Anda di halaman 1dari 7

Gambar 1.1. Struktur bumi.

(Sumber: Anonim. 2010)

1. Kerak
Merupakan lapisan terluar yang tipis, terdiri batuan yang lebih ringan
dibandingkan dengan batuan mantel di bawahnya. Densitas rata-rata 2.7 gr/cc.
Ketebalannya tidak merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan perbedaan
elevasi antara benua dan samudera. Pada daerah pegunungan ketebalannya
lebih dari 50 km dan pada beberapa samudera kurang dari 5 km. Berdasarkan
data kegempaan dan komposisi material pembentuknya, para ahli membagi
menjadi kerak benua dan kerak samudera.
a. Kerak benua, terdiri dari batuan granitik, ketebalan rata-rata 45 km,
berkisar antara 30–50 km. Kaya akan unsur Si dan Al, maka disebut
juga sebagai lapisan SiAl.
b. Kerak samudera, terdiri dari batuan basaltik, tebalnya sekitar 7 km.
Kaya akan unsur Si dan Mg, maka disebut juga sebagai lapisan SiMa.
2. Selubung atau Mantel Bumi
Selubung atau mantel merupakan lapisan dibawah kerak yang tebalnya
mencapai 2.900 km. Mantel terletak diantara lapisan inti luar dengan kerak.
Lapisan ini terdiri atas magma kental yang bersuhu 1,400 ºC-2.500ºC. Karena
terdiri dari material yang cair, selubung bumi sering disebut sebagai
lapisan astenosfer. Lapisan ini merupakan tempat terjadinya pergerakan-

2
3

pergerakan lempeng yang disebabkan oleh gaya konveksi atau energi


dari panas bumi. Pergerakan tersebut sangat mempengaruhi bentuk muka
bumi dan proses geologi seperti pergeseran benua dan pembentukan rantai
pegunungan.
3. Inti Bumi
Inti terdiri atas dua bagian, yaitu inti luar dan inti dalam. Lapisan inti luar
merupakan satu-satunya lapisan cair. Inti luar terdiri atas bahan penyusun
utama logam besi ( 90%), nikel (8%), dan oksigen. Lapisan ini mempunyai
tebal ±2.255 km. Inti dalam merupakan bola logam yang padat dan mampat,
bersuhu sangat panas sekitar 4.500ºC. Lapisan ini terbentuk dari besi dan
nikel padat. Lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat. Lapisan inti dalam
merupakan pusat bumi.
1.1. Mineral
Mineral merupakan suatu zat padat homogen yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik,
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan
atom-atom secara beraturan didalamnya atau dikenal sebagai strukutur kristal.
Dalam keadaan padat mineral (kecuali beberapa jenis) memiliki sifat dan bentuk
tertentu sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Berikut ini
adalah beberapa definisi mineral oleh para ahli :
1. A.W.R. Potter dan H.Robinso, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposis
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
2. L.G. Berry dan B.Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam
terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas
tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
3. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks,1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktur homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang

3
4

anorganik. Berdasarkan beberapa sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh


mineral, maka mineral-mineral yang ada di alam ini dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok mineral. Bedasarkan hal tersebut, James D.
Dana, seorang Professor Yale University pada tahun 1873 mengelompokkan
mineral dalam beberapa kelompok berdasarkan kemiripan komposisi kimia
dan struktur kristal menjadi 8 kelompok, yaitu mineral sulfida, sulfat,
karbonat, silika, oksida, halida, posfat, native mineral atau unsur murni.
1.2. Sifat-sifat Fisik Mineral
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus dapat diketahui susunan kimianya dalam batas-batas tertentu.
1. Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan
suatu mineral. Kilap pada mineral ada dua jenis, yaitu:
a. Kilap logam (metallic luster), mineral mempunyai kilap seperti
logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam yaitu, galena,
pirit, magnetit, kalkopirit, grafit, hematit, dll.

Gambar 1.2. Kilap logam pada mineral pirit.


(Sumber: Anonim. 2020)

b. Kilap non-logam (non-metallic luster), terbagi atas:


1. Kilap intan (adamantine luster), cemerlang seperti intan.
2. Kilap kaca (vitreous luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.

4
5

3. Kilap sutera (silky luster), kilat yang menyerupai sutera. Pada


umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,
misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
4. Kilap damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar
misalnya pada spharelit.
5. Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya pada serpentin, opal dan nefelin.
6. Kilap tanah (earthy luster), kilat suram seperti tanah lempung
misalnya pada kaolin, bauksit, dan limonit.
2. Warna (colour)
Merupakan kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya, seperti
galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral tidak tetap,
tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-
mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
3. Cerat (streak)
Cerat merupakan warna asli dari mineral yang dapat diamati apabila
mineral tersebut ditumbuk sampai halus. Cerat lebih stabil dan penting untuk
membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi ceratnya berbeda. Cerat
sdiperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping
porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dengan cara menumbuk sampai halus.
4. Kekerasan (hardness)
Merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat
fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs (1773 – 1839), yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang
paling keras. Masing-masing mineral dapat menggores mineral lain yang
bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral lain yang bernonor lebih
besar.

5
6

Tabel 1.1. Skala kekerasan relatif mineral (Skala Mohs).


(Sumber: Anonim. 2016)

5. Perawakan Kristal (Crystal habit)


Perawakan kristal merupakan bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang
tersebut sehingga identifikasi perawakan kristal dapat dipakai untuk
penentuan jenis mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri
tetap mineral. Contohnya, mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang
mendaun (foliated) dan amfibol selalu menunjukan perawakan kristal
meniang (columnar).
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl, 1975)
yaitu, elongated habits (meniang/berserabut), flattened habits (lembaran
tipis), dan rounded habits (membutir). Ketiga golongan ini masih dapat
digolongkan dalam beberapa sub golongan.
6. Belahan (cleavage)
Belahan merupakan kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan
umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dibagi
berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu:
a. Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak
melalui bidang belahan agak sukar.
b. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna,
masih dapat pecah pada arah lain.

6
7

c. Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat
dipecah pada arah lain dengan mudah.
d. Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinan untuk membentuk
belahan dan pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar.
e. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata,
sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil
daripada untuk membentuk pecahan.
7. Pecahan (fracture)
Adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a. Pecahan konkoidal, bila memperhatikan gelombang yang melengkung
di permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan
botol.
b. Pecahan berserat (fibrous), bila menunjukkan kenampakan seperti
serat, contohnya asbes dan augit.
c. Pecahan tidak rata (uneven), bila memperlihatkan permukaan yang
tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet.
d. Pecahan rata (even), bila permukaannya rata dan cukup halus,
contohnya mineral lempung.
e. Pecahan runcing (hackly), bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan
ujungnya runcing, contohnya mineral kelompok logam murni seperti
emas dan perak.
8. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan. Macam-macam tenacity
yaitu:
a. Brittle, yaitu apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
Contohnya, kalsit, kuarsa, dan hematit.
b. Sectile, yaitu apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak
berkurang menjadi tepung. Contohnya, gipsum dan serargirit.

7
8

c. Malleable, yaitu apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi


pipih. Contohnya, emas dan tembaga.
d. Ductile, yaitu dapat ditarik/diulur seperti kawat. Apabila mineral
ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka  mineral
akan kembali seperti semula. Contohnya, olivin dan perak.
e. Flexible, yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan ke segala arah
dengan   mudah. Contohnya, talk dan mika.
f. Elastic, yaitu dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti
semula bila dilepaskan. Contohnya, muskovit dan hematit tipis.
9. Berat Jenis (spesific gravity)
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara
yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral
tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral
ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat
terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan
berat air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.
10. Sifat Kemagnetan
Berdasarkan sifat kemagnetannya mineral dapat dibedakan menjadi 3
kelompok:
a. Ferromagnetik, yaitu mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi
sehingga tertarik oleh medan magnet yang relatif rendah sekalipun.
Contohnya, besi dan nikel.
b. Paramagnetik, yaitu mineral yang yang sifat kemagnetannya rendah
dan hanya akan memberi respon terhadap medan magnet yang besar.
Contohnya, biotit dan hornblenda.
c. Diamagnetik, yaitu mineral yang tidak memiliki sifat kemagnetan,
artinya tidak dapat tertarik oleh medan magnet. Contohnya, kuarsa,
muskovit.

Anda mungkin juga menyukai