Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI GUNUNG BATU LEMBANG

Laporan
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geologi Geofisika
Dosen Pengampu Nanang Dwi Ardi, M.T. dan Mimin Iryanti, S.Si., M.Si

disusun oleh :

Hani Yusrina Safura (1406132)

Teman Sekelompok :

Meliza Anggraeni 1400332

Ahmad Yusuf 1400204

Anggia Nur A 1400039

PROGRAM STUDI FISIKA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. karena atas semua
karunianya laporan berjudul Identifikasi Struktur Geologi Gunung Batu Lembang ini
dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini kepada Bapak Nanang, Ibu Mimin, Pak
Cahyo selaku dosen pembimbing, dan teman-teman yang telah membantu dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Bandung, Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
I.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 4
I.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 4
I.3. Tujuan ....................................................................................................................... 4
I.4. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6
II.1. Mineral .................................................................................................................... 6
II.2 Batuan....................................................................................................................... 6
II.3. Geologi Struktur ...................................................................................................... 9
BAB III ............................................................................................................................. 12
METODE PENELITIAN.................................................................................................. 12
III.1 Alur Penelitian ...................................................................................................... 12
III.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data ................................................................... 12
III.3. Alat dan Bahan ..................................................................................................... 13
III.4. Prosedur Percobaan .............................................................................................. 13
BAB IV ............................................................................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 15
IV.1. Data Hasil Pengukuran ....................................................................................... 15
IV.2. Pengolahan Data .................................................................................................. 21
PENUTUP......................................................................................................................... 27

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Mempelajari struktur geologi terdapat beberapa
jenisnya, seperti melihat arsitektur atau bentuk keraknya dan mengetahui hubungan batuan
yang ada dibawah air dalam lapisan horizontal yang sekarang ditemukan menekuk (terdapat
lipatan) dan pelapukan berada beberapa kilometer diatas permukaan laut.
Umumnya geologi struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan
struktur bumi serta bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya
struktur dan proses terbentuknya lipatan dan patahan. Selain itu, dengan mempelajari geologi
struktur, kita dapat mengetahui proses kejadian jebakan sumber daya geologi seperti air,
minyak bumi, gas, dan mineral lainnya. Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti
lipatan atau sesar, kita dapat mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik.
Adanya praktikum lapangan geologi struktur ini untuk mengetahui bentuk dan struktur
geologi di Gunung Batu, Lembang khususnya struktur patahan dan lipatannya secara nyata,
proses terbentuknya dan faktor-faktor yang memengaruhinya sehingga mahasiswa tidak
hanya membayangkan bagaimana proses terbentuknya patahan dan lipatan, adanya singkapan
dan karakteristik suatu batuan, serta proses terjadinya di alam bebas. Tetapi dapat melihat
langsung fenomena pembentukan patahan, lipatan, batuan, dan lain sebagainya secara nyata.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur geologi yang terbentuk di Gunung Batu, Lembang?
2. Apa jenis mineral yang terkandung dalam batuan yang terbentuk di Gunung Batu,
Lembang?
3. Batuan jenis apa yang terbentuk di Gunung Batu, Lembang?

I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemebentukan struktur geologi di Gunung Batu, Lembang.
2. Untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung dalam batuan yang terbentuk di
Gunung Batu, Lembang.
4
3. Untuk mengetahui batuan jenis apa yang terbentuk di Gunung Batu, Lembang.

I.4. Manfaat Penelitian


1. Memahami bentuk dan struktur geologi batuan yang terdapat di alam bebas, dan
mengetahui bagaimana sejarah pembentukan batuan tersebut sampai dengan factor-
faktor yang membuat batuan tersebut menjadi lapuk.
2. Memahami proses geologi seperti sesar (patahan), kekar, serta lipatan secara nyata di
lapangan.
3. Setelah mengetahui jenis struktur pada batuan, sehingga kita bisa mengetahui apakah
batuan tersebut terkena gaya yang kuat atau lemah jika batuan tersebut mengalami
pelapukan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Mineral
Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu
mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama
mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki
komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yan beraturan. Di alam ini terdapat lebih dari
2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral saja yang dijumpai
sebagai mineral pembentuk batuan. Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi
berdasarkan sifat fisisnya secara khusus, antara lain :

1. Kilat (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat jenis (specific gravity)
9. Sifat dalam
10. Kemagnetan
11. Kelistrikan
12. Daya lebur

II.2 Batuan
Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan, kita dapat mengelompokkannya
menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan malihan
atau metamorfis. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli Geologi terhadap batuan,
menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan
lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai nenek moyang dari batuan lainnya. Dari sejarah
pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini

6
terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah
perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan yang
lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok lainnya, merupakan suatu
siklus yang dinamakan daur batuan.

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik
di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh
salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku


extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing
masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama
yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.

II.2.1 Struktur batuan beku ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.
Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti

7
kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada
arah tertentu akibat aliran

II.2.2 Struktur Batuan Beku Intrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.

Beberapa ciri warna pada mineral yang penting pada batuan beku:

kwarsa: berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
mika: apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna hitam
diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan seperti lembaran-
lembaran.
feldspar: apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas (bidang belah
tegak lurus/ 90), bila berwarna putih abu-abu diberi nama plagioklas
(belahan kristal kembar).
olivin: hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning
kehijauan seperti gula pasir.
piroksen: hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.
amfibol: hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang
sedikit oksida besi: kuning- coklat kemerahan

8
Fenokri Massada
s sar

Gelas volkanik Riolit


(Si,Al,Ca,Na,K,M
K-Felspar

Kuarsa (SiO2)

Plagioklas (NaAlSi3O8-

Gambar 2.1. Tekstur Batuan Beku

II.3. Geologi Struktur


Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari deformasi pada batuan yang
membentuk lapisan kerak bumi. Deformasi (deformation) adalah proses yang merubah
posisi, orientasi, bentuk, dan ukuran dari batuan, dan meninggalkan hasil yang permanen
pada batuan, contohnya lipatan, rekahan, dan sesar-sesar kecil.

Gambar 2.11 Hamparan deformasi sedimentasi pada jalan dekat Palmdale,


California. Tekanan akibat gerakan disepanjang patahan San Andreas menyebabkan
lapisan sediemen menjadi berkerut dan rusk oleh sesar kecil. (Difoto oleh C. C.
Plummer).

9
II.4. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu


gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.
Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b).
Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c)
kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat
dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola


saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah
gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 2.15 kekar jenis Shear Joints dan Tensional Joint

10
II.5 Patahan/Sesar (Faults)

Patahan/sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.


Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar/patahan dapat dikenal melalui :
a. Gawir sesar atau bidang sesar.
b. Breksiasi, gouge, milonit.
c. Deretan mata air.
d. Sumber air panas.
e. Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan.
f. Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alur Penelitian


Penelitian ini terdiri dari akuisisi data Stike dan Dip serta Identifikasi mineral dan
jenis batuan untuk mengetahui struktur geologi di daerah penelitian yang dilakukan
dengan interpretasi data Strike dan Dip untuk mengetahui akibat dari deformasi batuan
yang terjadi di tempat penelitian. Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah :

III.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data


III.2.1 Lokasi Pengambilan Data

Lokasi penelitian terletak di Desa Pager Wangi, Kecamatan lembang yang


terletak di barat Bandung dengan koordinat Gunung Batu : 107 38,104 BT dan 06
49,822 LS

12
III.2.2 Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 18 Februari 2017.

III.3. Alat dan Bahan


No. Alat dan Bahan Jumlah

1 Palu Geologi 1 buah

2 Kompas Geologi 2 buah

3 GPS Garmin 1 buah

5 Gelas ukur 2 buah

6 HCl 1 buah

7 Skala Moch 2 set

8 Lup 2 buah

9 Ultrasonic Distance Meter 1 buah

10 Diagram Whentworths 2 buah

11 Timbangan Digital 1 buah

Tabel 3.1. Alat dan Bahan

III.4. Prosedur Percobaan


III.4.1 Pengukuran Strike dan Dip
a. Pengukuran Strike
1. Meletakkan kompas secara horizontal pada bidang yang akan diukur.
2. Memastikan gelembung pada waterpass kompas tepat berada di tengah
lingkaran yang menandakan posisi kompas sudah benar-benar horizontal.
Tandai posisi tersebut sebagai arah strike.
3. Mencatat angka yang berimpit dengan jarum kompas utara.

b. Pengukuran Dip
1. Mengubah posisi kompas dari hosizontal menjadi vertical, tegak lurus dengan
garis strike.
2. Mengatur posisi klinometer sampai gelembung tepat berada di tengah tabung.

13
3. Mencatat skala dip (skala bagian dalam), yaitu angka yang berimpit dengan
skala nol klinometer

III.4.2 Identifikasi Batuan


a. Identifikasi Mineral Batuan
1. Membuat Tabel Identifikasi Mineral
2. Menentukan kilap mineral dengan memberikan cahaya (bisa menggunakan
senter) kepada mineral tersebut dan melihat kenampakan mineral tersebut dari
cahaya yang dipantulkannya lalu mencatat kilap mineral sebagai kilap
logam(M) atau kilap non logam (NM).
3. Menentukan kekerasan mineral dengan cara menggoreskannya kepada keping
porselesn, keping kaca, kuku baja, pisau saku, kuku besi, keping tembaga,
atau kuku jari dan mencatat kekerasan mineral (benda tersebut di dapat pada
alat . Jika memungkinkan berikan kisaran kekeraannya.
4. Menentukan belahan atau pecahan mineral dengan cara memberi tekanan
pada mineral tersebut (bisa menggunakan palu) lalu melihat hasil dari
pemberian tekanan tersebut apakah merupakan belahan atau pecahan mineral.
Jika terdapat belahan, maka ukur jumlah atau nama dari belahan, lalu
mencatat hasilnya.
5. Menentukan dan mencatat warna mineral (permukaan yang bersih) dan cerat
(menggunakan keping cerat). Mineral yang lebih keras dari 6,5 akan
menggores keping cerat sehingga cerat tidak dapat ditentukan.
6. Menentukan dan mencatat sifat penting lainnya.
7. Menggunakan gambar identifikasi mineral untuk mengidentifikasi
mineralnya.

b. Identifikasi Jenis Batuan


1. Membuat tabel pengamtan identifikasi btuan beku
2. Mengidentifikasi Indeks Warna
3. Mengidentifikasi tekstur batuan.
4. Menentukan nama batuan.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Data Hasil Pengukuran


1. Pengukuran Strike dan Dip

No. urut Strike (NE) Dip

1 N 1120 E 260 SW

2 N 180 E 230 NW

3 N 110 E 390 SE

4 N 500 E 340 SE

5 N 1130 S 230 NE

6 N 510 E 130 SE

7 N 1570 S 130 NW

8 N 120 E 170 NW

9 N 580 E 300 SE

10 N 450 E 270 SE

11 N 760 E 270 SE

12 N 1200 S 570 N

13 N 90 E 510 SW

14 N 3350 N 550 SW

15 N 430 E 500 SW

16 N 1100 S 640 NW

17 N 1120 S 600 N

18 N 460 E 470 SW

15
19 N 1050 S 450 W

20 N 350 E 380 NW

21 N 60 E 30 SE

22 N 85 E 50 SE

23 N 15 W 16 SE

24 N 20 E 19 SE

25 N 89 E 17 SE

26 N 80 E 16 SE

27 N 5 W 37 E

28 N11W 21 S

29 N 15 W 21 S

30 N 35 W 38 SW

31 N 88 E 41 S

32 N 15 NE 76 W

33 N 55 E 66 NW

34 N 10 W 84 W

35 N 4 W 70 S

36 N 69 E 61 N

37 N 31 W 72 SW

38 N 4 NW 43 NE

39 N 9 E 65 S

40 N 7 E 22 S

16
2. Identifikasi Batuan

Identifikasi Batuan
Gambar Batuan Identifikasi Mineral
Beku
Warna : Olivin, Oksida
Besi
Struktur : Aliran
Tekstur : Afanitik
Hardness : 7 Komposisi Mineral :
Belahan : Tidak Ada Mika,
Cerat : Kuning Coklat Olivin, Feldspar,
Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat
Warna : Fledspar
(Plagioklas)
Struktur : Aliran
Tekstur : Porfiritik
Hardness : 7 Komposisi Mineral :
Belahan : Tidak Ada Mika,
Cerat : Putih Keabuan Olivin, Feldspar,
Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat

17
Warna : Fledspar
(Plagioklas)
Struktur : Aliran
Tekstur : Afanitik
Komposisi Mineral :
Hardness : 6
Mika,
Belahan : Tidak Ada
Olivin, Feldspar,
Cerat : putih Keabuan
Piroksen
Massa : 26 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

Warna : Olivin
Struktur : Aliran
Tekstur : Porfiritik
Komposisi Mineral :
Hardness : 8
Mika,
Belahan : Tidak Ada
Olivin, Feldspar,
Cerat : Kuning Coklat
Piroksen
Massa : 16 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

18
Warna : Fledspar
(Plagioklas)
Struktur : Aliran
Tekstur : Faneritrik
Hardness : 6 Komposisi Mineral :
Batuan Beku Peridotit Mika,
Belahan : Tidak Ada Olivin, Feldspar,
Cerat : putih abu kehitaman Amphibole, Kuarsa, dan
Massa : 6 gr Piroksen.

Tidak mengandung
senyawa karbonat

Warna : Fledspar
(Ortoklas), Olivin
Struktur : Aliran
Tekstur : Afanitik
Hardness : 9 Komposisi Mineral :
Belahan : Tidak Ada Mika,
Cerat : Kuning Coklat Olivin, Feldspar,
Massa : 336 gr Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat

19
Warna : Olivin,
Fledspar (Plagioklas)
Struktur : Aliran
Hardness : 6 Tekstur : Porfiritik
Belahan : Tidak Ada Komposisi Mineral :
Cerat : Kuning Coklat Mika,
Massa : 23 gr Olivin, Feldspar,
Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat

Warna : Olivin
Struktur : Aliran
Tekstur : Porfiritik
Komposisi Mineral :
Hardness : 9
Mika,
Belahan : Tidak Ada
Olivin, Feldspar,
Cerat : Kuning Coklat
Piroksen
Massa : 39 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

20
IV.2. Pengolahan Data
Pengolahan data strike dan dip menggunakan software DIPS yang dirancang
untuk analisis interaktif data berdasarkan orientasi geologi

a. Bidang Keseluruhan Data


Diagram Kontur

Diagram Rossete

21
b. Bidang Sebagian Data 1
Diagram Kontur

Diagram Rosette

22
c. Bidang Sebagian Data 2
Diagram Kontur

Diagram Rosette

23
IV.3.1 Analisis Data Strike dan Dip

Dari pengolahan data yang dilakukan pada aplikasi software Dips, di dapatkan :

Pada Bidang Keseluruhan Data , terlihat bahwa garis perpotongan terbentuk


saling berpotongan. Dari perpotongan yang terbentuk pada bidang ini, sesar lembang
merupakan termasuk Oblique-reverse strike yang bidang pergerakannya ke arah barat
atau timur, hal ini sesuai dengan srike yang mayoritas kearah barat daya dan timur laut
yang terlihat pada diagram Rosettenya.

Pada bidang Sebagian Data 1 dan Sebagian Data 2 cenderung hampir menyerupai
dnegan bidang Keseluruhan Data yaitu terlihat bahwa garis perpotongan bidang yang
terjadi sama berupa Oblique-reverse strike yang bidang pergerakannya ke arah timur atau
barat. Jika dibandingkan dengan litelatur bentuk bidang hasil perpotongan ini
menandakan sesar yang dibentuk adalah oblique-reverse strike atau sesar naik yang juga
bergeser. Sesar ini terbentuk ketika sesar awal baik itu sesar geser atau sesar naik yang
masih aktif, mengalami perubahan kembali. Pergerakan sesar tersebut pada arah timur
dan barat

Dari seluruh pengolahan data yang dilakukan terlihat bahwa setiap bidang
menunjukan sesar oblique-reverse, namun hasil pengolahan data ini berbeda dengan
pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa sesar yang terjadi adalah normal fault yang
salah satunya seperti yang dinyatakan Maliano (Brahmantyo, 2011) bahwa jika dilihat
dari bentang alamnya, bentangan sesar sepanjang 22km itu termasuk sesar normal dengan
bagian utara yang bergerak relative turun dan bagian selatan terangkat. Data hasil
pengolahan berbeda dengan pendapat-pendapat, hal ini disebabkan oleh pengukuran
strike maupun dips hanya dilakukan di Gunung Batu, Lembang saja, tidak di seluruh
bagian sesar. Oleh karena itu kecenderungan yang diperoleh hanya kecenderungan di
Gunung Batu, Lembang saja.

24
IV.3.2. Analisis Identifikasi Batuan

Berdasarkan praktikum batuan yang dilakukan maka dapat dinalisis


sebagai berikut Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang
terdapat secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal
yang beraturan.
1. Identifikasi Mineral

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh maka dapat dikelompokkan dari


sifat fisis batuan yaitu 8 jenis batuan. Dan Batuan yang di temukan di kawasan Gn. Batu
Lembang adalah Batuan Beku, yang diujikan tersebut memiliki kandungan mineral
dengan masing-masing hardness yaitu skala 6, 7, dan 9 memiliki warna feldspar
(plagioklas) olivin dan ada pula Fledspar (Ortoklas), Olivin cerat berupa kuning coklat
dan ada pula putih Keabuan dan tidak ada belahan dan batuan tersebut tidak mengandung
senyawa karbonat. Kandungan mineral batuan dapat dilihat dari sifat dan bentuk tertentu
dalam keadaan padat dan kristal yang terlihat pada masing-masing batuan. Kristal secara
umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola
internal susunan tiga dimensi yang teratur.

2. Identifikasi Batuan

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh maka dapat di identifikasi


batuannya sebagai berikut :
a. Warna
Warna yang terbentuk adalah feldspar ( plagioklas) olivin yaitu bila
batuan berwarna putih abu-abu atau yang disebut plagioklas (belahan
kristal kembar).

b. Struktur
Struktur merupakan kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda. Struktur yang ada pada ke 5 batuan tersebut adalah aliran,
yaitu bila batuan tersebut memiliki kesan orientasi sejajar seperti
aliran/sisipan, baik oleh kristal maunpun lubang gas.

25
c. Tekstur
Tekstur yang ada pada masing-masing batuan tersebut adalah
porfiritik yaitu bila mineral butiran yang besar (fenokris-nya)
dikelilingi mineral-mineral yang berukurn butiran lebih kecil (massa
dasar-nya).

d. Komposisi Mineral
Komposisi mineral yang ada pada batuan tersebut adalah mika, olivin
dan feldspar.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka ke 8 jenis batuan yang terdapat


pada Gunung Batu Lembang merupakan jenis batuan beku. Batuan beku adalah jenis
batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma gunung yang mengeras dengan
atau tanpa proses kritalisasi yang berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai
batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutif.

26
BAB V

PENUTUP
V.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai be rikut :

Lokasi penelitian terletak di Desa Pager Wangi, Kecamatan lembang yang terletak dibarat
Bandung dengan koordinat Gunung Batu : 107 38,104 BT dan 06 49,822 LS meneliti
mengenai strike dan dip. Strike merupakan perpotongan bidang miring dan bidang horisontal
sedangkan dip merupakan besaran sudut vertikal pada arah tegak lurus strike. Pengolahan data
strike dan dip menggunakan software DIPS yang dirancang untuk analisis interaktif data
berdasarkan orientasi geologi dengan analisis fitur yang terkait dengan analisis rekayasa struktur
batu. Serta penelitian selanjutnya mengenai identifikasi mineral dan batuan, Identifikasi mineral
merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu mineral tertentu. Setelah identifikasi
dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama mineral tersebut. Mineral adalah bahan
anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur
kristal yan beraturan. Identifikasi batuan ditinjau dari warna berupa feldspar, struktur berupa
aliran, tekstur berupa porfiritik, komposisi mineral berupa Mika, olivin, feldspar. ke 8 batuan
yang telah di identifikasikan termasuk kedalam batuan beku. Batuan beku merupakan jenis
batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma gunung yang mengeras dengan atau tanpa
proses kritalisasi yang berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai batuan instrusif
ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutif.

V.2 Saran

1. Lebih teliti dan banyak belajar serta sharing ilmu dalam mengukur bidang strike dan
dip agar dapat di pahami dan mendapatkan hasil data yang memuaskan

2. Lebih banyak belajar dalam mengidentifikasi batuan dan mineral

27

Anda mungkin juga menyukai