Anda di halaman 1dari 31

[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

A. GENESA MINERAL EMAS


DAN CARA PENGOLAHANYA

1. Genesa Emas (Au)


Magma merupakan larutan silikat panas yang mengandung oksida, sulfida
dan zat-zat mudah menguap (volatile) yang terdiri dari air, CO2, S,
Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi.

Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas


permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih
hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses
yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).

Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber


magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses
differensiasi ini dapat diakibatkan oleh :

a. Kristalisasi
b. Gravitasi
c. Pemisahan cairan
d. Assimilasi

Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan membentuk


endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar. Sebelum
kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk pegmatit,
dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan terbentuk
larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal). Larutan ini akan
membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 1


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

Gambar : Pembentukan emas dari proses hidrotermal

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 2


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

Seperti pada gambar diatas Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan
melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi,
yang kemudian bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses
pendinginan yang akan membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung
dari rongga yang dihasilkan oleh struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang
diterobos akan mengalami ubahan (alterasi) yang diikuti oleh perubahan sifat
fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan warna, porositas dan
tekstur. Zona alterasi sendiri terdiri dari :

 Zona silisifikasi

Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran


kriptokristalin, berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit,
khlorit, anhidrit, gypsum dan andalusit.

 Zona argilik

Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit,


kuarsa selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih-
kuning muda kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak
lunak.

 Zona potasik

Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh


adanya sulfida dengan kadar rendah.

 Zona propilit

Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras,
dengan mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral
bijih yang sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 3


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya,


dikelompokkan menjadi 3 sistem :

 Hipothermal
 Mesothermal
 Epithermal

Endapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk


pada temperatur rendah (50 0–300°C) pada kedalaman antara 0-1000m
(Hedenquist, 1985). Ditinjau dari macam batuan yang ditempatinya (host rock),
dibagi menjadi :

 Batuan vulkanik
 Batuan sedimen

Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan


ekonomis emas hanya dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang
menyebabkan peningkatan pengendapan dan pengkonsentrasian dalam suatu
wilayah yang terbatas mengingat kandungan emas yang sangat kecil. Ada
beberapa tahapan yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :

 Pendinginan
 Interaksi air dengan batuan samping
 Pencampuran fluida
 Pendidihan fluida

2. Cara Pengolahan Emas


Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian dilanjutkan
dengan proses yang di sebut Metalurgy.

a. Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga yang
mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan ( meliberasi ) mineral
emas dari mineral-mineral lain yang terkandung dalam batuan induk.
Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 4


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

 Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan


induk
 Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
 Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas Proses kominusi ini terutama
diperlukan pada pengolahan bijih emas primer, sedangkan pada bijih
emas sekunder bijih emas merupakan emas yang terbebaskan dari batuan
induk yang kemudian terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari
masing-masing bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi
pada proses ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral
emas dan kondisi keterikatannya pada batuan induk.

Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang
akan diolah, dengan menggunakan :

 Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 – 110 0C, biasanya
sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus mereduksi sulfur pada
batuan oksidis.
 Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil penambangan
melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang <40 cm menjadi 1%)
 Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga mencapai
ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal 80% adalah -
200#, misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball Mill, Rod Mill, Disc
Mill , dll.

Seteleah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat yang


selanjutnya di olah di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam proses
metallurgy ada banyak metode yang di gunakan namun dalam pengolahan
emas kali ini menitik beratkan pada metode Sianida dan amalgamasi

b. Proses pemisahan Emas dari konsentrat

Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas, Konsentrat


ini wujudnya seperti pasir. Proses ini memakai 3 jenis furnace :

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 5


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

1. Smelting Furnace,
2. Slag cleaning Furnace,
3. Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (disebut anoda
furnace) lalu dicetak bentuknya batangan anoda Cu. Proses pertama :

 Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur,


disini sudah ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya udara
bebas dengan kompresor diatur oksigennya 60%). Tujuannya untuk
mengoksidasi unsur pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO, Fe3O4)
dan mulai kurangi sulfur dalam konsentrat (jadi SO2), lalu masuk furnace
no (2)
 Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte)
kerena Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang
terbentuk dari proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte yang
lebih berat akan dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas sambil
terus dipanaskan, disini metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke proses (3)
untuk menghilangkan Sulfur.
 Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux
batukapur (CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur,
memakai kapur untuk menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4
solid tidak bisa diblowing).

Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister
(bukan lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister
(sebab perlu elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada
tambahan proses pemurnian untuk dioksidasikan S sampai “light”. Setelah
dicetak jadi anoda, Cu anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au,
Ag, Pt, Co, Ni) masih ada dan harus dielektrowining.

Katodanya biasanya steel. Pakai larutan CuSulfat + Asam Sulfat + air,


jangan lupa arus harus searah, disini metal akan dipisahkan dengan
perbedaan sifat kemurniannya (berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 6


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

memakai voltase DC yang tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di


anode akan larut dilarutan lalu akan menempel di katoda (puritynya bisa
mencapai 99%); nah disini baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih
mulia (Platina, Au, Ag). karena lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi
biasanya membentuk endapan (disebut slime), slime biasanya tidak ikut
menempel di katoda (karena tidak larut). Selanjutnya slime ini yang harus
diolah lagi. Slime harus dilebur lagi, lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk
ikat pengotor. Setelah cair digunakan metode Klorifikasi, dimana akan
dipisahkan antara pengotor dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.

Bagaimana memisahkannya ?, masuk lagi ke elektrowining cell dimana


tegangannya diatur untuk memisahkan logam mulia didalamnya, lalu
dilebur lagi untuk mendapatkan purity sampai Au 99.99 %.

c. Proses Pengolahan Emas dengan Sianida

Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar
rendah dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam
air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas.

Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas,


tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara
global, dengan 87% sisa sianida yang digunakan dalam proses industri
lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat
beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan penggunaannya dilarang di
sejumlah negara dan wilayah.

Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan
dalam larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan
garam sianida. Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday
(1847), dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida, yaitu
stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi bijih

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 7


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

emas sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di


Glasgow, Skotlandia oleh John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr
Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun 1896 Bodländer dikonfirmasi
oksigen yang diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh MacArthur, dan
menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk sebagai perantara.

Reaksi kimia untuk pelepasan emas, “Persamaan Elsner”, berikut:

4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O → 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH

Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas


bersamaan dengan transfer proton (H +) dari air.

Berikut cara kerja pengolahan Emas dengan Sianida :

Cara Kerja

1. Bahan berupa batuan dihaluskan dengan menggunakan alat grinding


sehingga menjadi tepung (mesh + 200).
2. Bahan di masukkan ke dalam tangki bahan, kemudian tambahkan H2O
(2/3 dari bahan).
3. Tambahkan Tohor (Kapur) hingga pH mencapai 10,2 – 10,5 dan
kemudian tambahkan Nitrate (PbNO3) 0,05 %.
4. Tambahkan Sianid 0.3 % sambil di aduk hingga (t = 48/72h) sambil di
jaga pH larutan (10 – 11) dengan (T = 85°C).
5. Kemudian saring, lalu filtrat di tambahkan karbon (4/1 bagian) dan di
aduk hingga (t= 48h), kemudian di saring.
6. Karbon dikeringkan lalu di bakar, hingga menjadi Bullion atau
gunakan. (metode 1)
7. Metode Merill Crow (dengan penambahan Zink Anode / Zink Dass),
saring lalu dimurnikan / dibakar hingga menjadi Bullion. (metode 2).

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 8


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

8. Karbon di hilangkan dari kandungan lain dengan Asam (3 / 5 %),


selama (t =30/45m), kemudian di bilas dengan H2O selama (t = 2j)
pada (T = 80°C – 90°C).
9. Lakukan proses Pretreatment dengan menggunakan larutan Sianid 3 %
dan Soda (NaOH) 3 % selama (t =15 – 20m) pada (T = 90°C – 100°C).
10. Lakukan proses Recycle Elution dengan menggunakan larutan Sianid 3
% dan Soda 3 % selama (t = 2.5 j) pada (T = 110°C – 120°C).
11. Lakukan proses Water Elution dengan menggunakan larutan H2O pada
(T = 110°C –120°C) selama (t = 1.45j).
12. Lakukan proses Cooling.
13. Saring kemudian lakukan proses elektrowining dengan (V = 3) dan (A
= 50) selama (t = 3.5j). (metode 3)

d. Proses Pemurnian (Dari Bullion)

Proses Pemurnian (Dari Bullion) Dapat dilakukan dengan beberapa metode,


yaitu :

1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan
HNO3 kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan
perak sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3
selanjutnya saring aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan
menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam
larutan kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut,
maka akan terjadi proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan
menempel pada plat Tembaga (menempel tidak begitu
keras/mudah lepas) sedangkan emasnya tidak larut (tertinggal di
dasar), lalu tinggal bakar aja masing – masing, jadi deh logam
murni.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 9


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

e. Proses Perendaman

Ada pula proses pengolahan emas dengan perendaman, berikut caranya:


bahan Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton

Formula Kimia

1. NaCn = 40 kg
2. H2O2 = 5 liter
3. Kostik Soda/ Soda Api = 5 kg
4. Ag NO3 =100 gram
5. Epox Cl = 1 liter
6. Lead Acetate = 0.25 liter (cair)/ 1 ons (serbuk)
7. Zinc dass/ zinc koil = 15 kg
8. H2O (air) = 20.000 liter

Perendaman di Bak Kimia

1. NaCn dilarutkan dalam H2O (air) ukur pada PH 7


2. Tambahkan costik soda (+ 3 kg) untuk mendapatkan PH 11-12
3. Tambahkan H2O2, Ag NO3, Epox Cl diaduk hingga larut, dijaga pada
PH 11-12

Percobaan di Bak Lumpur

1. Ore/ bijih emas yang sudah dihaluskan dengan mesh + 200 = 30 ton
dimasukkan ke dalam bak.
2. Larutan kimia dari Bak I disedot dengan pompa dan
ditumpahkan/dimasukkan ke Bak II untuk merendam lumpur ore
selama 48 jam.
3. Setelah itu, air/ larutan diturunkan seluruhnya ke Bak I dan diamkan
selama 24 jam, dijaga pada PH 11-12. Apabila PH kurang untuk
menaikkannya ditambah costic soda secukupnya.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 10


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

4. Dipompa lagi ke Bak II, diamkan selama 2 jam lalu disirkulasi ke Bak I
dengan melalui Bak Penyadapan/ Penangkapan yang diisi dengan Zinc
dass/ zinc koil untuk mengikat/ menangkap logam Au dan Ag (emas
dan perak) dari larutan air kaya
5. Lakukan sirkulasi larutan/ air kaya sampai Zinc dass/ zinc koil hancur
seperti pasir selama 5 – 10 hari
6. Zinc dass/ zinc koil yang sudah hancur kemudian diangkat dan
dimasukkan ke dalam wadah untuk diperas dengan kain famatex
7. Untuk membersihkan hasil filtrasi dari zinc dass atau kotoran lain
gunakan 200 ml H2SO4 dan 3 liter air panas
8. Setelah itu bakar filtrasi untuk mendapatkan bullion

f. Teknologi Amalgamasi
 Mekanisme Amalgamasi

Air aksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat
cair. Bila terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat
padat), maka ai raks membasahi dan menenbus logam untuk
membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses
yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk
amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah, cadmium, seng, alkali
dan alkali tanah.

Paduan merkuri emas disebut amalgam emas, yang mempunyai rumus


kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut ini
yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air
raksa bertambah dengan naiknya temperature. Paad temperature kamar
kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada
temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas
selanjutnya disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas
melainkan juga logam lain terutama perak dan tembaga.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 11


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

 Ukuran Butiran

Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi


pasyarat dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas
bervariasi dari yang kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus
(bijih emas yang miskn). Dengan demikian batuan atau bijih perlu
dipecah atau digerus sampai diperoleh butiran emas yang bebas (tidak
terselubung oleh mineral induk). Namun, kenyataan menunjukkan
bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari 0,074 mmyang
dapat diolah dengan teknik amalgamasi.

 Gangguan Amalgamasi

Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi


mineralogy dari bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran
material padat yang halus dan air). Kondisis yang buruk menyebabkan
butiran emas tidak dapat dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah
menjadi partikel-partikel halus, sehingga amlgamasi tidak dapat
berlangsung secar baik.

Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi
biasanya bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi.
Namun, butiran emas yang berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya
kusam dan sering dilapisi oleh oksida besi. Emas kusam mengurangi

kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi


cendrung tidak bias beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya
emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi dapat dicegah secar
mekanik (sambil menggerus).

Mineral sulfide terutama sulfide arsen, antimony, bismuth dan besi


berpeluang untuk menghasilkan in sulfide (sulfide telarut) di dalam
pulp. Ion sulfide dapat menghambat amalgamasi. Penambahan bahan

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 12


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

kimia yang dapat memberikan ion-ion timbaldan tembaga dapat


menolong untuk mengurangi gangguan ini. Penambahan bahan alkali
yang kuat dapat mengurangi gangguan ini.

Apabila minyak pelumas masuk ke gelundung saat menggerus atau


pada saat amalgamasi. Minyak dapat berperan mengurangikemampuan
amalgamasi. Keberadaannya dalam pulp harus duhindari dengan
penambahan kapur yang sedikit.

 Penggerusan

Saat penggerusan, kondisi yang perlu diperhatikan adalah jumlah


(volume) media penggerus, kecepatan putar barel (gelundung),
persentase padatan dalam pulp, dan lamanya penggerusan. Volume
media penggerus dapat diatur sehingga media penggers mengisi
barel/gelundung sedikit diats setengah isi barel/gelundung. Keceptan
putar yang sedemikian rupa menyebabkan media penggerus tidak
bergerak di bagian bawah gelundung saja tetappi juga pada suatu posisi
sewaktu berputar media penggerus diberikan kesempatan untuk jatuh.

Alat untuk penggerusn dikenal dengan nama ball mill dan rod mill. Alat
ini seharusnya memakailiner, pelapisan barel di bagaian dalam yang
bergelombang. Permukaan bergelombang ydimaksudkan untuk
membantu mengangkat media penggerus sewaktu barel berputar dan
untuk mencegah selip diantara media penggerus. Lineer biasanya
terbuat dari paduan baj, dan sewaktu- waktu dapat dilepas untuk diganti
apabila telah aus. Media penggerus bias berbentuk bola atu batangan.
Diameter bola atu batnag penggerus berkisar antara 1-6 inci.
Bergantung pada ukuran barel atau gelundung, yang bervariasi antara
18 inci x 24 inci sampai sebesar 4 kakix 6 kaki (dikaitkan dengan
ukuran gelundung yang biasa digunakan dalam tahap amalgasi).

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 13


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

 Pengikatan Emas oleh Merkuri

Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan


menggunakan 4 jenis cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan
dan pencampuran. Dari keemapt cara atau alat iniyang akan dibahas
adalah hanya amalagasi dengan tekananan dan penggerusan. Alasannya,
selain telah dikenal masyarakat, cara ini berfaedah untuk emas yang
berkrat dan sulit dmalgamasi, atau amat halus, atau tidak terikat dengan
mineral lain, atau dalam bijih uyang menyebabkan merkuri tidak
bekerja baik.

Masyarakat menggunakan bael atau gelundung baik untuk penggerusan


maupun amlgamasi. Nmun kedua kegiatan ini (penggerusan dan
amlgamasi) sebaiknya dipisahkan. Dengan kata lain dua barel atau
gelundung seharusnya dimiliki, yang satu memakai liner (untuk
penggerusan) dn satu lagi tanpa iner (untuk amlgamasi)

Ukuran yang telah disebutkan dalam pembahasan tentang penggerusan


dan perbedaannya adalah bahwa paad tahap amlgamasi (penambahan
merkuri ke dalam pulp) media penggerus berjumlah 1 atau 2 batang
yang berdiameter 4 atau 5 inci, atau sengh lusin bola bediameter 4 atau
5 inci. Selanjutnya kecepatan putarannya rendah dan lamanya
amalgamasi berkisar antara 1 jam sampai beberapa jam. Pulp dan media
penggerus mengisi barel atu gelundung dengan kisaran dari sepertiga
sampai setengah volume barel. Jika operasi penggerusan penting,
operasi amlgamasi memakai 60-80% padatan. Jika amlgamasi saja,
operasi dengan 30-50% padatan. Jumlah merkuri yang ditambahkan
bergantung pada kadar emas dalam bijih dan jumlah merkuri ditambah
apabila kadar emasnya tinggi.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 14


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

 Perolehan Emas

Perolehan emas denag teknologi amlgamasi relative rendah (artinya


apabila dibandingkan dengan teknologi sianida). Untuk memperbaiki
teknologi amalgamasi (perolehan emas dan kehilangan merkuri) dari
tambang rakyat dapat dilakukan dengan penambahan baha kimia dan
pengaturan teknik (berat umpan, persentase padatan, waktu giling, dan
waktu amalgamasi) perolehan emas dapat mencapai 55%. Air raksa
yang hilang sangat kecil (> 1%)

Untuk menentukan perolehan emas perlu diketahui kandungan emas


sebenarnya dalam batuan (bijih) di laboratorium. Ada 2 metode yang
digunakan yaitu metode gravimetric dan metode dengan alat modern
yaitu AAS.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 15


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

B. GENESA NIKEL
DAN CARA PENGOLAHANNYA

1. Genesa Nikel
a. Genesa Pembentukan Bijih Nickel

Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang
mengandung nikel. Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam
paduan) antara besi (ferrum) dan nikel.

Baja menggunakan produk alloy ini Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides)
hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari
proses magmatisme. Sumber batuan Ultramafik bisa dari Dunite, Peridotite,
Lherzolite,Serpentinite, dll.

Gambar : Batuan Dunite Gambar : Batuan Peridotite

Gambar : Batuan Serpentinite Gambar : Batuan Lherzolite

Gambar : Contoh Batuan Ultrabasa (Ultramafic)

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 16


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

Orebody dengan Ni grade yang tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan
batuan (bedrock) yang kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine
lebih tinggi dibanding mineral mafik yang lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar
nya kecil sekali (<0.7%), kandungan dibedrock didominasi oleh silica (>40%)
dan magnesia (>30%), proses pengkayaaan Ni terjadi karena adanya proses
Leaching dimana elemen-elemen yang mudah larut dan punya mobilitas tinggi
terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg tinggal di profile
jadi tinggi (>2%).

Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan
tinggi dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg
"gentle" termasuk plateua karena sirkulasi air bagus untuk
"mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu terjal hasil pelapukan
akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo terlalu landai
seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus. Struktur geologi yang
intensif karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit

Ada beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit,


antara lain adalah senagai berikut :
1. Batuan asal.
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini
pada batuan ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling banyak
diantara batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang paling mudah
lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin – mempunyai komponen-
komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang
baik untuk nikel.

2. Iklim.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 17


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,


dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan
mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi.
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air
tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses
pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan
dapat merubah pH larutan.
Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini,
vegetasi akan mengakibatkan:
 Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur
akar pohon-pohonan
 Akumulasi air hujan akan lebih banyak
 Humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana
hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel
yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi
dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

4. Struktur.
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti
diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil
sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.

5. Topografi.
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak
perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 18


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai


sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah
air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

c. Sifat kimia, Fisika, serta Karakteristik Nikel

1. Sifat kimia Nikel

Adapun sifat-sifat kimia dari nikel yaitu antara lain:

a. Pada suhu kamar nikel bereaksi lambat dengan udara.


b. Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida
NiO.
c. B e r e a k s i d e n g a n C l 2 membentuk Klorida (NiCl2).
d. B e r e a k s i d e n g a n s t e a m H 2O membentuk Oksida NiO.
e. Bereaksi dengan HCl encer dan asam sulf at encer,
y a n g r e a k s i n y a berlangsung lambat.
f. Bereaksi dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut Ni
+ HNO3 → Ni(NO3)2+ NO + H2O
g. Tidak beraksi dengan basa alkali
h. B e r e a k s i d e n g a n H 2S menghasilkan endapan hitam.
2. Sifat fisika Nikel

Adapun sifat-sifat fisika dari nikel yaitu antara lain:

a. Logam putih keperak-perakan yang berkilat, keras


b. Dap at d itemp a d an d itarik.
c. Feromagnetik
d. TL : 1420ºC, TD : 2900ºC

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 19


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

3. Karakteristik Nikel

No Karakteristik Keterangan lain

1. Nama Nikel

2. Lambing Ni

3. Nomor atom 28

4. Deret kimia Logam transisi

5. Golongan VIII B

6. Periode 4

7. Blok d

8. Penampilan Kemilau, metalik

9. Massa atom 58,6934(2) g/mol

10. Konfigurasi electron [Ar] 3d8 4s2

11. Jumlah electron tiap kulit 2 8 16 2

d. Sumber dan Pembentukan Bijih Nikel.

Adapun mineral-mineral utama pada logam bijih nikel yaitu antara lain :

a. Millerit, NiS
b. Smaltit (Fe,Co,Ni)As
c. Nikolit (Ni)As
d. Pentlandite (Ni, Cu, Fe)S
e. Garnierite (Ni, Mg)SiO3.xH2O

Nikel berwujud secara gabungan dengan belerang dalam millerite,


dengan a r s e n i k d a l a m g a l i a n n i c c o l i t e , d a n d e n g a n a r s e n i k d a n
belerang dalam ( n i c k e l glance). Nikel juga terbentuk bersama-sama
dengan kromit dan platina dalam batuanultrabasa seperti peridotit, baik
termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenisendapan nikel yang
bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residu silika d a n
pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 20


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

e n d a p a n n i k e l - tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit,


pirotit, dan kalkopirit.

e. Profil nikel laterit

Profil nikel laterit secara keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :

1. Iron Capping
Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa
organik lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat
gembur. Kadar nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam
penambangan.

Ketebalan lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua,
merupakan kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai
kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat
mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite Layer
Limonite layer Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa.
Komposisinya meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit.
Ketebalan lapisan ini rata-rata 8-15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya
akar tumbuhan, meskipun dalam persentase yang sangat kecil. Kemunculan
bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa pada zona ini tidak dominan atau
hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di batuan beku basa-ultrabasa
telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari pelapukan yang belum
tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit
soil menyelimuti seluruh area.

Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi.
Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide,
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous,
quartz, gibsite, maghemite.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 21


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

3. Silika Boxwork
Silika boxwork putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan
sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite,
sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang
terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di
dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silika. Zona
boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.

4. Saprolite
Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang
masih terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5-18 m. Kemunculan bongkah-
bongkah sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai
magnesit, serpentin, krisopras dan garnierit.

Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki kadar SiO2 dan
MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-sisa
batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika
boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock.
Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral
primer yang terlapukkan, chlorite.

Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan


lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal
masih terlihat.

5. Bedrock
Bedrock adalah bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah
yang lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara
umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 22


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

asal dari nikel laterit yang umumnya merupakan batuan beku ultrabasa yaitu
harzburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh oksida besi 5-
10%, garnierit minor dan silika > 35%.
Permeabilitas batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas
serpentinisasi.Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh
mineral garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab
adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya
tersembunyi.

Gambar : Profil Formasi Nikel Laterit.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 23


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

2. Penambangan Bijih Nikel

Operasi penambangan nikel biasanya digolongkan sebagai tambang


terbuka dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pemboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan
tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di
wilayah tersebut.
b. Pembersihan dan pengupasan
Lapisan tanah penutup setebal 10– 20 meter yang kemudian dibuang
di tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu
wilayah pascatambang.
c. Penggalian
Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan
dibawa ke tempat pengolahan.

3. Pengolahan Bijih Nickel

Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral
sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada
oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya
pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel
dari mineral oksida (Laterit).

Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui
yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol
dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih
saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu
HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya
HGSO mempunyai kadar Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.

Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus
digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 24


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi
dengan refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas
juga menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag semakin
encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang

terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar
sehingga kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 25


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

C. GENESA BATUBARA
DAN CARA PENGOLAHANYA

1. Genesa Batubara

Pengertian umum batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk
dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan
oksigen.

Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia
yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

Analisa unsur memberikan rumus formula empiris seperti C 137H97O9NS untuk


bituminus dan C240 H90O4NS untuk antrasit.

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi


pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta
tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif
dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan
bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara
yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan
berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 – 13 jtl) di berbagai belahan bumi
lain.

2. Tahap dan proses pembentukan batubara, dibagi dalam 2 tahap :

a. Tahap Diagenesa (Biokimia)

Merupakan proses perusakan dan penguraian oleh organisme atau sering


dikenal dengan istilah proses Biokimia. Pada dasarnya ekosistem rawa
berbeda dengan ekosistem danau dan sungai, sehingga berbedapula kondisi
tanah dan airnya Sirkulasi air dirawa sangat minimum bahkan tidak ada
sirkulasi air sama sekali. Sehingga kandungan oksigen akan berkurang.
Bakteri aerob sangat suka oksigen untuk menguraikan sisa tanaman yang
mati, sehingga yang berperan disini adalah bakteri anaerob (tidak suka

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 26


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

oksigen). Bakteri an-aerob menguraikan tanaman yang sudah mati tidak


menjadi kompos (busuk) tetapi dalam bentuk lain yaitu Gel atu Jelly, hal ini
terjadi ditempat yang kurang atau bebas oksigen. Gel atau Jelly lama
kelamaan akan semakin tebal membentuk sedimen yang mampat dan
memadat. Pada umumnya pemadatan akan menurunkan kadar air sehingga
akan membentuk sedimen kaya akan kandungan bahan organik
(Humin)yang dikenal dengan nama Gambut (peat).

b. Fase Metamorfosa (Geokimia)

merupakan perubahan yang mendasar dari sifat fisik & kimiawi dari bahan
gambut menjadi batubara.Perubahan ini ditandai dengan semakin
menurunnya kandungan air, Hidrogen, Oksigaen, CO2 dan bahan2 lain yg
mudah terbakar (Volatile Matter) pada tahap ini bakteri tidak lagi berperan
akan tetapi yang berperan adalah aktifitas aktifitas yang terjadi dibumi
seperti perubahan tekanan, suhu, struktur, intrusi dan yang lain-nya.

Gambar : Proses Pembentukan Batubara

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 27


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

3. Materi pembentuk batu bara

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis


tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:

1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.


Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk
batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa
bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern,
buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang
bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat
terawetkan.

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 28


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

4. Kelas dan jenis batu bara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas


dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-
bituminus, lignit dan gambut.

a. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam


berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% – 98% unsur karbon
(C) dengan kadar air kurang dari 8%.
b. Bituminus mengandung 68 – 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10%
dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
c. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan
bituminus.
d. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
e. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang
paling rendah.

Gambar : Klasifikasi Batubara

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 29


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

5. Cara Penambangan Batubara

Metode penambang batubara sangat tergantung pada :

a. Keadaan geologi daerah antara lain sifat lapisan batuan penutup,


batuan lantai batubara dan struktur geologi.
b. Keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit. Pada dasarnya dikenal
dua cara penambangan batubara yaitu :

 Cara tambang dalam, dilakukan pertama-tama dengan jalan


membuat lubang persiapan baik berupa lubang sumuran
ataupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke
lapisan batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat
lubang bukaan pada lapisan batubaranya sendiri. Cara
penambangnnya dapat dilakukan :

a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat yang


memakai kekuatan tenaga manusia.
b. Secara mekanis, yaitu mempergunakan alat sederhana
sampai menggunakan sistem elektronis dengan
pengendalian jarak jauh.

 Cara tambang terbuka, dilakukan pertama-tama dengan


mengupas tanah penutup. Pada saat ini metode penambangan
mana yang akan digunakan dipilih dan kemungkinan
mendapatkan peralatan tidak mengalami masalah. Peralatan
yang ada sekarang dapat dimodifikasikan sehingga berfungsi
ganda . Perlu diketahui pula bahwa berbagai jenis batubara
memerlukan jenis dan peralatan yang berbeda pula. Mesin-
mesin tambang modern sudah dapat digunakan untuk
pekaerjaan kegiatan penambangan dengan jangkauan kerja
yang lebih luas dan mampu melaksanakan berbagai macam

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 30


[EKONOMI BAHAN GALIAN] April 19, 2015

pekerjaan tanpa perlu dilakukan perubahan atau modifikasi


yang besar.

Gambar : Proses Penambangan Batubara

Gambar : Tambang Terbuka dan Tambang Bawah Tanah Pada Batubara

GENESA EMAS, NIKEL, dan BATUBARA 31

Anda mungkin juga menyukai