Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI GUNUNG BATU LEMBANG

Laporan
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geologi Geofisika
Dosen Pengampu Nanang Dwi Ardi, M.T.

disusun oleh :

Hani Yusrina Safura (1406132)

PROGRAM STUDI FISIKA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. karena atas semua
karunianya laporan berjudul Identifikasi Struktur Geologi Gunung Batu Lembang ini
dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini kepada Bapak Nanang, Ibu Mimin, Pak
Cahyo selaku dosen pembimbing, dan teman-teman yang telah membantu dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Bandung, Februari 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
I.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 3
I.2. Rumusan Masalah..................................................................................................... 3
I.3. Tujuan ....................................................................................................................... 3
I.4. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 5
II.1. Mineral .................................................................................................................... 5
II.1.1 Kilat .................................................................Error! Bookmark not defined.
II.2 Batuan....................................................................................................................... 5
II.3. Deformasi Batuan ...................................................Error! Bookmark not defined.
II.4. Geologi Struktur ...................................................................................................... 8
BAB III ............................................................................................................................. 11
METODE PENELITIAN.................................................................................................. 11
III.1 Alur Penelitian ...................................................................................................... 11
III.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data ................................................................... 11
III.3. Alat dan Bahan ..................................................................................................... 12
III.4. Prosedur Percobaan .............................................................................................. 12
BAB IV ............................................................................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 14
IV.1. Data Hasil Pengukuran ....................................................................................... 14
IV.2. Pengolahan Data .................................................................................................. 19
IV.3. Analisis Data ........................................................................................................ 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Mempelajari struktur geologi terdapat
beberapa jenisnya, seperti melihat arsitektur atau bentuk keraknya dan mengetahui hubungan
batuan yang ada dibawah air dalam lapisan horizontal yang sekarang ditemukan menekuk
(terdapat lipatan) dan pelapukan berada beberapa kilometer diatas permukaan laut.
Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya geologi struktur
diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur bumi serta bagaimana struktur
geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya struktur dan proses terbentuknya lipatan
dan patahan. Selain itu, dengan mempelajari geologi struktur, kita dapat mengetahui proses
kejadian jebakan sumber daya geologi seperti air, minyak bumi, gas, dan mineral lainnya.
Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita dapat mengetahui
keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik.
Adanya praktikum lapangan geologi struktur ini untuk mengetahui bentuk dan struktur
geologi di Gunung Batu, Lembang khususnya struktur patahan dan lipatannya secara nyata,
proses terbentuknya dan faktor-faktor yang memengaruhinya sehingga mahasiswa tidak
hanya membayangkan bagaimana proses terbentuknya patahan dan lipatan, adanya singkapan
dan karakteristik suatu batuan, serta proses terjadinya di alam bebas. Tetapi dapat melihat
langsung fenomena pembentukan patahan, lipatan, batuan, dan lain sebagainya secara nyata.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana struktur geologi yang terbentuk di Gunung Batu, Lembang?
2. Apa jenis mineral yang terkandung dalam batuan yang terbentuk di Gunung Batu,
Lembang?
3. Batuan jenis apa yang terbentuk di Gunung Batu, Lembang?

I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemebentukan struktur geologi di Gunung Batu, Lembang.

3
2. Untuk mengetahui jenis mineral yang terkandung dalam batuan yang terbentuk di
Gunung Batu, Lembang.
3. Untuk mengetahui batuan jenis apa yang terbentuk di Gunung Batu, Lembang.

I.4. Manfaat Penelitian


1. Memahami bentuk dan struktur geologi batuan yang terdapat di alam bebas, dan
mengetahui bagaimana sejarah pembentukan batuan tersebut sampai dengan factor-
faktor yang membuat batuan tersebut menjadi lapuk.
2. Memahami proses geologi seperti sesar (patahan), kekar, serta lipatan secara nyata di
lapangan.
3. Setelah mengetahui jenis struktur pada batuan, sehingga kita bisa mengetahui apakah
batuan tersebut terkena gaya yang kuat atau lemah jika batuan tersebut mengalami
pelapukan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Mineral
Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu
mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama
mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki
komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yan beraturan. Di alam ini terdapat lebih dari
2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi, hanya beberapa mineral saja yang dijumpai
sebagai mineral pembentuk batuan. Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi
berdasarkan sifat fisisnya secara khusus, antara lain :

1. Kilat (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat jenis (specific gravity)
9. Sifat dalam
10. Kemagnetan
11. Kelistrikan
12. Daya lebur

II.2 Batuan
Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali dengan
mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana hingga batuan itu
sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua hingga didalam
cekungan dibawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu
dengan benda yang dinamakan batu atau batuan. Sebut saja kerakal di halaman rumah, kemudian
di jalan yang landasannya atau bagian tepinya dibuat dari batu. Di dasar atau tebing sungai,

5
bahkan menengok bagian dari rumah anda mungkin sebagian besar terbuat dari batu. Batu atau
batuan yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak
yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama dari Bumi kita ini.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan tadi, maka kita berupaya untuk
mengelompokannya. Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan tersebut, kita dapat
mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen,
dan (3) batuan malihan atau metamorfis. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli
Geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok tersebut terdapat
hubungan yang erat satu dengan lainnya, dan batuan beku dianggap sebagai nenek moyang
dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya
seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta
perubahan keadaan, maka terjadilah perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan
kelompok-kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke
kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan daur batuan.

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik
di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh
salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku


extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing
masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama
yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.

1. Struktur batuan beku ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang

6
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini
diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.
d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.
Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolit
g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada
arah tertentu akibat aliran

2. Struktur Batuan Beku Intrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.

Beberapa ciri warna pada mineral yang penting pada batuan beku:

kwarsa: berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
mika: apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna hitam
diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan seperti lembaran-
lembaran.
feldspar: apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas (bidang belah
tegak lurus/ 90), bila berwarna putih abu-abu diberi nama plagioklas
(belahan kristal kembar).
olivin: hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning
kehijauan seperti gula pasir.

7
piroksen: hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.
amfibol: hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang
sedikit oksida besi: kuning- coklat kemerahan

Fenokri Massada
s sar

Gelas volkanik Riolit


(Si,Al,Ca,Na,K,M
K-Felspar

Kuarsa (SiO2)

Plagioklas (NaAlSi3O8-

Gambar 2.1. Tekstur Batuan Beku

II.3. Geologi Struktur


Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari deformasi pada batuan yang
membentuk lapisan kerak bumi. Deformasi (deformation) adalah proses yang merubah
posisi, orientasi, bentuk, dan ukuran dari batuan, dan meninggalkan hasil yang permanen
pada batuan, contohnya lipatan, rekahan, dan sesar-sesar kecil.

Kekuatan tektonik dapat merusak lapisan litosfer, terutama pada bagian batas
lempeng. Deformasi dapat menyebabkan perubahan orientasi, lokasi, dan struktur batuan.
Pada gambar 2.1 mempelihatkan lapisan batuan yang telah mengalami deformasi, lipatan
seperti gelombang yang rusak oleh sesar.

8
Gambar 2.11 Hamparan deformasi sedimentasi pada jalan dekat Palmdale,
California. Tekanan akibat gerakan disepanjang patahan San Andreas menyebabkan
lapisan sediemen menjadi berkerut dan rusk oleh sesar kecil. (Difoto oleh C. C.
Plummer).

II.4. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu


gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.
Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b).
Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c)
kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat
dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola


saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama.
Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah
gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

9
Gambar 2.15 kekar jenis Shear Joints dan Tensional Joint

II.5 Patahan/Sesar (Faults)

Patahan/sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.


Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar/patahan dapat dikenal melalui :
a. Gawir sesar atau bidang sesar.
b. Breksiasi, gouge, milonit.
c. Deretan mata air.
d. Sumber air panas.
e. Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan.
f. Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Alur Penelitian


Penelitian ini terdiri dari akuisisi data Stike dan Dip serta Identifikasi mineral dan
jenis batuan untuk mengetahui struktur geologi di daerah penelitian yang dilakukan
dengan interpretasi data Strike dan Dip untuk mengetahui akibat dari deformasi batuan
yang terjadi di tempat penelitian. Adapun alur penelitian yang dilakukan adalah :

III.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data


III.2.1 Lokasi Pengambilan Data

Lokasi penelitian terletak di Desa Pager Wangi, Kecamatan lembang yang


terletak di barat Bandung dengan koordinat Gunung Batu : 107 38,104 BT dan
06 49,822 LS

11
III.2.2 Waktu Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 18 Februari 2017.

III.3. Alat dan Bahan


No. Alat dan Bahan Jumlah
1 Palu Geologi 1 buah
2 Kompas Geologi 2 buah
3 GPS Garmin 1 buah
5 Gelas ukur 2 buah
6 HCl 1 buah
7 Skala Moch 2 set
8 Lup 2 buah
9 Ultrasonic Distance Meter 1 buah
10 Diagram Whentworths 2 buah
11 Timbangan Digital 1 buah
Tabel 3.1. Alat dan Bahan

III.4. Prosedur Percobaan


III.4.1 Pengukuran Strike dan Dip
a. Pengukuran Strike
1. Meletakkan kompas secara horizontal pada bidang yang akan diukur.
2. Memastikan gelembung pada waterpass kompas tepat berada di tengah
lingkaran yang menandakan posisi kompas sudah benar-benar horizontal.
Tandai posisi tersebut sebagai arah strike.
3. Mencatat angka yang berimpit dengan jarum kompas utara.

b. Pengukuran Dip
1. Mengubah posisi kompas dari hosizontal menjadi vertical, tegak lurus dengan
garis strike.
2. Mengatur posisi klinometer sampai gelembung tepat berada di tengah tabung.
3. Mencatat skala dip (skala bagian dalam), yaitu angka yang berimpit dengan
skala nol klinometer

12
III.4.2 Identifikasi Batuan
a. Identifikasi Mineral Batuan
1. Membuat Tabel Identifikasi Mineral
2. Menentukan kilap mineral dengan memberikan cahaya (bisa menggunakan
senter) kepada mineral tersebut dan melihat kenampakan mineral tersebut dari
cahaya yang dipantulkannya lalu mencatat kilap mineral sebagai kilap
logam(M) atau kilap non logam (NM).
3. Menentukan kekerasan mineral dengan cara menggoreskannya kepada keping
porselesn, keping kaca, kuku baja, pisau saku, kuku besi, keping tembaga,
atau kuku jari dan mencatat kekerasan mineral (benda tersebut di dapat pada
alat . Jika memungkinkan berikan kisaran kekeraannya.
4. Menentukan belahan atau pecahan mineral dengan cara memberi tekanan
pada mineral tersebut (bisa menggunakan palu) lalu melihat hasil dari
pemberian tekanan tersebut apakah merupakan belahan atau pecahan mineral.
Jika terdapat belahan, maka ukur jumlah atau nama dari belahan, lalu
mencatat hasilnya.
5. Menentukan dan mencatat warna mineral (permukaan yang bersih) dan cerat
(menggunakan keping cerat). Mineral yang lebih keras dari 6,5 akan
menggores keping cerat sehingga cerat tidak dapat ditentukan.
6. Menentukan dan mencatat sifat penting lainnya.
7. Menggunakan gambar identifikasi mineral untuk mengidentifikasi
mineralnya.

b. Identifikasi Jenis Batuan


1. Membuat tabel pengamtan identifikasi btuan beku
2. Mengidentifikasi Indeks Warna
3. Mengidentifikasi tekstur batuan.
4. Menentukan nama batuan.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Data Hasil Pengukuran


1. Pengukuran Strike dan Dip

No. urut Strike (NE) Dip


1 N 1120 E 260 SW
2 N 180 E 230 NW
3 N 110 E 390 SE
4 N 500 E 340 SE
5 N 1130 S 230 NE
6 N 510 E 130 SE
7 N 1570 S 130 NW
8 N 120 E 170 NW
9 N 580 E 300 SE
10 N 450 E 270 SE
11 N 760 E 270 SE
12 N 1200 S 570 N
13 N 90 E 510 SW
14 N 3350 N 550 SW
15 N 430 E 500 SW
16 N 1100 S 640 NW
17 N 1120 S 600 N
18 N 460 E 470 SW
19 N 1050 S 450 W
20 N 350 E 380 NW
21 N 60 E 30 SE
22 N 85 E 50 SE
23 N 15 W 16 SE
24 N 20 E 19 SE
25 N 89 E 17 SE
26 N 80 E 16 SE
27 N 5 W 37 E
28 N11W 21 S
29 N 15 W 21 S
30 N 35 W 38 SW
31 N 88 E 41 S
32 N 15 NE 76 W
33 N 55 E 66 NW
34 N 10 W 84 W
35 N 4 W 70 S

14
36 N 69 E 61 N
37 N 31 W 72 SW
38 N 4 NW 43 NE
39 N 9 E 65 S
40 N 7 E 22 S

2. Identifikasi Batuan

Identifikasi Batuan
Gambar Batuan Identifikasi Mineral
Beku
Warna : Olivin, Oksida
Besi
Struktur : Aliran
Tekstur : Afanitik
Hardness : 7 Komposisi Mineral :
Belahan : Tidak Ada Mika,
Cerat : Kuning Coklat Olivin, Feldspar,
Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat
Warna : Fledspar
(Plagioklas)
Struktur : Aliran
Tekstur : Porfiritik
Hardness : 7 Komposisi Mineral :
Belahan : Tidak Ada Mika,
Cerat : Putih Keabuan Olivin, Feldspar,
Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat

15
Warna : Fledspar
(Plagioklas)
Struktur : Aliran
Tekstur : Afanitik
Komposisi Mineral :
Hardness : 6
Mika,
Belahan : Tidak Ada
Olivin, Feldspar,
Cerat : putih Keabuan
Piroksen
Massa : 26 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

Warna : Olivin
Struktur : Aliran
Tekstur : Porfiritik
Komposisi Mineral :
Hardness : 8
Mika,
Belahan : Tidak Ada
Olivin, Feldspar,
Cerat : Kuning Coklat
Piroksen
Massa : 16 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

16
Warna : Fledspar
(Plagioklas)
Struktur : Aliran
Tekstur : Faneritrik
Hardness : 6 Komposisi Mineral :
Batuan Beku Peridotit Mika,
Belahan : Tidak Ada Olivin, Feldspar,
Cerat : putih abu Amphibole, Kuarsa, dan
kehitaman Piroksen.
Massa : 6 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

Warna : Fledspar
(Ortoklas), Olivin
Struktur : Aliran
Tekstur : Afanitik
Hardness : 9 Komposisi Mineral :
Belahan : Tidak Ada Mika,
Cerat : Kuning Coklat Olivin, Feldspar,
Massa : 336 gr Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat

17
Hardness : 6 Warna : Olivin,
Belahan : Tidak Ada Fledspar (Plagioklas)
Cerat : Kuning Coklat Struktur : Aliran
Massa : 23 gr Tekstur : Porfiritik
Komposisi Mineral :
Mika,
Olivin, Feldspar,
Piroksen

Tidak mengandung
senyawa karbonat

Warna : Olivin
Struktur : Aliran
Tekstur : Porfiritik
Komposisi Mineral :
Hardness : 9
Mika,
Belahan : Tidak Ada
Olivin, Feldspar,
Cerat : Kuning Coklat
Piroksen
Massa : 39 gr

Tidak mengandung
senyawa karbonat

18
IV.2. Pengolahan Data
Pengolahan data strike dan dip menggunakan software DIPS yang dirancang
untuk analisis interaktif data berdasarkan orientasi geologi

a. Bidang Keseluruhan Data


Diagram Kontur

Diagram Rossete

19
b. Bidang Sebagian Data 1
Diagram Kontur

Diagram Rosette

20
c. Bidang Sebagian Data 2
Diagram Kontur

Diagram Rosette

21
IV.3. Analisis Data
IV.3.1 Analisis Data Strike dan Dip

Dari pengolahan data yang dilakukan pada aplikasi software Dips,


diperoleh lima titik pusat banyaknya data, yaitu pada arah selatan barat dan utara
timur. Lalu, pada ketiga titik tersebut dilakukan penandaan bidang dan
menghasilkan lima bidang.

Pada Bidang I, terlihat bahwa garis perpotongan pada arah timur selatan
dan utara barat, hal ini menandakan adanya tekanan sedangkan pada arah utara
timur dan selatan barat bidang yang terbentuk tidak saling berpotongan atau
mengalami perluasan . Dari perpotongan yang terbentuk pada bidang ini, sesar
lembang merupakan termasuk Oblique-reverse strike yang bidang pergerakannya
ke arah timur atau barat , hal ini sesuai dengan srike yang mayoritas kearah barat
selatan dan barat laut yang terlihat pada diagram rosssetenya.

Pada bidang II, III, IV, V, cenderung hampir menyerupai dnegan bidang I
yaitu terlihat bahwa garis perpotongan terletak pada arah timur selatan dan utara
barat, dan perpotongan bidang yang terjadi sama berupa Oblique-reverse strike
yang bidang pergerakannya ke arah timur atau barat. Jika dibandingkan dengan
litelatur bentuk bidang hasil perpotongan ini menandakan sesar yang dibentuk
adalah oblique-reverse strike atau sesar naik yang juga bergeser. Sesar ini
terbentuk ketika sesar awal baik itu sesar geser atau sesar naik yang masih aktif,
mengalami perubahan kembali. Dari bidang hasil perpotongan itu menunjukkan
adanya perluasan bidang diantara arah utara-barat dan timur-selatan, yang
menunjukkan pergerakan sesar tersebut pada arah timur dan barat. Pada plot
diagram rossete strike sama dengan sebelumnya yaitu mayoritas di arah timur
selatan dan utara barat.

Dari seluruh pengolahan data yang dilakukan terlihat bahwa setiap bidang
menunjukan sesar oblique-reverse, namun hasil pengolahan data ini berbeda
dengan pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa sesar yang terjadi adalah

22
normal fault yang salah satunya seperti yang dinyatakan Maliano (Brahmantyo,
2011) bahwa jika dilihat dari bentang alamnya, bentangan sesar sepanjang 22km
itu termasuk sesar normal dengan bagian utara yang bergerak relative turun dan
bagian selatan terangkat. Data hasil pengolahan berbeda dengan pendapat-
pendapat, hal ini disebabkan oleh pengukuran strike maupun dips hanya dilakukan
di Gunung Batu, Lembang saja, tidak di seluruh bagian sesar. Oleh karena itu
kecenderungan yang diperoleh hanya kecenderungan di Gunung Batu, Lembang
saja.

IV.3.2. Analisis Identifikasi Batuan

Berdasarkan praktikum batuan yang dilakukan maka dapat dinalisis


sebagai berikut Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang
terdapat secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur Kristal
yang beraturan.
Identifikasi Mineral

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh maka dapat dikelompokkan


dari sifat fisis batuan yaitu 5 jenis batuan yang diujikan tersebut memiliki
kandungan mineral dengan masing-masing hardness yaitu skala 7, memiliki kilat
berupa non logam, memiliki warna feldspar (plagioklas) olivin, cerat berupa
kuning coklat, tidak ada belahan dan memiliki pecahan berupa hackly.
Kandungan mineral batuan dapat dilihat dari sifat dan bentuk tertentu dalam
keadaan padat dan kristal yang terlihat pada masing-masing batuan. Kristal secara
umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola
internal susunan tiga dimensi yang teratur.

Identifikasi Batuan

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh maka dapat di identifikasi


batuannya sebagai berikut :

a. Warna

23
Warna yang terbentuk adalah feldspar ( plagioklas) olivin yaitu bila
batuan berwarna putih abu-abu atau yang disebut plagioklas (belahan
kristal kembar).

b. Struktur
Struktur merupakan kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda. Struktur yang ada pada ke 5 batuan tersebut adalah aliran,
yaitu bila batuan tersebut memiliki kesan orientasi sejajar seperti
aliran/sisipan, baik oleh kristal maunpun lubang gas.

c. Tekstur
Tekstur yang ada pada masing-masing batuan tersebut adalah
porfiritik yaitu bila mineral butiran yang besar (fenokris-nya)
dikelilingi mineral-mineral yang berukurn butiran lebih kecil (massa
dasar-nya).

d. Komposisi Mineral
Komposisi mineral yang ada pada batuan tersebut adalah mika, olivin
dan feldspar.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka ke 5 jenis batuan yang


terdapat pada Gunung Batu Lembang merupakan jenis batuan beku. Batuan beku
adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma gunung yang
mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi yang berada bawah permukaan
bumi yang disebut sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi
disebut sebagai batuan ekstrutif. igneus (dibaca ignis) adalah bahasa latin dari
batuan beku yang berati api.

24
25
BAB V

PENUTUP
V.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lokasi penelitian dan pengambilan data terletak di Desa Pager Wangi, Kecamatan
lembang yang terletak di barat Bandung dengan koordinat UTM 48M 791268E,
9244219S. Lokasi ini dipilih karena terdapat sesar yang besar terjadi pada tempat ini.

2. Strike merupakan perpotongan bidang miring dan bidang horisontal sedangkan dip
merupakan besaran sudut vertikal pada arah tegak lurus strike. Pengolahan data strike
dan dip menggunakan software DIPS yang dirancang untuk analisis interaktif data
berdasarkan orientasi geologi dengan analisis fitur yang terkait dengan analisis
rekayasa struktur batu.

3. Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu


mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama mineral tersebut. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk
secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yan
beraturan.

4. Identifikasi mineral dapat ditinjau berdasarkan hardness, kilat, belahan, pecahan dan
warna, cerat. Hardness yang diperoleh adalah skala 7, kilatnya berupa non logam
(kilat kaca), tidak memiliki belahan, pecahan nya berupa hackly, warna berupa
feldspar dan ceratnya berupa kuning coklat.

5. Identifikasi batuan ditinjau dari warna berupa feldspar, struktur berupa aliran, tekstur
berupa porfiritik, komposisi mineral berupa Mika, olivin, feldspar. ke 5 batuan yang
telah di identifikasikan termasuk kedalam batuan beku. Batuan beku merupakan jenis
batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma gunung yang mengeras

26
dengan atau tanpa proses kritalisasi yang berada bawah permukaan bumi yang disebut
sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan
ekstrutif. igneus (dibaca ignis) adalah bahasa latin dari batuan beku yang berati api.

V.2 Saran

1. Lebih teliti dalam mengukur bidang strike dan dip

2. Lebih teliti dalam mengidentifikasi batuan dan mineral

27

Anda mungkin juga menyukai