BAB I
DASAR TEORI
1 .1 Mineral
1.1.1 Definisi Mineral
Menurut L.G Berry dan B. Masson (1959) mineral adalah suatu benda
padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik,
mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu, dan mempunyai
atom-atom yang tersusun rapi.
Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri satu fase
padat, hanya satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh suatu proses fisika.
Terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang
dihasilkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari
itu kulit tiram (dan mutiara di dalamnya), meskipun terdiri dari calcium
carbonat yang tidak dapat dibedakan secara kimia maupun fisika dari
mineral aragonit, tidak dianggap sebagai mineral.
Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa
mineral itu ialah merupakan senyawa kimia dan senyawa kimia
mempunyai komposisi pada batas-batas tertentu yang dinyatakan dengan
suatu rumus (Mawardi, 2008).
Sedangkan Bates dan Jackson mengatakan bahwa mineral merupakan
materi penyusun bumi yang merupakan unsur atau senyawa anorganik,
terbentuk secara alami, mempunyai sifat dan komposisi kimia tertentu,
mempunyai struktur dalam yang teratur dan berbentuk kristal.
1.1.2 Sifat Fisik Mineral
Sifat fisik mineral merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu mineral
yang dapat kita lihat dengan mata, yang jelas terlihat tanpa melalui proses
kimia. Oleh karena mineral mempunyai komposisi kimia dan struktur
dalam kristal tertentu, maka ia mempunyai sifat-sifat fisik yang khas. Sifat
fisik ini digunakan sebagai pengidentifikasian dan merupakan penilaian
subjektif, tergantung dari penilaian masing-masing kemampuan pengamat
(Mawardi,2008)
1.1.2.1 Warna
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata
bilamana mineral tersebut terkena sinar. Warna ini penting untuk
membedakan antara warna yang disebabkan oleh campuran atau
pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama pada mineral
tersebut (Mawardi, 2008).
Warna dari mineral sendiri dibedakan menjadi dua macam,
yakni idiochromatic dan allochromatic.
Idiochromatic merupakan warna mineral yang tetap dan tertentu
akibat elemen-elemen utama yang menyusunnya.
Contoh : Magnetite – hitam Fe3O4
Pyrite – kuning loyang, FeS2
Sulfur – kuning
Allochromatic merupakan warna mineral akibat adanya
campuran atau zat pengotor dari unsur lain, sehingga memberikan
warna yang berubah-ubah tergantung dengan zat pengotornya.
Contohnya kuarsa; tidak berwarna, tetapi karena adanya zat pengotor
atau campuran, maka warnanya berubah menjadi merah muda, coklat-
hitam, dan violet.Sedangkan, Chronophores adalah warna mineral
yang tertentu akibat kehadiran kelompok ion asing (Suharwanto,
2017).
Faktor yang dapat mempengaruhi warna adalah :
a. Komposisi kimia
b. Struktur Kristal dan ikatan atom
c. Pengotoran dari mineral
1.1.2.2 Perawakan Kristal
Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan
apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna.
Tetapi bentuk sempurna ini jarang didapatkan karena di alam
gangguan-gangguan tersebut selalu ada. Mineral yang dijumpai di
alam sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya,
sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral kedalam sistem
10. Intan C
(Sumber:Suharwanto,2017)
1.1.2.5 Gores
Gores adalah warna asli dari suatu mineral apabila mineral
ditumbuk halus. Gores dapat lebih pasti karena selalu stabil dan
penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda. Gores ini bisa diperoleh dari menggoreskan
mineral pada keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai
kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk
sampai halus seperti tepung (Suharwanto, 2017).
Mineral-mineral silikat biasanya mempunyai gores putih
kadang-kadang abu-abu coklat. Mineral-mineral oksida, sulfida,
karbonat, dan phosphat, arsenat, sulfat juga mempuyai goresan yang
karakteristik. Untuk mineral-mineral yang transparan dan
mempunyai kilap bukan logam, saat digores akan lebih terang dari
warnanya, sedangkan mineral-mineral dengan kilap logam kerap
kali mempunyai gores yang lebih gelap dari warnanya. Pada
beberapa mineral warna dan gores sering menunjukkan warna yang
sama(Mawardi, 2008).
1.1.2.6 Belahan
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui
batas elastisitas dan plastisitasnya, maka pada akhirnya akan pecah.
Belahan merupakan pecahan mineral yang teratur mengikuti arah
permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya. Belahan mineral
akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata,
karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari
kristal(Suharwanto, 2017).
Berdasarkan bagus atau tidaknya permukaan bidang
belahannya, maka belahan dapat dibagi menjadi :
Sempurna (Perfect)
Bila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya
yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain
melalui bidang belahannya.
Baik (Good)
Bila mineral muudah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata, tetapi dapat pula memotong atau tidak melalui
bidang belahannya.
Jelas (Distinct)
Bila bidang belahannya terlihat jelas, tetapi mineral
tersebut sukar membelah apabila melalui bidang
belahannya yang tidak rata.
Tidak Jelas (Indistinct)
Bila arah belahan masih terlihat, tetapi membentuk
belahan dan pecahan sama besar.
Tidak Sempurna (Imperfect)
Apabila mineral suda tidak terlihat arah belahannya dan
mineral tersebut akan pecah dengan permukaan yang
tidak rata.
1.1.2.7 Pecahan
Bila tidak membelah secara teratur, maka mineral akan pecah
dengan arah yang tidak teratur. Ada beberapa macam dari pecahan,
Berat Mineral
𝐵𝐽 =
Volume Mineral
Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat :
Piknometer
Timbangan analitik
Gelas ukur
1.1.2.10 Rasa dan Bau
Adapula mineral-mineral yang mempunyai sifat rasa dan bau.
Rasa hanya dimiliki oleh mineral yang bersifat cair, yaitu :
Astringet, rasa yang umumnya dimiliki oleh sejenis
logam
Sweetist, rasa seperti pada tawas
Saline, rasa yang dimiliki garam
Alkaline, rasa seperti pada soda
Bitter, rasa seperti rasa garam pahit
Cooling, rasa seperti rasa sendawa
Sour, rasa seperti asam belerang
Melalui gesekan dan penghilang dari beberapa zat yang
bersifat volatile melalui pemanasan atau melalui penambahan suatu
asam, maka kadang-kadang bau (Odour) akan terjadi ciri-ciri yang
khas dari suatu mineral.
Alliaceous, bau seperti bawang
Horse Radish Odour, bau dari lobak kuda yang
menjadi busuk
Sulphurous, bau yang ditimbulkan oleh proses
pereaksian pirit atau pemanasan mineral yang
mempunyai kandungan silika
Bitominous, bau seperti aspal
Fetid, bau seperti telur busuk atau bau yang
ditimbulkan dari asam sulfida
Argiilaceous, bau seperti lempung basah
BAB II
PEMBAHASAN
contohnya pada wilayah gunung berapi dan dapat pula ditemukan di sekitar
wilayah penambangan batubara. Namun, mineral pirit yang paling bagus
pembentukannya adalah yang ada di sekitar gunung api, karena kandungan S
lebih tinggi daripada tempat lainnya. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-
tempat keluarnya sumber sulfur. Pirit terbentuk pada suhu antara 600-700ºC,
unsur utama yang bercampur dengan sulfur berasal dari magma yang kemudian
terkontaminasi oleh sulfur yang ada di sekitarnya (khusus pembentukan pada
lingkungan gunung berapi). Pada umumnya unsur yang terkandung dalam
mineral pirit adalah logam, karena banyak kandungan Fe dan S.
Pada umumnya mineral pirit berada di batuan plutonik, volkanik, sedimen,
dan metamorf. Jika tidak teliti maka akan sulit membedakan antara pirit dengan
emas karena warna keduanya hampir sama, sehingga sering disebut “emas
palsu”. Cara membedakannya yaitu dengan goresan. Pirit jika digoreskan maka
akan timbul warna hitam, sedangkan emas murni tidak menghasilkan warna
karena emas mengandung unsur Aurum (Au). Emas mudah untuk ditempa dan
tidak hancur ketika dipukul, sedangkan pirit akan hancur bila dipukul.
Bentuk perawakan yang membutir akibat kristal dari mineral itu sendiri
yang cenderung membentuk sistem Kristal membutir. Mineral pirit memiliki
kilap logam karena banyak mengandung unsur Fe. Pirit banyak digunakan
sebagai sumber dari asam sulfat untuk keperluan industri asam belerang,
meskipun ada beberapa asam sulfat yang didapat dari hydrogen-gas sulfida yang
diambil dari udara. Pirit (FeS2) atau mineral sulfida merupakan kandungan
oksidasi batuan yang menghasilkan air asam tambang (AAT). Permasalahan
AAT biasanya terletak pada penambangan batubara dan bijih karena banyak
mineral sulfida (pirit) yang terkandung di dalamnya.
Penyebab Terjadinya Air Asam Tambang (AAT) yaitu bila teroksidasinya
mineral-mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air (H2O)
dan oksigen (O2). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam
beberapa persamaan reaksi sebagai berikut :
1. FeS2 + 7/2O2 + H2O Fe+2 + 2SO4-2 + 2H+
2. Fe+2 + ¼O2 + H + Fe+3 + ½H2O
3. Fe+3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
amphibole atau hornblende merupakan mineral silikat dan terbentuk pada suhu
sekitar 900oC baik dalam andesit maupun diorite. Pada umumnya mineral
hornblende mengandung unsur Fe, Mg, Ca, Al, Si, dan O.
Berdasarkan hasil pengamatan mineral di laboratorium mineral berwarna
hitam, sehingga termasuk ke dalam golongan mineral mafik. Kilap yang dimiliki
adalah kilap arang yang termasuk dalam kilap non logam. Perawakan pada
mineral hornblende adalah meniang atau prismatik. Di dalam mineral
hornblende terdapat zat pengotor. Jika ditetesi dengan larutan HCl tidak bereaksi
atau berbuih.Mineral ini termasuk jenis mineral primer. Mineral ini memiliki
panjang 1,1 cm, lebar 1 cm, dan tinggi 0,5 cm.
Hornblende merupakan bagian dari mineral ampibol bewarna hitam yang
mengalami proses pembentukan dalam suhu yang yang sedang atau intermediet
dan berjenis mineral primer. Hornblende memiliki perawakan kristal yang
prismatik yang disebabkan oleh suhu, temperatur, dan dari bentuk kristal yang
cenderung membentuk sistem kristal meniang. Kilap hornblende adalah kilap
arang yang disebabkan adanya proses pengkristalan yang berlangsung lama.
Warna pada mineral hornblende dipengaruhi oleh banyaknya unsur Fe dan Mg
yang ada di dalamnya.
Mineral Hornblende dalam kehidupan dapat digunakan sebagai bahan
rekontruksi seperti bahan bangunan rumah, hotel, dan jalan. Selain itu dapat pula
digunakan sebagai bahan baku lantai, wastafel, dan meja. Hornblende banyak
ditemukan di daerah sekitar gunung berapi yang menghasilkan batuan andesit.
2.4Mineral Kalsit
yang banyak oksigen dan silika. Kuarsa termasuk dalam kelompok primer
karena terdapat dalam reaksi Bowen.
Berdasarkan reaksi Bowen kuarsa termasuk dalam jenis felsik (asam) dan
berwarna putih. Adanya silika dan natrium membuat kuarsa berwarna putih.
Adanya zat pengotor berwarna coklat di mineral kuarsa tidak merubah warna
utama atau warna keseluruhannya. Mineral kuarsa memiliki kilap kaca karena
kandungan silika yang ada di dalamnya dan proses pembentukannya yang
melibatkan oksidasi. Perawakan kuarsa yang membutir disebabkan oleh proses
pendinginannya yang cepat dan spontan. Mineral kuarsa tidak berbuih saat di
tetesi larutan HCl karena tidak mengandung CaCO3 dan tidak terbentuk di laut.
Dalam kehidupan mineral kuarsa digunakan padalensa optik, komponen
listrik, untuk perhiasan, dan dapat juga sebagai batu bangunan untuk bahan
keramik, serta digunakan untuk perlengkapan di radio. Kuarsa terdapat banyak
di permukaan bumi untuk itu ada di beberapa daerah, yaitu Aceh, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
NIM : 114170024
Plug :2