PERCOBAAN 1
“ANTENA PEMANCAR, ANTENA PENERIMA, DIAGRAM POLAR
ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN “
Dosen Pembimbing :
Koesmarijanto S. T., M. T.
KELOMPOK 1
CHARISATUN NISA’
1931130036
Gambar 2. Pemasangan antena folded dipole dan antena double dipole pada
komponen pemancar
c. Pengukuran Distribusi Arus
Gambar 3. Pegukuran Distribusi Arus pada antena folded dipole dan double
dipole menggunakan hand probe
4. Prosedur Percobaan
4.1 Pemancar
4.1.1 Pengoperasian
Pemancar membangkitkan frekuensi 434 MHz. daya keluaran dapat diatur dengan
control 1 ( Pout ) antara 0 sampai 2 Watt.
Contoh, control ini mengatur penunjukkan jarum 100% (f.s.f) untuk forward
voltage, dengan mengatur S2 pada “U R”, reflection factor dapat dibaca langsung
dari skala meter.
1+r UR
SWR= , dengan r =
1−r UF
Antenna pemancar dipasang secara langsung pada pipa (tiang) penyangga pada
bahan dielektrik yang telah tersedia.
4.1.2 Pengukuran pemancar
Hubungkan antenna folded dipole dengan kabel koaksial ke output pemancar. S1
ke posisi “ Pout ” dan S2 pada “U F”, amati perubahan daya output dengan mengatur
Pout (control 1) antara 0 sampai 2 Watt.
Amati daya pemancar untuk perubahan saat objek logam dibawa atau didekat
antenna. Hindari hal ini, agar pengoperasiannya dalam kondisi normal. Hitung
panjang gelombang pada frekuensi 434 MHz, menggunakan persamaan,
c
λ= , dengan c = 300.000 km/sec. kecepatan cahaya
f
Hindari objek logam yang dekat atau di bawah antenna, amati perubahan daya
pemancar untuk pengoperasian dalam kondisi normal.
4.2 Antenna Pemancar
Antena yang dimaksud adalah dua jenis antena yang dipergunakan dalam percobaan :
a. Folded dipole, dimatch dengan kabel koaksial 50 Ω yang menggunakan stub λ /2
seperti Gambar 17, dan
b. Double dipole, terdiri dari 2 dipole lurus yang menurut aturan kopling induktif
parsial dan transformasi impedansi feeder, juga hubungkan dengan kabel koaksial.
Susunan antena ini, satu dipole dengan panjang lurus terhadap yang lain dan antena
ini diarahkan sesuai yang diinginkan, seperti pada bagian sebelumnya.
UR
r=
UF
r PR Pτ SWR
Pout UR UF 2
U R /U F r x Pout P R−Pout (1+r)/(1-r)
2W 100% 24% 0,24 0,1152 W 1,9 W 1,6
r PR Pτ SWR
Pout UR UF 2
U R /U F r x Pout P R−Pout (1+r)/(1-r)
2W 100% 18% 0,18 0,06 W 1,94 W 1,43
Double Dipole
Jarak (m) Arus
3,4 5,2
6,7 5,2
10 5
13,5 4
17 0,9
20,3 0,8
23,6 1
27 2
30,4 2,5
3
Arus
0
3.4 6.7 10 13.5 17 20.3 23.6 27 30.4
Jarak (cm)
Folded Dipole
Jarak (m) Arus
3,5 5,3
7 6,2
10,5 5,5
13,5 3,5
17 0,9
20,5 0,9
23,5 1
27 3,1
30,5 4
4
Arus
0
3.5 7 10.5 13.5 17 20.5 23.5 27 30.5
Jarak (Cm)
ANTENA PENERIMA
1. Tujuan
1.1 Mengerti keperluan matching polarisasi antena pemancar dan penerima.
1.2 Mengenal kemungkinan isolasi sinyal oleh pengoperasian sistem yang menggunakan
diversi polarisasi.
1.3 Mengerti hambatan dalam transmisi antara pemancar dan penerima, dapat
menyebabkan interferensi pada sinyal.
1.4 Menghitung pelemahan ruang bebas (free space) antara pemancar dan penerima.
1.5 Menentukan perbedaan level sinyal dan pelemahan dalam “decibel” (dB).
1.6 Mengukur penurunan kuat medan sinyal, dengan bertambahnya jarak antenna
penerima.
1.7 Menentukan beberapa jenis antenna yang menunjukkan perbedaan pengarahan dan
dapat perbedaan kuat sinyal pada penerima dari daya pemancar yang sama.
2. Alat dan Instrument yang digunakan
1 pemancar UHF dengan antena
1 penerima UHF dengan antena
1 antena dipole 2 elemen
1 folded dipole setengah-gelombang, dari antenna Yagi
2 kabel koaksial dengan konektor BNC (50Ω)
1 hand probe untuk indikasi tegangan
1 tiang pemasangan dengan beberapa elemen director (dari antena Yagi)
3. Set Up Perangkat
1. Menyiapkan alat dan instrument yang digunakan
2. Memasang kabel power pada pemancar UHF
3. Meletakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m
4. Memasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna double dipole pada
penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antena bergantian)
5. Memasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar atau
penerima UHF
6. Menyalakan saklar listrik
7. Menyalakan power pemancar dan penerima UHF
8. Rangkaian percobaan sebagai berikut.
a. Antena pemancar dan penerima dalam posisi horizontal (Gambar 1)
Gambar 1. Pemasangan Antena Folded Dipole sebagai Pemancar dan Antena
Double Dipole sebagai Penerima Posisi Co Polarisasi
b. Antena pemancar dalam posisi horizontal dan antenna penerima dalam posisi
vertical (Gambar 2)
Menempatkan pemancar dan penerima dengan jarak antar antena sekitar 0,5 m pada
posisi horizontal (co polarisasi).
Mengurangi daya pemancar kurang lebih 0,2 W untuk penyimpangan skala tengah
pada meter penerima.
Menambahkan jarak antena pemancar dan penerima sekitar 1 m.
Menaikkan daya pemancar, sehingga diperoleh pembacaan meter yang sama pada
penerima sebelumnya.
Daya Pemancar Rf in
0,6 W 42%
1W 100%
Apabila daya pemancar dinaikkan, maka nilai Rf in pada antena penerima dengan
posisi cross polarisasi mengalami kenaikan.
Tabel 3. Pengukuran dan Perhitungan Pelemahan antara
Antena Pemancar dan Penerima
Posisi antena
Daya (W) Rf in Jarak (m)
penerima
Horizontal 0,3 50% 0,5
0,9 50% 1
1,3 50% 1,5
1,8 50% 2
0,4 50% 0,5
0,9 50% 1
Vertikal
1,4 50% 1,5
1,9 50% 2
Pengukuran dari proses pelemahan antara antena pemancar yaitu antena folded
dipole dan antena penerima yaitu antena double dipole dengan mengubah posisi
antena penerima menjadi horizontal dan juga vertical daya yang dihasilkan semakin
besar. Hal ini dipengaruhi dari jarak antara antena pemancar dan antena penerima
yang ditambah. Tidak hanya itu, posisi antena penerima juga mempengaruhi hasil,
memang tidak besar karena berselisih 0,1.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Nomograph dan Perhitungan
Pelemahan antara Antena Pemancar dan Penerima
3m 30 m 300 m 3 km 30 km
Jarak
Nom Per Nom Per Nom Per Nom Per Nom Per
Pelemahan
38 34,7 58 54,7 75 74,5 95 94,7 114,7
Ruang -
dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Bebas
Daya Rf in
Posisi Antena
Cross Co Cross Co
Yagi
Polarisasi Polarisasi Polarisasi Polarisasi
Tengah 1,8 W 1,8 W 86% 72%
Dekat pemancar 1,8 W 1,8 W 82% 82%
Dekat penerima 1,8 W 1,8 W 70% 70%
300° 60°
50%
290° 70°
280° 80°
270° 0% 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°
300° 60°
50%
290° 70°
280° 80°
270° 0% 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°
310° 50°
300° 60°
50%
290° 70°
280° 80°
270° 0% 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°
Grafik 3. Diagram Polar Antena Folded Dipole sebagai Pemancar Posisi
Vertikal
Dari grafik 3, kita tahu bahwa pola radiasi yang dihasilkan pada antena double dipole
dengan posisi vertical yaitu omni directional. Double dipole yang diubah menjadi
cross polarisasi membuat pancaran sinyalnya menyeluruh ke segala arah, nilai yang
dihasilkan juga berselisih lebih sedikit dibanding hasil data pengukuran yang lain.
310° 50°
300° 60°
50%
290° 70°
280° 80°
270° 0% 90°
260° 100°
250° 110°
240° 120°
230° 130°
220° 140°
210° 150°
200° 160°
190° 180° 170°