Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM ANTENA

PERCOBAAN 1
“ANTENA PEMANCAR, ANTENA PENERIMA, DIAGRAM POLAR
ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN “

Dosen Pembimbing :
Koesmarijanto S. T., M. T.

KELOMPOK 1
CHARISATUN NISA’
1931130036

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
ANTENA PEMANCAR
1. Tujuan
1.1 Mengoperasikan pemancar UHF dan mengetahui daya yang diradiasikan.
1.2 Mengerti kondisi match dan mis-match, antara beban pada ujung saluran koaksial dan
antenna pemancar.
1.3 Mengerti dasar-dasar antenna pemancar yang digunakan sebagai beban.
1.4 Mengenal hubungan asymmetric antenna batang setengah gelombang (rod antenna)
dan antenna dipole symetric setengah gelombang, menggunakan rangkaian simetri
dengan saluran koaksial.
1.5 Mengenal kualitas dan efektivitas rangkaian simetri ini saat antenna matching.
1.6 Mengukur distribusi arus sepanjang ½ λ dipole dan sepanjang rod antenna.
1.7 Mengerti perubahan pada ciri – ciri antenna, menghasilkan perubahan perbandingan
yang baik.
2. Alat dan Instrument yang digunakan
1 Pemancar UHF
1 Antena 2 elemen
1 Antena folded dipole ½ λ (dari antenna yagi)
1 Hand probe untuk indikasi arus
3. Set Up Perangkat
1. Menyiapkan alat dan instrument yang digunakan
2. Memasang kabel power pada pemancar UHF
3. Menguhubungkan antenna folded dipole dengan pemancar UHF menggunakan kabel
koaksial 50 Ω.
4. Menyalakan saklar listrik
5. Mengaktifkan tombol power pemancar UHF
6. Mengatur Pout pemancar 0,5 W
a. Antenna Pemancar
Gambar 1. Komponen Pemancar UHF dipasang menggunakan antena folded
dipole
b. Pengukuran Pemancar dan Antena

Gambar 2. Pemasangan antena folded dipole dan antena double dipole pada
komponen pemancar
c. Pengukuran Distribusi Arus

Gambar 3. Pegukuran Distribusi Arus pada antena folded dipole dan double
dipole menggunakan hand probe
4. Prosedur Percobaan
4.1 Pemancar
4.1.1 Pengoperasian
Pemancar membangkitkan frekuensi 434 MHz. daya keluaran dapat diatur dengan
control 1 ( Pout ) antara 0 sampai 2 Watt.

Gambar 4. Komponen Pemancar UHF


Meter menunjukkan daya yang dibangkitkan oleh pemancar, saat switch S1 pada
posisi “ Pout ”, untuk mengatur daya output.
Untuk pengukuran matching, dihubungkan secara langsung di dalamnya antara
unit pemancar dan ouput BNC socket, dengan salah satu penunjukkan :
a. Tegangan maju (Forward Voltage), switch S1 ke “SWR” (Standing Wave
Ratio) dan S2 ke “U F” (Forward Voltage).
b. Untuk keadaan mis-match, tegangan balik (reflected voltage), ketika S1 diatur
ke “U R”

Control 2 (sensitivity), digunakan untuk mengatur sensitivitas meter untuk


pengukuran SWR.

Contoh, control ini mengatur penunjukkan jarum 100% (f.s.f) untuk forward
voltage, dengan mengatur S2 pada “U R”, reflection factor dapat dibaca langsung
dari skala meter.

SWR diperoleh dari reflection factor, menggunakan persamaan

1+r UR
SWR= , dengan r =
1−r UF

Antenna pemancar dipasang secara langsung pada pipa (tiang) penyangga pada
bahan dielektrik yang telah tersedia.
4.1.2 Pengukuran pemancar
Hubungkan antenna folded dipole dengan kabel koaksial ke output pemancar. S1
ke posisi “ Pout ” dan S2 pada “U F”, amati perubahan daya output dengan mengatur
Pout (control 1) antara 0 sampai 2 Watt.
Amati daya pemancar untuk perubahan saat objek logam dibawa atau didekat
antenna. Hindari hal ini, agar pengoperasiannya dalam kondisi normal. Hitung
panjang gelombang pada frekuensi 434 MHz, menggunakan persamaan,
c
λ= , dengan c = 300.000 km/sec. kecepatan cahaya
f
Hindari objek logam yang dekat atau di bawah antenna, amati perubahan daya
pemancar untuk pengoperasian dalam kondisi normal.
4.2 Antenna Pemancar
Antena yang dimaksud adalah dua jenis antena yang dipergunakan dalam percobaan :
a. Folded dipole, dimatch dengan kabel koaksial 50 Ω yang menggunakan stub λ /2
seperti Gambar 17, dan
b. Double dipole, terdiri dari 2 dipole lurus yang menurut aturan kopling induktif
parsial dan transformasi impedansi feeder, juga hubungkan dengan kabel koaksial.

Susunan antena ini, satu dipole dengan panjang lurus terhadap yang lain dan antena
ini diarahkan sesuai yang diinginkan, seperti pada bagian sebelumnya.

4.3 Pengukuran Pemancar dan Antena


4.3.1 Mengukur matching antena
Salah satu bagian yang paling penting pada pengukuran antena pemancar.
Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial pada output pemancar dan atur
Pout daya output 2 Watt. Set switch S1 pada SWR, set tegangan U F pada 100%.
Dalam pensettingan switch S2 “U R”, presentase reflected forward dapat langsung
dibaca pada meter.
Tentukan factor refleksi dari antena :

UR
r=
UF

Hitung reflected power, P R


P R=Pout −P R =Pout (1−r 2)
Hitung SWR antena
1+r
SWR=
1−r
Tunjukkan bagaimana besar fluktuasi tegangan yang direfleksikan ketika objek
logam yang menimbulkan pengaruh pada antena dan hal ini harus dihindari dalam
praktek.
Ulangi pengukuran dan perhitungan di atas, menggunakan antena double dipole.
4.3.2 Pengukuran distribusi arus
Distribusi arus diukur dengan hand probe indikasi arus.
Turunkan daya pemancar kurang lebih 0,2 Watt.
Gerakkan hand probe indikasi arus sepanjang dipole. Amati penyimpangan pada
probe meter dan bandingkan distribusi arus seperti ditunjukkan pada Gambar 24.
5. Data Pengukuran
a. Tabel Pengukuran
a) Pengukuran Matching Antena
Tabel 1. Pengukuran Matching Antena Double Dipole

r PR Pτ SWR
Pout UR UF 2
U R /U F r x Pout P R−Pout (1+r)/(1-r)
2W 100% 24% 0,24 0,1152 W 1,9 W 1,6

Tabel 2. Pengukuran Matching Antena Folded Dipole

r PR Pτ SWR
Pout UR UF 2
U R /U F r x Pout P R−Pout (1+r)/(1-r)
2W 100% 18% 0,18 0,06 W 1,94 W 1,43

b) Pengukuran Distribusi Arus


Tabel 3. Pengukuran Distribusi Arus

Double Dipole
Jarak (m) Arus
3,4 5,2
6,7 5,2
10 5
13,5 4
17 0,9
20,3 0,8
23,6 1
27 2
30,4 2,5

Dis tribus i A rus A nte na Double Dipole


6

3
Arus

0
3.4 6.7 10 13.5 17 20.3 23.6 27 30.4
Jarak (cm)

Grafik 1. Pengukuran Distribusi Arus Antena Double Dipole


Pengukuran distribusi arus pada antena double dipole menunjukkan bahwa pada
area tengah dari antena double dipole menghasilkan nilai indicator arus yang
kecil yaitu sebesar 1, namun saat hand probe diarahkan pada area ujung antena
pertama hasilnya sebesar 5 dan ujung keduanya sebesar 2,5. Distribusi arus ini
terjadi saat antena dihubungkan dengan tegangan catu RF. Pada antena setengah
panjang gelombang nilai maksimum dan minimum arus akan selalu terjadi di
setiap panjang antena.
Tabel 2. Pengukuran Distribusi Arus Antena Folded Dipole

Folded Dipole
Jarak (m) Arus
3,5 5,3
7 6,2
10,5 5,5
13,5 3,5
17 0,9
20,5 0,9
23,5 1
27 3,1
30,5 4

Distribusi Arus Antena Folded Dipole


7

4
Arus

0
3.5 7 10.5 13.5 17 20.5 23.5 27 30.5
Jarak (Cm)

Grafik 2. Pengukuran Distribusi Arus Antena Folded Dipole


Pengukuran distribusi arus pada antena folded dipole, perbandingan hasilnya
yaitu sama dengan antena double dipole. Nilai indicator arus yang dihasilkan
pada area tengah antena lebih kecil yaitu sebesar 0,9 pada jarak 17 cm – 20,5 cm.
Sedangkan pada area ujung antena memiliki nilai indicator yang besar yaitu
sebesar 5,3 dan diujung yang lain sebesar 4. Hal ini memang membuktikan pada
antena dengan panjang setengah gelombang akan memiliki nilai arus minimum
dan maksimum di sepanjang panjang dari antena.

ANTENA PENERIMA

1. Tujuan
1.1 Mengerti keperluan matching polarisasi antena pemancar dan penerima.
1.2 Mengenal kemungkinan isolasi sinyal oleh pengoperasian sistem yang menggunakan
diversi polarisasi.
1.3 Mengerti hambatan dalam transmisi antara pemancar dan penerima, dapat
menyebabkan interferensi pada sinyal.
1.4 Menghitung pelemahan ruang bebas (free space) antara pemancar dan penerima.
1.5 Menentukan perbedaan level sinyal dan pelemahan dalam “decibel” (dB).
1.6 Mengukur penurunan kuat medan sinyal, dengan bertambahnya jarak antenna
penerima.
1.7 Menentukan beberapa jenis antenna yang menunjukkan perbedaan pengarahan dan
dapat perbedaan kuat sinyal pada penerima dari daya pemancar yang sama.
2. Alat dan Instrument yang digunakan
1 pemancar UHF dengan antena
1 penerima UHF dengan antena
1 antena dipole 2 elemen
1 folded dipole setengah-gelombang, dari antenna Yagi
2 kabel koaksial dengan konektor BNC (50Ω)
1 hand probe untuk indikasi tegangan
1 tiang pemasangan dengan beberapa elemen director (dari antena Yagi)
3. Set Up Perangkat
1. Menyiapkan alat dan instrument yang digunakan
2. Memasang kabel power pada pemancar UHF
3. Meletakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m
4. Memasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole pada
penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antena bergantian)
5. Memasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau
penerima UHF
6. Menyalakan saklar listrik
7. Menyalakan power pemancar dan penerima UHF
8. Rangkaian percobaan sebagai berikut.
a. Antena pemancar dan penerima dalam posisi horizontal (Gambar 1)
Gambar 1. Pemasangan Antena Folded Dipole sebagai Pemancar dan Antena
Double Dipole sebagai Penerima Posisi Co Polarisasi
b. Antena pemancar dalam posisi horizontal dan antenna penerima dalam posisi
vertical (Gambar 2)

Gambar 2. Pemasangan Antena Folded Dipole sebagai Pemancar dan Antena


Double Dipole sebagai Penerima Posisi Cross Polarisasi
c. Co polarisasi (Gambar 3)

Gambar 3. Penambahan Elemen Yagi Posisi Co Polarisasi


d. Cross polarisasi (Gambar 4)

Gambar 4. Penambahan Elemen Yagi Posisi Cross Polarisasi


4. Prosedur Percobaan
4.1 Unit Penerima

Gambar 1. Unit Pemancar dan Penerima


Pemancar diletakkan berjauhan dengan penerima
1. Frekuensi tinggi, melalui detector HF dan mengatur penguatan d.c, dapat
dihubungkan ke test meter pada socket BNC “Penerima UHF”.
2. Antena penerima dipasang pada tiang yang telah disediakan pada unit penerima,
tiang dapat diputar dan sudutnya dapat dirubah atau diatur sesuai dengan
pembacaan pada skala yang ada untuk pengaturan antena.
3. Jarak antena pemancar dan penerima, dalam praktek, lebih kecil 10 kali dari
panjang gelombang signal yang ditransmisikan.
Tidak boleh ada bahan logam yang sifatnya memantulkan dalam ruang atau daerah
pengukuran. Hal ini menyebabkan terjadinya gelombang berdiri (standing wave).
4.2 Co polarisasi dan Cross polarisasi

Gambar 2. Polarisasi Horisontal dan Vertical


Memasang antena Folded dipole horizontal pada pemancar dan atur daya pemancar
0,1 W.
Memasang antena 2 elemen pada penerima, juga horisontal, dengan dipole yang lebih
pendek  pendek diarahkan diarahkan ke pemancar. Hubungkan input penerima
penerima dan atur kontrol kontrol “ Sensitivity “ untuk penyimpangan jarum yang
besar.
Mengamati Pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.
Memasang antena 2 elemen pada penerima dengan posisi vertikal.
Mengamati pembacaan Mengamati pembacaan pada meter pada meter penerima
penerima dan catat has dan catat hasilnya. Apa yang terjadi pada pembacaan meter
penerima, bila daya pemancar dinaikkan. Perkirakan pelemahan yang dihasilkan oleh
pemilihan polarisasi yang salah, misalnya apakah dengan adanya polarisasi isolasi
tersebut lebih besar ( atau cross  – polarisasi ) dapat dicapai ?
4.3 Pengukuran dan perhitungan untuk pelemahan antara antena pemancar dan penerima
Menggunakan Nomograph , tentukan pelemahan ruang bebas pada frekuensi 434
MHz, untuk jarak transmisi seperti dalam tabel :

3m 30m 300m 3km 30km


Jarak No
Per Nom Per Nom Per Nom Per Nom Per
m
Pelemahan
Ruang ..dB ..dB ..dB ..dB ..dB ..dB ..dB ..dB ..dB ..dB
Bebas

Menempatkan pemancar dan penerima dengan jarak antar antena sekitar 0,5 m pada
posisi horizontal (co polarisasi).
Mengurangi daya pemancar kurang lebih 0,2 W untuk penyimpangan skala tengah
pada meter penerima.
Menambahkan jarak antena pemancar dan penerima sekitar 1 m.
Menaikkan daya pemancar, sehingga diperoleh pembacaan meter yang sama pada
penerima sebelumnya.

Gambar 6. Pengaruh elemen Yagi


Membandingkan, berapa daya pemancar yang dinaikkan antara kedua antena,
sehingga diperoleh sinyal penerimaan yang sama sebelum jarak dinaikkan.
Bila memungkinkan, naikkan jarak antena dari 1 m sampai m sampai 2 m. Sekali lagi,
amati daya pemancar, bila perlu, pertahankan penerimaan signal konstan.
Menempatkan elemen director antena Yagi, dalam sumbu radiasi antara antena
pemancar dan penerima, dengan jarak director antena Yagi lebih dekat dengan antena
pemancar, lebih dekat dengan antena penerima, dan di tengah – tengah anatar antena
pemancar dan antena penerima, juga dalam posisi co – polarisasi dan
cross – polarisasi.
Amati apa pengaruhnya?
5. Data Pengukuran
a. Tabel Pengukuran
Tabel 1. Pengukuran Antena Folded Dipole sebagai Pemancar
Posisi Co-Polarisasi dan Cross Polarisasi

Polarisasi Daya Pemancar Rf in Jarak (m)


Co polarisasi 0,2 W 100% 0,5
Cross polarisasi 0,2 W 2% 0,5

Tabel 2. Pengukuran Antena Folded Dipole


Posisi Cross Polarisasi saat Daya Dinaikkan

Daya Pemancar Rf in
0,6 W 42%
1W 100%

Apabila daya pemancar dinaikkan, maka nilai Rf in pada antena penerima dengan
posisi cross polarisasi mengalami kenaikan.
Tabel 3. Pengukuran dan Perhitungan Pelemahan antara
Antena Pemancar dan Penerima

Posisi antena
Daya (W) Rf in Jarak (m)
penerima
Horizontal 0,3 50% 0,5
0,9 50% 1
1,3 50% 1,5
1,8 50% 2
0,4 50% 0,5
0,9 50% 1
Vertikal
1,4 50% 1,5
1,9 50% 2

Pengukuran dari proses pelemahan antara antena pemancar yaitu antena folded
dipole dan antena penerima yaitu antena double dipole dengan mengubah posisi
antena penerima menjadi horizontal dan juga vertical daya yang dihasilkan semakin
besar. Hal ini dipengaruhi dari jarak antara antena pemancar dan antena penerima
yang ditambah. Tidak hanya itu, posisi antena penerima juga mempengaruhi hasil,
memang tidak besar karena berselisih 0,1.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Nomograph dan Perhitungan
Pelemahan antara Antena Pemancar dan Penerima

3m 30 m 300 m 3 km 30 km
Jarak
Nom Per Nom Per Nom Per Nom Per Nom Per
Pelemahan
38 34,7 58 54,7 75 74,5 95 94,7 114,7
Ruang -
dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Bebas

Tabel 5. Pengukuran Pengaruh Elemen Antena Yagi


dalam Pemancar Antena

Daya Rf in
Posisi Antena
Cross Co Cross Co
Yagi
Polarisasi Polarisasi Polarisasi Polarisasi
Tengah 1,8 W 1,8 W 86% 72%
Dekat pemancar 1,8 W 1,8 W 82% 82%
Dekat penerima 1,8 W 1,8 W 70% 70%

Penambahan elemen antena yagi di antara pemancar dan penerima mempengaruhi


nilai Rf in. Pada posisi cross polarisasi hasil yang didapatkan lebih besar dari pada
posisi co polarisasi, padahal secara kita lihat pemancaran antena folded dipole
sebagai pemancar dan antena double dipole sebagai penerima pada posisi co
polarisasi lebih selaras karena sama – sama horizontal. Namun hasil pengukurannya
saat posisi antena yagi berada di tengah – tengah antara antena pemancar dan
penerima pada posisi cross polarisasi bernilai 82% sedangkan pada posisi co
polarisasi sebesar 72%.

DIAGRAM POLAR ANTENA


DAN PENGUKURAN PENGUATAN
1. Tujuan
1.1 Menentukan karakteristik pengarahan, celah antenna atau jarak antara elemen dan
lebar  arahan setengah gelombang (half wave beam width) antenna.
1.2 Menggambarkan diagram polar horizontal dan vertical antenna dari pengukuran yang
dilakukan pada linier atau koordinat polar.
1.3 Mengartikan gambar diagram polar, sehingga mengerti bentuk “Side – lobe”, “Zero
– point”, dan “Front – to – back ratio”.
1.4 Mengenal hubungan antara maksud pengarahan dan penguatan antenna.
1.5 Menentukan penguatan antenna dengan perhitungan atau pengukuran.
1.6 Mengenal arti penguatan antena pemancar dan penerima dengan menghitung level
signal.
2. Alat dan Instrument yang digunakan
1 pemancar UHF, dengan antena
1 penerima UHF, dengan antena yang dapat diputar
1 antena 2-elemen
1 folded dipole
2 kabel koaksial dengan konektor BNC (50 Ω)
3. Set Up Perangkat
1. Siapkan alat dan instrument yang digunakan
2. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima UHF.
3. Letakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m.
4. Pasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole
pada penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antenna bergantian.
5. Pasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau
penerima UHF.
6. Nyalakan saklar listrik.
7. Nyalakan power pemancar dan penerima UHF.
8. Atur Pout pemancar 0,5W.
9. Atur sensitivity pada penerima UHF sehingga diperoleh RFin maksimal.
4. Prosedur Percobaan
4.1 Diagram polar antena horisontal, antena dua elemen dan folded dipole
Gambar 9. Layout percobaan pemancar dan penerima
Pertama menggunakan antena folded dipole pada pemancar dipasang pada tiang
dielektrik, secara horisontal.
Sebagai antena uji, antena dua elemen dipasang pada tiang penerima, juga secara
horisontal.
Pemasangan kedua antena seperti Gambar 9 dan atur daya pemancar untuk
pembacaan maksimum pada meter penerima. (dengan daya pemancar 0,1 W, jarak
0,5 sampai 1 m).
Putar antena penerima 180°, perstep 10°, searah jarum jam, perhatikan nilai pada
meter penerima untuk tiap step dan semua nilai sesuai dengan pengaturan sudut, pada
diagram koordinat polar.
Sekarang, ganti dua antena dengan yang lain dan ulangi pengukuran untuk antena
folded dipole pada penerima.
4.2 Diagram polar antena vertical, antena dua elemen dan folded dipole
Gambar 10. Layout percobaan pemancar dan penerima
Pertama menggunakan antena folded dipole pada pemancar dipasang pada tiang
dielektrik, secara vertikal.
Sebagai antena uji, antena dua elemen dipasang pada tiang penerima, juga secara
vertikal.
Pemasangan kedua antena seperti Gambar 10 dan atur daya pemancar untuk
pembacaan maksimum pada meter penerima.
Putar antena penerima 180°, perstep 10°, searah jarum jam, perhatikan nilai pada
meter penerima untuk tiap step dan semua nilai sesuai dengan pengaturan sudut, pada
diagram koordinat polar.
Sekarang, ganti dua antena dengan yang lain dan ulangi pengukuran untuk antena
folded dipole pada penerima.
5. Data Pengukuran
a. Tabel Pengukuran
Tabel 1. Diagram Polar Koordinat Posisi Horizontal

Antena Folded Dipole Pemancar Antena Double Dipole Pemancar


Derajat Rf in Derajat Rf in
0° 100% 0° 100%
10° 90% 10° 86%
20° 82% 20° 72%
30° 52% 30° 46%
40° 34% 40° 14%
50° 18% 50° 2%
60° 4% 60° 1%
70° 0% 70° 1%
80° 0% 80° 2%
90° 0% 90° 4%
100° 0% 100° 8%
110° 0% 110° 8%
120° 0% 120° 14%
130° 0% 130° 20%
140° 0% 140° 30%
150° 0% 150° 38%
160° 0% 160° 28%
170° 2% 170° 20%
180° 4% 180° 16%

Pola Radiasi Antena Folded Dipole posisi Horizontal


350° 0° 10°
340° 20°
330° 30°
100%
320° 40°
310° 50°

300° 60°
50%
290° 70°

280° 80°

270° 0% 90°

260° 100°

250° 110°

240° 120°

230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°

Grafik 1. Diagram Polar Antena Folded Dipole sebagai Pemancar Posisi


Horizontal
Pola radiasi yang dihasilkan pada antena double dipole posisi horizontal adalah jenis
pola radiasi direksional. Karena antena double dipole ini yang sebagai antena
penerima pancaran sinyal yang paling kuat ke arah antena pemancarnya yaitu pada
sudut 0° . Sedangkan selain arah ke antena pemancar, nilai pemancarannya sangat
kecil.
Pola Radiasi Antena Double Dipole posisi Horizontal
350° 0° 10°
340° 20°
330° 30°
100%
320° 40°
310° 50°

300° 60°
50%
290° 70°

280° 80°

270° 0% 90°

260° 100°

250° 110°

240° 120°

230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°

Grafik 2. Diagram Polar Antena Double Dipole sebagai Pemancar Posisi


Horizontal
Untuk antena folded dipole dengan posisi horizontal ini juga menghasilkan pola
radiasi directional. Posisi horizontal membuat antena memiliki pola radiasi
directional. Pancaran sinyal paling kuat ada pada sudut 0° yaitu pancaran lurus ke
arah antena penerima.

Tabel 2. Diagram Polar Koordinat Posisi Vertikal

Antena Folded Dipole Pemancar Antena Double Dipole Pemancar


Derajat Rf in Derajat Rf in
0° 100% 0° 100%
10° 94% 10° 100%
20° 94% 20° 100%
30° 90% 30° 92%
40° 80% 40° 80%
50° 78% 50° 74%
60° 72% 60° 58%
70° 64% 70° 40%
80° 62% 80° 24%
90° 58% 90° 12%
100° 52% 100° 10%
110° 50% 110° 4%
120° 54% 120° 2%
130° 58% 130° 1%
140° 68% 140° 1%
150° 72% 150° 1%
160° 78% 160° 1%
170° 80% 170° 1%
180° 90% 180° 1%

Pola Radiasi Antena Folded Dipole posisi Vertikal


350° 0° 10°
340° 20°
330° 30°
100%
320° 40°

310° 50°

300° 60°
50%
290° 70°

280° 80°

270° 0% 90°

260° 100°

250° 110°

240° 120°

230° 130°

220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°
Grafik 3. Diagram Polar Antena Folded Dipole sebagai Pemancar Posisi
Vertikal
Dari grafik 3, kita tahu bahwa pola radiasi yang dihasilkan pada antena double dipole
dengan posisi vertical yaitu omni directional. Double dipole yang diubah menjadi
cross polarisasi membuat pancaran sinyalnya menyeluruh ke segala arah, nilai yang
dihasilkan juga berselisih lebih sedikit dibanding hasil data pengukuran yang lain.

Pola Radiasi Antena Double Dipole posisi Vertikal


350° 0° 10°
340° 20°
330° 30°
100%
320° 40°

310° 50°

300° 60°
50%
290° 70°

280° 80°

270° 0% 90°

260° 100°

250° 110°

240° 120°

230° 130°

220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°

Grafik 4. Diagram Polar Antena Double Dipole sebagai Pemancar Posisi


Vertikal
Untuk grafik 4, hasil pola radiasinya yaitu directional, sebab pancarannya yang
hanya satu arah.

Anda mungkin juga menyukai