Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Praktikum


Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih
besar daripada bagian daratan.Tetapi karena daratan adalah bagian dari
kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-
hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut
dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut
berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
Kita tahu bahwa batuan adalah gabungan dari dua atau lebih mineral.
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.
Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna, sukar untuk
mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan,
bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Demikian pula
suatu mineral memiliki bentuk kristalnya masing-masing sesuai dengan
proses terbentuknya dan komposisinya. Pengetahuan tentang “mineral”
merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari
Bumi ini, yang terdiri dari batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan
sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristal dan mineral pembentuk
batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal penting di atas maka praktikum
kristalografi dan dilakukan unutuk mengenal lebih jauh atau memperdalam
ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri,
bidang simetri,dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada
mineral.

2. Maksud dan Tujuan Praktikum


Adapun maksud adanya prakikum kristalografi dan mineralogi adalah :
a. Memahami kristalografi dan mineralogi
b. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap
bentuk kristal.

1
c. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap
kristal.
d. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan
parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal
yang dimiliki semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi
orthogonal.
e. Menyelidiki secara fisik dari mineral.
f. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.

3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum ini adalah untuk memahami bahwa
Kristalografi mendukung Mineralogi Deskriptif, Kimia Kristal, dan
Taksonomi Mineralogy,dimana ketiganya merupakan pendukung
Meneralogi. Mineralogi selanjutnya menjadi pendukung utama Mata
Kuliah Petrologi. Mineralogi sendiri didukung oleh Kimia Anorganik,
Termokimia, dan Geokimia. Praktikum Kristalografi dan Mineralogi ini,
sangat bermanfaat bagi kita sebagai mahasiswa jurusan Teknik
Pertambangan agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai Kristal dan
Mineral sebagai dasar ilmu bagi mahasiswa teknik pertambangan.

4. Ruang Lingkup Praktikum


Ruang lingkup dari kegiatan pelaksanaan praktikum kristalografi dan
mineralogi adalah :
a. Pembahasan tentang definisi.
b. Istilah terkait.
c. Metode penggambaran kristal
d. Metode analisis.
e. Mineralogi fisik dan kimia.

2
KRISTALOGRAFI

1. Pengertian Kristalografi
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus
air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-
bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari
bidangnya tertentu dan teratur. Bahan padat homogen biasanya anisotrop
dan tembus air, mengandung arti:
a. Tidak termasuk di dalamnya cair dan gas
b. Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana
oleh proses-proses fisika
c. Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya
mengikuti hukum geometri, mengandung pengertian:
 Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
 Macam bentuk dari bidang kristal tetap
 Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang
tetap
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri
dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk
luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
a. Sifat Geometri
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal;
yang menyususn suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta
bentuk bidang luar yang membatasiya.
b. Perkembangan dan Pertumbuhan Kenampakan Bentuk Luar
Bahwa di samping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu
bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara
satu bentuk kristal dengan bentuk kristal yang lain yang masih
dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari
kristal yang terbentuk kemudian.

3
c. Struktur Dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
d. Sifat Fisis Kristal
Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengarugi, yang penting bentuk yang
dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat,
yaitu Kristalin dan Nonkristalin.

Sumbu Kristalografi adalah suatu garis lurus yang dibuat melalui


pusat kristal. Kristal mempunyai 3 bentuk dimensi yaitu panjang, lebar,
dan tebal atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi
sehingga digunakan Proyeksi Orthogonal. Sudut Kristalografi adalah sudut
yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada titik
potong (pusat kristal).

c+

α
β a-
b- b+

a+

c-

Gambar 1. Gambar Sumbu dan Sudut Kristal

Keterangan sumbu dan sudut:


 Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas
 Sumbu b : sumbu yang horisontal pada bidang kertas
 Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas
  α ialah sudut yang terbentuk antara Sb b dan Sb c.
  β ialah sudut yang terbentuk antara Sb a dan Sb c.
   ialah sudut yang terbentuk antara Sb a dan Sb b.

4
2. Pembagian Sistem Kristal
Sistem kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, berdasarkan pada :
 Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi
 Letak atau posisi sumbu kristalografi
 Jumlah sumbu kristalografi
 Nilai sumbu c atau sumbu vertikal
Berdasarkan aturan klasifikasi sistem kristal yang meliputi jumlah
sumbu kristal, letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain dan
parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal maka
sistem kristal yang ada dibagi menjadi 7 sistem kristal, yaitu:

A. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem reguler atau tesseral, bahkan sering
dikenal sebagai sistem kubus/kubik. Jumlah sumbu kristalnya 3
dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing
sumbu sama panjangnya.
Sumbu : α = β = γ = 900
Panjang sumbu satuan : a = b = c

B. Tetragonal
Sistem ini dikenal juga dengan sistem quadratic. Sama dengan
sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai
satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat
lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu : α = β = γ = 900
Panjang Sumbu Satuan : a = b ≠ c

C. Orthorombik
Sistem ini disebut juga orthorombis dan mempunyai 3 sumbu
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga
sumbu kristal tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Sistem
ini juga biasa disebut Rhombic/Prismatic/Trimetric.
Sumbu : α = β = γ = 900
Panjang Sumbu Satuan : a ≠ b ≠ c
5
D. Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari
tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu
b; b tegak lurus terhadap c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus
terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b yang paling pendek. Sistem ini biasa dikenal juga dengan
Oblique/ Monosymetric/ Clinorhombic/ Hemiprismatic/
Monoclinohedral.
Sumbu : α = β = 90 , γ ≠ 900
Panjang Sumbu Satuan : a ≠ b ≠ c
E. Triklin
Sistem ini mempunyai tiga sumbu yang satu dengan lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu
tidak sama. Sistem ini dikenal dengan Anorthic/ Asymetrik/
Clinorhombohedral.
Sumbu : α ≠ β ≠ γ ≠ 900
Panjang Sumbu Satuan : a ≠ b ≠ c
F. Trigonal
Perbedaan trigonal dengan heksagonal, bila pada trigonal setelah
terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segienam kemudian dibuat
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya. Sistem ini biasa dikenal dengan Rhombohedral.
Sumbu : α = β = γ = 1200
Panjang Sumbu Satuan : a = b = d ≠ c
G. Hexagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu yang lain. Sumbu a, b, dan d masing-
masing saling membentuk sudut 1200 satu terhadap yang lain dan
mempunyai panjang yang sama. Sedangkan panjang c berbeda,
dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Sumbu : α = β = γ = 1200
Panjang Sumbu Satuan : a = b = d ≠ c
6
3. Kelas Simetri
Dari masing-masing sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi
klas-klas kristal yang jumlahnya 32 klas. Penentuan klasifikasi kristal
tergantung dari banyaknya unsur-unsur simetri yang terkandung di
dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
A. Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayangan (bidang yang datar) yang
dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana
bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang
simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri
utama (aksial) dan bidang simetri tambahan (menengah).
a. Bidang Simetri Utama (aksial) adalah bidang yang membagi
kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal) menjadi dua
bagian yang sama besar. Bidang simetri utama ini dibedakan
menjadi dua yaitu:
 Bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal,
dinotasikan dengan (v) (bidang ABCD pada gambar 2.2).
 Bidang simetri horisontal, dinotasikan dengan (h) (bidang
KLMN dan OPQR pada gambar 2.2) yang berada tegak
lurus terhadap sumbu c.
c+

M
Q
P
N
D C
b+
A B
L
R O
a+
K

Gambar 2. Bidang Simetri Utama

7
b. Bidang Simetri Tambahan (menengah) adalah bidang simetri
yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering
pula dikatakan sebagai bidang simetri diagonal/intermediet
dengan notasi (d).

Gambar 3. Bidang Simetri Tambahan/Diagonal

B. Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan (garis yang lurus) yang
dibuat menembus pusat kristal, dan bila kristal diputar dengan
poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh (3600) akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri
dibedakan menjadi tiga, yaitu sumbu gire, sumbu giroide dan
sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan cara
mendapatkan nilai simetrinya.

Gire, atau sumbu simetri biasa, cara mendapatkan nilai simetrinya


adalah dengan memutar kristal pada porosnya dalam satu putaran
penuh. Bila terdapat dua (2) kali kenampakan yang sama
dinamakan digire, bila tiga (3) maka dinamakan trigire, empat (4)
maka dinamakan tetragire, heksagire dan seterusnya.

Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai


simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
memproyeksikannya pada bidang horisontal.

8
Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan
nilai simetrinya dengan memutar kristal pada porosnya dan
mencerminkannya melalui pusat kristal. Penulisan nilai simetrinya
dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu.

C. Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat
membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal
menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada
permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat
kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal
mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut
mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang
berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang
yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang
pasangannya.

4. Cara Kerja
A. Cara Penggambaran Sistem Kristal Reguler/Isometrik
 Buatlah sumbu kristalografi sesuai dengan ukuran perbandingan
yaitu a : b : c = 1:3:3 dan besar sudut a+/b- yaitu 300.
 Beri tanda/titik pada ukuran perbandingan a : b : c = 1:3:3 pada
sumbu kristalografi.
 Tarik garis sejajar pada 2 (dua) titik di sumbu b dan sumbu c
dengan ukuran yang sama dengan sumbu a yang telah diberi
tanda.
 Buat garis sejajar dengan sumbu b pada 2 (dua) tanda/titik pada
sumbu a dan di sumbu b.
 Pada setiap garis sejajar yang berpotongan (contohnya pada
garis sejajar b dengan garis sejajar a) ditarik garis yang sejajar
pula dengan garis c.
 Hubungkan setiap perpotongan garis.
Keterangan: a:b:c = 1:3:3 Sudut a+/b- = 300

9
C+

β α b+
30
γ
a+

B. Cara Penggambaran Sistem Kristal Tetragonal


 Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:3:6
 Buat garis a+/b- = 300
 Beri keterangan pada garis-garisnya
 Buat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+,
a-
 Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
 Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
 Buat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah kedua tadi.
 Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+.
 Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-
 Hubungkan setiap ptotongan garis.
C+

β α b+
30
+ o γ
a

10
C. Cara Penggambaran Sistem Kristal Hexagonal
 Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c:d = 1:3:6:1
 Buat garis a+/b- = 200 ; garis b+/d- = 400
 Beri keterangan pada garis-garisnya
 Buat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong
sumbu a.
 Buat garis yang sejajar sumbu a ke titik/garis yang memotong
sumbu b pada langkah 2.
 Buat hingga gari-garis tersebut membentuk suatu bidang yang
berbentuk segi enam.
 Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke titik/garis yang
memotong sumbu b pada langkah 2.
 Hubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga
membentuk bidang alsa dan atap berbentuk segi enam pada
bangun tersebut.
 Untuk Buat kristal hexagonal bipyramid orde I kita dapat
memodifikasi dari gambar hexagonal orde I yaitu dengan
menghubungkan titik-titik sudut dari bidang segi enam pada
bagian tengah kristal ke titik pusat bidang alas dan atap.
C+

d+

b+
o
20 40o
a+

11
D. Cara Penggambaran Sistem Kristal Trigonal
 Buat perbandingan panjang sumbu a:b:d:c = 1:3:3:1
 Buat garis a+/b- = 200
 Buat garis b+/d- = 400
 Beri keterangan pada garis.
 Buat garis sejajar dengan sumbu a pada 3 (tiga) bagian sumbu
b-.
 Buat garis sejajar dengan b- pada satu bagian sumbu d-.
 Buat garis sejajar dengan sumbu d pada 3 (tiga) bagian sumbu
b+ sehingga menampakan bentuk segitiga.
 Tarik garis lurus yang sejajar dengan sumbu c di setiap titik-
titik perpotongan sepanjang 6 bagian.
 Tarik garis pada setiap ujung-ujung garis pada pengerjaan
langkah sebelumnya.
 Taris garis pada setiap sudut dari bidang segitiga di bagian
tengah dengan 6 bagian dari sumbu c+ dan c-.
C
+

d
+

b
o
a 20 40o +

E. Cara Penggambaran Sistem Kristal Orthorombik


 Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:3:6
 Buat garis a+/b- = 300
 Beri keterangan pada garis.
 Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian
a+, a-.
12
 Menuju bagian keempat dari sumbu b+ dan b-.
 Menuju bagian keenam dari sumbu c+.
 Menuju bagian keenam dari sumbu c-.
 Tarik garis sejajar sumbu b+ dan b- pada pencerminan 1 bagian
a+ dan a-.
 Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a+,
a-, b+, b-, c+, c-.
C+

β α b+
30o
a+
γ

F. Cara Penggambaran Sistem Kristal Monoklin


 Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6
 Buat garis a+/b- = 450
 Memberi ketereangan pada garis-garisnya.
 Hubungkan ujung-ujung pada garis yang memotong sumbu a-,
b-, a+, b+ menjadi sebuah bidang.
 Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-
C
+

β α b
+
45o
γ
a
+

13
G. Cara Penggambaran Sistem Kristal Triklin
 Buat perbandingan panjang sumbu a:b:c = 1:4:6
 Membuat garis a+/c- = 450
 Membuat garis b+/ c- = 800
 Memberi keterangan pada garis-garis.
 Hubungkan titik-titik pada bagian a-, b-, a+, b+ menjadi sebuah
bidang.
 Tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6
bagian c+ dan c-.
C+

80o b+
45o
a+

Kristal Kombinasi
Kombinasi yaitu bentuk Kristal yang terdiri dari dua atau lebih bentuk
Kristal.
Cara penggambaran Kristal kombinasi :
1. Kombinasi Isometrik
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menyayat dari bidang
utama yaitu dengan cara menyayat semua sisi pojok bidang
sebesar 0,5 cm.
2. Kombinasi Tetragonal
Kombinasi yang dilakukan dengan cara membuat bentuk dasar
terlebih dahulu seperti isometric lalu ditarik garis dari sisi pojok
bentuk dasar tersebut sumbu c.
3. Kombinasi Orthorombik
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menghubungkan semua
sumbu simetri Kristal.

14
4. Kombinasi Monoklin
Kombinasi yang dilakukan dengan membelah Kristal menjadi dua
bagian dan tengah Kristal, setiap sisi pojok Kristal dibentuk
seperti segitiga sama kaki sebesar 0,5 cm atau 1 cm. Selanjutnya
ditarik garis sesuai kerangka yang telah dibentuk.
5. Kombinasi Triklin
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menghubungkan semua
sumbu simetri Kristal.
6. Kombinasi Trigonal
Kombinasi yang dilakukan dengan cara menyayat dari bidang
utama yaitu dengan cara menyayat semua sisi pojok bidang
tersebut. Sehingga bentuk pojok bidang tersebut akan menjadi
tumpul.
7. Kombinasi Hexagonal
Kombinasi yang dilakukan dengan cara setiap bidang simetri
dibelah menjadi dua bagian yang sama sehingga yang
sebekumnya berjumlah enam bidang, menjadi dua belas bidang.

15
MINERALOGI

1. Pengertian Mineralogi
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk
kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara
terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Mineral adalah suatu zat berbentuk padat yang terbentuk secara
alamiah dengan komposisi kimia tertentu yang memiliki atom yang
teratur, dan bersifat anorganik. Mineral termasuk dalam komposisi
unsur murni dan garam sederhana sampai dengan silikat yang memiliki
susunan sangat kompleks dengan ribuan bentuk mineral yang diketahui.
Batasan-Batasan Definisi Mineral :
a. Suatu bahan alam
b. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap
c. Pada umumnya anorganik
d. Homogen
Mineralogi dibagi menjadi 2 Macam :
a. Mineralogi fisik
b. Mineralogi kimiawi

2. Pendeskripsian Mineral Berdasarkan Sifat Fisik


A. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat,
akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu
mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman
komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat
berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
 komposisi kimia
 struktur kristal dan ikatan atom
 pengotor dari mineral

16
Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas,
seperti:
 Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O),
Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
 Kuning : Belerang (S)
 Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
 Hijau
: Klorit (ClO2)((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10)(OH)), Malasit (Cu
CO3Cu(OH)2)
 Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
 Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
 Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
 Abu : Galena (PbS)
 Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

B. Perawakan Kristal
Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh
bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-
bidang tersebut. Perawakan Kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral
walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh : mika
selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).

Perawakan kristal; dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Peral, 1975) :


a. Elongated habits (meniang/berserabut)
• Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang. Contoh:
Tourmaline, Pyrolusite dan Wollastonite.
• Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil. Contoh:
Asbestos, Gypsum, Silimanite, Tremolite dan Pyrophyllite.
• Menjarum (acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contoh:
Natrolite dan Glaucophane.

17
• Menjaring (Reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai
jaring. Contoh: Rutile dan Cerussite.
• Membenang (filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang. Contoh:
Silver.
• Merambut (capillary)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut. Contoh:
Cuprite dan Bysolite (variasi dari Actionalite).
• Mondok (stout, stubby, equant)
Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal
dengan sumbu c lebih pendek dad sumbu yang lainnya.
Contoh:Zircon
• Membintang (stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang. Contoh:
Pirofilit.
• Menjari (radiated)
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh: Markasit dan Natrot.
b. Flattened habits (lembaran tipis)
• Membilah (bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu,
dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh: Kyanite, Glaucophane dan Kalaverit.
• Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar
dengan tebal tidak terlalu jauh. Contoh: Barite, Hematite dan
Hypersthene.
• Membata (blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan
antara tebal dan lebar hampir sarna. Contoh: Microline.
• Mendaun (foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang
mudah dikupas / dipisahkan. Contoh: Mica, Talc dan Chorite.
18
• Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh: Gypsum dan Millerite
• Membulu (plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu. Contoh:
Mica
c. Rounded habits (membutir)
• Mendada (mamilary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buh dada (breast like).
Contoh: Malachite dan Opal dan Hemimorphite.
• Membulat (colloform)
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh: Glauconite, Cobaltite, Bismuth, Geothite, Franklinite dan
Smallite.
• Membulat jari (colloform radial)
Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai
bentuk jari. Contoh: Pyrolorphyte.
• Membutir (granular)
Contoh: Olivine, Niveolite, Anhydrite, Cryollite, Chromite,
Cordirite, Sodalite, Cinabar, Alunite dan Rhodochrosite.
• Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh: Opal (variasi Hyalite), Gibbsite dan Pisolitic Limestone.
• Stalaktif (stalactitic)
Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping.
Contoh: Geothite

C. Kilap
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh
permukaan mineral saat terkena cahaya
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:
a. Kilap Logam (metallic luster) : Bila mineral tersebut mempunyai kilap
atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap
logam: Gelena, Pirit, Magnetit, Kalkopirit, Grafit dan Hematit.
19
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster,) terbagi atas:
 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada
umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,
misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar
misalnya pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada
kaolin, bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya
ini dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu
perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya,
walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang
satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas.

D. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi
suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai
sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan
yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut.
Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat
oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala
Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak
sampai skala 10 untuk mineral terkeras .

Skala kekerasan relative mineral dari mohs :

1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. gypsum CaSO2.2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
20
6. Orthoclas K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini
diberikan kekerasan dari alat penguji standar :

Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs


Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Pakuax 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7

E. Gores (Streak)
Gores adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu
keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari
bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula
berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun
warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya :
 Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat
porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
 Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat
porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
 Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
 Biotite : Ceratnya tidak berwarna
 Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral


secara keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi
mineral

21
F. Belahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri
pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik
mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita
pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang
licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai
istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah.
Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke
segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu
bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang,
maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut.
Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak
berjajar dan teratur
Ada beberapa istilah yang digunakan :
1. Sempurna (perfect)
2. Baik (good)
3. Jelas (distinct)
4. Tidak jelas (indistinct)
5. Tidak sempurna (imperfect)

G. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam
arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat
memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:


 Concoidal : Bila memperhatikan gelombang yang
melengkung di permukaan pecahan, seperti
kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.
Contoh Kuarsa.

22
 Splintery/fibrous : Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya
asbestos, augit, hipersten
 Even : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan
bidang pecahan halus, contoh pada kelompok
mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan
bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit,
hematite, kalkopirite, garnet.
 Hackly : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan
kasar tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh
pada native elemen emas dan perak.

H. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)


Tenacity adalah kemampuan suatu mineral untuk pecah. Tenacity
ini dapat dibagi menjadi:
 Brittle, bisa dipotong dan hancur menjadi pecahan runcing.
Contoh: Kuarsa
 Malleable, dapat ditempa menjadi lapisan pipih dan tanpa
pecah. Contoh: Emas
 Sectile, dapat dipotong dengan pisau menjadi keping-keping
tipis. Contoh: Gipsum
 Flexible, dapat dibentuk tapi tidak bisa dikembalikan kembali
jika gaya ditiadakan. Contoh: Talc, selenit
 Elastic, dapat dibentuk dan dapat dikembalikan kembali
seperti semula. Contoh: Muskovit

I. Berat Jenis (Specific Gravity)


Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.
Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian
mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y
gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal
dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir
mineral tersebut.

23
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑴𝒊𝒏𝒆𝒓𝒂𝒍
𝑩𝑱 =
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑴𝒊𝒏𝒆𝒓𝒂𝒍
J. Rasa Dan Bau (Taste An Odour)
a) Rasa
 Astringet, Sweetist, Astringet, Alkaline, Bitter, Cooling dan
Sour
b) Bau
 Alliaceous, Horse Radish Odour, Sulphurous, Bitominous,
Fetid, Argiilaceous
K. Sifat Kemagnetan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet
seperti magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Untuk
melihat apakah mineral mempunyai sifat magnetik atau tidak kita
gantungkan pada seutas tali/benang sebuah magnet, dengan sedikit demi
sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang bergerak
mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat
dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis
vertical.

L. Derajat Ketransparan
Derajat ketransparanan adalah kemampuan mineral untuk
meneruskan cahaya. Diaphanety dapat dibagi menjadi:
 Trasparent, benda dapat tampak bila dipandang melalui suatu
mineral. Contoh : Kuarsa, kalsit, biotit
 Translucent, cahaya dapat diteruskan oleh mineral, namun
benda dibalik mineral tidak tampak jelas. Contoh : Gipsum
 Opaque, tidak ada cahaya yang diteruskan walaupun pada
keping tertipis. Contoh : Magnetik, pirit
 Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant)

24

Anda mungkin juga menyukai