Anda di halaman 1dari 11

PROSEDUR PRAKTIKUM IDENTIFIKASI

MINERAL DAN BATUAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geologi Geofisika

Dosen : Nanang Dwi Ardi, S.Si., M.T.

Disusun oleh

Hani Yusrina Safura (1406132)

PROGRAM STUDI FISIKA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017
PRAKTIKUM GEOLOGI GEOFISIKA IDENTIFIKASI

MINERAL DAN BATUAN

A. Tujuan

Tujuan yang ingin di capai pada praktikum ini adalah :


1. Untuk mengidentifikasi suatu mineral.
2. Untuk mengetahui dan untuk mendeskripsikan jenis-jenis mineral.

B. KajianTeori
Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi suatu mineral tertentu.
Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama mineral tersebut.
Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki komposisi kimia
yang tetap dan struktur Kristal beraturan. Di alam ini terdapat lebih dari 2000 jenis mineral
yang telah diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral saja yang dijumpai sebagai mineral
pembentuk batuan. Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya
secara khusus, antara lain :
1. Kilap
Kilap sering juga disebut kilapan merupakan kenampakan suatu mineral yang ditunjukan
dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap secara garis besar biasanya dibagi
menjadi 2 jenis :
a. Kilap Logam (metallic luster) : bila mineral tersebut memiliki kilap seperti logam.
b. Kilap Non-Logam (non-metallic luster), dibagi atas :
Kilap intan (adamantin luster) ; cemerlang seperti intan.
Kilap kaca (vitreous luster) ; contohnya kuarsa dan kalsit.
Kliat sutera (silky luster) ; umumnya terdapat pada mineral yang memiliki serat,
seperti asbes dan gips.
Kilap damar/resin (resinous luster) ; kilap seperti getah damar/resin, misalnya
mineral sphalerit
Kilap mutiara (pearly luster) ; kilap seperti lemak atau sabun, misalnya serpentin,
opal dan nepelin.
Kilap tanah, kilap seperti tanah lempung, misal kaolin, bauxit, dan limonit.

2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak
dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral dapat memiliki lebih dari
satu warna.
Beberapa contoh warna mineral :
Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.

Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovite, bila berwarna


hitam diberi nama biotite, keduanya dicirikan adanya belahan seperti lembaran-
lembaran.

Feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama orthoclase (bidang


belah tegak lurus/90o), bila berwarna putih abu-abu diberi nama plagioclase (belahan
kristal kembar).

Karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama
mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCL
Olivin : hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning kehijaun
seperti gula
Piroksen : hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.
Amfibol : hitam mengkilat berbentuk pprismatik panjang.
Oksida besi : kuning-cokelat kemerahan.
Lempung : bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang
merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu illit yang merupakan
hasil pelapukan muskovit.
Azurit : bila berwarna biru.
Jasper : bila berwarna merah.
3. Kekerasan
Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu
mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan suatu mineral dengan dengan mineral
tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah skala mohs yang dibuat oleh Friedrich
Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan skala mohs.

4. Cerat
Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar suatu keping porselen atau dapat
dilakukan dengan membubuk mineral kemudian dilihat warna bubuk tersebut. Cerat dapat
berupa warna asli mineral, dapat pula berbeda.

5. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral tertentu untuk membelah diri pada satu atau
lebih pada arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang disebabkan
oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu. Yang dimaksud belah adalah bila mineral
kita pukul tidak akan hancur, tetapi terbelah melalui bidang belahan yang licin. Sehingga
dapat digunakan juga istilah ada bidang belah atau tanpa bidang belah. Macam-macam
belahan yang perlu kita ketahui yaitu :
a. Belahan Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang
rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
b. Belahan Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga
terbelah tidak melalui bidang belahannya .
c. Belahan Jelas ( Distinct )
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar
membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
d. Belahan Tidak Jelas ( Indistinct )
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk
belahan dan pecahan sama besar.
e. Belahan Tidak sempurna ( Imperfect )
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan
permukaan yang tidak rata.

6. Pecahan
Bila dalam belahan mineral akan pecah dalam arah yang teratur, sedangkan pada pecahan
mineral akan pecah secara tidak teratur. Perbedaannya bidang belah pada belah akan nampak
memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedangkan pada pecahan akan memantulkan
sinar ke segala arah dengan tidak teratur. Beberapa jenis pecahan mineral adalah sebagai
berikut :
Concoidal : bila memperlihatkan gelombang yang melengkung, seperti pada pecahan
botol.
Fibrous : bila menunjukkan gejala pecahan seperti serat, contohnya asbes.
Even : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang halus, contohnya
mineral lempung.
Uneven : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang kasar, contohnya
mineral magnetit atau mineral besi.
Hackly : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan yang kasar tidak teratur
dan runcing, contohnya mineral perak atau emas

7. Bentuk (Form)
Mineral ada yang memiliki bentuk struktur kristal, ada pula yang tidak memiliki bentuk
atau struktur kristal. Mineral yang memiliki bentuk Kristal disebut mineral kristalin,
sedangkan yang tidak memiliki bentuk kristal disebut amorf. Geologi merupakan bagian dari
ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses
deformasi. Proses deformasi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari
gaya yang terjadi dalam bumi. Didalam pengertian umum, Geologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
terbentuknya. Beberapa ahli menganggap bahwa geologi lebih ditekankan pada studi
mengenai struktur geologi misalnya perlipatan, rekahan, sesar dan sebagainya. Batuan
merupakan agregasi (kumpulan) dari beberapa macam mineral ataupun mineral sejenisnya.
Andesit sering juga disebut batu candi tersusun atas mineral-mineral plagioklas, piroksin,
hornblende dan sedikit kuarsa. Sedangkan marmer termaksud batuan metamorf oleh mineral
kalsit yang mengalami perubahan (Asikin, Sukendar. 1978). Kekerasan suatu benda diukur
berdasarkan skala tertentu. Saat ini, skala yang paling umum digunakan ialah Skala
Kekerasan Mohs (Mohs Hardness Scale). Prinsip dasarnya ialah dengan menggoreskan
benda yang akan diukur kekerasannya dengan benda lain yang lebih keras. Skala
pengukurannya mulai dari 1 hingga 10 dengan intan sebagai benda terkeras dan talk sebagai
yang terlunak. (Badgley, P.C. 1959). Tekstur batuan mempunyai arti penting dalam
mengedintifikasi mineral karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan tersebut
terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk
menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan. (Doddy, 1987). Mineral dapat kita jumpai
dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai
ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan
demikian, kristal secara umum dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang
memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari
sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan
kristalografi. (Noor, D. 2008)

8 Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan
susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses
(genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut.

9. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian batuan yang berbeda.
10. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dalam batuan dapat dikelompokkan dalam dua macam, untuk batuan
metamorf, yaitu : mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme dan mineral baru yang
terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme. Contohnya : mineral kwarsa adalah
mineral yang sangat stabil dan mampu bertahan terhadap proses metamorfisme sehingga
kwarsa tetap hadir dalam batuan metamorf. Sedangkan mineral lempung akan berubah
menjadi mineral lain selama proses metamorfisme sesuai dengan kondisinya yang baru.
Mineral-mineral yang terdapat dalam batuan metamorf, antara lain : kwarsa, mika,
feldspar, karbonat, mineral lempung. Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan
mengalami pelapukan.

Penyebab pelapukan tersebut ada 3 macam:


1. Pelapukan secara fisika : perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat
batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada
di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat
batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia : beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan
seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat
bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah hujan
asam yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3. Pelapukan secara biologi : Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan
kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu
contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang
cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di
batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya tempat dari
partikel-partikel kecil ini disebut erosi.

Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:


1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa
langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya
terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu contoh yang
dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang
kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska
sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.

C. Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum identifikasi mineral dapat dilihat
pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Alat dan bahan

Alat dan Bahan Kegunaan

Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan


Kuku Jari Tangan
suatu mineral dengan kisaran 2,5
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan
Uang Logam
suatu mineral dengan kisaran 3,0
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan
Pecahan Kaca
suatu mineral dengan kisaran 4,5
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan
Pisau/Paku Baja
suatu mineral dengan kisaran 5,5
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan
Kikir Baja
suatu mineral dengan kisaran 6,5
Sebagai tempat menggosokkan mineral guna
Pecahan Porselin
mengetahui ceratnya
Batuan& Mineral Sebagai referensi penentuan mineral

D. Prosedur Pengamatan
1. Menyiapkan alat dan bahan seperti Hand Lens, Kompas-klinometer, kamera, alat tulis
(busur, jangka,pengaris, pensil), Grain Size Scale, palu, lup, peta, kantong plastik, larutan
HCl, Skala Mohs
2. Menentukan lokasi yang akan dijadikan pengamatan
3. Kemudian menggunakan kompas-klinometer. Kompas-klinometer merupakan sebuah
kompas magnetik dan perangkat untuk mengukur besarnya sudut kemiringan permukaan
dari horizontal. Ketika kompas-klinometer berorientasi dengan jendela kompas
horizontal, jarum jam magnet akan selalu menunjuk ke arah magnetik utara.
Langkah-langkah menggunakan kompas-klinometer :
a. Berdiri di lokasi pengamatan
b. Mengatur modus klinometer dengan menempatkan klinometer bagian atas sejajar
dengan sisi panjang kompas-klinometer
c. Menempatkan skala kompas-klinometer sejajar dengan arah dip maksimum.
Sambil melihat pembacaan klinometer hati-hati memutar perangkat kompas-
klinometer sampai garis dip maksimal
d. Kemudian mencatat skala kompas-klinometer tersebut

Langkah-langkah menggunakan kompas-klinometer untuk menentukan sudut


deklinasi magnet:
a) Berdiri di lokasi pengamatan
b) Memastikan bahwa deklinasi magnet pada kompas klinometer diatur ke 0
c) Membandingkan pembacaan kompas dengan azimut antara lokasi dan fitur yang
disediakan oleh peta. Perbedaan pembacaan kompas dengan lokasi yang
disediakan oleh peta adalah deklinasi magnet.
d) Kemudian jika sudah ditentukan deklinasi, memastikan dan menyesuaikan
deklinasi dalam arah yang benar.
e) Mencatat sudut deklinasi tersebut

Kompas-klinometer juga dapat menentukan arah peta yaitu dengan meletakkan kompas-
klinometer pada peta dengan sisi panjang dari kompas-klinometer sejajar dengan garis
kotak N-S . Periksa kompas yaitu bahwa jarum utara menunjuk ke arah utara pada peta.
Putar peta dan kompas bersama sampai jarum utara di tanda nol. Kemudian menarik garis
tipuan di peta menggunakan tepi kompas yang melewati objek untuk menandai posisi
praktikum.

4. Setelah mengukur azimut, sudut deklinasi magnet dan arah peta dengan menggunakan
kompas-klinometer kemudian mengidentifikasi batuan dengan mengambil contoh sampel
batuan , selanjutnya melihat sifat fisik dan kondisi dari batuan sempel tersebut. Kondisi
batuan dalam keadaan lapuk atau segar , jika dalam keadaan lapuk mengamati warna
tanahnya dan pelapukan batuan tersebut, kemudian mengamati vegetasi di sekitar batuan
tersebut.
5. Untuk dapat mengetahui kandungan mineral dan kristal yang terdapat pada batuan yaitu
dengan menggunakan Hand Lens. Kemudian tempatkan Lensa 0,5 cm dari mata dan
menandai batuan tersebut.
6. Mengukur panjang, lebar dan tinggi batuan dengan menggunakan penggaris atau jangka
sorong.
7. Kemudian membuat sketsa yang menggambarkan posisi atau letak batuan dan memberi
nomor pengamatan pada batuan sempel tersebut.
8. Menentukan perubahan komposisi sifat kimia dari mineral yaitu dengan meneteskan
larutan HCl pada batuan tersebut. Batuan tersebut bereaksi atau tidak bereaksi dengan
larutan HCl, misalnya kalsit dan karbonat lainnya yang bereaksi dengan HCl. Batuan
akan berwarna coklat atau hijau kusam ketika bereaksi dengan udara atau air. Batuan
Mineral biasanya memiliki warna yang khas, seperti warna emas.
9. Kemudian Menentukan kekerasan pada batuan dengan menggunakan hardness dan skala
Mohs yaitu dengan cara :
a. Menggesekan batu dengan menggunakan fingernail yang memiliki skala kekerasan
batu 2,0-3,0
b. Jika terjadi goresan pada fingernaill maka batu tersebut memiliki tingkat kekerasan
batu yang lebih keras dibandingkan alat batuan Hardness, sehingga batu yang diuji
tersebut harus dites ke batuan Mineral Hardness lainnya seperti copper strip or penny
(skala 3,0), knife blade or bar magnet (skala 5,0-5,5), window glass (skala 5,5-6,0)
dan porcelain streak plate (6,5-7,0) (sampai tidak terjadi goresan pada alat batuan
Hardness)
c. Setelah batu tidak lagi mengalami goresan pada alat batuan Hardness kemudian
mencatat skala batu yang diujikan tersebut
10. Mengetes batu dengan menggunakan palu dan lup untuk mengetahui jenis Pecahan dan
Belahan pada sampel batuan tersebut
11. Kemudian mengidentifikasi tekstur batuan dengan menggunakan Grain Size Scale.
12. Mencatat hasil pengamatan batuan dan mineral
13. Setelah melakukan pengamatan pada batuan kemudian merapihkan alat dan bahan

Anda mungkin juga menyukai