Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM ANTENA PEMANCAR DAN PENERIMA

DIAGRAM POLAR ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN

Disusun untuk memnuhi Tugas


Mata Kuliah Praktikum Antena dan Propagasi
Semester 4

PEMBIMBING

Koesmarijanto, ST., MT

Disusun Oleh :

Iga Revva Princiss J 1441160099 (13)

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG


2016
ANTENA PEMANCAR
1. Tujuan
1.1 Mengoperasikan pemancar UHF dan mengetahui daya yang diradiasikan.
1.2 Mengerti kondisi match dan mis-match, antara beban pada ujung saluran koaksial dan
antenna pemancar.
1.3 Mengerti dasar-dasar antenna pemancar yang digunakan sebagai beban
1.4 Mengenal hubungan asymmetric, antenna batang setengah gelombang (rod antenna)
dan antenna dipole symetric setengah gelombang, menggunakan rangkaian simetri
dengan saluran koaksial.
1.5 Mengenal kualitas dan efektivitas rangkaian simetri ini, saat antenna matching.
1.6 Mengukur distribusi arus dan tegangan sepanjang setengah gelombang dipole dan
sepanjang rod antenna
1.7 Menentukan dengan pengukuran, polarisasi gelombang yang diradiasikan
1.8 Mengerti perubahan pada cirri-ciri antenna, menghasilkan perubahan perbandingan
yang baik.
2. Alatdan instrument yang digunakan
1 Pemancar UHF
1 Antena 2-elemen
1 Setengah gelombang, folded dipole (dari antenna Yagi)
1 kabel koaks (50 ohm), panjang 50 cm
1 hand probe untuk indikasi arus
1 hand probe untukindikasitegangan
3. Pengaturan dan Set up
a. Pengaturan Pemancar

1. Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala jala listrik.


2. Hidupkan pemancar dengan memindah switch power ke atas. Pemancar akan
membangkitkan frekuensi 434 Mhz, dengan daya yang dihasilkan pemancar antara 0
sampai 2 watt.

b. Pengaturan Daya Pada Pemancar


1. Untuk mengatur daya pada pemancar, set switch S1 ke atas.
2. Lalu putar control “Pout”. Gunakan skala Watt( 0 Watt – 2 Watt) pada “Skala Meter”
untuk melihat berapa daya yang dikeluarkan oleh pemancar.

c. Pengukuran Matching (UF dan UR)


1. Hubungkan Antena dengan kabel koaksial ke output pemancar.
2. Set Switch S1 ke SWR
3. Untuk mengukur besarnya tegangan maju(UF), Atur Switch S2 ke UF.
Untuk mengukur besarnya tegangan balik(UR), Atur Switch S2 ke UR.
4. Baca berapa persentase tegangan- nya pada “ Skala Meter” menggunakan skala
persentase.
4. Prosedur Percobaan
4.1 Pemancar
4.1.1 Pengoperasian
Pemancarmembangkitkanfrekuensi 434 MHz.Dayakeluarandapatdiaturdengan
control 1 (Pout) antara 0 sampai 2 Watt.

S1
1
S2
0

P Out Sensitivitas

Meter menunjukkan daya yang dibangkitkan oleh pemancar, saat switch S1


keatas untuk mengatur “Pout”.
Untuk pengukuran matching, dihubungkan secara langsung didalamnya antara
unit pemancar dengan output BNC socket, dengan salah satu penunjukkan :
a. Tegangan maju (forward voltage), switch S1 ke “SWR” (Standing Wave
Ratio) dan S2 ke “UF” (Forward Voltage).
b. Untuk keadaan mis-match, tegangan balik (reflected voltage), ketika S2
diaturke “UR”

Control 2 (sensitivity), digunakan untuk mengatur sensitivitas meter untuk


pengukuran SWR
Contoh, control ini diatur penunjukan jarum 100 % (f.s.f) untuk forward
voltage, dengan mengatur S2 pada “UR” reflection factor dapat dibaca
langsung dari skala meter.
1+𝑟 𝑈𝑅
𝑆𝑊𝑅 = 1−𝑟dengan r = 𝑈𝐹

Antenna dapat dipasang a pada bahan dielektrik, secara langsung pada


pemancar.
4.1.2 Pengukuranpemancar
Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial ke output pemancar.
S1 keposisi “Pout” dan S2 pada “UF”, amati perubahan daya output dengan
mengatur control 1 antara 0 sampai 2 Watt.
Amati daya pemancar untuk perubahan saat obyek logam di bawa mendekati
antenna. Hindari hal ini, agar pengoperasianya dalam kondisi normal.
Hitung panjang gelombang pada frekuensi 434 MHz, menggunakan
persamaan,
𝑐
𝝀 = 𝑓dengan c = 300.000 km/sec kecepatan cahaya

4.2 Antena Pemancar


Antenna yang dimaksud adalah dua jenis antenna yang dipergunakan dalam
percobaan :
a. Folded dipole, dimatch dengan kabel koaksial 50 Ω yang menggunakan stub λ/2
seperti gambar 16, dan
b. Double antenna, terdiridari 2 dipole lurus yang menurut aturan kopling induktif
parsial dan transformasi impedansi feeder, dapat juga dihubungakan dengan kabel
koaksial.
Susunan antenna ini, satu dipole dengan panjang lurus terhadap yang lain dan
antenna inidiarahkan sesuai yang diinginkan, seperti pada bagian sebelumnya.
4.3 Pengukuran Pemancar dan Antena
4.3.1 Mengukur matching antenna
a. Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial pada output pemancar
dan atur daya output 2W. set switch pada SWR, set teganganUf pada
100%
b. Dalam Pensetingan switch “UR”, presentase reflected forward voltage
dapat langsung dibaca pada meter.
c. Tentukan factor refleksi dari antenna :
UR
R= UF

d. Hitung reflected power, PR


PR = r2 . Pout
e. Hitung daya yang diradiasikan uleh antenna, P𝜏
P𝜏 = Pout - PR = Pout. (1-r2)
f. Hitung SWR antenna
SWR = 1+r
1-r

Tunjukkan bagaimana besar tegangan fluktuasi yang direfleksikan


ketika obyek logam yang menimbulkan pengaruh pada antenna. Ini
harus dihindari dalam pemakaian praktek.
g. Ulangi pengukuran dan perhitungan diatas, menggunakan antenna
double dipole.

4.3.2 Pengukuran polarisasi


a. Pasang folded dipole pada tiang pemancar dan cari polarisasi
horizontal
b. Atur daya output pemancar mendekati 0.5 W
c. Gunakan hand probe untuk indikasi tegangan dan pada jarak kurang
lebih 1cm, tunjukkan bidang polarisasi, periksa tegangan yang
ditunjukkan hand probe saat probe diputar hingga 90 derajat pada
bidang polarisasi.
d. Ulangi pengukuran, dengan menggunakan antenna double dipole
e. Putar tiang, bersama dengan double dipole 180 derajat dan amati hand
probe, perbedaan dalam radiasi pada posisi depan dan belakang
antenna.
f. Amati juga bidang polarisasi.

4.3.3 Pengukuran distribusi arus dan tegangan


a. Untuk tujuan pengetesan, double dipole lurus digunakan secara inisial. Atur
daya pemancar mendekati 0.5 W. Gerakkan hand probe untuk indikasi
tegangan sepanjang antenna, pada jarak mendekati 1 cm dari antenna
b. Amati respon probe (dengan mengatur sensitivitas probe pada level yang
sesuai), pada kua tmedan E dan bandingkan dengan medan E. Ulangi
pengukuran dengan folded dipole, distribusi arus diukur dengan hand probe
indikasi arus.
c. Kurangi daya pemancar kurang lebih 0.1 W. gerakkan hand probe indikasi
arus sepanjang dipole. Amati penyimpangan pada probe meter dan
bandingkan distribusi arus.
5. Hasil Percobaan

Menghitung λ
𝐂
𝛌=
𝐟
300.000 km
λ=
434 Mhz
𝛌 = 𝟎. 𝟔𝟗 𝐦
Pengukuran Matching Antena Folded dipole
a. Menentukan Refleksi Antena
SWR UF = 100%
Pout = 2 Watt
UR terbaca = 27 %
𝑈𝑅
𝑟=
𝑈𝐹

27
𝑟=
100
𝑟 = 0.27
𝒓 = 𝟎. 𝟐𝟕 %
Menghitung Reflected Power
𝑃𝑅 = 𝑟 2 . 𝑃𝑂𝑢𝑡
𝑃𝑅 = (0.27)2 . 2 𝑊
𝑷𝑹 = 𝟎. 𝟏𝟒𝟕 𝑾
b. Menghitung Daya yang Diradiasikan Antena
𝑃𝜏 = 𝑃𝑂𝑢𝑡 - 𝑃𝑅
𝑃𝜏 = 2 − 𝟎. 𝟏𝟒𝟕
𝑷𝝉 = 𝟏. 𝟖𝟓𝑾
c. Menghitung SWR
1+𝑟
𝑆𝑊𝑅 =
1−𝑟
1 + 0.27
𝑆𝑊𝑅 =
1 − 0.27
1.27
𝑆𝑊𝑅 =
0.73
𝑺𝑾𝑹 = 𝟏. 𝟕𝟒

Pengukuran Matching Antena Double Dipole


a. Menentukan Refleksi Antena
SWR UF = 100%
Pout = 2 Watt
UR terbaca = 19 %
𝑈𝑅
𝑟=
𝑈𝐹

19
𝑟=
100
𝑟 = 0.19
𝒓 = 𝟎. 𝟏𝟗 %
Menghitung Reflected Power
𝑃𝑅 = 𝑟 2 . 𝑃𝑂𝑢𝑡
𝑃𝑅 = (0.19)2 . 2 𝑊
𝑷𝑹 = 𝟎. 𝟎𝟕𝟐 𝑾
b. Menghitung Daya yang Diradiasikan Antena
𝑃𝜏 = 𝑃𝑂𝑢𝑡 - 𝑃𝑅
𝑃𝜏 = 2 − 𝟎. 𝟎𝟕𝟐
𝑷𝝉 = 𝟏. 𝟗𝟐𝟖𝑾
c. Menghitung SWR
1+𝑟
𝑆𝑊𝑅 =
1−𝑟
1 + 0.19
𝑆𝑊𝑅 =
1 − 0.19
1.19
𝑆𝑊𝑅 =
0.81
𝑺𝑾𝑹 = 𝟏. 𝟒𝟔

Distribusi Arus dan Tegangan


1. Antena 2 Elemen

Distribusi Arus
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Arus

2. Antena Folded Dipole

7 Distribusi Arus
6

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Arus

6. Analisa Data
Matching Impedance :
Dalam hasil percobaan tersebut, Antena Pemancar terbagi menjadi 2 Jenis, folded Dipole
dan Antena double dipole. Dimana, yang menghasilkan nilai SWR (Standing Wave Ratio)
pada kedua Antena tersebut dengan nilai yang mendekati sama. Hal ini dikarenakan nilai
factor refleksi pada kedua jenis Antena nilainya mendekati kesamaan. Hal itu
menyebabkan nilai matching impedansinya hampir sama. semakin tinggi nilai factor
refleksi maka SWR semakin tinggi hal ini dibuktikan dengan factor refleksi dari folded
dipole yaitu 0.27 yang memiliki SWR 1.74 dengan factor refleksi yang dimiliki oleh
double dipole sebesar 0.19 yang memiliki swr 1.46 . Dengan demikian kualitas
pemancaran daya menjadi tidak optimal hal ini bisa dilihat pada hasil percobaan dimana
folded dipole dengan SWR yang lebih tinggi daya yang dipancarkan hanya 1.85 W
sedangkan pada antenna double dipole dengan SWR yang lebih rendah daya yang
dipancarkan sebesar 1.928 W. Dan Daya yang kembali akan semakin tinggi (folded dipole
0.147 dan double dipole 0.072)

Distribusi Arus dan tegangan


Semakin jauh jarak probe arus, maka semakin rendah nilai arus yang dipancarkan dari
Antena

7. Kesimpulan
a. Nilai SWR pada Folded dipole = 1,74. Nilai SWR pada double dipole = 1,46
b. Nilai daya yang diradiasikan pada folded dipole yaitu 1,85 sedangkan pada double
dipole 1,928.
c. Semakin jauh jarak arus, maka semakin rendah nilai arus yang dipancarkan ke
Antena

ANTENA PENERIMA
1. Tujuan
1.1 Mengertikeperluan matching polarisasi antenna pemancardanpenerima.
1.2 Mengenalkemungkinanisolasisinyalolehpengoperasian system yang
menggunakandiversipolarisasi.
1.3 Mengertihambatandalamtransmisi
antarpemancardanpenerima,dapatmenyebabkaninterferensisinyal.
1.4 Menghitungpelemahanruangbebas (free space) antarapemancardanpenerima.
1.5 Menentukanperbedaan level sinyaldanpelemahandalam decibel (dB).
1.6 Mengukurpenurunankuatmedansinyal, denganbertambahnyajarakantarapenerima.
1.7 Menentukanbeberapajenis antenna yang
menunjukkanperbedaanpengarahandandapatmengetahuiperbedaankuatsinyalpadapene
rimadaridayapemancar yang sama.
2. Perangkat yang Digunakan
Jumla Gambar
No NamaAlat/Komponen
h

1 Pemancar UHF 1

2 Penerima UHF 1

2 Antena 2- elemen 1

3 Antena Folded Dipole 1⁄2λ 1


KabelKoaksial (50Ω),
4 2
Panjang 1 m

3. Set Up Perangkat
3.1 Pengaturan Pemancar

1) Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala-jala listrik.


2) Hidupkan pemancar dengan memindah switch power keatas. Pemancar akan
membangkitkan frekuensi 434 Mhz, dengan daya yang dihasilkan pemancar antara 0
sampai 2 watt.
3.2 Pengaturan Daya Pada Pemancar
1) Untuk mengatur daya pada pemancar, set switch S1 keatas.
2) Lalu putar control “ Pout ”.Gunakan skala Watt ( 0 Watt – 2 Watt) pada “Skala Meter”
untuk melihat berapa daya yang dikeluarkan oleh pemancar.

3.3 PengaturanPadaPenerima
1) Pasang antenna pada tiang yang telah disediakan pada unit penerima.
2) Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala-jala listrik.
3) Hubungkan Antena dengan kabel koaksial ke RF detector pada penerima.
4. Prosedur Percobaan
4.1 Perhitungan Pelemahan Dengan Menggunakan Rumus
𝐶 4𝜋𝑅
𝜆= ; 𝑁 = 20 log ( )
𝑓 𝜆

4.2 Pengukuran Pelemahan Dengan Menggunakan Nomograph


1) Pada nomograph terdapat 3 garis yaitu wavelength (centimeters), attenuation
(decibel), dan range (meters).
𝐶
2) Untuk panjang gelombang dicari dengan menggunakan rumus 𝜆 = 𝑓 kemudian beri

titik pada garisnya dengan nilai panjang gelombang yang telah diperoleh.
3) Kemudian beri titik pada range 3 m
4) Tarik garis dari titik panjang gelombang sampai ke range, maka akan diperoleh nilai
dari N atau attenuation dan catat hasilnya pada table.
5) Ulangi langkah 2 sampai 4 pada range 30m, 300m, 3000m, dan 30000m.

4.3 Co-Polarisasi

1) Pasang Folded Dipole pada pemancar secara horizontal dan atur daya pemancar 0,1
W.
2) Pasang antena – 2 elemen pada penerima secara horizontal dengan dipole yang lebih
pendek diarahkan ke pemancar.
3) Jarak antara pemancar dan penerima adalah 0,5 m. Setelah itu hubungkan input
penerima dan atur control “Sensitivity” untuk penyimpangan yang besar.
4) Amati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya

4.4 Cross-Polarisasi.
1) Pasang Folded Dipole pada pemancar secara horizontal dan atur daya pemancar 0,1
W.
2) Pasang antena – 2 elemn pada penerima secara vertikal dengan dipole yang lebih
pendek diarahkan ke pemancar.
3) Jarak antara pemancar dan penerima adalah 0,5 m. Setelah itu hubungkan input
penerima dan atur control “Sensitivity” untuk penyimpangan yang besar
4) Amati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.
5) Naikkan daya pemancar untuk beberapa pengukuran.

4.5 Perhitungan Pelemahan Antara Antena Pemancar dan Penerima


1) Tempatkan pemancar dan penerima dengan jarak antara 0.5 m.
2) Pasang Folded Dipole padapemancar secara horizontal. Pasang Antena - 2
elemenpadapenerimasecarahorizontaldengan dipole yang
lebihpendekdiarahkankepemancar. Setelahituhubungkan Input penerimadanatur
control “Sensitivity” untukpenyimpanganjarum yang besar.
3) Aturdayapemancaragar pada meter penerimapadapenyimpanganskalatengah.
4) Catatberapadaya yang dipancarkanolehpemancar.
5) Kurangidayapemancar 0,1 W, catatberapapenyimpanganpada meter penerima.
6) Tambahkanjarakantarapemancardanpenerimamenjadi 1meter, naikkandayapemancar
agar pembacaan meter sepertisebelumnya(Meter penerimatetap pada 50 % / tengah-
tengah). Catatberapadaya yang dipancarkanolehpemancar.
7) Tambahkanjarakantarapemancardanpenerimamenjadi 2 meter, naikkandayapemancar
agar pembacaan meter sepertisebelumnya (Meter penerimatetap pada 50 % / tengah-
tengah). Catatberapadaya yang dipancarkanolehpemancar.
8) Tempatkanelemen director yagidalamsumburadiasiantarapemancardanpenerima.
Jugadalamposisi cross polarisasidan Co Polarisasi. Amati Apapengaruhnya.

5 Data Pengukuran
5.1 Perhitungan Pelemahan Dengan Menggunakan Rumus
𝐶 3 . 108
𝜆= = = 0,69𝑚 = 69𝑐𝑚
𝑓 434 . 106

R=3m R = 30 m

4𝜋𝑅 4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( ) 𝑁 = 20 log ( )
𝜆 𝜆
4 .3,14 .3 4 .3,14 .30
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( ) = 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
0,69 0,69
= 20 log(54,6) = 34,745 𝑑𝐵 = 20 log(546,087) = 54,745 𝑑𝐵

R = 300 m R = 3000 m

4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( )
4𝜋𝑅 𝜆
𝑁 = 20 log ( )
𝜆 4 .3,14 .3000
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
4 .3,14 .300 0,69
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
0,69 = 20 log(54608,695) = 94,745 𝑑𝐵
= 20 log(5460,87) = 74,745 𝑑𝐵

R = 30000 m

4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( )
𝜆
4 .3,14 .30000
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
0,69
= 20 log(546086,956) = 114,745 𝑑𝐵

Maka didapatkan tabel hasil perhitungan sebagai berikut :

Jarak (m) N

3 34,745 dB

30 54,745dB

300 74,745dB
3000 94,745Db

30000 114,745dB

1.2 Pengukuran Pelemahan Dengan Menggunakan Nomograph

69

Maka didapatkan tabel hasil nomograph sebagai berikut :


Jarak (m) N

3 35

30 54

300 75

3000 94

30000 114

Sehingga didapatkan :

Jarak 3m 30m 300m 3km


Pelemahan ruang bebas 34,7 dB 54,7 dB 73,5 dB 114,7 dB
( Perhitungan)
Pelemahan ruang bebas 34,9 dB 54 dB 94,5 dB -
( Pembacaan Nomograph )

5.4 Co-Polarisasi dan Cross-Polarisasi

A. Tanpa Hand Probe


Jarak Pemancar 1m
0,5 m
dan Penerima
Daya 0,1 W 0,375 W

Sensitivitas 50 % 50 %

B. Dengan Hand Probe

Jarak Pemancar Skala Tengah Daya Keterangan


(Sensitivitas)
2 meter 40% 0,375 -

2 meter 43% 0,375 Di co

2 meter 35% 0,375 Di Cross

2 meter 70% 0,375 Antenna Yagi di Co

2 meter 20% 0,375 Atena Yagi di cross

1 + 0.19
𝑆𝑊𝑅 =
1 − 0.19
1.19
𝑆𝑊𝑅 =
0.81
𝑺𝑾𝑹 = 𝟏. 𝟒𝟔

Mengukur Distribusi Arus


a. Folded Dipole
7 Distribusi Arus
6

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Arus

b. Double dipole

Distribusi Arus
7

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Arus

Analisa Data :
Matching impedance
Dalam hasil percobaan tersebut, Antena Pemancar terbagi menjadi 2 Jenis, folded Dipole dan
Antena two pair. Yang memiliki frekuensi kerja sebesar 434 MHz sehingga didapatkan nilai
lambda senesar 0.69 m atau 69 cm. Dimana menghasilkan nilai SWR (Standing Wave Ratio)
pada kedua Antena tersebut dengan nilai yang mendekati sama. Hal ini dikarenakan nilai factor
refleksi pada kedua jenis Antena nilainya mendekati kesamaan untuk nilai factor refleksi folded
dipole sendiri yaitu 0,27 dan untuk doble dipole yaitu 0.19 selisihnya sekitar 8%. Hal itu
menyebabkan nilai matching impedansinya hampir sama. semakin tinggi nilai factor refleksi.
maka SWR semakin tinggi dimana untuk folded dipole nilai SWR = 1,72 sedangkan untuk
double dipole memiliki SWR sebesar 1.46 . Dengan demikian kualitas pemancaran daya
menjadi tidak optimal pada folded dipole yang miliki SWR lebih tinggi memiliki kulaitas
pemancaran daya yang lebih kecil yaitu sebesar 1.85W sedangkan pada double dipole yang
memiliki SWR lebih kecil, daya yang dipancarkan lebih besar yaitu sebesar 1.928W . Dan Daya
yang kembali akan semakin tinggi.
Distribusi Arus dan Tegangan
Semakin jauh jarak probe arus, maka semakin rendah nilai arus yang dipancarkan dari Antena.
Nilai arus tertinggi berada di ujung-ujung saluran disebut loop dan nilai arus terendah berada di
tengah/pusat antenna disebut dengan simpul.

Kesimpulan
a. Nilai SWR untuk folded dipole = 1.72 dan untuk double dipole sebesar 1.46
b. Daya yang dipancarkan untuk folded dipole sebesar 1.85 dan double dipole sebesar 1.92
c. Daya yang kembali untuk folded dipole sebesar 0.147 sedangkan untuk double dipole
sebesar 0.072
d. Nilai distribusi arus tertinggi berada diujung-ujung antena dengan nilai sebesar 6
Ampere.

ANTENA PENERIMA
1. Tujuan
1.8 Mengerti keperluan matching polarisasi antenna pemancar dan penerima.
1.9 Mengenal kemungkinan isolasi sinyal oleh pengoperasian system yang menggunakan diversi
polarisasi.
1.10 Mengerti hambatan dalam transmisi antar pemancar dan penerima, dapat menyebabkan
interferensi sinyal.
1.11 Menghitung pelemahan ruang bebas (free space) antara pemancar dan penerima.
1.12 Menentukan perbedaan level sinyal dan pelemahan dalam decibel (dB).
1.13 Mengukur penurunan kuat medan sinyal, dengan bertambahnya jarak antara penerima.
1.14 Menentukan beberapa jenis antenna yang menunjukkan perbedaan pengarahan dan dapat
mengetahui perbedaan kuat sinyal pada penerima dari daya pemancar yang sama.
2. Perangkat yang Digunakan
No NamaAlat/Komponen Jumlah Gambar

1 Pemancar UHF 1

2 Penerima UHF 1

2 Antena 2- elemen 1

3 Antena Folded Dipole 1⁄2λ 1

KabelKoaksial (50Ω),
4 2
Panjang 1 m

3.Set Up Perangkat
3.1 Pengaturan Pemancar
3) Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala-jala listrik.
4) Hidupkan pemancar dengan memindah switch power keatas. Pemancar akan
membangkitkan frekuensi 434 Mhz, dengan daya yang dihasilkan pemancar antara 0 sampai
2 watt.
3.2 Pengaturan Daya Pada Pemancar
3) Untuk mengatur daya pada pemancar, set switch S1 keatas.
4) Lalu putar control “ Pout ”.Gunakan skala Watt ( 0 Watt – 2 Watt) pada “Skala Meter” untuk
melihat berapa daya yang dikeluarkan oleh pemancar.
3.3 Pengaturan Pada Penerima
4) Pasang antenna pada tiang yang telah disediakan pada unit penerima.
5) Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala-jala listrik.
6) Hubungkan Antena dengan kabel koaksial ke RF detector pada penerima.
4.Prosedur Percobaan
4.1 Perhitungan Pelemahan Dengan Menggunakan Rumus
𝐶 4𝜋𝑅
𝜆= ; 𝑁 = 20 log ( )
𝑓 𝜆

4.2 Pengukuran Pelemahan Dengan Menggunakan Nomograph


6) Pada nomograph terdapat 3 garis yaitu wavelength (centimeters), attenuation (decibel), dan
range (meters).
𝐶
7) Untuk panjang gelombang dicari dengan menggunakan rumus 𝜆 = kemudian beri titik
𝑓

pada garisnya dengan nilai panjang gelombang yang telah diperoleh.


8) Kemudian beri titik pada range 3 m
9) Tarik garis dari titik panjang gelombang sampai ke range, maka akan diperoleh nilai dari N
atau attenuation dan catat hasilnya pada table.
10) Ulangi langkah 2 sampai 4 pada range 30m, 300m, 3000m, dan 30000m.
4.3 Co-Polarisasi

5) Pasang Folded Dipole pada pemancar secara horizontal dan atur daya pemancar 0,1 W.
6) Pasang antena – 2 elemen pada penerima secara horizontal dengan dipole yang lebih pendek
diarahkan ke pemancar.
7) Jarak antara pemancar dan penerima adalah 0,5 m. Setelah itu hubungkan input penerima
dan atur control “Sensitivity” untuk penyimpangan yang besar.
8) Amati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya

4.4 Cross-Polarisasi.
6) Pasang Folded Dipole pada pemancar secara horizontal dan atur daya pemancar 0,1 W.
7) Pasang antena – 2 elemn pada penerima secara vertikal dengan dipole yang lebih pendek
diarahkan ke pemancar.
8) Jarak antara pemancar dan penerima adalah 0,5 m. Setelah itu hubungkan input penerima
dan atur control “Sensitivity” untuk penyimpangan yang besar
9) Amati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.
10) Naikkan daya pemancar untuk beberapa pengukuran.
4.6 Perhitungan Pelemahan Antara Antena Pemancar dan Penerima
9) Tempatkan pemancar dan penerima dengan jarak antara 0.5 m.
10) Pasang Folded Dipole padapemancar secara horizontal. Pasang Antena - 2
elemenpadapenerimasecarahorizontaldengan dipole yang lebihpendekdiarahkankepemancar.
Setelahituhubungkan Input penerimadanatur control “Sensitivity” untukpenyimpanganjarum
yang besar.
11) Aturdayapemancaragar pada meter penerimapadapenyimpanganskalatengah.
12) Catatberapadaya yang dipancarkanolehpemancar.
13) Kurangidayapemancar 0,1 W, catatberapapenyimpanganpada meter penerima.
14) Tambahkanjarakantarapemancardanpenerimamenjadi 1meter, naikkandayapemancar agar
pembacaan meter sepertisebelumnya(Meter penerimatetap pada 50 % / tengah-tengah).
Catatberapadaya yang dipancarkanolehpemancar.
15) Tambahkanjarakantarapemancardanpenerimamenjadi 2 meter, naikkandayapemancar
agar pembacaan meter sepertisebelumnya (Meter penerimatetap pada 50 % / tengah-tengah).
Catatberapadaya yang dipancarkanolehpemancar.
16) Tempatkanelemen director yagidalamsumburadiasiantarapemancardanpenerima.
Jugadalamposisi cross polarisasidan Co Polarisasi. Amati Apapengaruhnya.

5 Data Pengukuran
5.1 Perhitungan Pelemahan Dengan Menggunakan Rumus
𝐶 3 . 108
𝜆= = = 0,69𝑚 = 69𝑐𝑚
𝑓 434 . 106

R=3m R = 30 m

4𝜋𝑅 4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( ) 𝑁 = 20 log ( )
𝜆 𝜆
4 .3,14 .3 4 .3,14 .30
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( ) = 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
0,69 0,69
= 20 log(54,6) = 34,745 𝑑𝐵 = 20 log(546,087) = 54,745 𝑑𝐵

R = 300 m R = 3000 m
4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( )
4𝜋𝑅 𝜆
𝑁 = 20 log ( )
𝜆 4 .3,14 .3000
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
4 .3,14 .300 0,69
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
0,69 = 20 log(54608,695) = 94,745 𝑑𝐵
= 20 log(5460,87) = 74,745 𝑑𝐵

R = 30000 m

4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( )
𝜆
4 .3,14 .30000
= 20 𝑙𝑜𝑔 ( )
0,69
= 20 log(546086,956) = 114,745 𝑑𝐵

Maka didapatkan tabel hasil perhitungan sebagai berikut :

Jarak (m) N

3 34,745 dB

30 54,745dB

300 74,745dB

3000 94,745Db

30000 114,745dB

5.2 Pengukuran Pelemahan Dengan Menggunakan Nomograph


Maka didapatkan tabel hasil nomograph sebagai berikut :

Jarak (m) N

3 35

30 54

300 75
3000 94

30000 114

Sehingga didapatkan :

Jarak 3m 30m 300m 3km


Pelemahan ruang bebas 34,7 dB 54,7 dB 73,5 dB 114,7 dB
( Perhitungan)
Pelemahan ruang bebas 34,9 dB 54 dB 94,5 dB -
( Pembacaan Nomograph )

5.3 Co-Polarisasi dan Cross-Polarisasi

C. Tanpa Hand Probe


Jarak Pemancar 1m
0,5 m
dan Penerima
Daya 0,1 W 0,375 W

Sensitivitas 50 % 50 %

D. Dengan Hand Probe

Jarak Pemancar Skala Tengah Daya Keterangan


(Sensitivitas)
2 meter 40% 0,375 -

2 meter 43% 0,375 Di co

2 meter 35% 0,375 Di Cross

2 meter 70% 0,375 Antenna Yagi di Co


2 meter 20% 0,375 Atena Yagi di cross

6. Analisa Data :
 Pelemahan
Perhitungan

Jarak 3m 30m 300m 3km


Pelemahan ruang bebas 34,7 dB 54,7 dB 73,5 dB 114,7 dB
( Perhitungan)
Pelemahan ruang bebas 34,9 dB 54 dB 94,5 dB -
( Pembacaan Nomograph )
Dari table hasil pelemahan diatas dapat kita ketahui bahwa semakin jauh jarak antenna
pemancar dan penerima maka nilai pelemahan akan semakin kecil hal ini sesuai dengan
teori yang ada bahwa diperlukan repeater untuk jarak antenna yang jauh. Ini juga sesuai
dengan rumus yang ada :
4𝜋𝑅
𝑁 = 20 log ( )
𝜆
Dimana terlihat bahwa pelemahan berbanding lurus dengan jarak dan berbanding
terbalik dengan lambda. Hasil dari pelemahan yang tunjukkan pada nomograph
hasilnya tidak jauh berbeda dengan perhitungan dimana hanya selisih <=1.
 Co-Polarisasi dan Cross-Polarisasi
Jarak Pemancar 1m
0,5 m
dan Penerima
Daya 0,1 W 0,375 W

Sensitivitas 50 % 50 %

Dijelaskan dari table diatas bahwa daya awal sebesar 0.1 W kondisi jarak pemancar dan
penerima yaitu 0,5. Namun terjadi peningkatan daya ketika jarak pemancar ditambah
sebesar 1m dengan skala tengah dipertahankan. Sehingga perbandingan daya sebesar
1:3

Jarak Pemancar Skala Tengah Daya Keterangan


(Sensitivitas)
2 meter 40% 0,375 -
2 meter 43% 0,375 Di co

2 meter 35% 0,375 Di Cross

2 meter 70% 0,375 Antenna Yagi di Co

2 meter 20% 0,375 Atena Yagi di cross

Kemudian kita menambah jarak antenna sebesar 2m dengan daya yang sama yaitu
sebesar 3.75 namun sensitivitas atau skala tengah menjadi 40%. Setelah itu kita
meletakkan sebuah handprobe ditengah-tengan antara antenna pemancar dan
penerima dengan kondisi handprobe co dan cross. Dari data diatas dapat dilihat bahwa
saat posisi handprobe dan antenna yagi co maka sinyal semakin besar dan berlaku
kebalikannya untuk cross.

7. Kesimpulan :
a. Pelemahan ruang bebas berbanding lurus dengan jarak.
b. Pelemahan ruang bebas pada jarak 3 meter = 34,7dB , 30 meter = 54,7dB, 300
meter = 73,5dB , 3KM = 114,7dB
c. Semakin besar jarak pada co dan cross polarisasi maka daya akan semakin besar.
daya saat 0.5 meter sebesar 1W dan saat 1m sebesar 0,375W dengan skala
tengah tetap.
d. Pada jarak 2 meter posisi CO untuk handprobe dan antenna yagi nilai sinyal
mengalami perbesaran sebesar 43% dan 70%
e. Pada jarak 2 meter posisi Cross untuk handprobe dan antenna yagi nilai sinyal
mengalami penurunan sebesar 35% dan 20%
f. Daya pada jarak 2 meter tetap sebesar 0.375 W

DIAGRAM POLAR ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN


1. Tujuan
1.1 Menentukan karakteristik pengarahan,celah antenna atau jarak antara elemen dan lebar
arahan setengah gelombang (Half Wave Beam Width) antena .
1.2 Menggambarkan diagram polar horizontal dan vertical antenna dari pengukuran yang
dilakukan pada linier atau kordinat polar.
1.3 Mengartikan gambar diagram polar,sehingga mengerti bentuk “ Side Lobe”,”Zero Point”
dan “ Front Back Ratio” antenna.
1.4 Mengenal hubungan antara maksud pengarahan dan penguatan antenna.
1.5 Menentukan penguatan antenna dengan perhitungan atau pengukuran.
1.6 Mengenal arti penguatan antenna pemancar dan penerima dengan menghitung level signal.
1.7 Mengetes kemungkinan untuk memperbaiki penguatan antenna dan maksud
pengarahan,dengan menambah elemen director dan reflector, menggunakan antenna yagi
sebagai contoh.
2. Perangkat yang Digunakan
No Nama Alat / Komponen Jumlah Gambar

1 Pemancar UHF 1

2 Penerima UHF 1

2 Antena 2- elemen 1

Antena Folded Dipole 1/2


3 1
Gelombang
Kabel Koaksial (50Ω),
4 2
Panjang 50 cm

3. Set Up Perangkat
3.1 Pengaturan Pemancar

1) Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala jala listrik.


2) Hidupkan pemancar dengan memindah switch power ke atas. Pemancar akan
membangkitkan frekuensi 434 Mhz, dengan daya yang dihasilkan pemancar antara 0 sampai
2 watt.
3.2 Pengaturan Daya Pada Pemancar
1) Untuk mengatur daya pada pemancar, set switch S1 ke atas.
2) Lalu putar control “Pout”. Gunakan skala Watt( 0 Watt – 2 Watt) pada “Skala Meter” untuk
melihat berapa daya yang dikeluarkan oleh pemancar.
3.3 Pengaturan Pada Penerima
1) Pasang antenna pada tiang yang telah disediakan pada unit penerima.
2) Hubungkan kabel Power pemancar dengan tegangan jala jala listrik.
3) Hubungkan Antena dengan kabel koaksial ke RF detector pada penerima.
4. Prosedur Percobaan
4.1 Mengukur Diagram Polar Antena Dengan Polarisasi Horizontal
1) Pasang pemancar dan penerima seperti gambar berikut:
Antena Folded Dipole sebagai pemancar dan Antena 2 elemen dipasang sebagai penerima
dengan posisi Co Polarisasi Horizontal.
2) Atur daya pada pemancar agar meter penerima pada skala 100 %
3) Putar antenna penerima 180o, per step 10o,searah jarum jam.
4) Setelah selesai, Kembalikan posisi antenna ke posisi semula. Lalu Putar antenna penerima
180o, per step 10o,berlawanan dengan arah jarum jam.
5) Catat nilai meter penerima pada setiap step.
6) Ulangi prosedur di atas untuk antenna 2 elemen sebagai pemancar dan antenna Folded
Dipole sebagai penerima dengan posisi Co Polarisasi Horizontal.
4.2 Mengukur Diagram Polar Antena Dengan Polarisasi Vertikal
1) Pasang pemancar dan penerima seperti gambar berikut:

Antena Folded Dipole sebagai pemancar dan Antena 2 elemen dipasang sebagai penerima
dengan posisi Co Polarisasi Vertikal.
2) Atur daya pada pemancar agar meter penerima pada skala 100 %
3) Putar antenna penerima 180o, per step 10o,searah jarum jam.
4) Setelah selesai, Kembalikan posisi antenna ke posisi semula. Lalu Putar antenna penerima
180o, per step 10o,berlawanan dengan arah jarum jam.
5) Catat nilai meter penerima pada setiap step.
6) Ulangi prosedur di atas untuk antenna 2 elemen sebagai pemancar dan antenna Folded
Dipole sebagai penerima dengan posisi Co Polarisasi Vertikal.

6. Hasil Percobaan
6.1 Mengukur Diagram Polar Antena Dengan Polarisasi Horizontal
1. Antena Folded Dipole Pemancar dan Antena 2 Elemen Penerima
Searah Jarum Jam
No. Sudut RFin

1 0° 100%

2 10° 100%

3 20° 100%

4 30° 90%

5 40° 70%

6 50° 52%

7 60° 18%

8 70° 4%

9 80° 2%

10 90° 1%

11 100° 0%

12 110° 0%

13 120° 0%

14 130° 0%

15 140° 0%

16 150° 0%

17 160° 0%

18 170° 0%

19 180° 0%
DIAGRAM POLAR :

2. Antena Folded Dipole Penerima dan Antena 2 Elemen Pemancar


Searah Jarum Jam

No. Sudut RFin


1 0° 100%

2 10° 90%0

3 20° 82%

4 30° 52%

5 40° 38%

6 50° 10%

7 60° 0%

8 70° 0%

9 80° 0%

10 90° 0%

11 100° 0%

12 110° 0%

13 120° 2%

14 130° 4%

15 140° 20%

16 150° 15%

17 160° 60%

18 170° 80%

19 180° 80%

DIAGRAM POLAR :
6.2 Mengukur Diagram Polar Antena Dengan Polarisasi Vertikal
1. Antena Folded Dipole Pemancar dan Antena 2 Elemen Penerima
Searah Jarum Jam

No. Sudut RFin

1 0° 100%

2 10° 82%

3 20° 76%

4 30° 58%

5 40° 36%

6 50° 24%

7 60° 18%

8 70° 14%

9 80° 4%

10 90° 2%

11 100° 0%

12 110° 0%

13 120° 0%

14 130° 0%

15 140° 0%

16 150° 0%

17 160° 0%

18 170° 0%
19 180° 0%

DIAGRAM POLAR :

2. Antena Folded Dipole Penerima dan Antena 2 Elemen Pemancar


Searah Jarum Jam

No. Sudut RFin

1 0° 100%

2 10° 88%

3 20° 82%

4 30° 78%

5 40° 70%

6 50° 68%

7 60° 54%

8 70° 40%

9 80° 36%

10 90° 24%

11 100° 0%

12 110° 0%

13 120° 0%

14 130° 18%

15 140° 36%

16 150° 58%

17 160° 72%

18 170° 78%
19 180° 90%

DIAGRAM POLAR :
7.Analisa Data

8.Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai