DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS B
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Memberikan informasi tentang biomassa dari kayu dan
pengolahannya sebagai sumber energi terbarukan sehingga
dapat mengembangkan Industri di Indonesia khususnya
dalam rangka mengatasi krisis bahan bakar minyak.
BAB II
PEMBAHASAN
BIOMASSA
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui pross
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh
biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, ubi,
limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Umum
yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai
ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil
produk primernya.
PERKEMBANGAN BIOMASSA
Biomassa adalah material yang berasal dari organisme hidup
yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan produk
sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya.
Istilah biomassa pertama kali muncul pada Journal of Marine
Biology Association pada tahun 1934 oleh ilmuwan Rusia
bernama Bogorov. Biomassa sendiri dikelompokkan dalam
berbagai macam golongan, di antaranya adalah bioetanol
(tanaman), biodiesel (minyak sawit dan kedelai), biogas,
biobriket serta biokerosen (minyak nabati). Hal itu dikarenakan
sumber bahan bakunya yang berbeda dan juga pengolahan yang
dilakukan.
Ta
BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI
Limbah yang berasal dari hewan maupun tumbuhan
semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan
perkebunan menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat
dipergunakan untuk keperluan lain seperti bahan bakar nabati.
Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati memberi tiga
keuntungan langsung antara lain:
A. BIOBRIKET
Biobriket merupakan salah satu proses yang dapat
digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa
menjadi bentuk biomassa lain. Proses yang digunakan
biobriket dengan cara memampatkan sehingga bentuknya
menjadi lebih teratur dan berbentuk. Briket adalah arang
dengan bentuk tertentu yang dibuat dengan teknik
pengepresan tertentu dan menggunakan bahan perekat
tertentu sebagai bahan pengeras. Biobriket merupakan
bahan bakar briket yang dibuat dari arang biomassa hasil
pertanian (bagian tumbuhan), baik berupa bagian yang
memang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa
atau limbah proses produksi/pengolahan agroindustri.
Biomassa hasil pertanian, khususnya limbah agroindustri
merupakan bahan yang seringkali dianggap kurang atau tidak
bernilai ekonomis. Dengan demikian pemanfaatannya akan
berdampak positif, baik bagi bisnis maupun bagi kualitas
lingkungan (IPB E-Learning).
Biobriket yang berkualitas mempunyai ciri antara lain
tekstur halus, tidak mudah pecah, keras, aman bagi manusia
dan lingkungan, dan memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik.
Sifat penyalaan ini diantaranya mudah menyala, waktu nyala
cukup lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit dan
cepat hilang serta nilai kalor yang cukup tinggi (Jamilatun,
2008).
Penggunaan biobriket sebagai bahan bakar lebih baik
dibandingkan biomassa yang tidak diolah. Samsyiro dan
Saptoadi (2007) menyatakan bahwa biobriket dengan nilai
kalor yang tinggi dapat mencapai suhu pembakaran yang
tinggi dan pencapaian suhu optimumnya cukup lama.
Keuntungan lain penggunaan biobriket adalah kandungan
gas buang hasil pembakaran relatif lebih aman dibandingkan
briket batubara.
B. GASIFIKASI
Gasifikasi merupakan suatuTa proses konversi untuk
merubah material baik cair maupun gas dengan pemberian
temperatur yang tinggi. Proses pemberian temperatur yang
tinggi ini menghasilkan produk bahan bakar cair yang bersih
dan efisien. Gasifikasi juga merupakan alternatif untuk
penghemat energi. Gasifikasi dapat membantu mengatasi
masalah penanganan dan pemanfaatan limbah kayu.
Proses gasifikasi mempunyai 2 stage reaksi yaitu proses
oksidasi dan reduksi. Sub-stoikiometerik oksidasi menggiring
gas mudah menguap dari biomassa dan proses ini adalah
eksotermis (melepaskan energi). Proses ini berlangsung pada
temperatur 1100 – 1200 ⁰C dan terjadi pembangkitan
produk gas seperti karbon monoksida, hidrogen dan karbon
dioksida (CO2) serta uap air yang mana pada gilirannya di-
reduksi ke karbon monoksida dan hidrogen dengan bed
charcoal panas yang dibangkitkan selama proses gasifikasi.
Sedangkan reaksi reduksi adalah sebuah reaksi endotermis
(membutuhkan panas) untuk membangkitkan produk yang
mudah terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida dan
metan (IPB E-Learning).
Gasifikasi terdiri dari empat tahapan terpisah:
pengeringan, pirolisis, oksidasi/pembakaran dan reduksi.
Keempat tahapan ini terjadi secara alamiah dalam proses
pembakaran. Dalam gasifikasi keempat tahapan ini dilalui
secara terpisah sedemikian hingga dapat menginterupsi
“api” dan mempertahankan gas mudah terbakar tersebut
dalam bentuk gas serta mengalirkan produk gasnya ke
tempat lain. Salah satu cara untuk mengetahui proses yang
berlangsung pada gasifier jenis ini adalah dengan
mengetahui rentang temperatur masing-masing proses,
yaitu:
Pengeringan: T > 150 °C
Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 700 °C
Oksidasi/pembakaran: 700 < T < 1500 °C
Reduksi: 800 < T < 1000 °C
Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat
menyerap panas (endotermik), sedangkan proses oksidasi
bersifat melepas panas (eksotermik).
Gambar 2.8 : Gasifer Biomassa (UGM, 2015)
C. PIROLISA
Ta merupakan salah satu proses
Pirolisa atau thermolisis
konversi energi biomassa dengan dekomposisi kimia
menggunakan pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Pirolisa
sebenarnya bagian dari proses karbonisasi atau proses untuk
memperoleh karbon atau arang. Proses pirolisis
menghasilkan produk berupa bahan bakar padat yaitu
karbon, yaitu cairan berupa campuran tar dan beberapa zat
lainnya. Produk lain dari proses pirolisa adalah gas berupa
karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan lain-lain (IPB E-
Learning).
D. LIQUIFICATION
Liquification merupakan proses konversi biomassa
dengan perubahan wujud dari gas ke cairan. Liquification
menggunakan proses kondensasi. Melalui pendinginan, atau
perubahan dari padat ke cair dengan peleburan, pemanasan
atau penggilingan dan pencampuran dengan cairan lain
untuk memutuskan ikatan (Suyitno, dkk.2010).
E. BIOKIMIA
Biokimia adalah pemanfaatan energi biomassa dengan
cara proses hidrolis, fermentasi dan an-aerobic digestion. An-
aerobic digestion adalah proses penguraian bahan organik
atau selulosa menjadi CH4 dan gas lain melalui proses
biokimia. Proses pembuatan etanol dari biomassa tergolong
dalam konversi biokimiawi. Biomassa yang kaya dengan
karbohidrat atau glukosa dapat difermentasi sehingga terurai
menjadi etanol dan CO2. Akan tetapi, karbohidrat harus
mengalami penguraian (hidrolisa) terlebih dahulu menjadi
glukosa. Etanol hasil fermentasi pada umumnya mempunyai
kadar air yang tinggi dan tidak sesuai untuk pemanfaatannya
sebagai bahan bakar pengganti bensin. Etanol ini harus
didestilasi sedemikian rupa mencapai kadar etanol diatas
99,5% (IPB E-Learning).
F. KARBONISASI
Selain proses sebelumnya terdapat pula karbonisasi.
Karbonasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi
bahan orgranik menjadi arang. Proses karbonisasi sendiri
dengan cara melepaskan zat yang mudah terbakar seperti
CO, CH4, H2, formaldehid, methana, formik dan acetil acid
serta zat yang tidak terbakar seperti CO2, H2O dan tar cair.