atau intrusi karena
terbentuk di bawah permukaan bumi, diperlihatkan oleh tekstur yang kasar dan
bentuk mineralnya utuh serta terbentuk secara hampir sempurna. Batuan yang
diamati tidak memiliki bekas gas vulkanik dan tidak ada fragmen batuan lain di
dalamnya, sehingga strukturnya digolongkan masif.
Bentuk butirnya digolongkan menjadi anhedral karena saat diamati, bentuk
mineral yang menyusun batuan ini tidak sempurna bulat ataupun persegi, hal ini
dikarenakan suhu saat proses kristalisasi mineralnya tidak tepat sesuai yang
dibutuhkan mineral tersebut, bisa juga karena waktu kristalisasi mineralnya
relative lebih cepat sehingga tidak bisa mengkristal dengan sempurna.
berupa kenaikan jumlah fungi tanah, total bakteri pelarut P, dan total respirasi
tanah; serta penurunan total mikroorganisme tanah.
Batuan granit umumnya berumur mesozoikum. Beberapa tempat yang telah
diketahui keberadaannya antara lain di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat,
Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi
Selatan (Sukandarrumidi, 2009).
BAB III
KESIMPULAN
Nama : Aliendina Jwalita
NIM : 114170024
Plug : 2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2017/2018 40
DAFTAR PUSTAKA
NIM : 114170024
Plug :2