Tatanan Geologi
2.1 Metallogenic Province dan Tatanan Geologi dari Endapan Primer Timah
Metallogenic Province adalah suatu daerah kondisi geologi khas yang dicirikan
oleh kumpulan endapan mineral yang khas pula dan terdapat satu atau lebih jenis
mineralisasi. Suatu metallogenic province mungkin memiliki lebih dari satu
episode mineralisasi yang disebut dengan metallogenic epoch. Metallogenic
province sendiri biasanya dipengaruhi oleh suatu setting tektonik suatu daerah.
Metallogenic province dapat berasal dari beberapa cara. Untuk membentuk suatu
bijih, satu atau lebih proses pengkonsentrasian harus telah diensktraksi logam-
logamnya dari suatu volume yang besar dari sumbernya dan terkonsentrasi
menjadi bagian yang lebih kecil,orebody.
Bentuk geologi endapan dari endapan primer timah pada sistem endapan greisen
biasanya berupa disseminated cassiterite dan cassiterite-bearing veinlets,
stockworks, lenses, pipes, dan juga bisa berupa breccia. Dan biasanya gangue
mineralnya adalah berupa quartz, mica, fluorite, dan topaz. Biasanya, endapan
primer dari timah akan berasosiasi dengan mineral lain yaitu tungsten.
Tatanan geologi dari endapan primer timah pada sistem endapan greisen memiliki
beberapa ciri khas tersendiri. Hal ini ditandai dengan keberadaan endapan ini yang
umumnya berada pada multiple orogenic dan tectonic events. Multiple orogenic
berarti peristiwa orogenik yang terjadi tidak hanya sekali saja, namun berkali-kali
terjadi di daerah orogenic. Selain itu endapan ini juga terbentuk di daerah yang
aktifitas tektoniknya aktif. Terkhusus pada endapan timah yang terasosiasi dengan
mineral tungsten, umumnya terjadi pada beberapa tahapan magmatisme. Lalu,
sebaran endapan ini dapat dikontrol oleh struktur geologi lokal.
Selain itu, sebenarnya endapan timah primer bisa dalam bentuk porfiri. Endapan
porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif besar dengan
kadar rendah sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi,
Secara spasial dan genetik berhubungan dengan intrusi porfiritik felsik sampai
dengan intermediet. Di dunia, biasanya endapan porfiri timah ditemukan sebagai
mineral asosiasi dari deposit molybdenum.
Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins,
vein sets, stockworks, fractures, 'crackled zones' and breccia pipes pada umumnya
berasosiasi dengan struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang
memiliki nilai ekonomis biasanya dicirikan oleh tingginya tingkat kerapatan
mineralized veins and fractures. Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan
semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas batuan induk (host rock)
sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi. Metallogenic Province yang relatif
memanjang dan dangkal yang berasosiasi dengan sabuk (jalur) orogenic dan
terkhusus pada beberapa endapan Porfiri Mo, Porfiri W-Mo dan Porfiri Sn
terbentuk pada kerak benua yang sangat tebal yang berhubungan dengan
collosion.
Sejarah timah bermula dari upaya metalurgi pertama ciptaan manusia, yakni
proses pencampuran yang menghasilkan perunggu, suatu proses yang
menghasilkan tembaga dan timah. Tembaga adalah logam yang telah dikenal
manusia sejak 12000 tahun SM dan dipergunakan secara luas di Mesir, antara lain
untuk pipa air. Sementara itu timah merupakan logam yang diketahui bersamaan
dengan proses pemcampuran itu; banyak ahli menyatakan bahwa proses
penciptaan perunggu terjadi dengan meleburkan bijih tembaga di wilayah-wilayah
yang secara alamiah cebakan bijih tembaganya mengandung juga bijih timah
(Batmen, 1950).
Pada 1580 SM -1350 SM, timah ditemukan dalam jumlah besar di Afrika Tengah,
dibuktikan dengan banyaknya ornamen yang terbuat dari logam yang dimiliki
oleh penduduk asli kulit hitam. Bahkan ada anggapan dari sinilah timah berperan
terhadap peradaban Mesir kuno yang menanjak cepat pada pertengahan
millennium kedua.
Wilson (Living Rock, hal 27), memperkirakan timah dari Semenanjung Malaysia
dipasok ke Mesopotamia sejak tahun 2500 tahun SM. Ditandai dengan
ditemukannya perunggu dengan kandungan timah diatas 10% yang sebelumnya
belum pernah ditemukan di wilayah ini. Kejayaan kebudayaan perunggu
mencapai puncaknya di Cina pada masa Dinasti SHANG atau YIN, 1500 tahun
SM. Pada waktu itu lembaran tipis timah digunakan dalam jumlah besar untuk
dibakar dalam upacara kematian dan peguburan, sebagaimana lembaran timah
murni digunakan unruk membungkus mumi di Mesir pada 600 tahun SM.
Metalurgi pertama manusia yang berhasil mencampurkan tembaga dan dan bijih
timah menjadi perunggu bukan hanya menjadi penanda era baru yang disebut
Jaman Perunggu (Bronze Age), namun mengawali peradaban manusia di bidang
teknologi peralatan yang lebih maju. Serangkaian proses kemajuan yang sekaligus
menunjukkan bagaimana peranan timah sebagai bagian dari perunggu dalam
perkembangan kebudayaan manusia.
2.2.1 Di Dunia
Drakeland
Baid al Jimalah
Baid al Jimalah memiliki karakter endapan yang mirip dengan endapann yang
berasal dari greisen tungsten-tin lainnya di dunia, terutama deposit Hemerdon
di Tambang Drakeland Mine di United Kingdom. Pada tambang ini
didominasi deposit greisen dengan sistem vein stockwork, sehingga sangat
dimungkinkan untuk diadakannya penambangan secara terbuka. Pada prospek
ini terdapat juga mineralisasi dari deposit molybdenum namun tidak sebanyak
tungsten-timah. Kedalaman mineralisasinya cukup dalam hingga 3 km di
bawah permukaan tanah. Deposit di Baid al Jimalah adalah hasil dari satu
siklus intrusi beku dan mineralisasi hidrotermal. Hingga sekarang masih di
lakukan proses eksplorasi besar-besaran untuk mencari lagi dimana prospek
deposit yang akan bisa ditambang. Perbedaan yang paling mencolok pada
endapan greisen di Baid al Jimalah ini dengan endapan greisen yang lainnya di
dunia adalah dalam hal kurangnya
Kaolinisasi dan kadar salinitas yang sangat kecil di bandingkan dengan
endapan greisen pada umumnya di dunia. Diperkirakan deposit ini memiliki
sudah memiliki umur 560 ma sejak pertama kalinya deposit ini terbentuk
hingga kini.
Kedua, selain pegunungan, perbukitan, dan dataran tinggi, di kawasan ini juga
tersebar beberapa dataran rendah, yang meliputi delta, lembah, dataran banjir,
maupun dataran pantai, dan lain-lain sebagainya. Dataran di kawasan Asia
Tenggara umumnya berasosiasi dengan sungai-sungai besar. Asosiasi dengan
sungai ini memberikan materi alluvium hasil pengendapan oleh sungai di
sekitar aliran sungai. Dengan adanya delta-delta serta sungai-sungai besar
terjadilah endapan sekunder dari timah, yang di dalamnya terdiri dari endapan
alluvium, eluvial, dan koluvium. Produksi timah 80% dari endapan timah
sekunder yang merupakan hasil proses pelapukan endapan timah primer,
sedangkan sisanya 20% berasal dari endapan timah primer itu sendiri. Dari
penjelasan di atas maka jelas mengapa jalur mineralisasi timah ada pada
kawasan Asia Tenggara ini.
Di Gopeng Mine, Perak, Malaysia, deposit timah berasal dari endapan primer
batuan granit dan juga schist dan phyllite. Di Tronoh Mine, sebelah selatan
Perak deposit timah berasal dari intrusi granitic yang terkandung pada kaki
bukit. Limestone dari bukit itu larut dan membentuk palung yang selanjutnya
terbentuk endapan alluvial dan stanniferous elluvial yang mempunyai
konsentrasi yang sangat kaya. Penambangan timah di Malaysia ini memakai
alat- alat seperti Gravel Pump & Bucket, Suction Cutter Dredges, Bucket
Dredging.
2.2.2 Di Indonesia
The Central Tin Belt of Southeast Asia (Mitchell, 1977) merupakan gugus
penghasil timah terbesar, penghasil setengah bagian produksi timah dunia.
Sebagian besar berasal dari timah placer (secondary deposit, alluvial deposit).
Bagian barat merupakan the younger back-arc magbetic belt meliputi tin-
granites Burma, bagian barat Thailand Utara dan Semenanjung Malaya.
Bagian timur, the older Eastern belt granites, termasuk kedalamnya deposit
timah utama di tambang underground milik Pahang Consolidated Mine di
Malaya Timur dan Kelapakampit, Pulau Belitung, terbentuk di dalam batuan
sedimen berumur Perm atau bahkan mungkin berumur Karbon.
Pulau-pulau penghasil timah di Indonesia merupakan ujung paling selatan dari
The Southeast Asia Tin Belt (sabuk timah Asia Tenggara). Sabuk timah ini
membentang mulai dari Burma tengah hingga Tenasserim dan berlanjut ke
selatan meliputi Thailand Barat, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya
Barat, ke gugusan pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka, Belitung, pulau
Karimata, dan berakhir di Kalimantan Barat. Penamaan Tin Belt memberi arti
bahwa dari segi geologi, daerah timah Indonesia mempunyai banyak
kesamaan dengan geologi daerah Semenanjung Malaya maupun Thailand.
Jalur timah Asia Tenggara ini, pada wilayah Indonesia, dua pertiga bagiannya
berada di dasar laut dengan sisa-sisa daratan berupa sederetan pulau-pulau
yang bertebaran sejak pulau Karimun, Kundur, Singkep, Bangka, hingga di
pulau Belitung dan pulau Karimata.
1. Endapan Pemali
Salah satu endapan timah primer terkenal di Indonesia adalah endapan Pemali
ini terletak di sisi barat dari intrusi Pemali dan sebelah selatan dari intrusi
Klabat, Bangka. Dengan jumlah cadangan yang terbukti sebesar 40 juta ton
dan kandungan timah sebesar 0,028% (Anonymous, 1988 dalam Schwartz
dkk, 1995), endapan Pemali ini tiap tahunnya menghasilkan 270 ton logam
timah. Bentuk mineralisasi timah di endapan ini berupa greisen disseminated.
Mineralisasi timah yang utama terjadi pada batuan granit muskovit berbutir
sedang yang secara setempat berasosiasi dengan granit muskovit berbutir
halus yang mana pada batuan ini tidak terjadi mineralisasi timah. Batuan
granit pembawa timah ini hadir mengikuti zona breksiasi dari suatu patahan
berarah NW dengan lebar hingga 10 meter (Schwartz dkk, 1995). Selain itu,
ada pula granit biotit megakristal berbutir sedang, namun, kehadiran bijih
timahnya juga cukup rendah.
Endapan Pemali ini menjadi suatu hal yang unik, karena model hidrotermal
biasa tidak cukup menjelaskan bagaimana ketidakhadiran atau sangat kecilnya
timah pada granit muskovit berbutir halus sedangkan pada granit muskovit
berbutir sedang, bijih timah terakumulasi dengan sangat banyak (Schwartz dan
Surjono, 1991). Keadaan pada endapan Pemali tersebut seperti menunjukkan
bahwa kedua granit muskovit tersebut memiliki rezim evolusi hidrotermal-
magmatik yang berbeda, yang dibedakan berdasarkan volatile hidrotermalnya.
Granit muskovit dengan mineralisasi timah memiliki volatile yang lebih kaya
akan kandungan mika dibanding granit muskovit satunya. Namun, hal tersebut
sulit didasarkan pada tektoniknya, karena granit muskovit berbutir halus
memiliki rekahan yang jauh lebih banyak dibanding granit muskovit berbutir
sedang.
Gambar Peta Geologi endapan timah primer Pemali dan sekitarnya (Schwartz dkk, 1995)
2. Endapan Bukit Tumang
Endapan Bukit Tumang (3001) ini terlatak pada intrusi Dabo di Pulau
Singkep, Indonesia. endapan ini terdiri dari urat kuarsa berbatas greisen,
tubuh greisen menyerupai lembaran, dan urat kuarsa di dalam batuan
granit biotit. Greisen tersebut tersusun atas mineral-mineral muskovit dan
kuarsa tanpa adanya albitisasi. Tubuh graisen seperti lembaran memiliki
tebal mencapai 10 meter. Sedangkan untk urat kuarsanya memiliki
ketebalan beberapa sentimeter hingga 2 meter.
Tubuh greisen pada endapan Tikus ini berasal dari granit biotit megakristal
berukuran butir sedang. Sedangkan tubuh greisen secara umum terlingkupi
atas kuarsa dengan kasiterit dan wolframit berukuran kasar. Pada daerah
transisi intrusi dengan greisen, terjadi muskovitisasi tubuh intrusi. Tubuh
utama greisen memiliki komposisi berupa 25-90% kuarsa, 3-70%
muskovit, 0-30% topas, dan 0,5-4% sulfida. Kandungan kuarsa yang
tinggi pada greisen kemungkinan berasal dari tubuh intrusi granit
megakristal berbutir sedang yang memiliki ukuran kristal kuarsa mencapai
4 mm.