SIFAT-SIFAT TEMBAGA
Sifat Fisika
1) Tembaga memiliki warna kuning kemerahmerahan.
2) Unsur ini sangat mudah dibentuk, lunak,
sehingga
mudah
dibentuk
menjadi
pipa,
lembaran tipis, kawat.
3) Bersifat sebagai konduktor panas dan listrik yang
bagus untuk aliran elektron.
4) Tembaga bersifat keras bila tidak murni.
5) Memiliki titik leleh pada 1084,62 C, sedangkan titik didih
pada 2562 C.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Sifat Kimia
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga
tahan
terhadap
Gambar 1.
Tembaga
korosi.
dalam berbagai
Pada udara yang lembab, permukaan tembaga ditutupi bentuknya
oleh suatu lapisan
yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
Pada suhu sekitar 300C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk
CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar
1000C, akan terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam non-oksidator
encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer, tetapi HCl pekat dan mendidih
menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen.
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya
udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi
dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan
untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida.
MINERALOGI TEMBAGA
Secara mineralogi bijih tembaga dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu:
a. Mineral tembaga murni
c. Mineral oksida tembaga
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
d.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
Mineral - Tembaga
Endapan pegmatie
u.
GENESIS TEMBAGA
Endapan
hidrotermal
v.
Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua)
kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.
1. Genesa Primer
w.
Proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu proses
Gambar 2. Mekanisme Genesa Primer
yang berhubungan langsung dengan intrusi magma.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar.
as.
at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
az.
ba.
bb.
bc.
bd.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik
tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa
muskovit dan biotit.
be.
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses
pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin
dan encer. Ciri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida
yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan
semula, rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan yang besar.
Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi batuan Complex
Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik, membentuk endapan tembaga
porfiri.
bf.
Endapan porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi
memiliki kadar rendah namun tersebar merata, yang kemudian terjadi kontak
dengan
batuan samping yang menyebabkan terjadinya mineralisasi, dan
merupakan endapan penghasil tembaga terbesar yaitu lebih dari 50%. Sifat susunan
mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:
Mineral utama, terdiri: pirit, kalkopirit dan bornit.
Mineral ikutan, terdiri: magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit,
kasiterit, kuebnit dan emas.
Mineral sekunder, terdiri: hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga
natif.
bg.
2. Genesa Sekunder
bh.
Proses genesanya melalui proses ubahan (alteration) yang terjadi
pada mineral-mineral urat (vein) terutama tembaga yang bersifat tidak stabil bila
terkena pengaruh air dan udara. Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali
Mineral - Tembaga
terb
Mineral - Tembaga
bm.
KEBERADAAN TEMBAGA
bo.
KEGUNAAN TEMBAGA
bp.
TAHAP EKSPLORASI TEMBAGA
bq.
Eksplorasi tembaga adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai
mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil
temuan mineral tembaga yang ada.
br.
Tahap-tahap dalam perencanaan kegiatan eksplorasi secara umum:
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
bs.
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini
tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1:50.000 sampai
1:25.000. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah:
a. Studi Literatur
bt.
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi dilakukan
studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survey terdahulu),
catatan lama, laporan temuan dan lain-lain, lalu dipilih daerah yang akan
disurvei. Setelah itu, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih
daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi
dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tandatandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei dan Pemetaan
bu. Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah
tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala
geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000 atau
1:25.000). Tetapi jika belum ada, perlu dilakukan pemetaan topografi lebih
dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini
sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung untuk mencari tandatanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan
mengambil contoh dari singkapan yang penting.
bv.
Selain singkapan batuan pembawa bahan galian, yang perlu
juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan
sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.
Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alatalat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda
alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain-lain.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan).
bw. Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian
digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya
(model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian
dirancang pengambilan contoh dengan cara acak, pembuatan sumur uji
(test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan
pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di
peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dan lain-lain).
bx. Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model
penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal,
dan lain-lain yang dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang
bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah
tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan
tahap eksplorasi selanjutnya.
by.
3. Studi Kelayakan
cc.
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan
tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana
investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan
model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui
apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang
dengan menguntungkan atau tidak.
cd.
ce.
cf.
Menurut Sukandarrumidi (2009), penambangan dilakukan dengan
cara tambang terbuka (open pit), apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu
dalam. Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam (underground) dengan
membuat terowongan atau pengangkutan dengan menggunakan alat-alat berat.
cg.
Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau (Indonesia)
adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan
kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan
hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit mining).
Pengupasan lapisan penutup (overburden) dan penambangan bijih dilakukan
dengan sistem jenjang (benches). Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal
memerlukan banyak jenjang, dengan lebar dan tinggi jenjang diupayakan untuk
dapat menahan batuan yang berhamburan saat peledakan, dan menyediakan
ruang gerak yang memadai untuk alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat
(haulage).
ch.
ci.
cj. Gambar 3. Tambang Batu Hijau, Sumbawa, NTB dengan cara
tambang terbuka (open pit mining)
ck.
cl.
Tahapan eksploitasi tambang terbuka tembaga:
1. Pengeboran
cm.
Pengeboran merupakan tahap awal untuk menghasilkan lubang
siap ledak (blast holes). Lubang siap ledak kemudian diledakkan dengan
menggunakan bahan peledak yang sudah ditentukan di bagian peledakan
(blasting group) untuk menghasilkan material hancur hasil peledakan (broken
muck) yang selanjutnya digali oleh alat gali dan dimuat oleh alat angkut
(dump truck). Tahapan inti dalam proses pengeboran adalah:
a. Persiapan dan pembersihan lokasi pengeboran
cn. Kegiatan utamanya adalah menyiapkan rencana lokasi pengeboran
yang rata untuk mesin bor, membuat tanggul yang aman untuk
memisahkan posisi mesin bor dari alat lainnya, dan membersihkan batas
material atau lumpur dari sisa peledakan sebelumnya. Disini ditentukan
tanda batas lokasi pengeboran yang umumnya berbentuk kotak/persegi
empat atau berbatasan langsung dengan hasil peledakan yang sudah
dilakukan sebelumnya. Proses persiapan dan pembersihan lokasi
pengeboran dengan menggunakan dozer Caterpillar seri D10 atau seri
D11.
co.
b. Pelaksanaan pengeboran produksi
cp.
Pengeboran dilakukan
dengan menggunakan mesin bor. Pola pengeboran bisa menggunakan
pola pengeboran manual atau pola pengeboran dengan sistem Aquila.
Pola pengeboran manual menggunakan patok-patok kayu sebagai tanda
posisi lubang yang harus dibor yang diletakkan di tanah dan dilengkapi
dengan keterangan survey mengenai kedalaman lubang yang harus dibor.
Sementara pengeboran dengan sistem Aquila sudah terpasang pada
semua mesin bor mengandalkan sistem pandu satelit (Global Positioning
System atau GPS) yang terhubung langsung ke antenna mesin bor untuk
memandu operator mengikuti pola dan kedalaman pengeboran.
cq.
cr.
cs. Setelah proses pengeboran, mesin bor dipindahkan ke lokasi
pengeboran lainnya atau menunggu sampai proses peledakan lubang bor
tersebut selesai. Pemindahan mesin bor untuk jarak lebih dari 500 meter
diangkut dengan alat bantu yang disebut mesin lowboy.
ct.
2. Peledakan
cu.
Setelah lubang bor dibuat, juru ledak akan memeriksa setiap
lubang bor untuk memastikan kedalaman lubang tersebut sebelum dilakukan
pengisian bahan peledak (explosive). Setelah lubang disetujui, lubang diisi
dengan primer (detonator+booster) dan bahan peledak sesuai dengan
kandungan air di dalamnya.
cv.
cw.
cx.
cy.
cz.
da.
db.
dc.
3. Penggalian
dd.
Proses penggalian dilakukan dengan menggunakan alat gali
atau shovel untuk menggali material hasil peledakan atau material lepas
yang berupa bijih atau batuan penutup.
de.
df.
Ada dua jenis shovel yang
penambangan tambang tembaga: yaitu:
digunakan
dalam
operasi
a. Shovel listrik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan tenaga listrik.
b. Shovel hidraulik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan sistem hidraulik.
dg.
Ada dua metode proses penggalian, yaitu:
a. Single side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika menerima
muatan, truk berada pada satu sisi shovel. Dengan demikian ketika salah
satu truk sedang diberi muatan, truk kedua dalam posisi antri atau prespot. Hidraulik shovel umumnya menggunakan metode single side loading
dan dilakukan di sisi kiri shovel. Shovel listrik dilakukan bila loading area
hanya bisa untuk maneuver satu truk saja.
b. Double side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika menerima
muatan, truk berada pada kedua sisi shovel sehingga ketika salah satu
truk sedang diberi muatan, truk kedua berada pada posisi menerima
muatan di sisi lain. Metode ini pada umumnya diterapkan untuk shovel
listrik dengan lebar area loading yang memenuhi syarat dua kali radius
putar truk yang ditugaskan di shovel tersebut.
dh.
4. Pengangkutan
di.
Bijih atau batuan penutup yang sudah digali
kemudian
diangkut ke dalam alat angkut yang dikenal sebagai truk angkut tambang
(dump truck). Setelah dilakukan pengisian oleh shovel, truk akan menuju ke
tempat pembuangan yang telah ditentukan sesuai dengan materialnya. Jika
truk mengangkut bijih, material yang diangkut akan dibuang ke crusher bijih
atau stockpile bijih. Jika material yang diangkut adalah bahan penutup,
material akan dibuang ke crusher overburden (OHS:Overburden Handling
System) atau ke overburden pump.
dj.
dk.
dn.
PENGOLAHAN MINERAL TEMBAGA MENJADI TEMBAGA
BATANG
1. Phyrometalurgi
do. Adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar panas. Inti
dari proses ini adalah pengolahan tembaga dengan melalui suatu proses yang
bertujuan untuk mengubah pengotor senyawa Sulfida menjadi Oksida atau
disebut dengan proses Roasting.
dp.
dq.
dr. cara
Pada persamaan kimia diatas menunjukan bahwa proses Roasting
dengan
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et. Namun seiring dengan kemajuan teknologi, proses Phyrometalurgi
2. Hidrometalurgi
ev. Hidrometalurgi adalah suatu proses pengolahan tembaga dari batuan
alam dengan berdasar pada air sebagai pengolahnya, namun maksud air
adalah bukan air biasa melainkan air yang telah dicampur dengan suatu asam
tertentu sebagai reduktor. Hidrometalurgi dipakai karena keuntungankeuntungannya antara lain :
a. Biaya pengolahan yang rendah
b. Recovery yang tinggi
c. Proses pengolahan relatif mudah
d. Investasi alat yang rendah sehingga memungkinkan percepatan BEP
e. Proses pengolahan yang relatif lebih singkat
ew. Pada proses ini dipakai suatu asam sebagai reduktor yaitu asam
sulfat (H2SO4) yang mudah didapatkan dan rendah biaya pengolahan. Asam
sulfat dipakai sebagai pereduktor bertujuan untuk membentuk tembaga sulfat
(CuSO4.5H2O). Tembaga adalah suatu unsur yang sangat mudah membentuk
sulfida. Maka dari itu asam sulfat dipakai sebagai pilihan. Adapun prosesnya
adalah sebagai berikut :
a. Mula-mula bijih tembaga dihancurkan hingga menjadi halus sampai mess
tertentu. Selanjutnya tempatkan pada suatu tabung yang terbuat dari
bahan tahan asam (plastik, fiber, dan lain-lain) lalu ditambah air dengan
ukuran tertentu.
b. Asam sulfat (H2SO4) pekat berfungsi sebagai pereduktor. Kemudian
tambahkan asam sulfat pekat sambil diaduk agar terbentuk larutan
tembaga sulfat (CuSO4.5H2O) melalui proses pengasaman dan akan
diperoleh hasil samping berupa limbah hasil pengolahan bijih tembaga
berupa pasir tembaga (tailing) yang kemudian akan diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang dan diencerkan dengan air laut menjadi bentuk slurry
(lumpur), dan biasanya dibuang di dasar laut.
ga.
gb.
Pengolahan bijih tembaga melalui beberapa tahap, yaitu:
A. Pengapungan (flotasi)
gc.
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan
ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang
telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak
tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan
gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang
tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel
pada gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke
permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa
partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
gd.
ge.
B. Pemanggangan
gf.
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam
udara terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air
yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang
sebagai belerang dioksida.
gg.
gh.
gi.
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini
disebut calcine, yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih
mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II)
oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat
dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut.
gj.
gk.
gl.Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfide
gm.
gn.
C. Reduksi
go.
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi
dengan cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
gp.
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
gq.
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
gr.
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau
tembaga lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
gs.
gt. D. Elektrolisis
gu.
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag,
Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis
tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan
tembaga murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO 4). Selama
proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi
Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
gv.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
gw.
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
gx.
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga
murni) makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa
Ag, Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur.
gy.
gz.
ha.
hb.
hc.
hd.
he.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
hg.
hh.
hj.
hn.
ho.
hq.
hr.
PENAMBANGAN
FREEPORT)
TEMBAGA
INDONESIA
(PT.
hs.
Tambang tembaga terbesar di Indonesia adalah yang diusahakan PT
Freeport Indonesia di area Grasberg, Papua. PT. Freeport Indonesia adalah sebuah
perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport- McMoRan
Copper & Gold Inc. Perusahaan ini merupakan perusahaan penghasil emas
terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan
eksplorasi di dua tempat di Papua, masing- masing tambang Ertsberg dari (19671988) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembagapura, Kabupaten
Mimika, Provinsi Papua. Freeport juga mengoperasikan beberapa tambang bawah
tanah besar, meski dengan kemampuan produksi yang masih berada di bawah
Grasberg. Dengan cadangan 25 milyar pon tembaga, 40 juta ons emas dan 70
juta ons perak, nilainya sekitar 40 milyar dollar AS berdasarkan harga berlaku.
1. Potensi Ertsberg
ht. Ditemukan Ertsberg atau Gunung Bijih, sebuah cadangan mineral
1. Potensi Grasberg
hw.
Wilayah Freeport di Grasberg menyimpan potensi tembaga,
emas dan perak dalam jumlah yang sangat besar. Kandungan logam yang
terdapat pada deposit sangat tinggi, yaitu 1,9 miliar ton. Deposit logam
tersebut mengandung potensi cadangan tembaga 18 juta ton (40,3 milyar
pond), emas mencapai 1600 ton (52,1 juta ons) dan perak 3400 ton (111 juta
ons). Dengan kapasitas yang ada sekarang 115.000 MTPD (million ton per
day), diperkirakan umur tambang tersebut sekitar 46 tahun (estimasi tahun
1994 adalah 27 tahun).
hx. Cadangan
Grasberg
yang
ditemukan
tersebut
akhirnya
melipatgandakan cadangan total menjadi 200 juta ton metrik. Berdasarkan
data-data yang ditampilkan pada Laporan Keuangan Freeport bulan Juni 2009,
cadangan emas dan tembaga tambang Grasberg masing-masing sebesar 38,5
juta ons dan 35,6 juta ton. Dengan harga rata-rata emas dan tembaga
sepanjang periode tambang diasumsikan masing-masing sebesar 900 US$/ons
dan 5.000 US$/ton, total potensi pendapatan emas tambang Grasberg adalah
(38,5 juta ons x 900US$/ons) = 34,65 US$ miliar. Sedangkan total potensi
pendapatan tembaga tambang Grasberg adalah (35,6 juta ton x 5.000
US$/ton) = 178 US$ miliar.
hy.
hz.
ia.
ib.
ic.
id.
ie.
if.
ig.
ih.
ii.
ij.
ik.
il.
im.
in.
io.
ip.
iq.
ir.
is.
it.
iu.
KONTRAK KARYA TEMBAGA
MERUGIKAN INDONESIA
PT.
FREEPORT
YANG
iv.
Freeport memperoleh kesempatan untuk mendulang mineral di
Papua melalui tambang Ertsberg sesuai Kontrak Karya Generasi I (KK I) yang
ditandatangani pada tahun 1967. Freeport adalah perusahaan asing pertama
yang mendapat manfaat dari KK I. PT Freeport pada pertama kali dibuka sampai
sekarang telah menghasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas.
iw.
KK I dengan Freeport ini sangat longgar, karena hampir sebagian
besar materi kontrak tersebut merupakan usulan yang diajukan oleh Freeport
selama proses negosiasi, artinya lebih banyak disusun untuk kepentingan
Freeport. Dalam operasi pertambangan, pemerintah Indonesia tidak
mendapatkan manfaat yang proposional dengan potensi ekonomi yang sangat
besar di wilayah pertambangan tersebut. Padahal bargaining position pemerintah
Indonesia terhadap Freeport sangatlah tinggi, karena cadangan mineral tambang
yang dimiliki Indonesia di wilayah pertambangan Papua sangat besar bahkan
terbesar di dunia.
ix.
Selain itu, permintaan akan barang tambang tembaga, emas dan
perak di pasar dunia relatif terus meningkat. Dengan kondisi cadangan yang
besar, Freepot memiliki jaminan atas future earning. Apalagi, bila ditambah
dengan kenyataan bahwa biaya produksi yang harus dikeluarkan relatif rendah
karena karakteristik tambang yang open pit.
iy.
KK I Freeport disusun berdasarkan UU No 1 No. 67 tentang
Pertambangan dan UU No. 11 No. 67 tentang PMA. KK antara pemerintah
Indonesia dengan Freeport Sulphur Company ini memberikan hak kepada
Freeport Sulphur Company melalui anak perusahaannya (subsidary) Freeport
Indonesia Incorporated (Freeport), untuk bertindak sebagai kontraktor tunggal
dalam eksplorasi, ekploitasi, dan pemasaran tembaga Irian Jaya. Lahan ekplorasi
mencangkup areal seluas 10.908 hektar selama 30 tahun, terhitung sejak
kegiatan komersial pertama. KK I mengandung banyak sekali kelemahan
mendasar dan sangat menguntungkan bagi Freeport dan segelintir orang yang
duduk dikursi kekuasaan. Kelemahan tersebut utamanya adalah sebagai berikut:
1) Perusahaan yang digunakan adalah Freeport Indonesia Incorporated, yakni
sebuah perusahaan yang terdaftar di Delaware, Amerika Serikat, dan tunduk
pada hukum Amerika Serikat. Dengan kata lain, perusahaan ini merupakan
perusahaan asing, dan tidak tunduk pada hukum Indonesia.
2) Dalam kontrak tidak ada kewajiban mengenai lingkungan hidup, karena pada
waktu penandatanganan KK pada tahun 1967 di Indonesia belum ada UU
tentang Lingkungan Hidup. Sebagai contoh, akibat belum adanya ketentuan
tentang lingkungan hidup ini, sejak dari awal Freeport telah membuang tailing
ke Sungai Aikwa sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan.
3) Pengaturan perpajakan sama sekali tidak sesuai dengan pengaturan dalam UU
Perpajakan yang berlaku, baik jenis pajak maupun strukturnya. Demikian juga
dengan pengaturan dan tarif depresiasi yang diberlakukan. Misalnya Freeport
tidak wajib membayar PBB atau PPN.
4) Tidak sesuainya struktur pajak maupun tarif pajak yang diberlakukan dalam
KK I dirasakan sebagai pelanggaran terhadap keadilan, baik terhadap
perusahaan lain, maupun terhadap Daerah. Freeport pada waktu itu tidak
wajib membayar selain PBB juga, land rent, bea balik nama kendaraan, dan
lain-lain pajak yang menjadi pemasukan bagi Daerah.
5) Tidak ada kewajiban bagi Freeport untuk melakukan community development.
Akibatnya, keberadaan Freeport di Irian Jaya tidak memberi dampak positif
secara langsung terhadap masyarakat setempat. Pada waktu itu,
pertambangan tembaga di Pulau Bougenville harus dihentikan operasinya
karena gejolak sosial.
6) Freeport diberikan kebebasan dalam pengaturan manajemen dan operasi,
serta kebebasan dalam transaksi dalam devisa asing. Freeport juga
memperoleh kelonggaran fiskal, antara lain: tax holiday selama 3 tahun
pertama setelah mulai produksi. Untuk tahun berikutnya selama 7 tahun,
Freeport hanya dikenakan pajak sebesar 35%. Setelah itu pajak yang
dikenakan meningkat menjadi sekitar 41,75%. Freeport juga dibebaskan dari
segala jenis pajak lainnya dan dari pembayaran royalti atas penjualan
tembaga dan emas kecuali pajak penjualannya hanya 5%.
Keuntungan yang sangat besar terus diraih Freeport, hingga Kontrak
Karya I diperpanjang menjadi Kontrak Karya II yang tidak direnegosiasi secara
optimal. Indonesia ternyata tidak mendapatkan manfaat sebanding dengan
keuntungan besar yang diraih Freeport. Perpanjangan Kontrak Karya II
seharusnya memberi manfaat yang lebih besar, karena ditemukannya potensi
cadangan baru yang sangat besar di Grasberg. Kontrak telah diperpanjang pada
tahun 1991, padahal Kontrak Karya I baru berakhir pada tahun 1997. Pada
kenyataannya ini adalah kehendak dari orang-orang Amerika di Freeport, dan
merupakan indikasi adanya kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam proses
negosiasi untuk mendapat keuntungan pribadi dari pertambangan di bumi Irian
Jaya itu.
iz.
jb.
je.
1.
2.
jg.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ji.
jm.
LIMBAH PADAT (TAILING) TAMBANG TEMBAGA DAN
PENANGANANNYA
jn.
Tailing mengandung berbagai jenis logam berat, seperti besi, timbal,
seng, mangan, dan lain-lain. Dapat diatasi dengan proses fisika atau kimia.
Metode yang digunakan adalah submarine tailing placement technique. Dengan
rincian sebagai berikut:
1. Teknologi Penempatan Tailing ke Dasar Laut
jo. Teknologi penempatan tailing ke dasar laut (submarine tailing placement
technique) merupakan salah satu hasil penerapan teknik penempatan tailing
unggulan yang dianggap lebih kecil dampak dan resikonya terhadap lingkungan,
dibandingkan dengan penempatan tailing di darat (Ellis, 1987). Penempatan tailing
di darat, berpeluang menimbulkan kontaminasi tanah dan air bawah tanah oleh
unsur-unsur logam. Selain itu, pelarutan logam berat oleh air hujan dan oksidasi oleh
udara akan menyebar di permukaan tanah sehingga akan meningkatkan luasan
lahan cemaran. Kondisi tempat pembuangan tailing di darat umumnya sangat
rentan terhadap kestabilan lereng, terutama yang dipicu oleh fenomena alam seperti
gempabumi, banjir, longsoran, ataupun amblesan tanah. Oleh sebab itulah,
penempatan tailing di dasar laut merupakan pilihan yang dianggap lebih aman,
karena diupayakan berada pada kondisi dasar laut yang stabil dimana fenomena
alam lebih kecil pengaruhnya.
jp.
jq.
2. Bentuk TimbunanTailing
jr. Tailing merupakan limbah material padat berupa butiran halus setelah
tembaga dan emas diekstraksi dan dipisahkan dari bijih. Sebelum dibuang, biasanya
tailing ini dicampur air laut dan diencerkan dalam bentuk lumpur (slurry) dengan
ukuran butir sangat halus yaitu lebih kecil dari 0,02 mm.
js. Tailing yang dialirkan ke dasar laut tidak mengalami pengolahan
(treatment) lebih dahulu karena kadar seluruh unsur berbahaya termasuk logam
berada di bawah baku mutu nasional (baku mutu lingkungan taman laut). Proses
pemisahan mineral emas dan tembaga pada unit konsentrator tidak menggunakan
sianida, arsen ataupun merkuri sebagaimana yang lazim digunakan pada pemurnian
logam emas secara kimia, melainkan dengan cara fisika yaitu proses konsentrasi dan
flotasi sehingga sama sekali tidak menggunakan aditif bahan kimia yang beracun
dan berbahaya. Penambahan cairan kapur (Ca(OH) 2) pada unit konsentrator hanya
untuk mengendalikan derajat keasaman (pH) dan kekentalan lumpur saja.
Dari unit konsentrator, tailing ini disalurkan melalui pipa berdiameter 102 cm
sepanjang lebih kurang 6,1 km sampai ke pantai, kemudian akan mengalir sebagai
aliran gaya berat melalui pipa bawah laut sepanjang 3,2 km sampai mencapai
kedalaman 112 meter. Berdasarkan data distribusi vertical temperatur air laut
setempat, kedalaman 100 m ini merupakan lapisan termoklin (temperatur air laut
turun secara mencolok terhadap kedalaman). Dengan demikian, lumpur tailing ini
akan menyebar di dasar laut dan tidak mungkin naik lagi ke permukaan karena
lumpur tailing ini mempunyai densitas lebih besar dari densitas air laut yaitu antara
1,3 2,6 gr/cc (Lubis, dkk, 2001).
jt. Di dasar laut, bentuk timbunan tailing ini mengalami pemampatan oleh
tekanan hidrostatis dari kolom air laut itu sendiri sehingga membentuk aliran lumpur
liat yang bergerak merayap (creeping) sepanjang parit dasar laut Senunu. Parit
Senunu menurut fisiografi-geologi termasuk submarine canyon of magmatic arc
yang ditutupi sedimen tipis pasir lanauan yang berasal dari abu batuan gunung api
Bali dan Lombok dan Sumbawa, terutama volcanic ash letusan gunung Tambora.
Kecepatan aliran lumpur tailing ini sekitar 1,6 km/tahun. Dengan demikian,
diperkirakan bahwa tailing ini akan mencapai tepian Cekungan Lombok sekitar 25
tahun. Tailing ini akan menyatu dengan sedimen dasar laut yang berupa lumpur
lanau lempungan. Cekungan Lombok berdasarkan data seismik mempunyai
ketebalan sedimen antara 3 - 4 km. (van Weering, 1989).
ju. Kestabilan (kemantapan) lereng timbunan tailing dapat dihitung
berdasarkan sudut kritis lereng, nilai berat isi, kohesi dan sudut geser dalam dari
sedimen yang diuji. Faktor keamanan lereng (safety factor) dihitung dengan
membuat model kemiringan lereng asli dari 20 sampai 200 . Nilai tekanan air pori
diberikan dengan anggapan bahwa sedimen dalam keadaan jenuh air dengan
koefisien sebesar 0,90. Hasil hitungan menyatakan bahwa lereng kritis terjadi pada
ketinggian timbunan H = 4 m dan sudut lereng = 8o, artinya kelongsoran lereng
akan terjadi pada saat timbunan mencapai kemiringan lereng diatas 8 derajat.
jv.
3. Sebaran Tailing di Dasar Laut
jw.Untuk mengetahui jarak jangkau aliran lumpur tailing ini, digunakan hukum
Stoke dan konservasi kuantitas sedimen (US EPA, 1988). Porositas yang diterapkan
dalam perhitungan jarak jangkau maksimum endapan dasar laut untuk jenis pasir
lanauan (densitas 1,43-2,30 gr/cm3) adalah 92%, sedangkan untuk jenis lanau dan
lempung (densitas 1.15 1,20 gr/cm3) adalah 95% (Lubis dan Silalahi, 1999). Hasil
perhitungan jarak jangkau maksimum sebaran masing-masing jenis endapan dengan
menggunakan kecepatan arus maksimum saat pasang purnama (kecepatan arus 0,2
m/detik) adalah 1,6 km/tahun untuk pasiran, dan 4,1 km/tahun untuk lanau dan
lempung.
jx.
lv.