NIM : 21040122120038
Kelas : B
Ilmu yang mempelajari mineral dapat disebut mineralogi, dimana pada ilmu mineralogi
akan mempelajari tentang sifat-sifat fisik dan juga kimia, cara untuk memperoleh, proses
terjadinya, dan juga manfaatnya.
Sifat fisik mineral merupakan sifat fisik yang dimiliki oleh suatu mineral yang dapat
digunakan untuk mengenali satu jenis mineral. Sifat fisik terbagi menjadi 12 bagian
yaitu:
1. Kilap (luster)
Merupakan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan suatu mineral. Gejala ini
terdapat apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi. Kilap tergantung pada kualitas
fisik permukaan (kehalusan dan transparansi). Secara umum kilap dibagi menjadi dua,
yaitu kilap logam dan kilap non logam.
a. Kilap logam (metallic luster), merupakan suatu mineral yang mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam.
Contoh : gelana, pirit, magnetit, dll
b. Kilap non logam (non metallic luster), terbagi menjadi 6 yaitu
Kilap Intan (adamantin luster), misalnya cemerlang seperti intan
Kilap kaca (viteorus luster), misalnya kuarsa dan kalsit
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyerupai sutera pada umumnya terdapat
pada mineral yang memiliki struktur serat. Misalnya asbes, alkanolit, dan gips
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar. Misalnya spharelit
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun. Misalnya serpentin,
opal, dan nepelin
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung. Misalnya kaolin, bouxit, dan
limonitCerat
2. Warna (colour)
Merupakan cahaya yang terpancar dari suatu mineral yang dapat dilihat oleh mata
telanjang, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral. Pada
hakekatnya warna dari suatu mineral tidak hanya satu jenis, namun bisa berwarna
lebih dari satu tergantung dari komposisi kimia dan pengotorannya.
Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa
Susu) (SiO2)
Kuning : Belerang (S)
Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu CO3Cu(OH)2)
Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
Abu-abu : Galena (PbS)
Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
3. Kekerasan (hardness)
Suatu ukuran daya tahan dari permukaan suatu mineral terhadap goresan (stratching).
Kekerasan relatif dari suatu mineral dapat ditentukan dengan membandingkan suatu
mineral tertentu yang digunakan sebagai kekerasan standar. Standar kekerasan yang
sering dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman
yang disebut skala kekerasan Mohs. Skala Mohs memiliki 10 skala, yang dimulai dari
skala 1 untuk mineral terlunak hingga skala 10 untuk mineral terkeras.
B. Batuan
Batuan merupakan Mterial yan terentuk akibat dari perubahan mineral dari satu atau
beberapa jenis mineral yang telah dicampur menjadi satu. Batuan juga merupakan
agregasi dari satu/beberapa jenis mineral yang bercampur menjadi satu, namun sifat dasar
dari setiap mineral masih tetap terlihat (lebih sederhana dari mineral).
Batuan dibagi menjadi 4 yaitu batuan beku, batuan gunung api, batuan sedimen, dan
batuan metamorf.
1. Batuan beku
Merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma dan mengeras, baik didalam
maupun diluar permukaan bumi. Secara umum. Mineral penyusun batuan beku
adalah cairan siliat pijar yang bersifat mobile dengan suhu berkisar 1500 hingga
25000C.
Berdasarkan warna atau komposisisi mineral gelapnya (mafic) terbagi menjadi empat
yaitu,
- Leucocratic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar 0-
30%
- Meocratic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar 30-
60%
- Melanocratic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar
90%
- Hypermelanic : batuan beku yang memiliki kandungan mineral mafic berkisar 90-
100%
C. Batuan sedimen
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil perombakan batuan lainnya, melalui
proses pelapukan (weathering), erosi, pengangkutan (transport), dan pengendapan.
Pada akhirnya akan mengalami proses litifikasi atau pembatuan. Proses lain yang
dapat menghasilkan batuan sedimen adalah proses penguapan (evaporasi), longsoran,
erupsi gunung api.
Batuan sedimen akan mengalami proses pemadatan dan pengompakan dari bahan
lepas (endapan) sehingga menjadi batuan sedimen utuh, yang disebut diagenesa.
Diagenesa terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik sampai dengan 3000C dan tekanan
1-2 kilobar (Nandi 2010).
4. Ukuran butir
5. Permukaan batuan
Kasar : permukaan meruncing (terasa tacam), permukaan dipenuhi butir-butir
tidak halus
Sedang : permukaan tidak terlalu meruncing, tidak terlalu halus. Biasanya
memiliki kebundaran yang tanggung (subrounded) atau keruncingan tanggung
(subangular)
Halus : permukaan sudah halus dan rata. Terbentuk dari proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut ketika mengalami transportasi
Klasifikasi batuan
1. Batuan sedimen klastik
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil dari pengerjaan kembali (reworking)
terhadap suatu batuan yang telah ada. Batuan sedimen klastik terbentuk dari
hancuran batuan lain.
2. Batuan sedimen non klastik
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil penguapan suatu larutan atau pengendpan
material di tempat itu.
Berdasarkan Proses terjadinya, batuan sedimen terbagi menjadi empat kategori yaitu :
1. Terrigeneous Clastics
Merupakan batuan dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan
(bersifat disika), erosi, transportasi, sedimentasi, dan pembatuan (litifikasi)
Contoh : breksi, konglomerat, batupasir, batulempung
2. Biochemical-Biogenic-Organic Deposits
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi bahan organic (baik flora
maupun fauna) dan proses pelapukannya bersifat kimia
Contoh : batugamping, batubara, rijang
3. Chemical Precipitates-Evaporates
Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi kristal dan larutan kimia
yang diendapkan setelah medianya menguap
Contoh : gipsum, batugaram
4. Volcaniclastics (Pyroclastic)
Merupakan batuan yang terbentuk dari hadil akumulasi materian gung api
Contoh : agglomerat, tuf, breksi
D. Batuan metamorf
Metamorf berhasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta” artinya berubah dan “Morph”
artinya bentuk. Batuan metamorf merupakan batuan hasil transformasi/perubahan dari
suatu tipe batu yang pernah ada. Proses terbentuknya metamorf disebut
metamoorfisme (Puspita et al. n.d.).
Proses terbentuknya batuan metamorf/malihan dipengaruhi perubahan tekanan,
temperature, dan aktivitas kimia dan berhubungan dengan batu yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Nandi. 2010. “Batuan, Mineral Dan Batubara.” Handouts Geologi Lingkungan: 1–25.