Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Induced Polarization atau Polarisasi Terimbas adalah sebuah pengembangan yang
relatif baru dalam eksplorasi Geofisika. Metode ini tidak seperti metode Gravity,
Magnetik, Geolistrik, dan Elektromagnet yang selalu digunakan sejak tahun 1920-
an dalam penyelidikan endapan mineral. IP tidak digunakan secara rutin dalam
eksplorasi hingga tahun 1950-an. Namun secara teknik memberikan kemampuan
dan keefektifan dalam beberapa lingkungan geologi dan sekarang meningkat
hampir 50% dari seluruh metode Geofisika untuk eksplorasi mineral. Apalagi
sejak tahun 2000-an telah ditemukan program RES2DINV yang di dalamnya
terdapat pemodelan IP.

IP menyerupai metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity) dalam pemakaian


arus listrik yang dikirimkan Transmitter ke tanah melalui dua buah elektroda arus
dan perbedaan tegangan (Voltage) diukur diantara dua elektroda potensial. Dalam
tanah yang tidak mengandung mineral, jika aliran arus diputus, tegangan antara
elektroda potensial dengan segera turun menjadi nol. Akan tetapi jika tanah
mengandung sejumlah mineral, kebanyakan mineral sulfida (seperti pyrite,
Calcopyrite, galena) tegangan yang diperoleh tidak langsung nol tetapi turun
perlahan-lahan menuju nol setelah beberapa detik.

Efek tersebut diketahui sebagai efek Induced Polarization (IP). Mineral yang
menyebabkannya disebut Polarizable. Amplitudo dari penurunan tegangan itu
secara kasar sebanding dengan kualitas mineral yang terpolarisasi di sekitar 4
elektroda tersebut.

Tipe pengukuran efek ini dikatakan dalam kawasan waktu (Time Domain).
Sebagai alternative, tapi pengukuran dapat dilakukan dengan pengiriman arus AC
pada frekuensi berbeda dan mengukur perbedaan resistivity semu (apparent

Metode Induced Polarization


1
resistivity) antara dua frekuensi (misal 0,3 dan 3,0 Hz). Pengukuran ini dikatakan
dalam kawasan frekuensi (Frequensy Domain). Kedua metode tersebut secara
prinsip ekivalen (Irvin, 1970-an).

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum Induced Polatization (IP) yaitu agar:
1. Mahasiswa mengenal metode Geolistrik khususnya Induced Polarization,
yang lebih kompleks dan relatif baru.
2. Mahasiswa mengetahui produser pengukuran dan dasar-dasar interpretasinya.
3. Mahasiswa dapat menerangkan manfaat metode IP untuk eksplorasi mineral

Metode Induced Polarization


2
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Time Domain


Pengukuran tanggapan (respon) IP dapat dilakukan dalam domain waktu, domain
frekuensi, dan pengukuran sudut fasa IP.

Untuk mendefinisikan derajat terpolarisasi suatu material dinotasikan dalam


satuan Chargeabilitas (m) yang disesuaikan dengan jenis pengukuran yaitu
polarisasi terimbas kawasan waktu (Time Domain). Namun karena harga besaran
yang terukur merupakan fungsi dati kedudukan elektroda (r), maka besaran yang
terhitung adalah besaran-besaran semu (apparent dimension).

Karena itu dalam IP, Chargeabilitas semu (ma) diperoleh dengan mengukur harga
potensial (V) pada saat arus listrik dialirkan dan beberapa mili-detik kemudian
diukur peluruhan potensial pada saat arus listrik dari sumber dimatikan.
Perumusannya adalah:

......................(2.1)

Dimana: ma = Chargeabilitas semu (milidetik)


Vs = potensial sekunder (peluruhan)
Vp = potensial primer (mantap)

Di dalam kasus ini selain parameter Chargebilitas juga parameter resistivitas yang
dalam hal ini Resistivitas Semu ( a). Caranya diperoleh dengan mengukur harga
potensial pada saat arus dialirkan, yang dirumuskan sebagai berikut:

......................(2.2)

Dimana: a = resistivitas semu (Ohm-m


K = faktor geometri dan konfigurasi elektroda yang dipakai
V = beda potensial yang terukur
I = Intensitas arus sumber

Metode Induced Polarization


3
2.2. Frequency Domain
Dari percobaan laboratorium bahwa resistivitas batuan menurun dengan
dinaikkannya frekuensi arus yang dikirim. Dalam praktek biasa digunakan
jangkauan frekuensi antara (0,1 10 Hz).

Misalnya untuk mengukur tegangan (V) melalui elektroda potensial pada dua
frekuensi, yang pertama dengan frekuensi tinggi (3 Hz) kemudian pindahkan
Transmitter ke frekuensi lebih rendah (0,3 Hz), sementara arus masih tetap sama.
Dengan demikian pengukuran IP menjadi:

Percent Frequency Effect = ............(2.3)

Asumsi ini bahwa arus transmitter masih konstan tanpa memperhatikan frekuensi.
Sebuah ekspresi yang lebih umum adalah:

...........(2.4)

menunjukan resistivitas semu (a = K. V/I)

Khusus batuan-batuan dengan kandungan sulfide kecil menghasilkan PFE sekitar


0,5-2%. Sementara mineralisasi kuat menyebabkan anomaly sekitar 5-10%.
Sebagai tambahan untuk PFE dan a, beberapa komponen dan frekuensi domain
IP disebut Metal Factor (MF) yang dirumuskan sebagai:

............(2.5)

Dimana C biasanya 103 untuk menjamin faktor logam tidak kecil. Tujuan
sederhana untuk menghasilkan sebuah parameter yang bias terhadap zone yang
lebih tinggi dari rata-rata PFE dan lebih rendah dari a yang biasanya untuk
kondisi ore body sulfida. Tetapi ada anomaly MF juga disebabkan oleh rendahnya
a yang dapat menghasilkan kasus lain overburden konduktif.

Metode Induced Polarization


4
Metode Induced Polarization
5
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Peralatan dan Perlengkapan


Perangkat peralatan dan perlengkapan pengukuran Induced Polarization (IP) yang
digunakan adalah:
1. Generator portable (Power Supply)
2. Transmitter (yang mengatur waktu dan amplitudo arus yang melewati tanah)
3. Receiver (yang mengatur tegangan antara elektroda potensial sehingga derajat
akurasinya tinggi).
4. Sejumlah kabel yang menyambungkan elektroda-elektroda ke Transmitter dan
Receiver.
5. Porouspot khusus yang digunakan sebagai elektroda potensial.

3.2. Kegiatan Pengukuran


3.2.1 Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum geofisika Induced Polarization (IP) dilaksanakan di wilayah
Teluk Penyu, lintasan barat timur dengan jarak 90 m dan spasi 10 m . Adapun
alat yang diguanakan dalam praktikum adalah Phoenixgeophysics pada frekuensi
F2=0,2 dan F1=2.

3.2.2.Penyiapan Alat dan Lokasi Pengukuran


1. Hubungkan elektroda potensial yang dekat dengan terminal COM dan
elektroda potensial yang jauh dengan terminal FAR dengan menggunakan
kabel yang tersedia.
2. Pilih jangkauan voltage yang diharapkan pada S3.
3. Putar damping potensiometer P2 sampai mentok dengan arah berlawanan
jarum jam.
4. Atur jarak antara receiver dan transmitter, biasanya dimulai dengan P1-P2 =
10 meter. Dan C2-C1 = 10 meter

Metode Induced Polarization


6
I
V

C1 C2 P1 P2
10 n x10 10
m m m
Gambar 3.1.
Rangkaian Elektroda

3.2.3. Pengukuran (Pengoperasian Alat)


1. Hidupkan (ON) damping switch S5 untuk operasi pada frekuensi F2 yang
lebih kecil dari 0,5 Hz. Dan matikan (OFF atau ke arah yang berlawanan
dengan ON tetapi tidak berlabel) untuk operasi pada frekuensi yang lebih
tinggi dari 0,5 Hz.
2. Putar fungsi switch ke LEVEL, dengan catatan: posisi LEVEL, tidak berlaku
jika dipilih channel frekuensi F1 sementara damping switch S5 dalam posisi
ON.
3. Tekan RESET ke bawah hingga jarum terbaca pada skala terendah (-5%).
4. Minta dikirim arus oleh transmitter pada frekuensi F2.
5. Amati pergerakan jarum, yang bergerak perlahan-lahan karena damping
dihidupkan. Jika tidak bergerak, ubah posisi P1 yang semula 10V (untuk skala
BATH di tengah) ke posisi lebih rendah tetapi bila jarum bergerak dengan
cepat dan sampai mentok berarti posisi P1 perlu dinaikkan.
6. Sekarang putar fungsi switch untuk operasi (OP) dan secara terus-menerus
atur P1 sehingga jarum menunjukan pada 0%. Bila telah tercapai nol, maka
baca skala pengukuran pada P1 ang merupakan harga potensial dalam range
fungsi switch. Selama proses ini, switch S5 tetap di ON-kan supaya gerakan
jarum stabil.
7. Sebelum perpindahan frekuensi di transmitter pada frekuensi F1, maka pada
receiver switch damping S5 di OFF-kan dulu dan potensiometer P2 diputar

Metode Induced Polarization


7
searah jarum jam ke tengah, kemudian switch F1/F2 dipindahkan ke F1. Cara
ini diperlukan untuk menyaring kapasitor yang tidak diperlukan pada
perubahan ke pengukuran F1.
8. Lakukan pada transmitter perpindahan ke switch F1, sambil mengaktifkan
switch S5 bila arus telah dikirim atau diinjeksikan.
9. Gunakan pengaturan damping (P2) bila perlu dan baca Efek Frekuensi dalam
% sehingga disebut Persen Frekuensi Efek (PFE) langsung dari jarum meter.

Metode Induced Polarization


8
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1. Hasil Perhitungan Data


Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Data

Titik Tengah Jarak n Resisitivity


0 5 1 101.78
5 5 1 107.99
10 5 2 89.93
15 5 1 68.88
20 5 2 68.42
25 5 3 83.41
30 5 1 80.49
35 5 2 70.48
40 5 3 71.53
45 5 4 93.01
50 5 1 94.89
55 5 2 98.65
60 5 3 63.23
65 5 4 59.25
70 5 5 57.06
75 5 1 59.44
80 5 2 47.33
85 5 3 41.3
90 5 4 62.1
95 5 5 61.34
Titik Tengah Jarak n Resisitivity
100 5 6 64.16
105 5 1 60.57

Metode Induced Polarization


9
110 5 2 74.92
115 5 3 67.61
120 5 4 61.53
125 5 5 70.89
130 5 1 77.92
135 5 2 65.02
140 5 3 70.91
145 5 4 80.45
150 5 1 100.75
155 5 2 78.52
160 5 3 72.48
165 5 1 67.77
170 5 2 73.23
175 5 1 62.94

4.2. Pengolahan Data


4.2.1.Secara Manual
Dari hasil percobaan di lapangan, diperoleh data seperti di atas berupa nilai arus,
beda potensial, PFE, dan faktor geometri elektroda yang dipakai dalam hal ini
dipole-dipole untuk masing-masing nilai n.

Dari hasil perhitungan kita dapat memperoleh 3 (tiga) jenis kontur untuk
interpretasi yaitu:
1. Kontur Resistivitas Semu (a)
2. Kontur Percent Frequency Effect (PFE)
3. Kontur Metal Factor (MF)

Adapun tahapan dalam membuat ketiga kontur tersebut secara manual yaitu:

1. Menghitung nilai resisivitas semu (a) berdasarkan nilai arus, tegangan, dan
faktor geometri dari konfigurasi yang dipakai dengan menggunakan rumus:

Metode Induced Polarization


10
Dimana :
a = resistivitas semu (Ohm-m)
K = faktor geometri dan konfigurasi elektroda yang dipakai
V = beda potensial yang terukur
I = Intensitas arus sumber
2. Menghitung nilai Metal Factor (MF) dari nilai Percent Frequency Effect
(PFE), Resistivitas semu (a), dan C dengan menggunakan rumus:

Dimana:
C = 103 untuk menjamin faktor logam tidak kecil.
Nilai X dan Y diperoleh dari:

I
V

P P C C
1 2
X 1 2

Y
n=
1 A1(X,
Y,Z)
n=
2 A2(X,
Y,Z)

Gambar 4.1.
Cara mencari nilai X dan Y

Metode Induced Polarization


11
BAB V
INTERPRETASI DATA

5.1. Interpretasi Data


Pada umumnya harga-harga nilai Induced Polarization dalam satu profil relatif
kecil dan seragam, sementara sebagian yang lainnya mempunyai harga yang lebih
tinggi. Harga-harga yang relatif kecil dan seragam ini kemudian disebut sebagai
latar belakang (background) dan harga yang tinggi tersebut disebut sebagai
Anomali.

Sebagai prioritas utama dalam survey Induced Polarization pada endapan mineral
sulfida adalah interpretasi dari anomali tersebut. Akan tetapi perbedaan antara
anomali dan latar belakang itu tidak selalu tetap melainkan terkadang nilainya
bervariasi.

Secara umum dikatakan harga IP yang lebih besar 50% dari pembacaan
sekelilingnya dianggap anomali, jika pembacaan background dianggap anomali.
Akan tetapi pembacaan tunggal yang cukup tinggi dibandingkan dengan sekitar
perlu dicurigai karena tidak dapat menghasilkan gambaran geologi untuk dimensi
yang terbatas.

Dalam interpretasi anomali diharapkan dapat digunakan dalam menentukan posisi


lateral, bentuk, kedalaman, dan kemiringan dari material yang terpolarisasi, juga
memperkirakan kandungan sulfida dan konduktivitas. Akan tetapi jarang terjadi
semua parameter dapat ditentukan dalam suatu daerah penelitian yang reralif
terbatas.

Bahkan dalam banyak kasus hanya dapat menentukan posisi lateral dari material
yang terpolarisasi sebagai penyebab anomali, dan anomali diklasifikasikan
sebagai kuat, medium, atau lemah. Beberapa contoh penerapan IP dari referensi
untuk model dike (K. Vozof, 1967) dan bijih sulfide (Madden & Cantwell, 1967)
dapat dilihat sebagai berikut:

Metode Induced Polarization


12
5.2. Interpretasi Kualitatif
Dalam interpretasi kualitatif, yang mungkin dengan melihat pola kontur anomali
secara lebih mendetail, tidak menutup kemungkinan mempunyai kecocokan
dengan bentuk kurva yang dilukiskan pada gambar.

Gambar ini merupakan hipotesis dari penampang dipole-dipole IP yang


sebenarnya dan mendemonstrasikan tipe-tipe anomali yang paling mendasar.
Masing-masing tipe tersebut, dimulai dari sebelah kiri adalah sebagai berikut:
1. Sebuah anomali PFE yang kuat berhubungan dengan resistivity low. Bentuk
anomali dan harga-harga parameter itu konsisten dengan benda penyebab
anomali yang dangkal, hamper vertikal, dan bentuk tubuh massive sulphides.
2. Sebuah anomali PFE yang kuat (sama dengan di atas) tetapi tidak dibarengi
dengan resistivity low. Dalam hal ini harga resistivitas semu tidak menunjang
sebagai background, maka anomali itu diinterpretasikan sebagai disseminated
sulphides.
3. Harga resistivitas dengan jelas memperlihatkan contact antara resistivitas
tinggi di sebelah kiri dan resistivitas rendah di sebelah kanan. Kontak ini
terletak di mana kedua sisi membentuk pola menyudut dari resistivitas semu
yang berpotongan. Harga PFE juga menurun ke arah kanan sebagai
konsekuensi terhadap reduksi dari resistivitas.
4. Di sini terdapat bedrock yang harga resistivitasnya mendekati 500 Ohm-m.
Tetapi resistivitas semu yang teramati sekitar 1 5 Ohm-m. Hal ini berarti
bahwa resistivitas low yang teramati adalah lapisan tebal dari overburden
karena arus yang dikirim kebanyakan lewat overburden dan hanya sedikit
yang menembus bedrock. Karena itutubuh sulfide yang berada di bawahnya
tidak menghasilkan suatu anomali. Fenomena ini diketahui sebagai Masking.

5.3. Interpretasi Kuantitatif


Dalam interpretasi kuantitatif ini dimaksudkan untuk melihat tingkat penafsiran
secara numerik dari hasil pengukuran dan memberi petunjuk arah penyebaran
mineralisasi. Besaran PFE dan MF merupakan alat bantu yang mendukung tingkat
keyakinan dalam penafsiran. Penafsiran cadangan pasti, boleh jadi, dan terduga
diperoleh dari besaran harga s, PFE, dan MF yang diplotkan pada gambar.

Metode Induced Polarization


13
Ketiga tingkatan tersebut merupakan besaran harga yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Pasti (definite)
Daerah mineralisasi sulfida yang ditunjukkan dengan anomali kuat diperoleh
dari harga:

s 20 -m

PFE 5%

MF > 350 -1 m-1
2. Boleh jadi (probable)
Daerah mineralisasi sulfida yang ditunjukkan dengan anomali medium atau
diperkirakan yang diperoleh dari harga:

s (30 100) -m

PFE 5%

PFE 5MF > 80 -1 m-1
3. Terduga (possible)
Daerah mineralisasi sulfida yang ditunjukkan dengan anomali lemah atau
meragukan, apabila harganya:

s <100 -m

PFE = (3 5)%

MF > 80 -1 m-1

Selain ketiga tingkatan tersebut pada daerah antara mineralisasi sulfida dipastikan
dan daerah mineralisasi diperkirakan merupakan tingkat penafsiran daerah
peralihan (transisi).

5.4. Interpretasi Menggunakan RES2DINV


Data awal (pada notepad) :
Munifatul Arifah 190
5
3
36
0
1
Chargeability
msec
0.02

Metode Induced Polarization


14
0.02
0 5 1 101.78 80.3
5 5 1 107.99 16.8
10 5 2 89.93 0
15 5 1 68.88 41.7
20 5 2 68.42 17.3
25 5 3 83.41 26.2
30 5 1 80.49 19.9
35 5 2 70.48 77.4
40 5 3 71.53 79.1
45 5 4 93.01 38.5
50 5 1 94.89 0
55 5 2 98.65 4.8
60 5 3 63.23 0
65 5 4 59.25 27.1
70 5 5 57.06 31.2
75 5 1 59.44 30.8
80 5 2 47.33 38.3
85 5 3 41.3 38.3
90 5 4 62.1 28.7
95 5 5 61.34 24.5
100 5 6 64.16 23.5
105 5 1 60.57 56.3
110 5 2 74.92 40.5
115 5 3 67.61 38.5
120 5 4 61.53 10
125 5 5 70.89 26.4
130 5 1 77.92 30
135 5 2 65.02 32.8
140 5 3 70.91 31.4
145 5 4 80.45 34.7
150 5 1 100.75 44.7
155 5 2 78.52 40.1
160 5 3 72.48 42
165 5 1 67.77 15.1
170 5 2 73.23 33.6
175 5 1 62.94 45.9
0
0
0
0
Langkah kerja interpretasi :
1. Buka data Excel

Metode Induced Polarization


15
2. Copy-kan data pada notepad, lalu save.

3. Buka program RES2DINV

4. Pilih menu file > Read Data File. Format file pilih All File. Lalu pilih file
notepad yang telah tersimpan

Metode Induced Polarization


16
5. Untuk menampilkan hasil interpretasi pilih menu Inversion > Least Squarres
inversion. Save file interpretasi tersebut

6. Buka file dari data yang telah disimpan yang berformat .dat

7. Berikut adalah hasil dari RES2DINV

Metode Induced Polarization


17
8. Lalu klik display > Show Inversion Result

9. Hasil dari Show Inversion Result

10. Lalu klik Display sections > Choose resistivity or IP display

Metode Induced Polarization


18
11. Lalu ceklist Display resistivity and IP models

12. Lalu klik display sections > display data and model sections

13. Masukan Iteration dengan nilai RMS error paling rendah

Metode Induced Polarization


19
14. Apabila muncul dialog seperti dibawah ini pilih Logarithmic Contour
Intervals

15. Pilih Linier Contour Intervals

16. Hasil akhir :

Metode Induced Polarization


20
Hasil dari interpretasi di analisis sesuai nilai resistivity dan chargeability menurut
warnanya. Analisis digunakan untuk menetukan jenis batuan dan mineralisasi
yang terkandung. Analisis dari hasil interpretasi diatas ditujukan oleh table 5.1.

Metode Induced Polarization


21
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Dari hasil perhitungan kita dapat memperoleh 3 (tiga) jenis kontur untuk
interpretasi yaitu:
1) Kontur Resistivitas Semu (a)
2) Kontur Percent Frequency Effect (PFE)

3) Kontur Metal Factor (MF)

2. Besaran PFE dan MF merupakan alat bantu yang mendukung tingkat


keyakinan dalam penafsiran. Penafsiran cadangan pasti, boleh jadi, dan
terduga diperoleh dari besaran harga s, PFE, dan MF yang diplotkan pada
gambar.

6.2. Saran
1. Sebaiknya sebelum praktikum dijelaskan terlebih dahulu konsep dari materi IP
terlebih dahulu agar praktikan lebih memahami konsep dasarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Metode Induced Polarization


22
Winda, dkk. 2016. Buku Panduan Praktikum Geofisika Tambang. Laboratorium
Geofisika, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
UPN Veteran Yogyakarta.

Metode Induced Polarization


23

Anda mungkin juga menyukai