Anda di halaman 1dari 15

MODUL

PRAKTIKUM

PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR

DISUSUN OLEH :
ASISTEN GEOLOGI DASAR
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
1 PENGENALAN DAN IDENTIFIKASI MINERAL

1.1 Pendahuluan

Dimasa ini terjadi peningkatan konsumsi sumber daya mineral oleh


industri, seiring dengan berkembang pesatnya teknologi dan sains. Beberapa jenis
mineral diperlukan Dalam pembuatan baterai, bahan semikonduktor, bahkan
material industri. Tingginya konsumsi ini memaksa terjadinya eksplorasi
cadangan endapan mineral baru dan optimalisasi tambang yang sejauh ini telah
beroperasi. Salah satu dasar utama dalam eksplorasi endapan mineral adalh
penguasaan terhadap karakteristik mineral. Pada acara praktikum ini , praktikan
diharapkan dapat memiliki pemahaman yang baik terkait tahapan mendeskripsi
mineral berdasarkan aspek fisiknya.

1.2 Tujuan praktikum

1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar mineral dan tahapan


deskripsinya.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sifat fisik mineral (warna, cerat,
kilap, belahan, kekerasan, reaksi terhadap asam, kemagnetan, dan lainnya)
dan memberikan deskripsi yang tepat.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi mineral penyusun batuan.

1.3 Defenisi

Mineral adalah bahan padat anorganik, yang terbentuk secara alamiah,


seragam dengan ilmu yang yang membahas tentang sifat-sifat fisik dari bumi,
serta mempelajari tentang interior bumi yang nantinya akan menjawab
kekurangan, karena terbentuk alamiah, padat, dan memiliki karbon dalam ikatan
kimia tertentu . sedangkan batubara meskipun tersusun atas karbon namun juga
terdapat berbagai unsur lain yang menunjukkan ketidakseragaman,
sehingga lebih cocok disebut batuan.
,

Gambar 1.1 Polimorf karbon yang hadir dalam bentuk kristal isometrik (intan) dan kristal
heksagonal (grafit)
Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan
mineral-mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan.
Mineral-mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang menempati
bagian terbesar di bumi (Tabel 3), antara lain unsur Oksigen (0), Silikon (Si),
Aluminium (AL), Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) clan
Magnesium (Mg).

Tabel 1 kelimpahan berbagai unsur pada kerak bumi


Weight percent Atom percent Volume percent
0 46,60 62,55 93,8
Si 27,72 21,22 0,9
Al 8,13 6,47 0,5
Fe 5,00 1,92 0,4
Ca 3,63 1,94 1,0
Na 2,83 2,64 1,3
K 2,59 1,42 1,8
Mg 2,09 1,84 0,3
Total 98,59 100 100

3.4 Pengenalan Mineral

Mineral dapat dikenal dengan menguji sifat fisik umum yang dimilikinya.
Sebagai contoh, garam dapur halite (NaCl) dapat dengan mudah dirasakan.
Komposisi kimia seringkali tidak cukup un tuk menentukan jenis mineral,
misalnya mineral grafit (graphite) dan intan (diamond) mempunyai satu
komposisi yang sama yaitu karbon yang terbentuk dari banyak kerucut gunung
berapi yang didasari oleh kerak samudera sebagai satuan yang rigid relatif
terhadsp semua lempeng lainnya.

Mineral dapat dipelajari dengan seksama melalui bentuk potongan (hand


spacimen) dan mineral, atau batuan dimana dia terdapat, dengan sebagai satuan
yang rigid relatif terhadap semua lempeng lainnya. Ketika lempeng dari proses
perubahan (deformasi) akibat tektonik, yaitu proses gerak yang terjadi. Akibatnya,
batuan cair panas dari mantel dibawahnya bermigrasi menerobos keatas preparat
saytan tpis (thin section) dengan ketebalan 0,003mm, dibawah mikroskop
polarisasi.

3.5 Sifat Fisik Mineral


Bentuk Kristal dan Perawakan (Crystal habit)

Suatu kristal dibatasi permukaan (sisi kristal) yang mencerminkan struktur


dalam memberikan pandangan tentang bagaiman Samudra atlantik terlihat terlihat
pada masa permukaan luar kristal. Pada kondisi yang baik, kristal dapat tumbuh
dengan bidang-bidang muka sempurna dengan geometri tertentu. Jika atom
penyusun tumbuh dengan cara memanjang, maka bentuk kristalnya menyerupai
jarum. Jika tumbuh simetri maka akan menjadi kubus. Kuarsa adalah contoh
mineral yang mempunyai kristal trigonal prismatic dan memanjang. Sifat simetri
kristal adalah hubungan sebagai satuan yang rigid relatif terhadap semua lempeng
lainnya. Ketika lempeng mineral yang sama selalu menunjukkan hubungan
menyudut dari sisi-sisi krista.l yang disebut sebagai sudut an tar sisi
( constancy of interfa.cia.l angles); yang merupakan dasar dari sifat simetri.
Bentuk kristal ditentukan berdasarkan sifat-sifat simetrinya. yaitu, bida.ng
simctri clan sum bu simctri. Dikcnal tujuh bentuk kristal yaitu Kubus (Cubic),
Tetragonal, Ortorombik (Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin
(Triclinic), Hexagonal clan Trigonal.
Gambar 1.2 Jenis system kristal dan beberapa variasinya

Beberapa mineral umumnya berupa bentuk kristal yang terdiri dari kristal
tunggal atau rangkaian kristal, yang dikenal istilahnya sebagai perawakan
(crystal habit). Perawakan kristal mineral sangat dipengaruhi proses
pembentukannya. Beberapa mineral menunjukkan perawakan khas, seperti
asbes yang berserabut, kembaran kristal plagioklas, mineral mika yang
berlembar, hematite yang globular, dan pirit yang hadir dengan intergrowth
kristal.

Gambar 1.3 Beberapa jenis perawakan mineral

Warna dan cerat

Warna dari mineral adalah warna yang terlihat di permukaan yang


bersih dan sinar yang cukup. Suatu mineral dapat berwarna terang,
transparan (tidak berwarna atau memperlihatkan warna yang berangsur
atau berubah). Warna sangat berariasi, umumnya karena perbedaan
kompisisi kimia atau pengotoran pada mineral. Akibat hadirnya
pengotor, kuarsa dapat hadir dalam berbagai warna. Kuarsa
dengan pengotor besi (Fe) akan menjadi amethyst yang berwarna ungu,
pengotor titanium (Ti) akan menghasilkan citrine yang berwarna cokelat
gelap, dan pengotor alumunium (Al) dapat menghasilkan smoky quartz
yang berwarna abu-abu (Gambar 20). Begitu juga dengan corundum
yang dapat hadir sebagai ruby dan saphire. Mineral juga memiliki
kammpuan untuk meneruskan cahaya. Karakteristi ini diebut juga
sebagai transparansi mineral. Umumnya mineral silikat memiliki sifat
ini, sedangkan mineral sulfida dan oksida bersifat opaqua (tidak mampu
meloloskan cahaya).

Gambar 1.4 Kuarsa dan berbagai variasi warna dan habit


kristalnya

Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila


mineral digoreskan pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna
goresan. Untuk mineral-mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk.
Jika warna mineral cenderung tidak konsisten karena dipengaruhi oleh
berbagai faktor, maka warna gores lebih konsisten. Mineral pirit yang dapat
hadir dengan warna kuning keemas an hingga berwarna terang keperakan
selalu hadir dengan cerat berwarna abu-abu gelap. Begitu juga dengan
mineral hematit yang cenderung berwarna kemerahan selalu hadir dengan
cerat cokelat kemerahan (Garnbar 21). Beberapa mineral yang kekerasannya
melebihi kuarsa, tidak bisa begitu saja diuji dengan porselen, tapi harus digerus
menjadi serbuk atau digores pada mineral lain yang lebih keras, seperti berlian.

Gambar 1.5 Cerat pada beberapa mineral

Kilap (luster)

Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan


mineral. Ini akan tergantung pada kualitas fisik permukaan (kehalusan,
transparansi, dan kesegaran mineral). Secara umum kilap pada mineral
dibagi menjadi kilap logam dan kilap nonlogam (Tabel 4). Mineral bijih
dapat dikenali dengan kilap logamnya, sedangkan mineral silkat ditandai
dengan kilap kacanya. Mineral galena dapat menunjukkan kilap logam jika
kondisi segar, namun jika telah tersingkap di permukaan dan mengalami
pelapukan dan oksidasi justru akan menunjukkan kilap kusam.

Demikian juga dengan beberapa mineral seperti grafit yang dapat


hadir dalam bentuk kilap mutiara (pearly) saat telah tersingkap.

Tabel 2 Berbagai jenis kilap pada mineral

Metallic (Logam) Seperti logam terpoles Digunakan untuk pemerian


mineral bijih dan sulfida
SubMetallic Kilap yang menunjukkan transisi
antara logam dan nonlogam,
biasanya disebabkan oleh karat
dan oksidasi
Vitrous (Kaca) Kilap seperti pecahan kaca Digunakan untuk pemerian
mineral silikat
Resinous Seperti resin atau getah yang
telah mengering
Silky Seperti serat pada permukaan
benang
Pearly Seperti kilap pada mutiara
Earthly Tidak menunjukan kilap justru
kusam seperti tanah

Gambar 1.6 Perbedaan kilap pada galena akibat perbedaan kondisi mineral

Belahan (cleavage) clan pecahan (fractures)

Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk


pecah melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah
belahan ini umumnya scjajar dcngan satu sisi-sisi kristal, Belahan dapat
berupa lcmbarau 1 arah, belahan 2 arah yang tidak tcgak Iurus, bclahan 2
arah tegak Iurus, belahan 3 arah togak lurus, maupun belahan rombohedral
(belahan 3 arah tidak saling tegak lurus) Kesempurnaan belahan
diperikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk. Disebut
sernpurna jika ruuka kristal menunjukkan kenarnpakan planar
yang mcmanjang kousistcn, sodangkau bclahan disebut buruk jika bidang
belah tidak meneruskannya hanya setempat berupa bdaing planar.
Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal,
atau mineral tcrsebut pocah tidak mclalui bidang belahannya, yang
discbut scbagai rckahan (fracture). Beberapa sifat rekahan karakteristik,
misalnya pada kuarsa mernbentuk lengkungan permukaan yang kosentris
(conchoidal fracture). Beberapa istilah lain adalah, serabut (fibrous)
pada ashes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty, pada mineral
yag lunak misalnya kaolinit.

Gambar 1.7 Beberapa jenis belahan pada mineral

v\ J v v
A. C leavage excellent or perfect (large, parallel, flat surfaces)
B. Cleavagegood or imperfect (small, parallel, flat, stair-like surfaces)

Light

\ rays

C. Cleavage poor (a few small, flat surfaces difficult to detect) Light

rays

D. Fractures (broken surfaces lacking cleavage planes)

Conchoidal: Uneven: Hackly: Splintery: Fibrous: smooth


rough breaks along splinters separates curved irregular jagged like wood
into soft fracture fracture surfaces I ike fibers, surfaces, surfaces
broken like cloth like glass metal

Gambar 1 . 8 Deskripsi pecahan dan belahan pada mineral

Kekerasan (hardness)
Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini ditentukan
dari dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak diketahui dengan mineral lain yang
telah diketahui. Dengan cara ini Mohs membuat skala kekerasan relatif dari mineral-
mineral, dari yang paling lunak hingga yang paling keras.

Untuk pemakaian praktis, dapat digunakan kuku (± 2,5), jarum tembaga (± 3,5),
pisau silet (5 - 5,5), pecahan kaca (± 5,5) dan kawat baja dengan kekerasan (± 6,5).
Gambar 1.9 Skala kekerasan Mohs

𝑆𝐺 = 𝑊1 ⁄(𝑊1 − 𝑊2 )
Referensi

Anda mungkin juga menyukai