Anda di halaman 1dari 16

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

ACARA 1
MINERAL

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Mineral
Menurut D.G.A Whitten dan J.R.V Brooks, (1972) mineral adalah
suatu bahan padat yang mempnyai struktural homogen, mempunyai komposisi
kimia tertentu dan terbentuk secara organik. Sedangkan menurut Lutgens &
Tarbucks (2009) mineral adalah zat padat anorganik, terbentuk secara alami
serta mempunyai komposisi kimia dan kristal tertentu. Pada pembahasan
Suprapto tahun 2016, menurut Klein dan Dutrow (2008) mineral adalah zat yang
terbentuk secara alami dengan susunan atom tertentu, komposisi kimia homogen
dan umunya terbentuk secara anorganik.
Minerologi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mineral secara keseluruhan. Minerologi berasal dari kata mineral dan logos dan
secara harafiah dapat diartikan ilmu mineral. Ilmu ini mengkaji proses
pembentukan batuan secara megaskopis, yaitu melalui sifat fisik dan kimia
seperti; belahan, goresan, warna, pH dan berbagai parameter lainnya.
1.1.2 Jenis Mineral
Mineral dapat dikelompokkan berdasarkan komposisinya, secara
umum dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Mineral Silikat
Mineral silikat merupakan mineral yang paling melimpah di muka
bumi, silikat merupakan mineral pembentuk batuan paling umum dijumpai.
Mineral silikat merupakan hasil dari persenyawaan oksigen dan silikon
dengan senyawa lainnya. Mineral silikat menjadi salah satu pembentuk
utama batuan baik itu batuaan sedimen, beku atau metamorf. Mineral silikat
secara umum dapat dibedakan berdasarkan kandungan silikanya dibedakan
menjadi 4 yaitu; ultramafic, mafic, intermediet dan felsic
2) Mineral non silikat
1) Mineral Oksida

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-1


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Mineral oksida terbentuk dari unsur metal yang teroksidasi


oleh oksigen. Susunan dari unsur oksida juga lebih sederhana
daripada mineral silikat. Mineral oksida dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu kelompok oksida sederhana dan kelompok
hidrosida. Di alam, kelompok oksida sederhana sering berasosiasi
dengan mineral kelompok sulfida dan mineral ubahan (alterasi),
sedangkan kelompok mineral hidroksida sering berasosiasi dengan
mineral-mineral fibrous (berserat). Adapun contoh daripada mineral
oksida adalah; kromit, bauksit, hematit, dan limonit.
2) Mineral Sulfida
Mineral Sulfida merupakan hasil dari persenyawaan atara
senyawa sulfur dan senyawa logam. kehadirannya sangat penting dalam
eksplorasi mineral komersil seperti sumber unsur-unsur logam mulia,
yaitu arsenik, copper, timah, nikel, mercury, molybdenum, zinc dan
emas. Contoh mineral sulfida yang banyak dijumpai di alam adalah pirit
(FeS2), galena (PbS) dan kalkopirit (WCuFeS2).
3) Mineral Karbonat
Mineral karbonat terbentuk dari pengendapan sisa sisa
kehidupan dan biasanya banyak ditemukan di daerah laut. Semua
mineral karbonat memiliki komposisi umum kalsium karbonat (CO2).
Mineral karbonat mudah bereaksi dengan senyawa asam seperti HCl
menghasilkan gelembung CO2. Adapun contoh dari mineral karbonat
adalah kalsit
4) Mineral Native Element
Mineral kelompok ini merupakan mineral yang hanya terdiri
dari satu jenis senyawa penyusun dan tidak mempunyai unsur lain
dalam pembentuknya. Adapun beberapa native element yang terdapat
di alam adalah; emas (Au), Perak (Ag), Platina (Pt), Tembaga (Cu),
Bismuth (Bi), dan arsenic (As)

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-2


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.1.3 Sifat Fisik Mineral


1) Warna (Colour)
Ketika suatu mineral dikenakan oleh cahaya tampak maka sebagagian
besar cahaya akan di serap dan sebagian besar di pantulkan kembali warna
yang dapat dilihat oleh mata. Warna mineral dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. . Idhiochromatic
Warna mineral yang tepat dan tertentu karena elemen-elemen
utama pada mineral. Contohnya magnetit berwarna hitam (Fe₃O₄) dan
pirit berwarna kuning loyang (FeS₂)
2. Allochromatic
Warna mineral akibat adanya campuran atau pengotoran
dengan unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah
tergantung dari pengotornya, contohnya: Kuarsa (tak berwarna, tetapi
karena ada campuran/pengotoran, warna berubah menjadi violet
(amethyst), merah muda, coklat-hitam)
3. Chronophores
Warna mineral yang di pengaharuhi oleh kehadiran ion-ion
tertentu pada mineral yang memberikan warna tertentu
2) Perawakan Kristal (Crystal Habbit)
Mineral yang dijumpai di alam kebanyakan bentuk mineralnya tidak
berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan
mineral ke dalam sistim kristalografi. Sebagai gantinya dipakai istilah
perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh
bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-
bidang tersebut. Secara umum perawakan kristal dibedakan menjadi 3 yaitu;
1. Elongated Habbits (meniang)
2. Flattended Habbits (Lembaran Tipis)
3. Rounded Habbit (Membutir)
3) Kilap (Lustter)
Ketika cahaya diarahkan kepada mineral maka akan ada cahaya yang
dipantulkan dari permukaan mineral. Intensitas kilap tergantung dari
indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral,

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-3


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan (Suharwanto, 2022).


Secara umum kilap mineral dibekadan menjadi tiga yaitu; opak (tidak
tembus), Translucent (sedikit tembus) dan Transparence (tembus)
4) Daya Tahan (Tenacity)
Sifat mineral yang berhubungan dengan daya tahan mineral apabila
pecah, hancur, maupun bengkok. (Suharwanto, 2017). Macam-macam
daya tahan mineral, di antaranya brittle, sectile malleable, ductile, flexible
dan elastic
5) Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral adalah kemampuan resistensi mineral tersebut
terhadap kerja yang dapat menyebabkan abrasi atapun goresan
(scratching). kekerasan suatu mineral bersifat relative, artinya apabila dua
mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang
tergores adalah mineral yang relatif lebih lunak dibandingkan dengan
mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak
(skala 1) hingga yang terkeras (skala 10), dikenal sebagai Skala Kekerasan
Mohs. Berikut tabel Skala Kekerasan Mohs.
Tabel 1.1 Kekerasan Mineral Mosh
Nama Mineral Penyusun Kimia Skala Mohs
Talk Mg3SiO10(OH)2 1
Gypsum CaSO4 2H2O 2
Kalsit CaSO4 2H2O 3
Fluorite CaF2 4
Apatit Ca5(PO4)3F 5
Ortoklas K(AlSi308) 6
Kuarsa SiO2 7
Topas Al2SiO4(FOH)2 8
Korondum Al2O3 9
Diamond C 10
(Sumber: Suharwanto, 2023)
6) Goresan (Streak)
Gores atau cerat merupakan warna yang ditinggalkan mineral ketika di
tumbuk hingga berbentuk bubuk atau sekedar mengeseknya ke permukaan
JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-4
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

pelat gores (sebuah porselen tanpa glasir). Cerat yang ditinggalkan oleh
mineral dapat membantu membedakan antara kilap mineral logam dan
non-logam. Umumnya mineral logam mempunyai cerat gelap dan mineral
non-logam berwarna terang misalnya, pirit jika di gores akan
meninggalkan warna gelap
7) Belahan (Cleavage)
Bila suatu mineral mendapat tekanan yang melebihi batas plastisitas
dan elastisitasnya, maka mineral itu akan pecah. Jika pecahnya mineral
tersebut mengikuti arah yang sesuai dengan struktur kristalnya, maka
disebut belahan. Belahan yang dihasilkan oleh mineral dapat dinilai
melalui seberapa baik mineral tersebut terbelah misalnya kalsit dapat
membelah dengan sempurna mengikuti bidang belahannya
8) Pecahan (Fracture)
Pecahan dan belahan bisa dikatan sama namun terdapat suatu
perbedaan dimana ketika mineral mendapatkan tekanan melampaui batas
plastisitas dan elastisitasnya, akan menjadi pecah dan bila pecahanya tidak
teratur disebut pecahan pecahan mineral dibagi berdasarkan bentuk
pecahannya contoh; choncoidal, hacky, even, uneven, splintery dan earthy
9) Daya Tahan Pukulan (Tenacity)
Daya tahan mineral terhadap pemberian gaya yang dapat menyebabkan
pemecahan, pembengkokan, dan pemotongan. Daya tahan mineral
dibedakan menjadi; brittle, sectile, malleable, ductile, flexible, elastis
10) Berat Jenis (Spesific Gravity)
Berat jenis mineral merupakan perbandingan massa mineral dengan
berat air pada volume yang sama
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙

11) Rasa dan Bau (Taste and Odour)


Mineral dapat menghasilkan rasa dan bau, namun hanya mineral yang
bersifat cair yang memiliki rasa dan bau
12) Kemagnetan

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-5


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Kemagnetan merupakan reaksi oleh mineral saat diberikan gaya tarik


magnet. Kemagnetan mineral dibedakan menjadi 3 yaitu; ferromagnetik,
diamagnetik dan paramagnetik
1.1.4 Sifat Kimia Mineral
Sifat kimia suatu minereal merupakan ciri yang dihasilkan oleh suatu
mineral ketika direaksikan oleh senyawa kimia tertentu
1) Pengujian HCl 0.1N
Pengujian HCl dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral
karbonat seperti Kalsit CaCO3, Aragonit CaCO3, Dolomit CaMg (CO3 )2
dan Siderit FeCO3. Ketika suatu mineral mengandung senyawa karbonat
maka mineral tersebut akan menimbulkan buih karena terbentuk CO2
ketika ditetesi oleh larutan HCl 0,1N
2) Pengujian dengan Tetes Kobal Nitrat
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan membedakan mineral dari
kelompok potasium-feldspar (sanidin, anortoklas, ortoklas, mikroklin
dengan komposisi K, Na AL Si3O8) dari mineral kelompok plagioklas
(Ca Al2Si2O8 ̶ Na Al Si3O8)
3) Pengujian dengan Larutan Alizarin Red
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan membedakan antara mineral
kalsit (CaCO3) dengan dolomit CaMg (CO3)3. Batu gamping dengan
kandungan kalsit akan berubah warna menjadi abu-abu ketika ditetesi
larutan alizarin red, sedangkan dolomit akan berubah warna menjadi
warna pink

1.1.5 Reaksi Bowen


Reaksi bowen merupakan suatu deret pembentukan mineral karena
penurunan suhu magma yang disusun oleh seorang geolog bernama Norman L
Bowen.

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-6


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Gambar 1.1 Seri reaksi Bowen


(Sumber : Schipalkina et al.,2020)

1.) Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dimana reaksi


terbentuknya mineral adalah tidak menerus (diskontinu) yang pertama kali
terbentuk dalam temperature sangat tinggi yaitu 1200ºC adalah Olivin.
Pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya.
2.) Deret sebelah kanan pada awalnya terbentuk Seri Plagioklas, pada awal
temperatur yang sangat tinggi 1200ºC akan terbentuk mineral Anortite,
berikutnya seirama menurunnya temperature maka berturut turut akan
terbentuk mineral Bitownit, Labradorit, Andesin, Oligoklas dan Albit.
Terbentuknya mineral-mineral tersebut adalah secara menerus (kontinu).
3.) Pada titik temperatur terbentuknya mineral Biotit dan mineral Albit
maka sisa larutan magma akan membentuk mineral K-Feldspar, selanjutnya
temperature terus menurun, maka akan terbentuk mineral Muskovit dan
terakhir pada proses kristalisasi ini akan terbentuk mineral Kuarsa pada
temperature 600º C

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-7


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2 Pembahasan
1.2.1 Mineral Kuarsa

Gambar 1.2 Kuarsa


(Sumber: Koleksi pribadi)

Mineral yang diamati merupakan mineral yang memiliki warna putih,


dan berperawakan meniang. Jika di sinari dengan cahaya, kuarsa menghasilkan
kilap non-metalik (kilap kaca) dan termasuk kedalam mineral primer. Ketika
direaksikan dengan larutan HCl dengan cara ditetesi, mineral kuarsa tidak
bereaksi mengeluarkan gelembung.
Mineral kuarsa (SiO2) merupakan mineral yang sangat banyak
melimpah di dalam kerak bumi, dan termasuk ke dalam jenis mineral felsic
(berwarna cerah). Kuarsa terbentuk pada suhu suhu ±6000C. Mineral kuarsa
terbentuk pada lingkungan magmatik, dimana Kandungan magma yang
mengandung banyak oksigen dan silika akan membentuk kuarsa. (Suharwanto,
2019).
Kursa secara umum dapat di temukan di. batuan metamorf dan batuan
beku terutama dalam mineral gangue dari urat-urat logam hidrotermal, dan juga
di batupasir. Menurut Graha (1987) di Indonesia sendiri persebaran mineral
kuarsa dapat di temukan di Banda Aceh (provinsi Nanggroe Aceh Darussalam),
sungai Asahan dan Kisaran (Provinsi Sumatera Utara), Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, Provinsi Banten, Provinsi Jawa
Barat, Surakarta (Provinsi Jawa Tengah), Tuban dan sepanjang pantai utara Jawa
Timur, Bangkalan (Provinsi Jawa Timur), Martapura (Provinsi Kalimantan
Selatan), dan Provinsi Kalimantan Timur. Mineral kuarsa yang tersedia dapat
digunakan dalam bidang industri menjadai bahan dasar pembuatan keramik,

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-8


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

pembuatan lampu, industri semen, gelas, untuk perlengkapan mikroskop seperti


lensa.

1.2.2 Mineral Piroksen

Gambar 1.3 piroksen


(Sumber: Koleksi pribadi)

Mineral tersebut jika diamati memiliki warna gelap dan perawakan


meniang (elongated habbit). Menurut proses pembentukan nya mineral tersebut
termasuk kedalam jenis mineral primer. Mineral ini memiliki kilap kaca dan
tidak bereaksi ketika di tetesi larutan HCl, yang mengindikasikan bahwa
piroksen tidak mengandung senyawa karbonat
Struktur kristal pada piroksen disusun oleh rantai tunggal tentrahedral
yang terikat Bersama ion-ion besi dan magnesium. Mineral piroksen terbentuk
dari magma yang temperaturnya sekitar 1100° C - 1200° C. Piroksen merupakan
mineral pembentuk batuan beku yang umum pada kerak samudera. Piroksin
memiliki tingkat kekerasan 5-6 skala mohs (Djauhari Noor, 2009).
Mineral piroksen dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
beton atau bahan baku industri, bahan baku pembentuk utama batuan beku, dan
memperbaiki jalanan yang rusak. Ada juga piroksen yang dapat dimanfaatkan
sebagai perhiasan. Seperti diopsit salah satu dari jenis piroksen transparan
berwarna hijau menjadi salah satu permata yang memiliki daya tarik setelah
melalui proses sayatan dan poles mineral ini dapat menjadi permata. Di
Indonesia mineral piroksen dapat ditemukan di daerah selatan Pulau Jawa dan
dapat pula ditemukan di daerah Pulau Sumatera
1.2.3 Mineral Pirit

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-9


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Gambar 1.4 Pirit


(Sumber: Koleksi pribadi)
Mineral yang daimati merupakan mineral yang memiliki warna kuning
loyang dan perawakan membutir. Pirit termasuk kedalam jenis mineral skunder
golongan sulfida. Pirit memiliki kilap logam saat disinari cahaya dan ketika
ditetesi larutan HCl tidak mengalami reaksi, mengindikasikan bahwa minerel ini
tidak mengandung senyawa karbonat.
Mineral pirit termasuk kedalam golongan mineral non-silikat, dan
merupakan hasil dari persenyawaan sulfur (S) dengan unsur logam. Dalam kasus
pirit senya sulfur bersenyawa dengan besi (Fe) membentuk (FeS2). Mineral
sulfida terbentuk pada dua fasa utama dengan kondisi reduksi, yaitu (1)
pemisahan campuran sulfida yang tidak bercampur selama tahap awal
kristalisasi magma dasar; dan (2) endapan presipitat dari larutan garam suhu
rendah-menengah (300-600°C) dengan tekanan tinggi, seperti di dasar laut atau
pada kedalaman beberapa kilometer di bawah permukaan bumi. (Mulyaningsih,
2018). Pirit Pirit (FeS2) umumnya dapat ditemukan menyusun batuan dan
mengisi rekahan. Pirit biasanya ditemukan berasosiasi dengan sulfida atau
oksida dalam urat kuarsa, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Mineral Pirit
biasanya dapat ditemukan pada daerah gunung api atau di bawah air dengan
endapan sulfur yang tinggi.
Mineral pirit umunya digunakan sebagai bahan industri, karena ketika
dipukul pirit mampu menghasilakan percikan api maka pirit digunakan sebagai
sumber pengapian dalam senjata api selama abad ke-16 dan ke-17. Pirit juga
dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan asam sulfat H2(SO4). Hasil dari
pengolahan pirit umunya menghasilkan air asam tambang dan penurunan
kualitas mutu tanah

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-10


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.4 Mineral Orthoklas

Gambar 1.5 Orthoklas


(Sumber: Koleksi pribadi)
Mineral pada gambar merupakan mineral yang memiliki warna putih
coklat dan berperawakan kristal meniang (ellongated habbit) dan termasuk
kedalam mineral primer. Orthoklas memiliki kilap lemak (waxy) dan tidak
berekasi ketika di tetesi larutan HCl. Hal ini menandakan bahwa orthoklas tidak
memilki kandungan karbonat.
Orthoklas merupakan seri continuous, dan memiliki kandungan
aluminium silikat, potassium (kalium), sodium (natrium), dan kadang-kadang
kalsium. Mineral ini terbentuk dari pendinginan perlahan magma dalam kerak
bumi. Ortoklase adalah salah satu mineral yang paling umum dan ditemukan di
seluruh dunia; tetapi, sangat jarang menemukan ortoklas sebagai kristal
berkualitas permata transparan. Mineral Orthoklase merupakan mineral utama
penyusun batuan granit dan felsic lainnya. Mineral ini juga sering dijumpai
sebagai mineral penyusun pegmatit.
Ortoklas merupakan bahan baku untuk pembuatan gelas dan keramik
(porselen). Struktur perthit pada ortoklas (dan albit) sering menampakkan warna
berkilauan yang disebut batu bulan. Orthoklas sering digunakan untuk perhiasan.
Karena terdapat dalam batuan leukogranit sehinnga orthoklas dapat digunakan
sebagai bahan keramik halus atau porselen.
1.2.5 Mineral Olivin

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-11


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Gambar 1.6 Olivin


(Sumber: Koleksi pribadi)
Mineral yang diamati memiliki hijau gelap, Perawakan kristal dari
olivin sendiri adalah meniang serta memiliki kilap lilin Ketika terkena pantulan
cahaya. Mineral olivine termasuk kedalam mineral primer. Ketika dilakukan
pengetesan karbonat menggunakan HCl 0.1 olivin tidak mengalami reaksi yang
menghasilkan gelembung.
Dalam reaksi bowen olivin mineral yang paling pertama terbentuk,
Mineral olivine merupakan mineral mafik yang terbentuk pada temperature sangat
tinggi (Suharwanto, 2021), olivin terbentuk pada suhu 1000-12000C. Umumnya,
mineral olivin merupakan mineral pembentuk batuan dan juga sebagai minearal
pengiring dalam batuan beku basa seperti gabbro, peridotit, kimberlit, ophiolit,
dan lain-lain.
Karena resistensi panas olivin tinggi, olivin dapat dimanfaatkan untuk
membuat batu bata tahan panas. Olivin juga dapat dijadikan perhiasan setelah
mengalami proses perubahan menjadi permata peridot atau juga disebut
chrysolite atau evening emerald (zamrud senja) karena berwarna hijau serupa
dengan zamrud.
1.2.6 Mineral Hornblende

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-12


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Gambar 1.7 Hornbland


(Sumber: Koleksi pribadi)
Mineraral yang sedang diamati akan menghasilkan kilap arang ketika
terkena cahaya. Mineral tersebut memiliki perawakan kristal membundar.
Hornblende tidak bereaksi ketika ditetesi oleh larutan HCl 0,1 N, yang
menandakan bahwa mineral hornblend tidak mengandung karbonat.
Hornblende terbentuk dari proses pendinginan magma pada suhu 800-
9000C. Menurut pembahasan buku Djauhari Noor tahun 2009, hormblende
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal berbentuk
jarum yang masuk dalam kelompok amfibol. Hornblend juga menjadi mineral
pembentuk batuan pada batuan beku seperti diorit, gabbro, basalt pada betuan
metamorf seperti pada hornblendite.
Di Indonesia sendiri hornblende tersebar di beberapa daerah gunung
berapi, Hornblende dapat ditemukan didaerah gunung api di Indonesia, diantara
lain Gunung Semeru di Malang, Gunung Berapi di Yogyakarta, Gunung Slamet
di Jawa Tengah. Menurut Sukandarumidi pada tahun 2009 hornblende dapat
digunakan untuk keperluan indusri kimia, obat-obatan, industri bangunan dan
perhiasan.
1.2.7 Mineral Kalsit

Gambar 1.8 Kalsit


(Sumber: Koleksi pribadi)
Mineral yang diamati merupakan mineral skunder yang memiliki
warna asli putih namun karena ada faktror pengotor pada waktu pembentukan
nya menyebabkan warnanya kecoklatan. Mineral kalsit memiliki kilap non-
logam kaca dan transparan ketika ditembus cahaya. Ketika ditetesi oleh larutan
HCl 0,1 N kalsit bereaksi meninmbulkan gelembung yang menunjukkan bahwa
kalsit merupakan mineral karbonat yang mengandung CaCO3.

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-13


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Pada penjelasan Graha tahun 1987, mineral kalsit terbentuk akibat


penghabluran kembali larutan batu gamping akibat pengaruh air tanah/hujan.
Kalsit dapat pula terbentuk akibat proses hidrothermal temperatur rendah dan
berasosiasi dengan senyawa sulfida. kalsit juga dapat terbentuk karena proses
metamorfose kontak atau regional pada batu gamping yang diterobos oleh
batuan beku.
Kalsit dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, kalsit dalam
bentuk batu gamping dapat dimanfaatkan menjadi kapur tohor. Kristal kalsit
yang transparan dapat dijadikan sebagai prisma. Selain itu, dapat juga sebagai
bahan pemutih, cat, bahan dasar industri semen. Kalsit yang berupa batu kapur
dapat menetralkam tanah yang asam sehingga dapat dijadikan sebagai pupuk
buatan

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-14


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.3 Kesimpulan
Pada acara 1 praktikum mineralogi dan peterologi mempelajari mengenai
mineral terdapat 7 mineral yang di teliti. Berdasarkan pada pembahasan di atas
mineral yang mengandung silika terbagi atas 4 komposisi yaitu; ultrabasa, basa,
intermediate, dan felsic. Olivine dan piroksen merupakan mineral ultrabasa yang
berwarna agak gelap. Hornblende merupakan keluarga mineral amphibole yang
biasa ditemukan pada batuan beku intermediate. Dari 7 mineral diatas hanya 2
yang merupakan mineral sekunder, yaitu pyrite dan kalsit. Dalam hal pengujian
HCl 0,1 N pada mineral diatas, mineral yang bereaksi akan mengeluarkan buih
ditempat yang terkena HCl, pengujian ini guna untuk mengetahui kandungan
karbonat pada mineral

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-15


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

DAFTAR PUSTAKA
Hurlbut, C.S., and Switzer, G.S., 1979. Gemology. A Wiley-Interscience Publication.
John Wiley &Sons. New York-Chichester-Brisbane-Toronto Singapore
Mulyaningsih S., 2018, Kristalografi dan mineralogi, Yogyakarta, Akprind Press,
Volume (1), 108-109
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press
Suharwanto. 2023. Buku Panduan Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran”
Yogyakarta.
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Warmada, I Wayan. 2018. Modul Mineralogi Optik: Asosiasi Mineral dalam Batuan.
Yogyakarta: Laboratotium Geologi Optik Universitas Gadjah Mada

JONATHAN GINTING / 114220018 / PLUG 3 I-16

Anda mungkin juga menyukai