Anda di halaman 1dari 30

TUGAS GENESA BAHAN GALIAN

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

SOAL DAN JAWABAN :


1. Cari bahan galian logam minimal 5!
Jawab :
1) Emas
a. Genesa Emas
Emas terbentuk berdasarkan 4 konsep yaitu: kristalisasi magma, sublimasi,
metasomatisme kontak, dan proses hidrotermal. Dari ke-4 konsep di atas
jelas terlihat bahwa asal mula pembentukan emas sangat erat hubungannya
dengan tingkah laku magma. Simak penjelasannya dibawah ini :
 Kristalisasi Magma
Magma mempunyai sifat selalu bergerak ke segala arah (mobile). Salah
satu pergerakannya adalah intrusi, yaitu penerobosan magma pada
lapisan batuan/kulit bumi menuju ke permukaan bumi dan mengisi
retakan-retakan atau celah-celah batuan yang ada di kulit bumi. Dalam
perjalan ini, intrusi magma akan mengalami penurunan suhu dan
tekanan yang mengakibatkan terjadinya kristalisasi mineral-mineral
silikat. Proses kristalisasi berakibat pada terbentuknya mineral-mineral
silikat dan mineral-mineral sisa cairan magma, termasuk terbentuknya
emas porfiri (kasar) yang mengkristal akibat pembekuan magma.

 Sublimasi
Sublimasi merupakan proses pengendapan langsung mineral dari uap
atau gas. Pembentukan mineral merupakan proses kecil bila
dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Prinsip proses tersebut
terletak pada penurunan suhu maupun tekanan. Endapan mineral
biasanya terbentuk akibat dua atau lebih gas yang bereaksi. Cebakan
emas sublimasi terbentuk karena terbawa oleh uap atau gas yang
bereaksi.
 Metasomatisme Kontak
Proses intrusi magma menyisakan larutan dan gas bersuhu tinggi dan
apabila bersentuhan dengan dinding batuan bercelah dapat
mengakibatkan reaksi yang menghasilkan mineral-mineral baru.
Pembentukan bijih emas pada proses ini diakibatkan oleh magma kaya
bijih bersentuhan dengan batuan samping yang reaktif (metasomatisme
kontak), sehingga terbentuk emas yang biasanya mempunyai tekstur
kasar.

 Proses Hidrotermal
Hasil akhir proses pembekuan magma yang mengintrusi adalah cairan
sisa magma yang mengandung konsentrasi logam-logam termasuk
emas. Cairan ini disebut larutan hidrotermal yang membawa logam-
logam ke tempat pengendapan baru. Endapan hidrotermal pada
umumnya berkaitan dengan alterasi atau proses ubahan.

Gambar konsep sistem hidrotermal (sumber: Nature.com).

Dari alterasi inilah dihasilkan perubahan susunan baik mineral maupun


kimia batuan akibat pengaruh cairan hidrotermal. Perubahan yang
terjadi dapat berupa rekristalisasi, pembentukan mineral baru,
penyusunan kembali komponen kimia, atau dapat menghasilkan
perubahan sifat fisik seperti permeabilitas dan porositas batuan.

Sumber : https://www.geologinesia.com/2017/02/pembentukan-emas-
kristalisasi-magma-sublimasi-metasomatisme-dan-hidrotermal.html
b. Lokasi Persebaran Emas
1. Mimika (Papua)
2. Cikotok (Jawa Barat)
3. Tanggamus (Lampung)
4. Bombana (Sulawesi Tenggara)
5. Rejang Lebong (Bengkulu)
6. Bolaang Mangondow (Sulawesi Utara)
7. Logas (Riau)
8. Sarolangun (Jambi)
9. Meuleboh (Nanggroe Aceh Darussalam)
10. Monterado (Kalimantan Barat)
11. Malinau (Kalimantan Timur)
12. Kotabaru (Kalimantan Selatan)
13. Kapuas (Kalimantan Tengah)
14. Banyuwangi (Jawa Timur)
c. Pengolahan Emas
Pengolahan Bijih Emas Diawali Dengan Proses kominusi kemudian
dilanjutkan dengan proses yang di sebut Metalurgy.
1. KOMINUSI
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga
yang mengandung emas dengan tujuan untuk membebaskan
(meliberasi) mineral emas dari mineral-mineral lain yang terkandung
dalam batuan induk.
Tujuan liberasi bijih ini antara lain agar :
• Mengurangi kehilangan emas yang masih terperangkap dalam batuan
induk
• Kegiatan konsentrasi dilakukan tanpa kehilangan emas berlebihan
• Meningkatkan kemampuan ekstraksi emas
Proses kominusi ini terutama diperlukan pada pengolahan bijih emas
primer, sedangkan pada bijih emas sekunder bijih emas merupakan
emas yang terbebaskan dari batuan induk yang kemudian
terendapkan. Derajat liberasi yang diperlukan dari masing-masing
bijih untuk mendapatkan perolehan emas yang tinggi pada proses
ekstraksinya berbeda-beda bergantung pada ukuran mineral emas dan
kondisi keterikatannya pada batuan induk.
Proses kominusi ini dilakukan bertahap bergantung pada ukuran bijih yang
akan diolah, dengan menggunakan :
 Refractory ore processing, bijih dipanaskan pada suhu 100 – 110 0C,
biasanya sekitar 10 jam sesuai dengan moisture. Proses ini sekaligus
mereduksi sulfur pada batuan oksidis.
 Crushing merupakan suatu proses peremukan ore ( bijih ) dari hasil
penambangan melalui perlakuan mekanis, dari ukuran batuan tambang
<40 cm menjadi 1%)
 Milling merupakan proses penggerusan lanjutan dari crushing,hingga
mencapai ukuran slurry dari hasil milling yang diharapkan yaitu minimal
80% adalah -200#, misalnya dengan menggunakan Hammer Mill, Ball
Mill, Rod Mill, Disc Mill , dll.
Seteleah mengalami proses kominusi selanjutnya dihasilkan konsentrat
yang selanjutnya di olah di dalam proses yang di sebut Metalurgy, dalam
proses metallurgy ada banyak metode yang di gunakan namun dalam
pengolahan emas kali ini menitik beratkan pada metode Sianida dan
amalgamasi

Proses pemisahan Emas dari konsentrat


Cara memisahkan konsentrat yang di dalamnya ada kandungan Emas,
Konsentrat ini wujudnya seperti pasir.
Proses ini memakai 3 jenis furnace.
(1) Smelting Furnace,
(2) Slag cleaning Furnace,
(3) Converting Furnace, lalu masuk ke pembentuk anoda Cu (diesbut anoda
furnace) lalu dicetak bentuknya batangan anoda Cu.
Proses pertama :
(1) Smelting Furnace, konsetrat yang dihasilkan di freeport akan dilebur,
disini sudah ditambahkan flux SiO2 dan dihembus udara (biasanya
udara bebas dengan kompresor diatur oksigennya 60%). Tujuannya
untuk mengoksidasi unsur pengotor utama berupa Fe (oksidasi jadi FeO,
Fe3O4) dan mulai kurangi sulfur dalam konsentrat (jadi SO2), lalu
masuk furnace no (2)
(2) Slag Cleaning, sesuai namanya disini leburan Cu (masih dibilang Matte)
kerena Sulfur masih banyak akan dipisahkan dengan terak/slag yang
terbentuk dari proses (1). disini pakai Electric arc furnace, jadi matte
yang lebih berat akan dibawah lalu terak/slag akan mengapung diatas
sambil terus dipanaskan, disini metal/slag sudah terpisah. Lanjut ke
proses (3) untuk menghilangkan Sulfur.
(3) Converting Furnace, proses ini matte diblowing udara + pakai flux
batukapur (CaCO3), tujuan utamanya untuk mengoksidasi Sulfur,
memakai kapur untuk menjaga komposisi slag (biar tidak kental, Fe3O4
solid tidak bisa diblowing).
Setelah converting Furnace, Sulfur sudah low (0.8%) disebut gold blister
(bukan lagi matte). lalu dilanjut ke Furnace untuk cetak anoda Cu blister
(sebab perlu elektrowining untuk tahap selanjutnya), dibeberapa proses ada
tambahan proses pemurnian untuk dioksidasikan S sampai “light”. Setelah
dicetak jadi anoda, Cu anoda akan benar-benar dimurnikan (pengotor S, Au,
Ag, Pt, Co, Ni) masih ada dan harus dielektrowining. Katodanya biasanya
steel. Pakai larutan CuSulfat + Asam Sulfat + air, jangan lupa arus harus
searah, disini metal akan dipisahkan dengan perbedaan sifat kemurniannya
(berdasarkan nilai E nol-nya) makanya perlu memakai voltase DC yang
tepat, biasanya Cu di (+)0.34V. Nah disini Cu di anode akan larut dilarutan
lalu akan menempel di katoda (puritynya bisa mencapai 99%); nah disini
baru dibagi antara Cu dan logam yang lebih mulia (Platina, Au, Ag). karena
lebih mulia mereka tidak ikut larut, tetapi biasanya membentuk endapan
(disebut slime), slime biasanya tidak ikut menempel di katoda (karena tidak
larut). Selanjutnya slime ini yang harus diolah lagi. Slime harus dilebur lagi,
lalu ++ flux lagi, borax biasanya untuk ikat pengotor. Setelah cair
digunakan metode Klorifikasi, dimana akan dipisahkan antara pengotor
dengan logam mulia AgCl, AuCl, dll.

Proses Pengolahan Emas dengan Sianida


Sianidasi Emas (juga dikenal sebagai proses sianida atau proses MacArthur-
Forrest) adalah teknik metalurgi untuk mengekstraksi emas dari bijih kadar
rendah dengan mengubah emas ke kompleks koordinasi yang larut dalam
air. Ini adalah proses yang paling umum digunakan untuk ekstraksi emas.
Produksi reagen untuk pengolahan mineral untuk memulihkan emas,
tembaga, seng dan perak mewakili sekitar 13% dari konsumsi sianida secara
global, dengan 87% sisa sianida yang digunakan dalam proses industri
lainnya seperti plastik, perekat, dan pestisida. Karena sifat yang sangat
beracun dari sianida, proses ini kontroversial dan penggunaannya dilarang
di sejumlah negara dan wilayah.
Pada tahun 1783 Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa emas dilarutkan
dalam larutan mengandung air dari sianida. Ia sebelumnya menemukan
garam sianida. Melalui karya Bagration (1844), Elsner (1846), dan Faraday
(1847), dipastikan bahwa setiap atom emas membutuhkan dua sianida,
yaitu stoikiometri senyawa larut. Sianida tidak diterapkan untuk ekstraksi
bijih emas sampai 1887, ketika Proses MacArthur-Forrest dikembangkan di
Glasgow, Skotlandia oleh John Stewart MacArthur, didanai oleh saudara Dr
Robert dan Dr William Forrest. Pada tahun 1896 Bodländer dikonfirmasi
oksigen yang diperlukan, sesuatu yang diragukan oleh MacArthur, dan
menemukan bahwa hidrogen peroksida dibentuk sebagai perantara.
Reaksi kimia untuk pelepasan emas, “Persamaan Elsner”, berikut:
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O → 4 Na [Au (CN) 2] + 4 NaOH
Dalam proses redoks, oksigen menghilangkan empat elektron dari emas bersamaan
dengan transfer proton (H +) dari air.
Sumber : (http://d7070ch.blogspot.com/2011/02/proses-pengolahan-emas.html)
Proses Pemurnian (Dari Bullion)
Dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
1. Metode Cepat
Secara Hidrometallurgy yaitu dengan dilarutkan dalam larutan HNO3
kemudian tambahkan garam dapur untuk mengendapkan perak
sedangkan emasnya tidak larut dalam larutan HNO3 selanjutnya saring
aja dan dibakar.
2. Metode Lambat
Secara Hidrometallurgy plus Electrometallurgy yaitu dengan
menggunakan larutan H2SO4 dan masukkan plat Tembaga dalam larutan
kemudian masukkan Bullion ke dalam larutan tersebut, maka akan terjadi
proses Hidrolisis dimana Perak akan larut dan menempel pada plat
Tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas) sedangkan
emasnya tidak larut (tertinggal di dasar), lalu tinggal bakar aja masing –
masing, jadi deh logam murni.

d. Manfaat
1. Perhiasan
Emas dapat dibentuk menjadi berbagai perhiasan untuk wanita. Wanita
memerlukan perhiasan untuk beberapa hal seperti menjadi aksesoris
untuk penampilan dan meningkatkan rasa percaya diri. Perhiasan dari
emas bisa dibentuk menjadi beberapa benda seperti cincin, kalung,
gelang, anting, jam tangan, bros dan berbagai aksesoris lain. Emas juga
menjadi salah satu jenis perhiasan yang memiliki harga mahal.
2. Kesehatan Gigi
Gigi yang berlubang mungkin akan membuat pemiliknya merasa tidak
nyaman. Pada jaman dahulu pemakaian emas sudah banyak digunakan
untuk menambal gigi yang berlubang. Bahkan ada jenis gigi palsu yang
dilapisi dengan emas. Emas tidak bisa memberikan reaksi dengan jenis
logam dan senyawa lain sehingga emas sangat awet. Jadi emas juga
penting untuk mendukung kesehatan gigi.
3. Perlengkapan Pesawat Ruang Angkasa
Pesawat ruang angkasa ternyata juga menggunakan bahan emas sebagai
bahan lapisan untuk kendaraan. Emas memiliki sifat yang sangat baik
dan tahan terhadap panas matahari. Bahkan sekarang emas juga dapat
dipakai sebagai bahan lapisan untuk pelindung kepala untuk astronot.
Meskipun emas dipakai dalam kadar yang kecil, tapi peran emas sangat
besar untuk melindungi awak pesawat ruang angkasa dari panas.
4. Produksi Perangkat Elektronik
Emas dipakai sebagai lapisan untuk perangkat kecil sebagai penghantar
listrik pada beberapa alat elektronik seperti radio, televisi, komputer dan
perangkat lain. Emas memiliki sifat yang tahan terhadap korosi,
penghantar panas yang baik dan mendukung sistem pengiriman data
komputer. Pemakaian emas dalam perangkat ini memang sangat kecil.
5. Bahan Membuat Penghargaan
Salah satu pengakuan dalam berbagai ajang kejuaraan adalah medali
emas. Emas digunakan untuk membuat medali baik berupa koin, piala
atau medali murni. Emas menunjukkan dedikasi dan derajat yang paling
tinggi sehingga sangat sesuai untuk posisi juara dalam berbagai ajang
penghargaan.
6. Emas untuk Investasi
Pada awalnya emas hanya diolah untuk perhiasan wanita yang bisa
disimpan dan dijual lagi. Namun karena harga emas yang terus bergerak
karena kondisi ekonomi dunia, maka sekarang emas menjadi alat
investasi yang sangat menarik. Jenis emas yang dibentuk dalam logam
mulia menjadi alat investasi yang paling banyak disukai. Emas dalam
bentuk perhiasan kurang diminati sebagai sumber investasi karena nilai
atau harganya sering terkena potongan.
7. Menjaga Kesehatan
Memakai emas juga bisa menjadi salah satu logam yang penting untuk
kesehatan. emas bisa membuat tubuh menjadi lebih sehat dengan cara
meningkatkan sistem peredaran darah. Selain itu emas juga bisa
membuat tubuh menjadi sehat karena mendukung proses sekresi atau
pengeluaran racun dari dalam tubuh.

Sumber : http://ockym.blogspot.com/2017/09/emas-pengertian-manfaat-
lokasi.html

2) Nikel
a. Genesa Nikel
Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari peridotit sebagai batuan
induk. Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh
larutan hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses pembentukan
magma (proses serpentinisasi) dan akan merubah batuan peridotit menjadi
batuan Serpentinit atau batuan Serpentinit menjadi peridotit. Selanjutnya
terjadi proses pelapukan dan laterit yang menghasilkan serpentin dan
peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, serta
pergantian panas dan dingin yang kontinu, akan menyebabkan disintegrasi
dan dekomposisi pada batuan induk. Batuan asal yang mengandung unsur-
unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni, dan Co akan mengalami dekomposisi. Air
tanah yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindi mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin, serpentin, dan piroksen. Air tanah meresap secara perlahan dari atas
ke bawah sampai ke batas antara zone limonit dan zone saprolit, kemudian
mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh
transportasi larutan secara horizontal. Proses ini menghasilkan Ca dan Mg
yang larut disusul dengan Si yang cenderung membentuk koloid dari
partikel-partikel silika yang sangat halus sehingga memungkinkan
terbentuknya mineral baru melalui pengendapan kembali unsur-unsur
tersebut. Semua hasil pelarutan ini terbawa turun ke bagian bawah mengisi
celah-celah dan pori-pori batuan. Ca dan Mg yang terlarut sebagai
bikarbonat akan terbawa ke bawah sampai batas pelapukan dan diendapkan
sebagai Dolomit dan Magnesit yang mengisi celah-celah atau rekahan-
rekahan pada batuan induk. Di lapangan, urat-urat ini dikenal sebagai batas
petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut
dengan akar pelapukan (root of weathering).

Fluktuasi muka air tanah yang berlangsung secara kontinu akan melarutkan
unsur-unsur Mg dan Si yang terdapat pada bongkah-bongkah batuan asal di
zone saprolit, sehingga memungkinkan penetrasi air tanah yang lebih
dalam. Dalam hal ini, zone saprolit akan bertambah ke dalam, demikian
juga dengan ikatan yang mengandung oksida MgO sekitar 30 – 50%-berat
dan SiO2 antara 35 – 40%-berat. Oksida yang masih terkandung pada
bongkah-bongkah di zone saprolit ini akan terlindi dan ikut bersama-sama
dengan aliran air tanah, sehingga sedikit demi sedikit zone saprolit atas
akan berubah porositasnya dan akhirnya menjadi zone limonit. Sedangkan
bahan-bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan tinggal pada
tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai larutan
koloid. Bahan-bahan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi
residu dan konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolit,
berwarna coklat kuning kemerahan. Batuan asal ultramafik pada zone ini
selanjutnya diimpregnasi oleh Ni melalui larutan yang mengandung Ni,
sehingga kadar Ni dapat naik hingga 7%-berat. Dalam hal ini, Ni dapat
mensubstitusi Mg dalam Serpentin atau juga mengendap pada rekahan
bersama dengan larutan yang mengandung Mg dan Si sebagai Garnierit dan
Krisopras.

Sementara Fe di dalam larutan akan teroksidasi dan mengendap sebagai


Ferri-Hidroksida, membentuk mineral-mineral seperti Goethit, Limonit, dan
Hematit yang dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut
serta unsur Co dalam jumlah kecil. Semakin ke bawah, menuju bed rock
maka Fe dan Co akan mengalami penurunan kadar. Pada zona saprolit Ni
akan terakumulasi di dalam mineral Garnierit. Akumulasi Ni ini terjadi
akibat sifat Ni yang berupa larutan pada kondisi oksidasi dan berupa
padatan pada kondisi silika.

Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan kimia yang


intensif, yaitu di daerah dengan iklim tropis-subtropis. Proses pelindian
batuan lapuk merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan
laterit, dimana proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak
merata dan menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada
migrasi air tanah.
b. Persebaran atau Keterdapatan Nikel
Nikel terdapat di sekitar Danau Matana, Danau Towuti, dan di Kolaka
(Sulawesi Selatan) daerah Soroako.

Sumber : http://geoenviron.blogspot.com/2013/02/persebaran-barang-tambang-di-
indonesia.html

c. Pengolahan Nikel
Pada umumnya pengolahan Nikel dilakukan Proses Penggerusan (Crushing)
dan Pemisahan Ukuran (Screening) Proses penggerusan bertujuan untuk
mereduksi ukuran fraksi Nikel menjadi ukuran yang diharapkan, Proses
Transportasi, Proses Pencampuran Nikel (blending) Proses blending
produkta Nikel bertujuan untuk mendapatkan kualitas Nikel yang
diinginkan. Blending produkta Nikel diperlukan bila produkta tidak
memenuhi spesifikasi pasar, Proses Penumpukan Nikel (Stockpiling).
Stockpile Nikel adalah tempat yang digunakan untuk menampung atau
menyimpan Nikel sementara.

Sumber : https://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/tahap-proses-
pengolahan-bijih-nikel-laterite/

d. Pemanfaatan Nikel
 Sebagai bahan campuran dalam pembuatan stainles steel
 Pembuatan koin
 Melapis senjata
 Menjadi katalis
 Bahan baku pembuatan monel
 Campuran pada besi baja
 Aplikasi nikel dalam bentuk dunia otomotif dan vari
 Sebagai bahan dasar baterai isi ulang
3) Mangan
a. Genesa Mangan
Mangan termasuk batuan beku. Bijih mangan utama berasal dari pirolusit
(MnO2) dan psilomelan (Ba,H2O)2Mn5O10, yang mempunyai komposisi
oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu.

Pirolusit Psilomelan

Menurut park (1956), cebakan mangan dibagi dalam 5 tipe yaitu :


o Cebakan hydrothermal
o Cebakan sedimenter, baik bersama-sama maupun tanpa affiliasi atau
hubungan vulkanik
o Cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut
o Cebakan metamorfosa (proses malihan)
o Cebakan laterit dan akumulasi residual
Mangan juga terdapat sebagai nodul, yaitu endapan mirip batuan dengn
akomposisi kira-kira 15-30 % Mn yang dalam bentuk oksidanya bersama-
sama dengan oksida-oksida Fe, Co, Cu, dan Ni. Nodul ini berupa butiran-
butiran bola dengan diameter beberapa millimeter sampai dengan 15 cm, dan
terakumulasi dalam dasar lautan.

Mangan yang berkomposisi dengan oksida lainnya namun berperan bukan


sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit,
hausmannite, dan lithiophilite, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah
rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
b. Persebaran atau daerah keterdapatannya
 Aceh : Karang Igeuh Lhok Kruet, calang Aceh Barat (kontak
metasomatik berupa pirolusit berasosiasi dengan bijih besi) kapi,
tenggara Blankejeran (psilomelan didaerah patahan/hydrothermal).
 Sumatra utara : Pantai timur (kadar Mn3O4 = 7,9 % dalam bog iron,
berupa konversi dari besi rawa dengan kadar Mn3O4 = 13,5 – 20,1 %)
23 km sebelah timur laut Natal (berupa bongkah oksida mangan
berukuran sampai 50 cm, tanpak berlapis dan terbentuk karena
replacement batuan chert radiolarian).
 Sumatra Barat : Mangani (proses hydrothermal dalam urat breksi
berasosiasi dengan Au dan Ag terdapat sebagai rhodokhrosit), ulis Ayer
(proses hydrothermal berupa urat kecil polianite dalam batuan diabas)
S.lumut, singingi Riau (proses hydrothermal, bijih Mn berupa sediment
dalam breksi), Belang Beo (proses hydrothermal ditemukan mangan
oksida sebagai bongkah).
 Sumatra Selatan : S.saelan, P. bangka (kadar MnO2 = 27,5 %).
 Bengkulu : Gebang ilir, tambang sawah (kadar MnO2 = 44,05%),
proses hydrothermal, berasosiasi dengan Au, mineral berupa rhodonit,
rhodokrosit, psilomelan pirolusit bustanit dan inesit).
 Lampung : G.Pesawarang Ratai (G.waja Kedondong, G.kasih) G.waja
kadar = 60%, kedondong Mn = 2-7 %, G.kasih Mn (45-50%).
 Jawa barat : Cikotok kab.pandeglang (MnO2 = 9-32%), berasosiasi
dengan Au terdapat sebagai rhodonit, rhodokhrosit dan spartait,
cibadong kab.sukabumi (kadar MnO = 32-60% Terdapat dalam tufa dan
breksi)
 Jawa tengah : Karangbolong, kab.Bayumas (kadar MnO2 = 60%
terdapat sebagai pirolusit dan psilomelan berupa gumpalan oolitik
dalam batu gamping ); Ngargoretno, Salaman, Kab.Magelang (kadar
MnO2 = 80%, sebagai pirolusit berbentuk lensa); Bapangsari,
Purwerejo, Cengkerep Semanggung, Purwerejo.
 Daerah Istimewa Jogyakarta : Kliripan dan Samigaluh kab.kulon Progo
(kliripan kadar Mn = 25%; Samigaluh Kab.kulon Progo (kliripan kadar
Mn = 25% ; Samigaluh MnO2 = 57,75% terdapat dalam bentuk pirolusit
dan psilomelan) daerah Gedad, Batuwarno, Eromoko Kab.Wonogiri (
Gedad, kadar MnO2 =58,5%, MnO2 = 92,10%, Baturetno kadar MnO2
= 82,74 %, kadar Mn total 49,48% terdapat sebagai lensa diantara batu
gamping dan farmasi Andesit Tua); daerah G.Kidul (kadar MnO2 =
27,19%, kadar Mn total = 23,5%, terdapat di kepuh, Ngepek, Ngaglik,
Kutuan dan selonjono timur.
 Kalimantan Barat : Lumar, kab.sambas (kadar Mn = 14,94).

Sumber : http://mheea-nck.blogspot.com/2010/06/genesa-mangan.html

c. Pengolahan Mangan
Cara konsentrasi tergantung keadaan bijih.Pada bijih yang berbentuk
bongkahan yang berkadar tinggi di dalam tanah liat(clay) yang mudah
hancur pengolahan terdiri dari pengujian dalam log washer atau wash
trammel. Bila bijih bercampur dalam batuan keras harus di
hancurkan(crushing) dulu kemudian di kerjakan dengan meja
goyang(shaking table) adalah pemisahan material dengan cara mengalirkan
air yang tipis pada suatu meja bergoyang.

proses pengolahan

d. Pemanfaatan Mangan
 Produksi Besi-baja
Logam mangan dalam proses pembuatan baja sangat menguntungkan
karena mangan dapat mengikat belerang, sehingga mencegah terjadinya
fes yang dapat merapuhkan baja. Selain itu, mangan juga mampu
mengikat oksigen sehingga dapat mencegah terjadinya rongga-rongga
(gelembung) pada baja yang terbentuk setelah proses pendinginan
dilakukan.
 Campuran Alumunium
Aluminium dengan kadar mangan sekitar 1.5% mempunyai tingkat
perlawanan yang lebih tinggi melawan karatan dan kerusakan
disebabkan oleh pembentukan urat yang menyerap kotoran
 Untuk Industri Baterai Kering
Salah satu peran atau manfaat mno2 (sebagai pirolusit) dalam baterai-
sel kering yaitu sebagai oksidator dan juga digunakan sebagai
pendepolarisasi pada sel kering baterai.

Sumber : http://bubulemon.blogspot.com/2013/07/bahan-galian-logam-mangan.html

4) Tembaga
a. Genesa Tembaga
Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua)
kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.
1. Genesa Primer
Proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik, yaitu suatu
proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Endapan
pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi
umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan
beberapa muskovit dan biotit. Endapan hidrotermal merupakan
endapan yang terbentuk dari proses pembentukan endapan pegmatite
lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin dan encer. Ciri khas
endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida yang
terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada
batuan semula, rendah, tersebar relatif merata dengan jumlah cadangan
yang besar. Endapan bahan galian ini erat hubungannya dengan intrusi
batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang bertekstur porfitik,
membentuk endapan tembaga porfiri. Endapan porfiri adalah endapan
mineral yang terjadi akibat suatu intrusi memiliki kadar rendah namun
tersebar merata, yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping
yang menyebabkan terjadinya mineralisasi, dan merupakan endapan
penghasil tembaga terbesar yaitu lebih dari 50%. Sifat susunan mineral
bijih endapan tembaga porfiri adalah:
a. Mineral utama, terdiri: pirit, kalkopirit dan bornit.
b. Mineral ikutan, terdiri: magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit,
kubanit, kasiterit, kuebnit dan emas.
c. Mineral sekunder, terdiri: hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan
tembaga natif
2. Genesa Sekunder
Proses genesanya melalui proses ubahan (alteration) yang terjadi pada
mineral-mineral urat (vein) terutama tembaga yang bersifat tidak stabil
bila terkena pengaruh air dan udara. Mineral sulfida yang terdapat di
alam mudah sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami
oksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai
sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga
terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung besi).
Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada
kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan
sekunder.
Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung
sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan
teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam
bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak
berpindah jauh sebelum proses pengendapan berlangsung. Karbon
dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan azurit.
Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative,
hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam
dan kandungan kaya bijih.
Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai
zona air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses
oksidasi menjadi proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya
kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona
pengayaan sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam
sulfida.
Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang,
dimana larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit
dan kalkopirit yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder
yang sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit dan kalkosit.
Dengan cara seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang
mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih
primer.
b. Persebaran Tembaga
Lokasi penyebaran mineral tembaga terdapat di beberapa tempat, yaitu: Sungai
Mentawai Sausu, Perbukitan Tompera Sausu, Sungai Mentawa, Sungai Torue,
Perbukitan Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang Maninili UPT Trans,
Sungai Ganonggol, Sungai Bugis Swakarsa, Wanagading, Sungai Moutong dan
Sungai Tinombo.
Sumber : http://blogidama.blogspot.com/2012/09/peta-persebaran-bahan-galian-logam-
di.html

c. Pengolahan tembaga
Pengolahan bijih tembaga melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih
kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah
dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu.
Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan
gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang
tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel
pada gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke
permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa
partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian
dipekatkan.
2. Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas
pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin
masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang
dioksida.Mineral - Tembaga 12
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine,
yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit
FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi
suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan.
Reaksinya sebagai berikut.
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan
kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfide
3. Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga
lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
4. Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt
kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga
kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga
murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses
elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+
kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)
Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni)
makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag,
Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur.
d. Manfaat atau kegunaan tembaga
 Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu 90% dan Sn10%) untuk
membuat patung, indutri arloji, atau ornament
 Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70% dan Cu 30%)
 Sebagai campuran membuat duralium (Al 96% dan Cu 4%) untuk komponen
pesawat
 Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu 45% dan Au 55%)
 Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu 70% dan Zn 30%) untuk
membuat aksesoris, alat musik, atau ornament
 Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75% dan Ni 25%) untuk
membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan logam-logam
senjata mengandung tembaga
 Alat-alat listrik seperti, kabel istrik, kumparan dinamo dan komponen
berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor listrik, generator, kabel
transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor,
konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar,
reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alat-alat dapur
 Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian kapal
 Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol
menjadi metanal.
5) Timah
a. Genesa Timah
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
kasiterit (SnO2). Intrusi batuan granit kepermukaan menyebabkan fase
pneumatolitic yang menghasilkan mineral-mineral bijih diantaranya bijih
timah. Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi dalam batuan granit ataupun
batuan lain yang diterobos membentuk vein-vein bijih timah primer. Sesuai
dengan namanya, endapan timah sekunder terdiri dari mineral-mineral bijih
kasiterit yang telah tertransportasi jauh dari sumbernya (endapan timah
primer). Biasanya bijih kasiterit ini terbawa oleh arus sungai menuju muara
sungai hingga lepas pantai dan terakumulasi disana. Karenanya banyak
dilakukan kegiatan penambangan bijih timah sekunder pada daerah muara
sungai dan lepas pantai. Hal ini dilakukan dengan harapan akan diperoleh
bijh timah dalam jumlah besar.

Sumber : http://thisan04.blogspot.com/2013/11/genesa-timah.html

b. Persebaran Timah
Penambangan timah terdapat di daerah Pulau Bangka (Sungai Liat), Pulau
Belitung (Manggara), dan Pulau Singkep (Dabo).
c. Pengolahan Timah
Timah diolah dari bijih timah yang didapatkan dari batuan atau mineral
timah (kasiterit SnO2). Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan
serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan mineral
(peningkatan kadar timah/proses fisik dan disebut juga upgrading),
persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining dan
proses pencetakan logam timah. Pemakaian timah biasanya dalam bentuk
paduan timah yang dikenal dengan nama timah putih yakni campuran 80%
timah, 11 % antimony dan 9% tembaga serta terkadang ditambah timbal.
Timah putih ini terutama dipakai untuk peralatan logam pelindung dan pipa
dalam industri kimia, industri bahan makanan dan untuk menyimpan bahan
makanan.

Proses pengolahan timah ini bertujuan sesuai dengan namanya yaitu


meningkatkan kadar kandungan timah dimana Bijih timah diambil dari
dalam laut atau lepas pantai dengan penambangan atau pengerukan setelah
itu dilakukan pembilasan dengan air atau washing dan kemudian diisap
dengan pompa. Bijih timah hasil dari pengerukan biasanya mengandung 20
– 30 % timah. Setelah dilakukan proses pengolahan mineral maka kadar
kandungan timah menjadi lebih dari 70 %, sedangkan bijih timah hasil
penambangan darat biasanya mengandung kadar timah yang sudah cukup
tinggi >60%.

Adapun Proses pengolahan mineral timah ini meliputi banyak proses, yaitu:
• Washing atau Pencucian
Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore
bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian
15 ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan
menggunakan air tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.

• Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar


Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh,
setelah itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah
pencucian. Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya
dengan mikroskop dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan
pengotornya memiliki karakteristik yang berbeda sehinga dapat diketahui
kadar atau jumlah kandungan timah pada bijih.

• Pemisahan berdasarkan berat jenis


Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz.bijih timah
yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang
berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang
berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue
lainya seperti quarsa , zircon, rutile, siderit dan sebagainya akan
ditampung dan dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.

• Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang
mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah
dengan gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi
digunakan karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini
adalah 60 kg/jam.

• Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya
adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary
dryer dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan
menggunakan solar.

• Pemisahan Mineral Ikutan


Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang
terbilang tinggi seperti zircon dan thorium( unsur radioaktif ) akan
diambil dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada
Amang Plant. Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik
berkecepatan tinggi dan disaring/screening sehingga akan terpisah
antara mineral halus berupa cassiterite dan mineral kasar yang
merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut kemudian diolah pada air
table sehingga menjadi konsentrat yang selanjutnya dilakukan proses
smelting, sedangkan tailingnya dibuang ke tempat penampungan.
Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension
separator –pemisahan berdasarkan sifat konduktor – nonkonduktornya
atau sifat konduktivitasnya. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite
dan Ilmenite. Mineral nonconductor antara lain: Thorium, Zircon dan
Xenotime. Lalu masing – masing dipisahkan kembali berdasarkan
kemagnetitanya dengan magnetic separation sehingga dihasilkan secara
terpisah, thorium dan zircon.

• Proses pre-smelting
Setelah dilakukan proses pengolahan mineral dilakukan proses pre-
smelting yaitu proses yang dilakukan sebelum dilakukannya proses
peleburan, misalnya preparasi material,pengontrolan dan penimbangan
sehingga untuk proses pengolahan timah akan efisien.

• Proses Peleburan (Smelting)


Ada dua tahap dalam proses peleburan :
- Peleburan tahap I yang menghasilkan timah kasar dan slag/terak.
- Peleburan tahap II yakni peleburan slag sehingga menghasilkan
hardhead dan slag II. Proses peleburan berlangsung seharian –24 jam
dalam tanur guna menghindari kerusakan pada tanur/refraktori.
Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam peleburan. Pada tiap tanur
terdapat bagian – bagian yang berfungsi sebagai panel kontrol: single
point temperature recorder, fuel oil controller, pressure recorder, O2
analyzer,multipoint temperature recorder dan combustion air controller.
Udara panas yang dihembuskan ke dalam mfurnace atau tanur berasal
dari udara luar / atmosfer yang dihisap oleh axial fan exhouster yang
selanjutnya dilewatkan ke dalam regenerator yang mengubahnya
menjadi panas. Tahap awal peleburan baik peleburan I dan II adalah
proses charging yakni bahan baku –bijih timah atau slagI dimasukkan
kedalam tanur melalui hopper furnace. Dalam tanur terjadi proses
reduksi dengan suhu 1100 – 15000C.unsure – unsure pengotor akan
teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang larut dalam
timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi logam timah
murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga dalam bentuk
debu bersamaan dengan gas – gas lainnya. Setelah peleburan selesai
maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk melakukan proses
tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya dimasukkan kedalam
float untuk dilakukan pendinginan /penurunan temperatur hingga 4000C
sebelum dipindahkan ke dalam ketel.sedangkan hardhead dimasukkan
ke dalm flame oven untuk diambil Sn dan timah besinya.
• Proses Refining (Pemurnian)
- Pyrorefining yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas
diatas titik lebur sehingga material yang akan direfining cair,
ditambahkan mineral lain yang dapat mengikat pengotor atau
impurities sehingga logam berharga dalam hal ini timah akan
terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang amat
sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor
lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan
untuk mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe,
Aluminium untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk
AsAl, dan penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni
sehingga terbentuk CuS dan NiS. Hasil proses refining ini
menghasilkan logam timah dengan kadar hingga 99,92% (pada PT.
Timah). Analisa kandungan impurities yang tersisa juga diperlukan
guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika tidak
dapat dilakukan proses refining ulang.
- Eutectic Refining yaitu proses pemurnian dengan menggunakan
crystallizer dengan bantuan agar parameter proses tetap konstan
sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang stabil. Proses
pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead atau Pb yang
terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun
prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn,
pada saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6%
dan aakan menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana
Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan
mempertahankan temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
- Electrolitic Refining yaitu proses pemurnian logam timah sehingga
dihasilkan kadar yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni
99,99% (produk PT. Timah: Four Nine). Proses ini melakukan
prinsip elektrolisis atau dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining
menggunakan larutan elektrolit yang menyediakan logam dengan
kadar kemurnian yang sangat tinggi dengan dua komponen utama
yaitu dua buah elektroda –anoda dan katoda –yang tercelup ke dalam
bak elektrolisis.Proses elektrorefining yang dilakukan PT.Timah
menggunakan bangka four nine (timah berkadar 99,99% ) yang
disebut pula starter sheetsebagai katodanya, berbentuk plat tipis
sedangkan anodanya adalah ingot timah yang beratnya berkisar 130
kg dan larutan elektrolitnya H2SO4. proses pengendapan timah ke
katoda terjadi karena adanya migrasi dari anoda menuju katoda yang
disebabkan oleh adanya arus listrik yang mengalir dengan voltase
tertentu dan tidak terlalu besar.
• Pencetakan
Pencetakan ingot timah dilakukan secara manual dan otomatis.
Peralatan pencetakan secara manual adalah melting kettle dengan
kapasitas 50 ton, pompa cetak and cetakan logam. Proses ini
memakan waktu 4 jam /50 ton, dimana temperatur timah cair adalah
2700C. Sedangkan proses pencetakan otomatis menggunakan casting
machine, pompa cetak, dan melting kettleberkapasitas 50 ton dengan
proses yang memakan waktu hingga 1 jam/60 ton.
Sumber : http://pustakatambang.blogspot.com/2011/06/metode-pengolahan-timah.html
d. Manfaat Timah
Timah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pelapis logam, cendera mata,
solder, dan lain sebagainya. Sementara itu, untuk timah abu-abu memiliki
sedikit manfaat. Timah dapat diubah menjadi sedemikian licin dan
dimanfaatkan untuk melapisi logam lain. Hal ini bertujuan untuk mencegah
timbulnya korosi serta aksi kimia. Lapisan tipis timah yang terdapat pada
baja dimanfaatkan untuk memperpanjang umur makanan. Campuran logam
timah sangat penting dalam pembentukan solder lunak, logam babbit,
perunggu, logam bel, serta logam putih. Campuran dari logam bentukan dan
perunggu fosfor ini mengandung timah.
Sumber : http://libratama.com/manfaat-timah/

2. Bahan Galian Bijih (minimal 2) !


Jawab :
1) Hematit
a. Genesa Hematit
Hematit banyak ditemukan sebagai mineral primer dan sebagai produk
alterasi dalam batuan beku, metamorf, dan batuan sedimen. Mineral ini dapat
mengkristal selama proses diferensiasi magma atau presipitasi dari cairan
hidrotermal yang bergerak melalui massa batuan. Hematit juga dapat
terbentuk selama proses metamorfosis kontak ketika magma panas bereaksi
dengan batuan yang ada disampingnya. Deposit hematit yang paling penting
terbentuk dalam lingkungan sedimen. Sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu,
lautan kita banyak mengandung zat besi terlarut, tetapi sangat sedikit
mengandung oksigen bebas. Kemudian sekelompok cyanobacteria mampu
melakukan fotosintesis. Bakteri itu menggunakan sinar matahari sebagai
sumber energi untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat,
oksigen, dan air. Reaksi ini menghasilkan oksigen bebas pertama di
lingkungan laut.
Sumber : https://www.geologinesia.com/2016/09/mineral-hematit-pengertian-kegunaan-
dan-proses-terbentuknya.html
b. Persebaran Hematit
Persebaran hematit berada di Australia. Dan untuk di Indonesia berada di
provinsi penghasil bijih besi terbanyak adalah provinsi Sulawesi Tengah,
dengan tiga buah tempat dan disusul oleh provinsi Kalimantan Selatan.
Sumber : http://ruanasagita.blogspot.com/2016/11/9-daerah-penghasil-bijih-besi-di.html
c. Pengolahan Hematit
Bahan baku utama adalah Pasir Besi (Iron Sand), umumnya terdapat di alam
Indonesia yang mempunyai kadar besi (Fe) sekitar 35% – 40% berbentuk besi
oksida hematit (Fe2O3) dan bercampur dengan material ikutan sepertiSIO2,
Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan H2O.

Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan
butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar,
ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut terdiri dari
magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titanife- rous
magnetit adalah bagian yang cukup penting, bahan ini merupakan ubahan dari
magnetit dan ilmenit. Mineral biji pasir besi tersebut berasal dari batuan
basaltik dan andesitik vulkanik, yang sering didapatkan didaerah pesisir
pantai dan tepian sungai yang berhubungan dengan gunung berapi.
Sumber : http://kumpul-bacaan.blogspot.com/2015/02/proses-pengolahan-bijih-besi-
hematit.html
d. Manfaat Hematit
Hematit memiliki berbagai macam kegunaan, tetapi dari sisi nilai ekonomis,
hanya sedikit hematit yang digunakan sebagai bijih utama dari besi. Hematit
lebih banyak digunakan untuk menghasilkan pigmen, bahan pelindung
radiasi, ballast, dan masih banyak produk-produk lainnya.
Sumber : https://www.geologinesia.com/2016/09/mineral-hematit-pengertian-kegunaan-
dan-proses-terbentuknya.html

2) Kalkopirit
a. Genesa Kalkopirit
Mineral ini terbentuk di beberapa kondisi, terutama di deposit mesothermal
dan hidrotermal.Biasa ditemukan di urat hidrotermal. Biasa juga ditemukan
sebagai Kristal-kristal kecil di mineral spalerit, galena atau dolomite. Di urat
yang berasal dari temperature tinggi, biasanya terbentuk irregular. Di deposit
hidrotermal, kalkopirit dan pirit terbentuk bersama tourmaline.
b. Persebaran Kalkopirit
Potensi terbesar yang dimiliki Indonesiaterdapat di Papua, kemudian di
Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
c. Pengolahan Kalkopirit
Dalam hal ini saya mengambil contoh pengolahan tembaga batang. Salah
satu prosesekstraksi mineral tembaga menjadi tembaga batang, yaitu:
Phyrometalurgi adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar panas
dengan pengolahan tembagamelalui suatu proses yang bertujuan untuk
mengubah pengotor senyawa Sulfida menjadiOksida atau disebut dengan
proses Roasting. Reaksinya yaitu:
CuFeS2+ 9O2 menjadi 2Cu2S+ 2Fe2O3+ 6SO2
Adapun urutan prosesnya sebagai berikut:
1. Bijih tembaga dihaluskan dengan alat peremuk batuan
2. Bijih dicampur air sehingga terbentuk slurry
3. Slurry dimasukkan ke tangki sel flotasi dengan tujuan pemisahan dari
mineral pengotor
4. Diperoleh konsentrat Cu dalam bentuk Cu dengan kadar tinggi
5. Diproses lanjut dalam pabrik pengawa-airan ( dewatering plant) untuk
menghilangkanair dengan: penyaring putar dan pengeringan sampai di
dapat konsentrat Cu yang kering
6. Roasting atau pemanggangan bertujuan untuk proses reduksi pengotor
7. Ekstraksi tembaga murni dari konsentrat tembaga dengan dengan:
prometalurgi danelektrolisis ( dengan arus listrik)
d. Manfaat Kalkopirit
Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam, kalkopirit menjadi
sumber bijih daritembaga dan besi.

Sumber : https://www.scribd.com/document/391192678/KALKOPIRIT-docx
3. Apa yang saudara ketahui tentang Mandala metalogen dan sebutkan ?
Jawab :

Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu


area yang dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau
lebih jenis-jenis karakteristik mineralisasi. Suatu mendala metalogenik mungkin
memiliki lebih dari satu episode mineralisasi yang disebut dengan Metallogenic
Epoch.

Beberapa contoh mendala metalogenik antara lain : segregasi lokal dari kromium
dan nikel di bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan pengendapan
sulfida-sulfida masif dari tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-
bearing brine menuju samudra melalui zona regangan, endapan-endapan mineral
magmatik-hidrotermal berhubungan dengan proses-proses subduksi. Tumbukan dan
subduksi membentuk gunung-gunung yang besar seperti di Andes, yang mana
endapan-endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma.
Jalur-jalur Mandala Metalogen :
1) Jalur Nias : Dari Asia, P.Simelue, P.Enggano & Selatan Jawa.Berumur
Kapur – Tersier Awal. Kemungkinan endapan Mn.
2) Jalur Bengkulu : dari kepulauan Banyak, Selatan Jawa, Nusa Tenggara.
Batuannya terdiri dari batuan volkanik & pluton (intermediet). Berumur
Kapur Akhir – Tersier. Bagian luar Fe, tengah Au, Ag, & Cu, bagian
dalam Cu, Zn, Hg, & Mn.
3) Jalur Barisan : dari Aceh, Pegunungan Bukit Barisan, Lampung, Bobaris
(Meratus). Kandungan mineralnya di Sumatera (batuan asam
intermediet) Ag, Au, Pb, & Zn. DiKalimantan (batuan ultra basa) Au, Ag,
& Pt. Di pulau Sebuku pada batuan basa adalah U, Th, Ra dan pada
batuan ultra basaadalah Su, Ni & Fe.
4) Jalur Bangka (Malaysia) : dari Malaysia Barat, P.Lingga, P.Singkep,
P.Bangka – Belitung. Batuannya asam berumur Paleozoik Akhir –
Mesozoik Awal dengan kandungan Sn, Wo, Monasit & Zirkon.
Dimungkinkan jalur ini terus ke Malaysia (jalur Kucing) dengan
kandungan Fe,Au, Cu, Pb, Zn, Sb & Mc.
5) Jalur Serawak – Sulu : dari Serawak Utara, Tarakan, Sabah hingga
Kepulauan Sulu. Beberapa batuan sedimen & batuan beku asam
intermediet yang berumur Miosen Akhir – Tersier Awal. Asosiasi
mineralnya adalah Au, Ag, Hg, & Mn.
6) Busur Barat Sulawesi : dari Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan sampai P.Selayar. Umumnya terdiri daribatuan volkanik, pluton
asam & intermediet. Mineralisasi pada kala Tersier Awal – Pliosen
adalah Au, Ag, U, Pb, Zn, & Mc.
7) Jalur Sulawesi Tenggara : mencakup daerah Kepulauan Talaud sampai
Sulawesi Tenggara. Batuannya ultra basa yang terjadi pada masa Mesozoik
Tengah dengan kandungan Ni – Fe Laterit Cr & Mg.
8) Jalur Waigeo : dari Halmahera Timur, Kepala Burung Utara sampai Papua
Utara. Batuannya ultra basa, asam & intermedietdibagian selatan yang
terjadi pada Tersier Akhir. Asosiasi mineralnya adalah Cr, Co, Ni, Fe
Laterit, Au, & Cu.
9) Jalur Timor : berasal dari endapan darat Australia yang bercampur
dengan batuan Lempeng Asia pada suatu Palung. Jalur bermula dari Timor,
P.Buton pada kala Mesozoik. Asosiasinya Cu (tipe Cyprus atau Hawai) &
Mn.
10) Jalur Ertsberg/Jaya Wijaya : dari Pegunungan Jaya Wijaya di Papua
Tengah berupa batuan ultra basa yang berasosiasi dengan Cr, Co,& Sedikit
Ni, Fe laterit. DibagianSelatan berupa batuan asam sampai intermediet yang
mineralisasinya pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal & berasosiasi
dengan Au & Cu.
11) Jalur Sula : dari Kepulauan Sula, Banggai, Misool, sebagian Papua &
Australia Utara. Umumnya berupa batuan sedimenberasal dari daratan
Australia. Asosiasi mineralnya berupaendapan placer Au & Mn.
Mineralisasi terjadi pada masa Mesozoik Akhir sampai Mesozoik Awal.

Sumber : http://methdimy.blogspot.com/2008/06/jalur-mandala-metalogen.html
http://ongkiboomy.blogspot.com/2012/11/genesa-bahan-galian.html
4. Sebutkan bijih mineral yang dapat diekstrak!
Jawab :
1) Kalkopirit yang dapat diekstrak menjadi tembaga
2) Galena yang dapat diekstrak menjadi timah hitam
3) Magnetit yang dapat diekstrak menjadi besi

Sumber : https://www.geomacorner.com/2018/01/pengertian-mineral-bijih-vs-mineral-
logam-dan-klasifikasi-endapan-bijih.html

Anda mungkin juga menyukai