Anda di halaman 1dari 25

Pengenalan Mineralogi

1. Definisi Mineral
Mineralogi merupakan ilmu yang mempelajari mineral baik dalam bentuk individu maupun bentuk
kesatuan (agregat). Mineral (yang tersusun atas kristal-kristal) merupakan komponen terkecil dari
material bumi.
Mineral adalah material/ zat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Terbentuk secara alami
Bukan melalui rekayasa laboratorium maupun aktivitas manusia lainnya
b. Merupakan senyawa anorganik
Senyawa anorganik nerupakan senyawa yang bukan berasal dari aktivitas makhluk hidup.
Dicirikan dengan strukturnya yang lebih sederhana, non-biologis, mengandung logam, dapat
membentuk garam kimia maupun asam dan basa.
c. Memiliki komposisi kimiawi tertentu
Semua anggota suatu kelompok mineral pada umumnya memiliki jenis struktur yang sama, sifat
fisik yang sama, dan secara kimia saling terkait, namun memiliki perbedaan kimia tertentu.
d. Memiliki struktur kristal tertentu
e. Memiliki sifat fisik yang konsisten

Mineral terbentuk melalui proses- proses alamiah di berbagai lingkungan di bumi yang
memungkinkan atom- atom yang bersesuaian saling berikatan satu sama lainnya. Adapun proses- proses
pembentukan mineral, antara lain :
a. Penguapan dari larutan
Penguapan adalah proses perubahan cairan menjadi padatan ketika temperatur bertambah.
Adapun jenis- jenis larutan yang dapat menguap dan membentuk mineral antara lain: air
permukaan (mata air, danau, dan sungai); air tanah (yang ada di dalam tanah atau tersimpan
pada lapisan- lapisan batuan); dan larutan hidrotermal (larutan yang berasal dari magma atau
air tanah yang terpanaskan oleh magma).
b. Penyubliman gas
Sublimasi adalah proses perubahan dari gas menjadi padatan ketika temperatur berkurang.
Proses ini terjadi ketika gas- gas volkanik keluar ke permukaan bumi atau gas- gas dari larutan
terpisah di bawah permukaan bumi.
c. Kristalisasi
Kristalisasi adalah perubahan bentuk dari cairan menjadi padatan saat temperatur menurun.
Kristalisasi terjadi pada aliran lava di permukaan yang membentuk mineral vulkanik atau pada
magma di bawah permukaan yang membentuk mineral plutonik.
d. Pertumbuhan fase padat
Merupakan proses tumbuhnya kristal- kristal mineral baru sebagai pengganti mineral yang telah
ada sebelumnya. Proses ini umumnya terjadi saat metamorfisme.
e. Reaksi padat-cair atau padat-gas
Ketika suatu mineral kontak dengan suatu cairan atau gas, maka atom- atom mineral tersebut
akan bereaksi dengan atom pembentuk cairan atau gas tersebut kemudian membentuk ikatan

4
yang berbeda dan menghasilkan suatu mineral baru. Proses ini umumnya terjadi pada berbagai
proses pembentukan mineral, proses pelapukan (weathering), pembentukan urat(vein), serta
proses metamorfisme.

Proses-proses pembentukan mineral tersebut merupakan proses yang alami sehingga proses
pembentukan hingga berhentinya proses tersebut dipengaruhi oleh faktor pengontrol dari alam yaitu
perubahan temperatur dan tekanan. Perubahan temperatur dan tekanan ini tidak lepas dari dinamika
bumi, yakni siklus termal pada suatu mega sistem : tektonik lempeng. Dengan demikan, pembelajaran
mineral menjadi dasar dalam pembelajaran ilmu kebumian advance seperti geodinamika.
Di alam ini, terdapat sekitar 2000 jenis mineral yang telah diketahui, namun hanya terdapat beberapa
mineral yang banyak dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan yang dikelompokkan sebagai berikut.

Tabel 1.1. Kelompok mineral pembentuk batuan berdasarkan susunan kimianya

Tabel 1.2. Appendix A : Kelompok mineral pembentuk batuan berdasarkan susunan kimianya

5
2. Identifikasi Mineral

Salah satu dari ciri mineral adalah sifat fisiknya yang konsisten. Sifat yang konsisten ini terjadi
karena pada pembentukannya, mineral tersebut memiliki kondisi kimia yang stabil sehingga sifat fisik
tertentu dapat menggambarkan bagaimana struktur dan ikatan kimianya secara konsisten. Tiap mineral
memiliki sifat sifat unik yang berbeda beda. Dengan mengenai sifat sifat ini maka dapat diketahui jenis
dan nama mineralnya. Berikut adalah sifat – sifat konsisten fisik mineral yang dapat diidentifikasi :

a. Warna(color)
Warna merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat dan merupakan salah satu sifat optik
mineral yang terbentuk sebagai suatu perpaduan yang rumit antara pemantulan, penyerapan,
pembiasan, penerusan, penghamburan, dan penguraian cahaya ketika mereka bereaksi dengan
komposisi kimia dan struktur kristal dari mineral tersebut. Warna mineral dipengaruhi oleh faktor
kimiawi dan ketidakteraturan struktur. Mineral dengan warna yang tetap dan tidak dipengaruhi oleh
pengotor kimiawi maupun kerusakan struktur disebut idiokromatik (self-colored) seperti azurit
(selalu biru), sulfur(selalu kuning), dan galena(selalu abu-abu). Mineral yang warnanya tidak tetap
dan sangat dipengaruhi oleh pengotor kimiawi dan kerusakan struktur disebut alokromatik (foreign-
colored) seperti kuarsa dan kalsit. Dikarenakan hal tersebut, maka warna merupakan sifat fisis
mineral yang hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral jenis idiokromatik.

b. Kilap(luster),
Kilap merupakan kenampakan mineral yang ditunjukkan oleh permukaan mineral saat terkena
cahaya terpantul. Secara umum, kilap mineral terbagi menjadi dua macam yaitu kilap logam dan
kilap non- logam sebagai berikut.
1) Kilap Logam (metallic luster)
Kilap logam merupakan ciri mineral yang dapat memantulkan cahaya sebanyak
mungkin, sedikit menghamburkan, dan menyerap sisanya. Contoh mineral yang
memiliki kilap ini antara lain galena, pirit, magnetit, kalkopirit, grafit, dan hematit.
2) Kilap Non-logam (non-metallic luster)
Kilap non-logam merupakan kilap yang dimiliki mineral yang mampu meneruskan
sebagian cahaya. Biasanya mineral yang memiliki kilap ini memiliki cerat putih atau
berwarna cerah. Kilap non-logam terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
▪ Kilap intan (adamantin) : merupakan kilap yang memantulkan cahaya
benderang atau cemerlang. Kilap ini biasanya dimiliki oleh mineral batumulia
seperti intan, emerald, rubi, dan safir.
▪ Kilap kaca/ kilap gelas (vitreous) : merupakan kilap yang benderang seperti kaca
yang terkena cahaya. Kilap ini dimiliki oleh mineral kuarsa, kalsit, dan fluorit.
▪ Kilap sutera (silky luster) : dimiliki oleh mineral yang berbentuk serat paralel,
seperti serpentin, asbes, aktinolit, gypsum.
▪ Kilap damar/ kilap lilin (resinous) : memiliki ciri seperti kilapan pada lilin atau
getah pohon, misalnya pada mineral amber dan sphalerit.
▪ Kilap mutiara (pearly) : disebut juga kilap lemak atau kilap sabun seperti pada
mineral opal dan nepelin.
▪ Kilap tanah (dull) : merupakan kilapan yang suram seperti pada tanah lempung.
Adapun contoh mineral yang memiliki kilap ini antara lain kaolin, bauksit, dan
limonit.

c. Ketembusan Cahaya (Diafenity)


Diafenitas atau disebut juga dengan keopakan (opaque) merupakan sifat yang ditunjukkan oleh
mineral berdasarkan pada jumlah cahaya yang diteruskannya.
Diafenitas dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Opak
Mineral tidak dapat meneruskan cahaya sama sekali karena cahaya yang diterima oleh
mineral ini sepenuhnya diserap atau dipantulkan. Pada umumnya mineral opak ini
memiliki cerat berwarna hitam, contohnya galena dan pirit.
2) Translusen
Mineral hanya mampu meneruskan sedikit cahaya namun tidak mampu meneruskan
suatu gambar. Sifat translusen ini berkisar antara sedikit translusen hingga sedikit
transparan, contohnya plagioklas, ortoklas, kuarsa, dan aragonit.
3) Transparan
Mineral mampu meneruskan sebagian cahaya sehingga dapat meneruskan suatu
gambar. Pada umumnya mineral yang memiliki sifat ini memiliki cerat yang berwarna
putih, contohnya kalsit dan fluorit.

d. Cerat(streak)
Streak atau cerat merupakan warna suatu mineral dalam bentuk bubuk sehingga cerat
merupakan warna asli dari suatu mineral karena warna luar suatu mineral belum tentu sama
dengan warna gores atau ceratnya, dapat sama dengan warna mineralnya namun dapat pula
berbeda. Contoh azurit berwarna biru dengan cerat warna biru, kuarsa berwarna merah dengan
cerat warna putih, dll.

e. Belahan(cleavage)
Belahan adalah kecenderungan mineral untuk membelah pada satu atau beberapa arah tertentu
ketika dikenai suatu gaya atau tekanan. Mineral dapat dikatakan terbelah apabila ketika mineral
dikenai gaya, mineral tersebut tidak hancur tapi terbagi- bagi melalui suatu bidang yang licin dan
dapat memantulkan cahaya. Bidang belah mineral terbentuk karena tenaga pengikat atom
dalam struktur kristal tidak seragam ke segala arah, sehingga pada ikatan yang lemah akan
membentu bidang yang memiliki kecenderungan membelah. Karena keteraturan sifat dalam,
maka belahan akan nampak sejajar dan teratur.
Berdasarkan pada kualitas atau tingkat kesempurnaannya, belahan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam sebagai berikut.
1) Belahan sangat sempurna : kristal atau mineral dapat membelah menjadi laminasi yang
sangat tipis seperti sisik ikan, dengan permukaan yang rata dan licin seperti cermin.
Contohnya mika.
2) Belahan sempurna : Permukaan bidang belahan rata, licin, dan berkilauan. Contohnya
kalsit.
3) Belahan tegas : Permukaan bidang belah rata, licin, dan retak- retak. Contohnya
plagioklas dan ortoklas.
4) Belahan tidak sempurna : Hampir tidak ada bidang belah yang rata dan licin. Disebut
juga pecahan uneven. Contohnya beril dan apatit.
5) Belahan buruk : Terdapat belahan namun arah belahan sangat sulit ditentukan.
Contohnya korundum.
Suatu kristal mineral juga dapat memiliki beberapa arah belahan dengan tingkat kesempurnaan
yang sama maupun berbeda, yaitu sebagai berikut.
Belahan satu arah.
Contoh: muskovit.

Belahan dua arah dengan sudut 900.


Contoh: ortoklas.

Belahan dua arah dengan sudut tidak sama


dengan 900.
Contoh: amfibol.

Belahan tiga arah dengan sudut 900.


Contoh: Halit dan galena.

Belahan tiga arah dengan sudut tidak sama


dengan 900.
Contoh : galena.

Belahan empat arah.


Contoh: Fluorit.
Belahan enam arah.
Contoh: Sfalerit.

Tabel 1.3. Macam-macam belahan pada mineral

f. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk berpisah- pisah dalam arah yang tidak teratur
akibat mineral tersebut dikenai gaya. Pecahan mineral biasanya membentuk bidang pecah
(fracture cleavage) yang dicirikan dengan permukaan yang tidak rata dan tidak memantulkan
cahaya. Pada umumnya terdapat 4 macam pecahan sebagai berikut.
1) Conchoidal; dicirikan oleh bidang yang halus dan melengkung seperti pada pecahan
botol dan kaca, misalnya pada mineral kuarsa, kalsedon, opal, dan garnet.
2) Splintery/Fibrous; pecahan yang ditunjukkan oleh agregat kristal yang tumbuh
seperti serat, misalnya pada asbestos, augit, dan gipsum selenit.
3) Even; pecahan yang menunjukkan permukaan bidang pecahan yang halus,
contohnya pada kelompok mineral lempung.
4) Uneven; pecahan yang menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar,
contohnya magnetit dan hematit.
5) Hackly; pecahan yang menunjukkan permukaan yang kasar dan tidak teratur serta
runcing- runcing seperti pada logam alam yang dapat ditempa seperti emas, perak,
besi, dan seng.

g. Bentuk(form)
Mineral umumnya terbentuk sebagai suatu kristal baik dalam bentuk yang teratur atau
kristalin maupun yang tidak membentuk kristal atau disebut amorf. Bentuk kristal suatu
mineral umumnya dipengaruhi oleh sistem kristal mineral tersebut. Adapun contoh mineral
amorf misalnya chert dan flint.
Pada umumnya kristal yang terbentuk pada mineral kristalin tidaklah ideal dikarenakan
selama pertumbuhan mengalami gangguan oleh kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan
tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya bentuk- bentuk kristal yang khas baik yang
terbentuk sendiri-sendiri maupun secara berkelompok (agregat)
Berikut ini merupakan pembagian sistem kristal:

Sistem Kubus (Reguler / Monometrik /


Isometrik)
• Memiliki tiga garis kristal berpotongan
yang sama panjang dan sudut potong
yang sama yakni 90˚

• Panjang sumbu a1 = a2 = a3
• Contoh mineral dengan sistem kristal
isometrik adalah gold, pyrite, galena,
halite, fluorite (Pellant, chris:1992).
Sistem tetragonal (Dimetrik)
• Sistem kristal dengan satu sisi yang
memiliki perbedaan panjang tetapi
dengan sudut yang sama-sama 900 .
• Panjang sumbu a1 = a2 ≠ c
• Contoh mineral dengan sistem kristal
tetragonal adalah rutile, atunite,
pyrolusite, leucite, scapolite (Pellant,
chris:1992)

Sistem Rombik
• Sistem kristal dengan ketiga sumbu
yang beda panjang dengan sudut
yang sama 900.
• Panjang sumbu a ≠ b≠ c
• Contoh mineral dengan sistem kristal
orthorhombic adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite, dan witherite
(Pellant, chris:1992).

Sistem Monoklin
• Mempunyai satu sumbu yang miring
dari tiga sumbu yang dimilikinya
• Panjang sumbu a ≠ b ≠ c
• sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ
• sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring)
• Contoh mineral dengan sistem kristal
monoklin adalah azurite, malachite,
colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant,
chris:1992)
Sistem Triklin
• Mempunyai 3 sumbu simetri yang satu
dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus
• Panjang sumbu a ≠b≠c
• Contoh mineral dengan sistem kristal
triklin adalah albite, anorthite,
labradorite, kaolinite, microcline, dan
anortoclase (Pellant, chris:1992)

Sistem Heksagonal
• mempunyai 4 sumbu kristal, dimana
sumbu c tegak lurus terhadap ketiga
sumbu lainnya
• Panjang sumbu a = b =d≠c
• Contoh mineral dengan sistem kristal
heksagonal adalah quarts, corundum,
hematite, calcite, dolomite, apatite
(Mondadori, Arlondo:1977)

Sistem Trigonal
• Panjang sumbu a = b = d ≠ c
• Contoh mineral dengan sistem
kristal trigonal Tourmaline dan
cinnabar (Mondadori, Arlondo:1977

Tabel 1.4. Macam-macam sistem kristal


h. Berat Jenis (specific gravity)
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat mineral dengan berat air yang sama volumenya
dengan mineral tersebut. Adapun cara pengukurannya yaitu dengan menimbang mineral di luar air
terlebih dahulu kemudian menimbangnya di dalam air. Berat jenis terhitung dari perbandingan berat
mineral di luar air dengan berat mineral di luar air yang dikurangi berat mineral di dalam air.

i. Sifat Dalam
Sifat dalam ialah sifat yang ditunjukkan mineral terhadap gaya yang diberikan atau bila kita
berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan, membengkokkan, atau mengirisnya.
Yang termasuk dalam sifat ini antara lain:
1) Rapuh (brittle); yaitu sifat mineral yang mudah hancur tetapi bisa dipotong- potong,
seperti kuarsa, ortoklas, kalsit, dan pirit.
2) Mudah ditempa (malleable); yaitu mineral yang dapat ditempa menjadi lapisan yang
tipis seperti pada mineral logam (emas, besi, tembaga)
3) Sectile; yaitu sifat mineral yang dapat diiris dengan pisau dengan hasil irisan yang rapuh,
contohnya mineral gipsum.
4) Fleksibel: yaitu sifat mineral yang berupa lapisan tipis serta dapat dibengkokkan namun
tidak dapat kembali lagi seperti semula, contohnya ialah talk dan serpentin.
5) Elastik; yaitu sifat mineral yang berupa lapisan tipis dan dapat dibengkokkan tanpa
menjadi patah dan dapat kembali lagi seperti semula bila tekanan yang diberikan
dihilangkan atau dihentikan. Contohnya ialah mineral muskovit.

j. Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat yang ditunjukkan oleh mineral ketika dikenai gaya magnet.
Berdasarkan pada kuatnya respon mineral saat dikenai gaya magnet. Sifat kemagnetan ini
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Ferromagnetik yaitu apabila mineral tertarik kuat oleh gaya magnet. Contohnya ialah
mineral magnetit, nikel, kobalt, dan phirotit.
2) Diamagnetik yaitu apabila mineral tidak dapat tertarik atau menolak gaya magnet yang
diberikan.
3) Paramagnetik yaitu apabila mineral hanya tertarik oleh gaya magnet yang sangat kuat
atau gaya elektromagnetik.

k. Kelistrikan
Sifat kelistrikan mineral dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pengantar arus (konduktor),
tidak mengantarkan arus (non-konduktor) dan semikonduktor. Sifat kelistrikan mineral dapat
dihasilkan akibat dari kontak mineral terhadap kondisi sekitar yakni.
1) Piroelektrisitas yaitu induksi arus listrik dari satu ujung kristal ke ujung kristal lainnya
akibat pertambahan temperatur. Contohnya adalah mineral turmalin.
2) Pizoelektrisitas yaitu induksi arus listrik yang disebabkan oleh penambahan tekanan atau
stress karena terjadi perpindahan muatan ion dalam struktur kristal akibat stress
tersebut. Contohnya adalah mineral kuarsa yang dapat digunakan untuk mencari
gelombang radio dan pada mesin jam.

Pada umumnya fenomena piroelektik dan pizoelektik ini terjadi pada mineral anisotropik yang
tidak simetris.
3. Beberapa Mineral Penyusun Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Tabel 1.5. Beberapa mineral utama pembentuk batuan


4. KLASIFIKASI MINERAL
Menurut James Dwight Dana, berdasarkan kemiripan komposisi kimianya, mineral dibagi menjadi
8 golongan, yakni:
1. Unsur (native element), dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur kimia, memiliki sifat dalam
yang umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak, tembaga, arsenic,
bismuth, belerang,
2. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam dan semi logam dengan
belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag2AsS2)
3. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil dengan satu atau
lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethite (FeOOH)
4. Haloid atau Halida, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif seperti
Cl, Br, F, I, contohnya mineral: Halit (NaCl), Sulvit (KCl), dan Fluorit (CaF2).
5. Nitrat, Karbonat, dan Borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan anion
kompleks, CO2, NO3. Contohnya: Kalsit (CaCO3), Niter (NaNO3).
6. Sulfat, Kromat, Molibdat, dan Tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan anion sulfat,
kromat, molibdat, dan tungstat. Seperti: Barit (BaSO4), Wolframit ((Fe, Mn) Wo4).
7. Fosfat, Arsenat, dan Vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), Vanadinit (Pb3Cl(PO4)3).
8. Silikat, merupakan mineral yang jumlahnya meliputi 25% dari keseluruhan mineral yang dikenal
atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si
dan O. contohnya Kuarsa (SiO2), Zeolit-Na(Na6[(AlO2)6(SiO2)30].24H2O)

A. Unsur (Native Element)


Merupakan mineral yang bersifat stabil, bukan merupakan anion dan hanya memiliki satu unsur.
Ciri-cirinya yakni dapat ditempa (malleable)dan memiliki berat jenis 6̴ gr/cm3. Golongan mineral
ini dibagi menjadi dua yakni :
▪ Logam (Metal element), seperti emas dan perak
▪ Non-logam (semi-metal dan non-metal), seperti sulfur, bismuth dan intan
Pembentukan
Unsur-unsur native elements jarang terdapat di permukaan ataupun didalam kerak bumi. Native
elements ini bukan merupakan golongan pembentuk batuan (rock forming). Asal mula
pembentukan mineral native element berkaitan dengan pengerasan atau pembentukan magma
dengan reaksi kimia yang sekunder atau dengan reaksi-reaksi kimia yang bertemperatur dan
memiliki tekanan yang tinggi.
Manfaat
▪ Intan : sebagai mata bor, karena kekerasannya yang tinggi sehingga dapat menembus
lapisan batuan yang keras
▪ Sulfur : bahan campuran kosmetik, obat-obatan
▪ Grafit : untuk pembuatan alat tulis

B. Mineral Oksida dan Hidroksida


Mineral oksida terbentuk dari kombinasi kation dengan anion berupa oksigen, tergolong memiliki
kekerasan yang cukup tinggi (contoh: korundum) dan beberapa mineral yang cukup rendah
(contoh: psilomelane) Sedangkan mineral hidroksida merupakan mineral yang terbentuk akibat
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida dan reaksi pembentukannya terkait
dengan pengikatan air. Contoh mineral hidroksida : goethite (FeOOH) dan limonite (Fe2O3H2O).
Berdasarkan klasifikasi Nickel – Strunz, mineral oksida dapat dibagi menjadi beberapa golongan
diantaranya:
▪ Metal Oxygen. Contoh: Magnetite dan Hematite
▪ Hydroxides. Contoh: Manganite
▪ Uranyl Hydroxides. Contoh: Paraschoepite
▪ Vanadates. Contohnya: Vanuralite [Al(UO2)2(VO4)2(OH)]
▪ Arsenites, Antimonites, Bismuthites, Sulfites. Contoh: Kusachiite CuBi2O4
▪ Iodates. Contoh: Salesite Cu(IO3) (OH)

C. Mineral Halida
Merupakan mineral yang tebentuk dari kation logam bersifat elektropositif (contoh: Na+1, K+1,
Ca+1)yang berikatan dengan anion dari unsur halogen (F, Cl, Br, I).
Ciri khas mineral kelompok halida:
▪ Rapuh
▪ Translusen
▪ Mudah larut
▪ Memiliki kekerasan menengah
▪ Titik lebur tidak terlalu tinggi
▪ Konduktor listrik dan panas yang buruk
▪ Kristal mineral memiliki simetri yang tinggi
Ciri khas tersebut dikarenakan ikatan yang menyusun mineral dalam kelompok halida merupakan
ikatan ion dan bermuatan listrik kecil.

Klasifikasi mineral kelompok halide berdasarkan Nickel – Strunz, mineral kelompok halide
dibedakan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
▪ Halida sederhana, tanpa kandungan H2O contohnya seperti: Halit, Sylvit, Miersite, dan
Villiaumite.
▪ Halida sederhana, dengan kandungan unsur H2O contohnya seperti: Hydrohalite,
Antarcticite, dan Chloraluminte.
▪ Halida kompleks contoh mineralnya seperti: Steropesite, Avogadrite dan barberiite
▪ Oxyhalides, Hydroxyhalides and related double halides contoh mineralnya seperti:
Atacamite, Melanothallite, dan Paratacamite.

Manfaat
▪ Halida seperti cerargit (AgCl), bromit(AgBr), dan iodirit (AgI) berhubungan erat dengan bijih
perak dan dikenal di beberapa tempat seperti Meksiko, New South Wales (Australia) dan
barat daya Amerika Serikat.
▪ Atacamite adalah konstituen dari bijih tembaga seperti yang terdapat di eksplorasi tembaga
di Chile.
▪ Kriolit (Na3AlF4) digunakan untuk pengolahan bijih alumunium seperti bauksit.
▪ Kandungan potsium dalam silvit (KCl) dimanfaatkan sebagai pupuk.

D. Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil kombinasi antara logam atau semilogam dengan belerang(S) dan
termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores) sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Contohnya yakni galena (PbS) dan pirit (FeS2).

Kelompok sulfida terbagi menjadi 2 kelompok kecil, yaitu:


▪ Tellurides, jika Tellurium menggantikan unsur Sulfur (S) sebagai anion mineral. Contoh:
Sylvanite (AuAgTe4)
▪ Arsenides, jika Arsenic menggantikan unsur Sulfur (S) sebagai anion mineral. Contoh:
Nickeline (NiAs), Smaltite [(Co, Ni) Ass], Chloantite [(Ni,Co)As2]

Pembentukan
Pada umumnya pembentukan mineral Sulfida terbentuk disekitar wilayah gunung api yang
memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan
mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses
tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas).

Larutan hidrotermal terbentuk pada fase akhir siklus pembekuan magma. Interaksi antara larutan
hidrotermal dengan batuan yang dilewati akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral
penyusun batuan samping dan membentuk mineral alterasi. Larutan hidrotermal tersebut akan
terendapkan pada suatu tempat membentuk mineralisasi. Alterasi terjadi akibat reaksi fluida
dengan “wall rocks”.

Gambar 1. Pembentukan Mineral Sulfida pada system Geothermal

Ciri-ciri
▪ Memiliki kilap logam, berat jenis tinggi, dan memiliki tingkat kekerasan yang rendah. Hal-hal
tersebut berkaitan dengan unsur utamanya yang berupa logam. Namun beberapa mineral
cenderung memiliki kekerasan rendah seperti Galena (PbS) dan Molybdenite (MoS2).
▪ Kebanyakan mineral sulfide berada dalam system kubus, tetragonal, dan heksagonal, yang
mencerminkan derajat kesimetrisan bangun kristalnya.
▪ Sebagian mineral sulfide yang didominasi ikatan logam bersifat opak dengan kilap logam,
warna yang khas, dan cerat berwarna kuat.
▪ Mineral sulfide non-opak cenderung memiliki indeks bias yang besar dan meneruskan cahaya
pada tepi yang tipis.
▪ Kebanyakan mineral sulfide bersifat lunak dan dapat menjadi konduktor listrik yang baik, yang
mencerminkan kehadiran ikatan logam di dalam strukturnya.

Manfaat
Sulfida merupakan mineral yang sangat penting dalam industri dan merupakan bijih utama dari
tembaga, seng, timbal, airraksa, bismut, kobal, arsen, antimon. nikel, dan logam bukan-besi yang
lainnya. Misalnya Pirit (FeS2), meskipun pirit bukan merupakan bijih untuk diambil besinya, tetapi
digunakan sebagai sumber asam sulfur.
Beberapa manfaat mineral sulfide lainnya adalah:

Galena (PbS), Argentite (Ag2S) : Sumber utama bijih perak

Kalkosit (Cu2S) : Sumber utama bijih tembaga

Alabandite (MnS) : Produk pembakaran

Sphalerite (ZnS) : Sumber utama seng

Cinnabar (HgS) : Sumber utama merkuri

Stibnite (Sb2S3) : Pembuatan kabel, baterai timbal, cat, dan peralatan medis

E. Mineral Sulfat
Kelompok mineral sulfat memiliki komposisi kimia berkation sulfur dengan 4 anion oksigen dan
membentuk tetrahedral (SO4)2- yang berkombinasi dengan logam atau semi-logam. Pembentukan
mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan), zona oksidasi, zona kontak
metamorfik.
Pada umumnya mineral sulfat memiliki kilap seperti kaca, tingkat kekerasan sedang, massa jenis
sedang, berkilap kaca. Beberapa mineral ini mudah larut dan beberapa diantaranya bersifat
“fluorescent”. Beberapa contoh mineral sulfat antara lain anhydrite (CaSO4), gypsum (C
CaSO4.2H2O). barite (BaSO4), dancelestite (SrSO4).

Anhydrit dan gypsum memiliki kesamaan di senyawa pembentuknya yaitu CaSO4, namun yang
membedakan antara anhydrite dengan gypsum terletak pada lingkungan pembentukannya dimana
Gypsum akan terbentuk pada daerah yang masih terdapat kandungan air, sedangkan anhydrit
terbentuk pada daerah yang lebih kering.

Sedangkan untuk perbedaan barite dan celestite selain dari kation pembentuknya juga terletak
pada reaksi terhadap pembakaran. Berite memiliki reaksi warna/ nyala pembakaran berwarna
hijau, sedangkan Celestite reaksinya berupa warna merah. Kedua mineral tersebut memiliki sistem
kristal yang sama.

Klasifikasi mineral sulfat menurut Nickel-Strunz:

▪ Mineral Sulfat tanpa tambahan Anion dan tanpa H2O


▪ Mineral Sulfat dengan tambahan Anion dan tanpa H2O
▪ Mineral Sulfat tanpa tambahan Anion namun dengan H2O
▪ Mineral Sulfat dengan tambahan Anion dan dengan H2O
▪ Uranyl Sulfates
▪ Chromates
▪ Molybdates, Wolframates, Niobates
▪ Uranium, Uranyl Molybdates, dan Wolframates
▪ Thiosulfates

Manfaat

▪ Anhydrite
Anhydrite menghasilkan asam sulfur dengan kandungan belerang, serta salah satu bahan baku
kertas dan batu hias karena kenampakannya yang indah.
▪ Barite
Merupakan mineral bijih Barium. Selain itu, juga sebagai bahan tambahan penting untuk
lumpur pengeboran minyak bumi.
▪ Celestite
Sebagai sumber utama untuk mendapatkan logam Strontium selain itu, garamnya juga biasa
digunakan sebagai bahan utama pembuatan kembang api karena dapat menghasilkan api yang
berwarna merah terang. Dalam industri, Celestite digunakan sebagai bahan campuran karet,
cat, serta elemen baterai. Pada varietas yang tidak berwarna dan transparan, dapat menjadi
bahan kaca serta keramik (varietas yang berkilau).
▪ Gypsum
Biasanya digunakan sebagai perekat pada bangunan-bangunan kuno serta bahan campuran
dalam semen. Selain itu, juga dijadikan ornamen, baik untuk pahatan maupun dilebur lalu
dicetak menjadi ornamen interior dalam bangunan.

F. Mineral Karbonat
Kelompok mineral karbonat merupakan persenyawaan kimia dimana satu atau lebih unsur-unsur
logam atau semi-logam bersenyawa dengan karbonat (CO3)2. Kelompok mineral ini merupakan
penyusun utama dari batuan sedimen di permukaan bumi.
Ciri-ciri
▪ Pada umumnya memiliki tingkat kekerasan yang rendah
▪ ketembusan cahaya yang transparan, berwarna cerah, bercerat putih,
▪ bermassa jenis sedang, dan jika ditetesi dengan asam klorida (HCl) akan berbuih.
▪ Munculnya buih sebagai penanda terbentuknya karbondioksida (CO2).

Reaksi kimia terbentuknya karbondioksida (CO2) pada mineral karbonat

2HCl + CaCO3 → CaCl2 + H2O + CO2

Mineral karbonat dibagi menjadi 3 kelompok:


▪ Kalsit (CaCO3),
▪ Aragonit (CaCO3), dan
▪ Dolomit (CaMg(CO3)2)
Perbedaan antara kalsit dan aragonit adalah tempat pembentukannya. Kalsit terbentuk pada
kedalaman yang lebih dalam dibandingkan dengan aragonit.

Umumnya, pembentukan mineral karbonat tidak terlepas dari kondisi air. Terdapat variasi
kedalaman laut sehingga mineral mineral karbonat terbentuk. Namun, produktivitas
terbentuknya mineral karbonat hanya pada wilayah dimana cahaya matahari dapat
menembus (Light saturation zone). Selain itu, produktivitas mineralnya pun dipengaruhi oleh
organisme penyusun batuan karbonat. Mineral-mineral karbonat terbentuk pada lingkungan
laut oleh endapan dari bangkai plankton. Seperti halnya dengan mineral sulfat, karbonat juga
terbentuk pada daerah evaporitik dan/atau pada daerah karst yang membentuk gua (caves),
stalaktit, dan stalagmit. Dalam beberapa kasus, nitrat (NO3) dan borat (BO3) juga termasuk
dalam kelas karbonat.

Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomit
(CaMg(CO3)2, kalsit (CaCO3), dan magnesit (MgCO3), Rhodochrosite (MnCO3). Sedangkan
contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
Gambar 2. Zona pembentukan mineral karbonat.

Manfaat
1. Kalsit
Pada industri pertanian kalsit bermanfaat sebagai pemupukan tanah. Pada industri
metalurgi kalsit dengan kualitas tinggi diperlukan dalam pembuatan baja, sedangkan
pada industri kimia kalsit digunakan memproduksi kaustik soda dan alkali lainnya. Selain
itu, kalsit juga merupakan reservoar minyak dan gas yang baik
2. Dolomit
- Sebagai bahan pembuatan semen
- Reservoir minyak dan gas
- Bahan dasar pembuatan kaca, dan pupuk

G. MINERAL FOSFAT
Kelompok mineral fosfat muncul sebagai garam anorganik yang merupakan kombinasi antara
kation logam dengan anion (PO4)3-. Reaksi antara senyawa mineral dengan anion fosfat yang
membentuk senyawa mineral kelompok fosfat disebut fosfatisasi. Anion fosfat tersebut berasal
dari hasil pelapukan tulang atau cangkang biota yang mengalami pelapukan di daratan.
Dibanding mineral karbonat, mineral fosfat lebih mudah larut pada lingkungan diagenesis dan
lingkungan pelapukannya. Berikut adalah salah satu contoh fosfatisasi pada lingkungan
pembentukannya:

5 CaCO3 + 3 (PO4) 3- + OH- → Ca5 (PO4)3 (OH) + 5 CO32-


Kelompok fosfat terbagi menjadi 5 kelompok kecil, yaitu:

• Fosfat anhydrous
Contoh: Xenotime (YPO4), Monazite ((Ce, La, Y, Th) PO4)
• Fosfat terhidrasi
Contoh: Vivianite ((Fe3(PO4)2.8H2O)
• Fosfat anhidrous yang mengandung hidroksil atau halogen
Contoh: Amblygonite ((Li, Na) Al(PO4) (F, OH)), Apatite (Ca5(PO4)3(F, Cl, OH))
• Fosfat terhidrasi yang mengandung hidroksil
Contoh: Turqoise (CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O)
• Fosfat uranil
Contoh: Torberinite (Cu(UO2)2(PO4)2.8 - 12H2O), Autinite (Ca(UO2)2(PO4)2.10 - 12H2O)

Klasifikasi mineral Fosfat berdasarkan pembentukannya:

• Fosfat Primer
Fosfat Primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang mengandung mineral fosfat
apatit, terutama fluor apatit (Ca5(PO4)3F). Apatit sendiri dibedakan atas Chlorapatite
(3Ca3(PO4)2CaCl2) dan Flour apatite (3Ca3(PO4)2CaF2.
• Fosfat Sedimenter
Fosfat Sedimenter (marine) merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut
dalam, lingkungan alkali, dan lingkungan yang tenang. Fosfat alam terbentuk di laut dalam
bentuk kalsium fosfat yang disebut phosphorit. Bahan endapan ini dapat ditemukan dalam
endapan yang berlapis-lapis hingga ribuan milpersegi. Elemen P berasal dari pelarutan
batuan, sebagian P diserap oleh tanaman, dan sebagian lagi terbawa oleh aliran ke laut
dalam.
• Fosfat Guano
Fosfat Guano merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang
terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air tanah.

Lebih dari 200 spesies mineral fosfat ditemukan dan secara strukturnya adalah tetrahedral (PO4).
Meskipun banyak mineral fosfat ditemukan di alam, hanya ada dua mineral fosfat yang sering
dijumpai yaitu:
• Apatit [Ca5(PO4)3(Cl, F, OH)]
Terbentuk dalam batuan beku dan pada batuan sedimen laut yang disebut fosforit. Selain
banyak dipergunakan sebagai pupuk, apatit juga penyusun utama gigi manusia.
• Monasit [(Ce, Y, La, Th) PO4]
Monasit ditambang dari endapan pantai bersama logam berat lain seperti sirkon, magnetit,
rutil, ilmenit and garnet
H. MINERAL SILIKAT
Kelompok mineral silikat merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan
beberapa unsur metal. Ion silika (Si+4) dan ion oksigen (O-2) saling berikatan membentuk
tetrahedral silika (SiO4)-4. Mineral ini merupakan kombinasi unsur-unsur utama yang terdapat
di bumi; O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg. Melimpahnya kelompok mineral ini merupakan akibat
melimpahnya unsur oksigen, silikon dan alumunium di kerak bumi (O = 47%, Si = 28%, dan Al =
8%). Mineral silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Mineral silikat hadir sebagai produk dari
magma yang keluar di permukaan bersamaan dengan terbentuknya batuan beku.

Berdasarkan warnanya, mineral silikat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:


a) Ferromagnesium mineral
Umumnya mempunyai warna gelap dengan densitas (berat jenis) yang besar. Contoh:
Olivin, Serpentin, Piroksen, Hornblende, Biotit
b) Nonferromagnesium mineral
Umumnya berwarna terang dengan densitas (berat jenis) yang lebih kecil. Contoh:
Muskovit, Feldspar, Kuarsa

Beberapa contoh mineral silikat beserta kegunaannya:


1. Kuarsa (Quartz)
Manfaat yakni untuk alat optik, gerinda, industri keramik, kaca dan gelas, dalam jumlah besar
digunakan sebagai fluxs dalam proses metalurgi. Varietas yang memiliki warna menarik dapat
digunakan sebagai ornamen. Aplikasi yang paling menarik dari kristal kuarsa memanfaatkan
sifat piezoelektrik mereka untuk mengukur tekanan dan mengontrol frekuensi impuls listrik.
Selain dikenal sebagai mineral yang resisten dan stabil, mineral kuarsa juga memiliki banyak
varietas. Varietas kuarsa dibedakan menjadi dua yaitu macrocrystalline dan cryptocrystalline
(chalcedony).
a) Macrocrystalline (memiliki Kristal yang berukuran besar)

• Amethyst, berwarna ungu transparan karena mengandung besi


• Citrine, berwarna kuning terbentuk dari amethyst yang dipanaskan
• Milky Quartz, berwarna putih susu dan diafenitasnya opaque serat kilapnya minyak
• Rose Quartz, berwarna merah atau merah muda karena pengaruh mangan.
• Smoky Quartz, berwarna hitam, abu – abu serta transparan, dan merupakan varietas
kuarsa yang berwarna gelap.
• Geode, merupakan agregat kristal yang dihasilkan dari proses kristalisasi pada suatu
rongga batuan dimana proses kristalisasinya berlangsung dari dinding rongga tumbuh
kedalam inti.
• Silicified wood, biasanya tersusun dari calcedon berwarna coklat.

Gambar 3. Mineral Macrocrystalline


b) Cryptocrystalline (memiliki Kristal yang berukuran kecil, untuk dapat melihatnya
memerlukan bantuan mikroskop)
• Agate, merupakan hasil dari proses kristalisasi seperti geode hanya saja prosesnya
berlangsung dari dalam keluar dan menggabungkan beberapa mineral yang sudah
ada sebelumnya. Biasanya dicirikan dengan gradasi warna yang sangat menarik dan
cerah.
• Jasper, merupakan jenis opaque chalcedony, biasanya berwarna merah, kuning,
hijau, warnanya bergantung pada material koloid dari oksida besi.
• Carnelian, merupakan chalcedon berwarna merah atau coklat kemerahan.
• Flint, dicirikan dengan warna hitam dan memiliki struktur mikroskopis berserat.

Gambar 4. Mineral Cryptocrystalline

PERBEDAAN KRISTALISASI GEODE (Macrocrystalline) dan AGATE (Cryptocrystalline)

GEODE AGATE
(KRISTALIASI KEDALAM INTI) (KRISTALIASI KELUAR INTI)

Gambar 5. Perbedaan kristal geode dan agate

2. Muskovit
Dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik (condensers, elemen pemanas), bahan isian, minyak
pelumas dan material tahan panas. Produksinya ±80ribu ton/tahun.
3. Tourmalin
Mineral ini banyak digunakan sebagai gemstone. Selain itu tourmaline juga dipercaya sangat
bermanfaat untuk kesehatan (untuk terapi)
4. Opal
Biasa digunakan sebagai filter medium dan dapat digunakan sebagai isolator panas maupun
dingin. Produksi opal per tahun kurang lebih 200.000 ton di daerah Lompor, California. Selain
itu precious opaal digunakan sebagai gemstone.
5. Olivine
Dibuat batu permata, khususnya varietas hijau cerah, dan dibuat pasir refraktori yang dipakai
dalam industri pengecoran.
STRUKTUR DAN KLASIFIKASI SILIKAT

Berdasarkan cara penggabungan tetrahedral silika dan pola penggunaan bersama ion oksigen dalam
struktur kristal, silikat dibedakan dalam 6 kelompok, yaitu:
a. Nesosilikat (single tetrahedrons)
b. Sorosilikat (double tetrahedrons)
c. Siklosilikat (rings)
d. Inosilikat (single and double chains)
e. Filosilikat (sheets)
f. Tektosilikat (frameworks)

Nesosilikat (single tetrahedrons)


• Tetrahedral silika tunggal yang
tidak saling membagi ion oksigen
dengan tetrahedral silika lain
• Rasio Si : O adalah 1 : 4
• Contoh: olivine dan garnet.

Gambar 6. Struktur Ikatan Nesosilikat (Hefferan & O’Brien, 2010)


Lingkaran Biru adalah Kation-kation Terestrial

Sorosilikat (double tetrahedrons)


• Dua tetrahedral saling berikatan
membentuk satu unit
• Pada tiap tetrahedron, satu atom
O dipakai bersama dengan
tetrahedron lainnya membentuk
struktur ikatan dasi kupu-kupu
(Bow-ties)
• Rasio Si : O adalah 2 : 7
• Contoh: Epidote
Gambar 7. Struktur Ikatan Sorosilikat (Hefferan & O’Brien, 2010)

Siklosilikat (rings)
• Dua atau lebih tetrahedral silika
berikatan dengan menggunakan
2 atom O nya dan membentuk
struktur tertutup seperti
lingkaran.
• Rasio Si : O adalah 1: 3
• Contoh: Tourmaline

Gambar 8. Struktur ikatan siklosilikat (Hefferan & O’Brien, 2010)


Inosilikat (single and double chains)
• ikatan tetrahedral-tetrahedral SiO4
saling membentuk rantai yang
rendah dan tidak terbatas
panjangnya
• Kelompok inosilikat dibedakan
menjadi:
0. Rantai Tunggal/Sederhana Gambar 9. Struktur ikatan inosilikat tunggal (Hefferan & O’Brien,2010)
Rasio Si : O yakni 1 : 3,
contoh: piroksen
1. Rantai Majemuk/Ganda
Filosilikat
rasio Si: O adalah 4 : 11
contoh: amfibol
Gambar 10. Struktur ikatan inosilikat ganda (Hefferan & O’Brien,2010)

Filosilikat (sheets)
• Berasal dari kata philon = daun
• Rasio antara Si : O = 2 : 5
• Contoh: kelompok serpentin,
kelompok mineral lempung,
kelompok mika, kelompok klorit

Gambar 11. Struktur ikatan filosilikat (Hefferan & O’Brien,2010)

Tektosilikat (frameworks)
• Sering disebut sebagai "Kerangka
Silikat" karena strukturnya yang
terdiri dari tetrahedron -
tetrahedron saling berhubungan
yang akan bergerak ke segala arah
• Rasio Si : O adalah 1 : 2
• Cenderung memiliki kekerasan
yang tinggi
• Contoh: Kelompok silika, kelompok
feldspar, kelompok zeolit

Gambar 12.Struktur ikatan tektosilikat (Hefferan & O’Brien,2010)

Tabel 1.6. Macam-macam struktur kristal


Gambar 13. Gambar jenis struktur pada mineral silikat dan contoh kelompok mineralnya.

5. POLIMORPH DAN ISOMORP

Polimorf merupakan dua atau lebih mineral yang memiliki komposisi sama, namun strukturnya
berbeda. Contoh dari Polimorf antara lain:
• Intan dan grafit tersusun oleh Carbon, tapi mereka adalah mineral yang berbeda.
• Kuarsa, tridimit, kristobalit adalah polimorf dari SiO2
• Calcite dan aragonite adalah polimorf dari CaCO3
Isomorf merupakan dua atau lebih mineral yang memiliki struktur sama, tetapi komposisinya
berbeda. Contoh dari Isomorf yaitu:
• emas (Au), perak (Ag)
• halit (NaCl), galena (PbS).

Oleh karena itu kita lebih sering sering menyebut nama mineral-nya dari pada rumus kimianya
DAFTAR PUSTAKA

Husein, Salahuddin.2012.”Bahan Ajar Kuliah Mineralogi”.Yogyakarta : Jurusan Teknik


Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Hussein, Salahuddin. 2009. “Handout Geologi Dasar 2010”. Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Winata, Ekrar. Kusumawardani, F. Dithya. 2013.“Modul Praktikum Mineralogi 2013 :
Identifikasi Mineral 1”. Laboratorium Mineralogi Geofisika Fakultas Marematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

Rafferty, P John.2012.”Minerals”.New York: Britannica Edicational Publishing.

Warmada, I Wayan, 2014. Kristalografi dan Mineral. Yogyakarta, Lab Bahan Galian,
Jurusan Teknik Geologi FT-UGM.

Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. “Minerals of Hydrothermal and Fumarolic Systems”.


Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.

Dwi Suwarno, Apriaditama. Hayuningtyas, Sekar Dirgantari. 2013. “Modul Praktikum


Mineralogi 2013 : Mineral Sulfat, Fosfat, dan Karbonat” Laboratorium Mineralogi
Geofisika Fakultas Marematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada

_____.2012.Bahan Ajar Praktikum Mineralogi:Identifikasi Mineral 1.

_____.2012.Bahan Ajar Praktikum Mineralogi:Identifikasi Mineral 2.

Tim Asisten Praktikum Mineralogi. 2015. Buku Panduan Praktikum Mineralogi.


Yogyakarta : Laboratorium Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Gadjah Mada

Abdullah, Muhammad, dkk. 2011. Minerals of Hydrothermal and Fumarolic


Systems. Yogyakarta; Program Studi Geofisika FMIPA UGM.
Warmada, I Wayan, 2014. Kristalografi dan Mineral. Yogyakarta, Lab Bahan Galian,
Jurusan Teknik Geologi FT-UGM.

Tim asisten Praktikum Mineralogi. 2015. Buku Panduan Praktikum Mineralogi: Mineral
Golongan Silikat (1). Yogyakarta: Laboratorium Geofisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

Nukman, Mochamad. 2015. Bahan Ajar Kuliah Mineralogi: Klasifikasi Mineral berdasarkan
Anion. Yogyakarta: Laboratorium Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai