Anda di halaman 1dari 35

BIJIH LATERIT

(2 SKS)

Jadwal:
Jumat, 14.00 – 15.40 R. C302
Aturan Kuliah
 Tidak boleh memakai sandal
 HP harus dimatikan atau dalam mode silent
selama kuliah
 Prosentasi kehadiran >70%
Perkuliahan:
 2 jam : kuliah
 Ada tugas-tugas
 Presentasi

Ujian:
 UTS
 UAS
PENDAHULUAN

Bijih (ore) : bahan galian dengan mineral tertentu tertentu


terkonsentrasi dalam jumlah yang cukup untuk diolah/diekstrak
logamnya dengan menguntungkan.

Mineral bijih (ore mineral atau mineral berharga)  mineral dari


mana logamnya diekstrak, mineral lainnya mineral gangue
(mineral tidak berharga).
Bijih diklasifikasikan sebagai:

a. Bijih native: logam dalam bijih berada dalam bentuk unsur seperti
emas (Au) dan tembaga (Cu)

b. Bijih sulfida: mineral bijih berkomposisi sulfida, seperti:


chalcopyrite CuFeS2, galena PbS, sphalerite ZnS

c. Bijih oksida: mineral bijih berkomposisi oksida, karbonat, sulfat,


atau silikat. Contoh: hematit Fe2O3, garnirit H2(NiMg)SiO4, Azurit
2CuCO3.Cu(OH)2

d. Bijih kompleks: bijih yang mengandung lebih dari satu mineral


berharga, misalnya bijih sulfida yang mengandung galena,
chalcopyrite, dan sphalerite disebut bijih kompleks sulfida Pb, Cu,
Zn
PENDAHULUAN

“Laterite” (Latin; brick rock), pertama kali istilah ini digunakan pada tahun

1807 oleh Major Francis Hamilton Buchanan untuk tanah yang berwarna

merah (pelapukan dari basalt) yang memotong batuan di India bagian

selatan. Materialnya relative lunak, menggumpal lunak dikarenakan pengaruh

musim.

Sekarang istilah ini dipakai untuk menggambarkan range profil pelapukan :

termasuk ore Alumina (bauxite) dan juga sebagai indikasi adanya sumber Ni,

Co, Cr dan logam-logam mulia lainnya.


PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1. Geologi

Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar 7%.

Zone di antara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel (mantle)

diperkirakan tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1% - 0,9% nikel.

Deposit Ni pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu

Nickel copper sulfide, Nickel Silicate, dan Nickel Laterites Serpentines.

2. Ni/Co Laterite

Dipermukaan, secara umum profil-profil zona pelapukan (oksidasi)

terbentuk secara exclusive dari batuan dasar Ultrabasa, di mana selalu :

- Dunite dan peridotites


PENDAHULUAN

3. Genesa Endapan Nickel Laterite

Batuan Ultrabasa rata-rata mengandung Nikel sebesar 0,2%. Unsur Ni

tersebut terdapat pada kisi-kisi kristal Olivin dan Piroksen.

Adapun proses awal yang dialami oleh batuan induk ini adalah “Proses

Serpentenisasi” di mana akibat dari pengaruh larutan Hydrothermal yang

terjadi pada masa akhir pembekuan magma telah mengubah batuan beku

Ultrabasa tersebut (Peridotit) menjadi batuan-batuan yang Serpentinit atau

“Peridotit Serpentinized” – batuan peridotit terserpentinkan sebagian.


3. Genesa Endapan Nickel Laterite (lanj)

Hal ini memperlihatkan beberapa reaksi kimia pada proses serpentinasi

sebagai berikut :

1. Larutan yang mengandung CO2 mengubah mineral Olivin menjadi

Serpentin dan Magnesit :

2Mg2Si4 + CO2 + 2H2O H4Mg3Si2O9 + MgCO3

2. Proses Hidrasi yang megubah Olivin dan Piroksen menjadi mineral

Serpentin :

Mg2SiO4 + MgSiO3 + 2H2O H4Mg3Si2O9


. Genesa Endapan Nickel Laterite (lanj)

Unsur Ni tidak terdapat pada proses ini karena hanya sebagai “impurities”

yang tidak mengalami reaksi. Unsur Ni tersebut hanya mengalami pemisahan

dan pengumpulan akibat proses Hydrothermal. Proses ini berlangsung dalam

waktu relatif lama.

Sedangkan proses selanjutnya adalah proses Laterisasi. Ini condong kepada

pelapukan yang bercirikan adanya akumulasi dari Oksida Besi dan Alumina,

sedangkan Silica dan komponen lain mengalami “Leaching”. proses kimia dan

fisika dari udara, air dan pergantian panas dingin yang bekerja continyu,

menyebabkan dekomposisi dan desintegrasi pada batuan menjadi tanah

Laterite.
. Genesa Endapan Nickel Laterite (lanj)
Pada pelapukan kimia khususnya, air merupakan pelarut supergen yang baik,

disebabkan karena struktur molekul “Dipol”. Air tanah yang akan Co2 berasal

Dari Air tanah kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-

tumbuhan yang menguraikan mineralmineral yang tidak stabil (Piroksen, Olivin)

Pada batuan Ultrabasa, menghasilkan Fe, Mg, Nikel yang larut, Silica

Cenderung membentuk suspensi kolloid dan lain-lain. Di dalam larutan Fe

teroksidasi dan mengendap sebagai Ferri-Hydroksida, akhirnya membentuk

mineral-mineral seperti Geotuit, Limonit dan Hematit di dekat permukaan. Nikel

tidak semuanya larut tetapia da juga yang tertinggal sebagai Residu.


. Genesa Endapan Nickel Laterite (lanj)
Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si meresap ke bawah selama

larutannya bersifat asam, sehingga pada suatu kondisi di mana suasananya

cukup netral akibat adanya reaksi air tanah dengan batuan, maka ada

kecenderungan untuk membentuk endapan Hydrasilikat. Nikel yang

terkandung dalam rantai Silikat atau Hydrosilikat dengan komposisi yang

mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau pada

rekahan-rekahan sebagaimana dikenal dengan urat-urat Garnerit dan

Crysopras.
. Skema Pembentukan Nikel Laterit (Darijanto, 1988)
. Profil Laterit Pada Batuan Ultramafik
. Profil Laterit Pada Batuan Ultramafik
Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
a. Batuan Asal

Dalam hal ini yang bertindak sebagai batuan asal adalah batuan

Ultrabasa, karena :

Mempunyai elemen Ni yang paling banyak di antara batuan-batuan

yang lainnya

Mineral-mineralnya mudah lapuk (tidak stabil)

Komponen-komponennya mudah larut dan memberikan lingkungan

pengendapan yang baik untuk Nikel


Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
b. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan penghujan di mana terjadi

kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga menyebabkan

terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan

temperatue yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan

mekanis, di mana akan timbul rekahan-rekahan dalam batuan yang akan

mempermudah proses atau reaksi kimia terutama dekomposisi batuan.


Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
c. Reagan-reagan Kimia dan Vegetasi

Yang dimaksud dengan Reagan-reagan kimia adalah unsur-unsur dan

senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. CO2

yang terlarut bersama-sama air memegang peranan penting dalam proses

pelapukan kimia. Asam-asam humus dapat menyebabkan dekomposisi

batuan dan dapat merubah pH larutan, asam-asam humus ini erat

hubungannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini vegetasi akan

mengakibatkan :
Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
C. Reagan-reagan Kimia dan Vegetasi (Lanj)

Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti

jalur-jalur akar-akar pohon

Akumulasi dari air akan lebih banyak

Humus akan lebih tebal

Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, di mana hutannya lebat, pada

lingkungan yang baik akan terdapat endapan bijih Nikel lebih tebal

dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi

untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.


Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
C. Reagan-reagan Kimia dan Vegetasi (Lanj)

Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti

jalur-jalur akar-akar pohon

Akumulasi dari air akan lebih banyak

Humus akan lebih tebal

Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, di mana hutannya lebat, pada

lingkungan yang baik akan terdapat endapan bijih Nikel lebih tebal

dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi

untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.


Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
d. Struktur

Struktur menyebabkan terjadinya deformasi dari batuan. Seperti diketahui

bahwa batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil

sekali sehingga penetrasi air sangat sulit. Maka dengan adanya rekahan

rekahan pada batuan akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti

Proses pelapukan akan lebih intensif.


Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
e. Topografi

Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta

Reagan-reagan lain. Akumulasi endapan Nikel umumnya berada pada

daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang. Hal ini akan

menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada

daerah yang curam, secara teoritis jumlah air yang meluncur “run off” lebih

banyak daripada air yang meresap. Hal ini dapat menyebabkan pelapukan

kurang intensif. Pada tempat-tempat di mana terdapat keseimbangan, Nikel

akan mengendap melalui proses pelapukan kimia.


Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembentukan Nikel
f. Waktu

Waktu yang cukup lama akan menghasilkan pelapukan yang cukup

intensif karena akumulasi unsur Nikel cukup tinggi.

g. Penyebaran Endapannya

Pada dasarnya penyebaran endapan Nikel ini dapat mengikuti prinsip prinsip

genesanya,sehingga pengetahuan genesanya dapat membantu memperkecil

area penyelidikan, penentuan pola sumur uji dan cara pengambilan contoh

Dalam pekerjaan eksplorasi.


Karakteristik Umum Zona Laterit
a. Zona Tanah Penutup (Wedabay Nickel, overburden)

Warna : Coklat-coklat tua, Kehitaman

Kekerasan : Lunak – sedang

Ø : Halus – sedang

Diskripsi umum

Pada bagian atas gembur dan mengandung humus/lapisan organik

Tidak terlihat indikasi adanya mineral

Gradasi ke arah zona Limonit ditunjukkan dengan hilangnya material di

atas, perubahan warna lebih cerah, coklat kekuningan – coklat merah.

Munculnya mineralisassi tertentu seperti MnOx, FeOx, dan AlOx


Karakteristik Umum Zona Laterit
b. Zona Limonit

Warna : Coklat kemerahan, coklat kekuningan, merah

Kekerasan : Lunak – sedang

Ø : Halus – sedang

Diskripsi umum

Terlihat adanya mineralisasi yang kuat

Cenderung homogen

Sering dijumpai fragmen batuan asal seperti silica

Mineral utama (mayor mineral) pada zone ini, Geotit (FeOH) dan mineral

lempung (clay) seperti Kaolin


Karakteristik Umum Zona Laterit
b. Zona Limonit (Lanj)

Diskripsi umum

Minor mineral zona ini, adalah mineral-mineral oksida seperti MnOx, AlOx,

Magnetit dan Cromite

Gradasi ke arah zona Saprolite dapat dilihat dari perubahan warna menjadi

coklat kekuningan, coklat kehijauan atau hijau.


Karakteristik Umum Zona Laterit
c. Zona Saprolit (WBN, SAP / R-SAP)

Warna : Coklat kekuningan, coklat kehijauan, kuning kehijauan

Kekerasan : Sedang – keras

Ø : Sedang – kasar

Diskripsi umum

Cenderung heterogen

Sering dijumpai fragmen batuan asal, Silica

Perselingan antara Laterit dengan batuan asal (biasanya berukuran

boulder) sering dijumpai di zona ini

Semakin ke arah bawah terlihat adanya gradasi ukuran butir menjadi lebih
kasar
Karakteristik Umum Zona Laterit
c. Zona Saprolit (Lanj)

Diskripsi umum

Ke arah bawah kondisi fracturing semakin intensif yang biasanya terisi

oleh mineral-mineral Silica seperti Garnierit dan Crysopras

Mineral tambahan (minor mineral) pada zona ini adalah lempung (clay)

dan mineral oksida seperti Geotit, MnOx, Magnetit, Cromite dan Chrysotile

Magnesit (MgCO3) kadang dijumpai dalam jumlah sedikit (accessory

minerals).

Gradasi ke arah zona Bedrock diindikasikan dengan kemunculan fragmen

batuan asal berukuran boulder


Karakteristik Umum Zona Laterit
c. Zona Saprolit (Lanj)

Diskripsi umum

Ke arah bawah kondisi fracturing semakin intensif yang biasanya terisi

oleh mineral-mineral Silica seperti Garnierit dan Crysopras

Mineral tambahan (minor mineral) pada zona ini adalah lempung (clay)

dan mineral oksida seperti Geotit, MnOx, Magnetit, Cromite dan Chrysotile

Magnesit (MgCO3) kadang dijumpai dalam jumlah sedikit (accessory

minerals).

Gradasi ke arah zona Bedrock diindikasikan dengan kemunculan fragmen

batuan asal berukuran boulder.


Karakteristik Umum Zona Laterit
d. Zona Bedrock

Warna : Hitam keabuan, hitam kehijauan, hijau tergantung komposisi batuan

asal

Kekerasan : Keras

Ø : Kasar

Diskripsi umum

Komposisi terdiri atas Dunit, Peridotit atau batuan Ultrabasa lainnya

Pada bagian atas sering dijumpai zona fracturing yang terisi oleh mineral

Silikat seperti Garnierit, Serpentin, Crysopras atau mineral silikat lainnya.

Mineral utama Olivin dan Piroksen


Karakteristik Umum Zona Laterit

Anda mungkin juga menyukai