Anda di halaman 1dari 19

Nama : Emylia Putri Kusumadewi

NIM : 21040122120038

Kelas : B

Mineral dan Batuan


A. Mineral
Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat di alam dan terdiri dari unsur-unsur
kimiawi di dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom di dalamnya akan tersusun
mengikuti pola yang sistematis (Jeffery 1987). Mineral memiliki sifat homogen. Mineral
dapat berwujud sebagai batuan, tanah, dan pasir yang telah melalui proses pengendapan
pada dasae sungai.

Ilmu yang mempelajari mineral dapat disebut mineralogi, dimana pada ilmu mineralogi
akan mempelajari tentang sifat-sifat fisik dan juga kimia, cara untuk memperoleh, proses
terjadinya, dan juga manfaatnya.

Pembentukan mineral terbagi menjadi dua macam, yaitu :


1. Kritalisasi
Kristal pada mineral terbentuk dari dua sumber utama, yaitu magma dan air solusi.
Magma berupa cairan panas yang memiliki tekstur seperti bubur gandum. Magma utama
berupa atom yang selalu bergerak bebas dari kelompok mineral silikat seperti silikon,
alumunium, potassium, sodium, kalium, dan juga besi.
2. Kestabilan
Mineral akan stabil apabila kombinasi atom dapat menarik atom yang lainnya, kemudian
diberikan perlakuan kondisi sesuai dengan lingkungan. Suhu dan tekanan memiliki
pengaruh terhadap stabilitas mineral.

Sifat fisik mineral merupakan sifat fisik yang dimiliki oleh suatu mineral yang dapat
digunakan untuk mengenali satu jenis mineral. Sifat fisik terbagi menjadi 12 bagian
yaitu:
1. Kilap (luster)

Merupakan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan suatu mineral. Gejala ini
terdapat apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi. Kilap tergantung pada kualitas
fisik permukaan (kehalusan dan transparansi). Secara umum kilap dibagi menjadi dua,
yaitu kilap logam dan kilap non logam.

a. Kilap logam (metallic luster), merupakan suatu mineral yang mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam.
Contoh : gelana, pirit, magnetit, dll
b. Kilap non logam (non metallic luster), terbagi menjadi 6 yaitu
 Kilap Intan (adamantin luster), misalnya cemerlang seperti intan
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya kuarsa dan kalsit
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyerupai sutera pada umumnya terdapat
pada mineral yang memiliki struktur serat. Misalnya asbes, alkanolit, dan gips
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar. Misalnya spharelit
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun. Misalnya serpentin,
opal, dan nepelin
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung. Misalnya kaolin, bouxit, dan
limonitCerat
2. Warna (colour)
Merupakan cahaya yang terpancar dari suatu mineral yang dapat dilihat oleh mata
telanjang, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral. Pada
hakekatnya warna dari suatu mineral tidak hanya satu jenis, namun bisa berwarna
lebih dari satu tergantung dari komposisi kimia dan pengotorannya.
Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa
Susu) (SiO2)
Kuning : Belerang (S)
Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
Abu-abu : Galena (PbS)
Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
3. Kekerasan (hardness)
Suatu ukuran daya tahan dari permukaan suatu mineral terhadap goresan (stratching).
Kekerasan relatif dari suatu mineral dapat ditentukan dengan membandingkan suatu
mineral tertentu yang digunakan sebagai kekerasan standar. Standar kekerasan yang
sering dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman
yang disebut skala kekerasan Mohs. Skala Mohs memiliki 10 skala, yang dimulai dari
skala 1 untuk mineral terlunak hingga skala 10 untuk mineral terkeras.

4. Cerat/goresan pada bidang (streak)


Merupakan warna mineral yang berbentuk serbuk/hancuran. Warna pada cerat bisa
sama dengan warna asli mineral, namun dapat juga berbeda.
 Pirit :  Berwarna keemasan, jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna hitam
 Hematit :  Berwarna merah, jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan
jejak berwarna merah kecoklatan
 Augite :  Cerat abu-abu kehijauan
 Biotite :  Cera tidak berwarna
 Orthoklase  :  Cerat putih
5. Belahan (cleavage)
Merupakan kecenderungan suatu mineral untuk membelah diri pada satu/lebih arah.
Belahan yang dimaksud disini adalah apabila kita pukul tidak akan hancur, namun
hanya terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Karena keteraturan sifat di
dalam mineral, belahan akan terlihat berjajar dan teratur. Contoh mineral yang mudah
membelah yaitu kalsit, kalsit membelah sehingga mempunyai tiga arah belahan,
sedangkan kuarsa tidak memiliki belahan
a. Belahan satu arah : muscovite
b. Belahan dua arah : feldspar
c. Belahan tiga arah : halit dan kalsit
6. Pecahan (fracture)
Merupakan kecenderungan suau mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak
teratur apabila dikenai suatu gaya. Perbedaan antara pecahan dan belahan dapat dilihat
dari sifat suatu permukaan mineral pada saat memantulkan sinar. Pada belahan akan
terlihat halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, namun peada pecahan
akan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
Macam-macam pecahan mineral :
 Concoidal: Apabila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol Misalnya kuarsa
 Splintery/fibrous: Apabila menunjukkan gejala seperti serat
Misalnya asbestos, augit, dan hipersten
 Even: Apabila pecahan menunjukkan permukaan bidang pecahan halus Misalnya
pada kelompok mineral lempung seperti limonit.
 Uneven: Apabila pecahan menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar
Misalnya magnetit, hematite, kalkopirite, dan garnet
 Hackly: Apabila pecahan menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing-runcing
Misalnya pada native elemen emas dan perak
7. Bentuk
Merupakan suatu mineral yang berbentuk kristal, memiliki bentuk teratur dan dapat
dikendalikan oleh sistem kristal, namun ada juga yang tidak. Mineral yang berbentuk
kristal disebut kristalin. Mineral kristalin memiliki bentuk khas yang disebut amorf.
a. Bangun kubus : galena, pirit
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole
c. Bangun doecahedon : garnet
d. Mineral amorf misalnya : chert, flint
Struktur pada agregasi mineral yaitu,
 Struktur granular atau struktur butiran, terdiri dari butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi yang sama, isometrik. Berdasarkan ukuran butiran dapat
dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata
biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut sakaroidal
 Struktur kolom, terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma
memanjang dan halus, dapat dikatakan memiliki struktur fibrous atau struktur berserat.
Struktur kolom dapat dibedakan menjadi struktur jarring-jaring (retikuler), struktur
bintang (stelated), dan radier
 Struktur lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabular sepeerti mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris dan foliasi
 Sturktur imitasi, terdiri dari kelompok mineral yang memiliki kemiripan bentuk
dengan benda lain. Mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok
8. Berat Jenis (specific gravity)
Merupakan perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
sering digunakan adalah menimbang mineral terlebih dahulu kemudian menimbang
lagi dalam keadaan di dalam air. Berat yang terhitung di dalam air merupakan berat
mineral dikurangi berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral
9. Sifat Dalam (tenacity)
Merupakan sifat jika kita berusaha untuk mematahkan, memotong, menghancurkan,
membengkokkan, dan megiris.
 Rapuh (brittle), mudah hancur tapi bisa dipotong-potong
Contoh : kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit
 Mudah ditempa (malleable), dapat ditempa menjadi lapisan tipis
Contoh : emas, tembaga
 Dapat diiris (secitile), dapat diiris dengan pisau dan hasil irisan rapuh
Contoh : gypsum
 Fleksible , mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa patah dan
sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula
Contoh : mineral talk, selenit
 Blastik, mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa patah dan dapat
kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya
Contoh : muskovit
10. Kemagnetan (magnetism)
Merupakan sifat mineral terhadap gaya magnet. Mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah disebut paramagnetic.
11. Kelistrikan (electricity)
Merupakan sifat listrik suatu mineral yang terbagi menjadi 2 yaitu, pengantar arus
(konduktor) dan tidak menghantarkan arus (non konduktor). Selain itu ada istilah
semikonduktor, merupakan mineral yang memiliki sifat konduktor namun dalam
batasan-batasan tertentu.
12. Daya lebur mineral
Merupakan meleburnya mineral apabila dipanaskan, dapat dilakukan dengan
membakar bubur mineral di dalam api. Maka daya leburnya dapat dikatakan dalam
derajat keleburan.

Mineral dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu,


1. Mineral anorganik
Merupakan senyawa kimia yang ada secara alamiah. Mineral anorganik merupakan
mineral yang tidak dapat dicerna oleh tubuh atau bersifat racun.
2. Mineral organik
Merupakan senyawa karbon Mineral organik merupakan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh.

Mineral pembentuk batuan dibagi menjadi tiga :


1. Mineral utama
Merupakan komponen mineral dari batuan yang diperlukan untuk menggolongkan dan
menamakan suatu batuan. Selain itu mineral utama merupakan penyusun utama batuan.
Misalnya felspar, plagioklas, ortoklas, mika, muskovit, biotit, amfibol, horenblenda,
piroksen, augit, olivine, dan kuarsa
2. Mineral sekunder
Merupakan mineral yang terbentuk dari mineral primer yang telah melalui proses
pelapukan, sirkulasi larutan, dan juga metamorfosis.
Misalnya klorit yang terbentuk dari mineral biotit yang telah melalui proses pelapukan
3. Mineral aksesori/tambahan
Merupakan mineral yang terbentuk dar kristalisasi magma, memiliki jumlah yang
sedikit (5%).
Misalnya mineral zircon yang terdapat dalam batuan asam/granit

B. Batuan
Batuan merupakan Mterial yan terentuk akibat dari perubahan mineral dari satu atau
beberapa jenis mineral yang telah dicampur menjadi satu. Batuan juga merupakan
agregasi dari satu/beberapa jenis mineral yang bercampur menjadi satu, namun sifat dasar
dari setiap mineral masih tetap terlihat (lebih sederhana dari mineral).

Batuan dibagi menjadi 4 yaitu batuan beku, batuan gunung api, batuan sedimen, dan
batuan metamorf.
1. Batuan beku
Merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma dan mengeras, baik didalam
maupun diluar permukaan bumi. Secara umum. Mineral penyusun batuan beku
adalah cairan siliat pijar yang bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500 hingga
25000C.

Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku terbagi menjadi dua yaitu :


A. Batuan beku intrusi (plutonis)
Merupakan batuan beku yang berasal dari pembekuan magma di dalam bumi atau
batuan plutonik. Batuan ini terbentuk dari pendinginan yang berjalan sangat lambat.
Maka dari itu batuan beku intrusi memiliki kristal yang sempurna (holokristalin).

Ciri-ciri batuan plutonis


- Berbutir kasar
- Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)

Tubuh batuan beku intrusi dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

a. Konkordan, merupakan intrusi yang sejajar dan perlapisan batuan di sekiatarnya,


antara lain
 Sill : instrusi yang melembar (sheetlike) sejajar dengan batuan sekitar
 Laccolith : sill dengan bentuk kubah (planconvex) di bagian atas
 Lapolith : massa intrusi yang melensa dengan ketebalan 1/10 hingga 1/12 dari
lebar tubuhnya. Bagian tengahnya cekung di sisi atas
b. Diskordan, merupakan intrusi yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya, antara
lain :
 Dike : intrusi yang berbentuk tabular yang memotong pada struktur lapisan batuan
disekitarnya
 Batholith : intrusi yang tersingkap di permukaan, memiliki ukuran lebih dari 100
km2, bentuk tak beraturan, tidak diketahui dasarnya
 Stock : intrusi mirip dengan batholith, ukuran yang tersingkap di permukaan
kurang dari 100 km2
B. Batuan beku ekstrusi (vulkanis)
Merupakan jenis batuan yang berasal dari pembekuan magma di permukaan bumi atau
disebut juga batuan vulkanik. Batuan beku ekstrusi merupakan kelompok batuan afanitik.

Ciri-ciri batuan vulkanis :


- Berbutir halus dan sering terdapat kaca
- Memperlihatkan struktur vesikuler

Struktur batuan beku ekstrusi yaitu,


 Masif : struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam
 Sheeting joint : struktrur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
 Columnar joint : struktur yang memperlihatkan batuan terpisah polygonal seperti
batang pensil
 Pillow lava : struktur yang menyerupai bantal (bergumpal). Akibat dari proses
pembekuan yang terjadi pada lingkungan air
 Vesicular : struktur yang meperlihatkan lubang pada batuan beku, terbentuk dari
pelepasan gas pada saat pembekuan
 Amygdaloidal : struktur vesicular yang terisi mineral seperti kalsit, kuarsa, dan
zeoli
 Struktur aliran : struktur yang memperlihatkan kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran

Berdasarkan warna atau komposisisi mineral gelapnya (mafic) terbagi menjadi empat
yaitu,
- Leucocratic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar 0-
30%
- Meocratic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar 30-
60%
- Melanocratic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar
90%
- Hypermelanic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar 90-
100%

Berdasarkan kandungan silika, batuan beku terbagi menjadi empat yaitu :

 Batuan beku asam : silika > 65%


 Batuan beku menengah : silika 65-52%
 Batuan beku basa : silika 52-45%
 Batuan beku ultrabasa : silika < 45%

Nama Batuan Kandungan


Kandungan
Sifat Mineral Indeks Warna
Intrusi Ekstrusi Silika (%)
Mafic (%)
Granit
Ryolit
Adamelit
Ryodasit Asam > 65 0-30 Leucocratic
Granodiori
Dasit
t
Trachyt
Syienit
Andesit
Diorit Menengah 65-52 30-60 Mesocratic
Trachyt
Monzonit
andesit
Gabro Basalt Basa 52-45 60-90 Melanocratic
Peridotit Dunit Ultrabasa < 45 90-100 Hypermelanic

2. Batuan Gunung Api


Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil aktivitas gunung api, baik secara
langsung ataupun tidak. Secara langsung disini memiliki pengertian erupsi gunung
api setelah dingin/mengendap akan menjadi batu di tempat itu juga, sedangkan jika
secara tidak langsung maka endapan/batuan gunung api mengalami perombakan atau
deformasi terlebih dahulu (Zuhdi, Muhammad. 2019). Aktivitas gunung api yaitu
proses erupsi/keluarnya magma dari dalam bumi ke arah permukaan.

Pembentukan batuan gunung api

C. Batuan sedimen
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil perombakan batuan lainnya, melalui
proses pelapukan (weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan.
Pada akhirnya akan mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Proses lain yang
dapat menghasilkan batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran,
erupsi gunung api.

Sifat-sifat utama batuan sedimen :


a. Ada bidang perlapisan, mencerminkan proses sedimentasi yang pada umumya
proses sedimentasi bersifat fisika dan kimia
b. Bersifat klasik/berbutir, menandakan bahwa butiran sudah pernah pecah/lepas
c. Terdapat jejak/bekas kehidupan, terutama pada batuan golongan karbonat (batu
gamping, batu gamping terumbu)
d. Hablur (tersusun atas kristal), maka akan selalu monomineralic

Proses terbentuknya batuan sedimen :


1. Pengikisan terhadap batuan beku, dapat disebabkan pergerakan air, angin, es,
aktivitas makhluk hidup
2. Pengendapan (sedimentasi)
3. Memadat
4. Terbentuk batuan sedimen

Proses sedimentasi terbagi menjadi tiga yaitu :


 Proses sedimentasi mekanik
Merupakan proses pengendapan yang dipengaruhi pergerakan (aktivitas mekanik)
seperti air, gravitasi, angin, es , pergerakan makhluk hidup
 Proses sedimentasi kimiawi
Merupakan pengendapan akibat dari perubahan komposisi mineral pada batuan secara
kimiawi.
 Proses sedimentasi biologis
Merupakan sedimentasi yang disebabkan penghancuran bebatuan oleh aktivitas
makhluk hidup.

Batuan sedimen akan mengalami proses pemadatan dan pengompakan dari bahan
lepas (endapan) sehingga menjadi batuan sedimen utuh, yang disebut diagenesa.
Diagenesa terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan 3000C dan tekanan
1-2 kilobar (Nandi 2010).

Diagenesa terbagi menjadi 3 macam yaitu :


1. Diagenesa eogenik, merupakan diagenesa pada awal sedimen di permukaan air
2. Diagenesa mesogenik, merukapan diagenesa pada saat sedimen mengalami
penguburan yang lebih dalam
3. Diagenesa teogenik, merupakan diagenesa yang terjadi akibat batuan sedimen
tersingkap kembali ke permukaan

Struktur batuan sedimen terbagi menjadi 4 bagian yaitu :


1. Lapisan Bersusun (Graded Bedding)
Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen yang menunjukan perbedaan
fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk suatu lapisan batuan.
2. Lapisan Silang Siur (Cross Bedding)
Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk struktur penyilangan suatu
lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau lapisan batuan yang lebih
muda memotong lapisan batuan yang lebih tua.
3. Gelembur Gelombang (Riple Marks)
Ripple marks merupakan struktur primer perlapisan sedimen yang menunjukan adanya
permukaan seperti ombak atau begelombang, yang disebabkan pengikiran oleh kerja
air dan angin.
4. Rekah Kerut (Mud Cracks)
Rekah Kerut (mud cracks) merupakan struktur sedimen yang berbentuk meruncing ke
bawah dan berpola permukaan poligonal dengan retakan berbentuk V. Mud crack
merupakan hasil penyusutan/pengeringan material sedimen yang disebabkan hilangnya
air yang terkandung di dalam material.

Ciri dan karakteristik batuan sedimen


1. Warna
 Warna terang : putih, kuning, abu-abu terang
 Warna gelap : hitam, merah, coklat
2. Bentuk
 Oblate, berukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama dengan
lebarnya
 Equant, berukuran tinggi, panjang, dan lebarnya hampir sama
 Bladed, beruukuran tinggi, panjang, dan lebarnya berbeda-beda
 Prolate, berukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya berbeda.
3. Kebundaran
 Sangat meruncing (Very angular)
 Meruncing (Angular)
 Meruncing tanggung (Subangular)
 Membundar Tanggung (Subrounded)
 Membundar (Rouded)
 Sangat Membundar (Well Rounded)

4. Ukuran butir

5. Permukaan batuan
 Kasar : permukaan meruncing (terasa tacam), permukaan dipenuhi butir-butir
tidak halus
 Sedang : permukaan tidak terlalu meruncing, tidak terlalu halus. Biasanya
memiliki kebundaran yang tanggung (subrounded) atau keruncingan tanggung
(subangular)
 Halus : permukaan sudah halus dan rata. Terbentuk dari proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut ketika mengalami transportasi

Klasifikasi batuan
1. Batuan sedimen klastik
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil dari pengerjaan kembali (reworking)
terhadap suatu batuan yang telah ada. Batuan sedimen klastik terbentuk dari
hancuran batuan lain.
2. Batuan sedimen non klastik
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil penguapan suatu larutan atau pengendpan
material di tempat itu.

Berdasarkan Proses terjadinya, batuan sedimen terbagi menjadi empat kategori yaitu :
1. Terrigeneous Clastics
Merupakan batuan dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan
(bersifat disika), erosi, transportasi, sedimentasi, dan pembatuan (litifikasi)
Contoh : breksi, konglomerat, batupasir, batulempung
2. Biochemical-Biogenic-Organic Deposits
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi bahan organic (baik flora
maupun fauna) dan proses pelapukannya bersifat kimia
Contoh : batugamping, batubara, rijang
3. Chemical Precipitates-Evaporates
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi kristal dan larutan kimia
yang diendapkan setelah medianya menguap
Contoh : gipsum, batugaram
4. Volcaniclastics (Pyroclastic)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hadil akumulasi materian gung api
Contoh : agglomerat, tuf, breksi

D. Batuan metamorf
Metamorf berhasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta” artinya berubah dan “Morph”
artinya bentuk. Batuan metamorf merupakan batuan hasil transformasi/perubahan dari
suatu tipe batu yang pernah ada. Proses terbentuknya metamorf disebut
metamoorfisme (Puspita et al. n.d.).
Proses terbentuknya batuan metamorf/malihan dipengaruhi perubahan tekanan,
temperature, dan aktivitas kimia dan berhubungan dengan batu yang sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya batuan :


1. Perubahan temperature
2. Perubahan tekanan
3. Aktivitas kimia
4. Proses perubahan batuan metamorf dari batuan asal

Ciri-ciri dan karakteristik batuan metamorf


1. Warna, bergantung pada penyebab terjadinya perubahan sebelumnya
 Kwarsa : putih jernih/putih susu, tidak ada belahan
 Mika : berwarna putih jika diberi muskovit dan berwarna hitam jika diberi
biotit, memiliki belahan
 Feldspar : memiliki belahan dengan ciri tertentu, belahan tegak lurus dan
berwarna merah daging disebut ortoklas, belahan seperti kristal kembar
berwarna putih/abu-abu disebut plagioklas
2. Tekstur
a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk
 Lepidoblastik : mineral-mineral pipih dan sejajar
 Nematoblastik : bentuk menjarum dan sejajar
 Granoblastik : bentuk butir-butir
b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik
Tekstur yang dimiliki heteroblastik
3. Struktur
a. Berfoliasi, merupakan lapisan yang berbentuk seperti belahan. Jenis-jenis
foliasi, antara lain :
 Gneissic, membentuk jalur terputus dan terdiri dari tekstur lepidoblastik
dan granoblastik
 Schistosity, menerus dan terdiri dari selang-seling tekstur lepidoblastik
dan granoblastik
 Phyllitic, menerus dan terdiri dari tekstur lepidoblastik
 Slaty, terdiri dari mineral yang pipih dan sangat luas
b. Non foliasi, merupakan batuan metamorf yang memiliki lapisan tidak
terlihat.
4. Komposisi mineral pembentuk
Mineral hanya terbentuk pada suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa mineral
yang terlibat dalam proses metamorfisme disebut mineal indeks seperti silimanit,
kyanit, stauroli, andalui, dan garnet. Mineral lain yang belum tentu terlibat
dalam proses metamorfisme seperti olivine, piroksen, amphibol, mika, dan
kwarsa
5. Bentuk kristal
 Euhedral : berbentuk sempurna, dibatasi bidang kristal yang ideal (tegas,
jelas, teratur)
 Subhedral : dibatasi bidang kristal yang tidak begitu jelas, Sebagian
teratur dan sebagain tidak
 Anhedral : dibatasi bidang kristal yang tidak teratur

Jenis-jenis batuuan metamorf


a. Pualam/batu marmer
Merupakan batuan yang berasal dari batu gamping/kapur, memiliki campuran
warna yang berbeda-beda, memiliki pita-pita warna, kristalnya dari sedang
sampe kasar, apabila diteteskan asam akan keluar bunyi desah. Batu ini dapat
digunakan utnuk bahan ubin
b. Batu sabak
Merupakan batu yang berasal dari batu serpih, umumnya berwarna abu
kehijauan dan hitam, dapat dibelah menjadi lempengan tipis. Batu ini dapat
digunakan untuk bahan kerajinan dan bahan bangunan
c. Batu gneiss (ganes)
Merupakan batu yang berasal dari batuan sedimen/beku yang terpendam pada
tempat yang mendapatkan tekanan dan temperature tinggi, berwarna putih ke
abuan, terdapat goresan, berbentuk jajaran tipis dan terlipad di sejumlah lapisan,
terlihat urat-urat tebal. Batu ini dapat digunakan untuk kerajinan
d. Batu sekis
Merupakan batu yang berasal dari perubahan batuan yang berubah bentuk,
berwarna hitam, hijau, dan ungu, mineralnya terpisah. Batu ini dapat digunakan
untuk sumber mika
e. Batu kuarsit
Merupakan batu yang berasal dari perubahan batuan pasir yang mendapatkan
suhu tinggi, berwarna abu, kuning, coklat, dan merah, berlapis-lapis,
mengandung fosil. Batu ini dapat digunakan untuk bahan kerajinan dan
konstruksi jalan raya
f. Batu milonit
Merupakan batu yang berasal dari pembentukan mineral yang mengakibatkan
penguragan ukuran butir atuan awal, butir halus, dapat dibelah, berwarna abu,
hitam, coklat, biru. batu ini dapat digunakan untuk bahan kerajinan

DAFTAR PUSTAKA

Jeffery, T. 1987. Sifat-Sifat Fisik Mineral. Synthesis 1: 70–71.

Nandi. 2010. “Batuan, Mineral Dan Batubara.” Handouts Geologi Lingkungan: 1–25.

Puspita, Ira et al. Makalah Geologi Laut Mineral Dan Batuan.

Anda mungkin juga menyukai