Anda di halaman 1dari 10

Head Office :

PT BUMANIK
Equity Tower, Lantai 48, Suite 48E, Sudirman CBD Lot 9, Jakarta, Indonesia

Site Office :
PT BUMANIK
Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, 94671 Indonesia

GEOLOGY AND DEVELOPMENT DEPARTEMENT

1
Endapan Tanah Laterit

Definisi ini mengacu pada Waheed (2002), istilah laterit berasal dari bahasa
latin “later” yang berarti batu bata. Buchanan Hamilton pertama kali
mengemukakan istilah ini pada tahun 1807 untuk kerak bumi yang mengandung besi
yang telah dipotong-potong menjadi batu bata untuk keperluan bangunan oleh
orang-orang India di bagian selatan.
Pada umumnya istilah laterit digunakan pada tanah yang kaya akan besi dan
aluminium teroksida yang terbentuk di bawah pengaruh pelapukan kimia dengan
kondisi airtanah tertentu.
Perkembangan laterit membutuhkan faktor-faktor, yaitu :
 Ketersediaan batuan-batuan yang mengandung besi dan aluminium
 Temperatur yang relatif tinggi (untuk membantu proses kimiawi)
 Curah hujan yang tinggi (untuk membantu proses pelapukan)
 Pencucian yang kuat (untuk melarutkan dan membawa unsur-unsur)
 Lingkungan pengoksidasian yang kuat (untuk merubah Fe, Al menjadi
sesquioxidasi)
 Topografi yang mendukung (untuk melindungi tanah laterit setelah
berkembang).

Proses geokimia yang terlibat dalam pelapukan laterit pada batuan ultrabasa:
termasuk pembentukan endapan nikel sekunder (menurut Totok & Friedrich)

2
Klasifikasi Batuan Ultramafik
Klasifikasi batuan ultramafik berdasarkan kandungan mineral olivin, piroksen
dan hornblende, seperti terlihat pada gambar berikut terbagi atas :
1. Dunit
2. Peridotit
3. Piroksenit
4. Hornblendit
5. Serpentinit (Hasil Alterasi mineral olivin dan piroksen)

OLIVIN

Dunit
90 % OL.

PERIDOTIT
Harzburgit
Lherzolit
Wehrlit

PIROKSENIT
Orthopiroksenit HORNBLENDITE
Websterite
Clinopiroksenit

PIROKSEN HORNBLENDE

Klasifikasi batuan ultramafik berdasarkan kandungan mineral olivin, piroksen,dan


hornblende (Streckeisen,1974 dalam Waheed, 2002)

 Dunit
Menurut Waheed (2002), dunit merupakan batuan ultramafik yang memiliki
komposisi hampir seluruhnya adalah monomineralik olivin (umumnya magnesia
olivin). Kandungan olivin dalam batuan ini lebih dari 90%, dengan mineral penyerta
meliputi kromit, magnetit, ilmenit, spinel.

 Peridotit
Menurut Waheed (2002), peridotit merupakan batuan ultramafik yang
mengandung lebih banyak olivin tetapi juga mengandung mineral – mineral mafik
lainnya di dalam jumlah yang signifikan. Berdasarkan mineral – mineral mafik yang
menyusunnya, maka batuan peridotit dapat diklasifikasikan sebagai Piroksen
peridotit, Hornblende peridotit, Mika peridotit.
Salah satu batuan peridotit yang dikelompokkan berdasarkan mineral mafik,
yaitu piroksen peridotit. Berdasarkan dari tipe piroksen, maka piroksen peridotit
dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
 Harzburgit : Tersusun oleh olivin dan orthopiroksen

3
 Wehrlit : Tersusun oleh olivin dan klinopiroksen
 Lherzolit : Tersusun oleh olivin, orthopiroksen dan klinopiroksen

OLIVIN
Dunit

Harzburgit Wehrlit
Lherzolit
Olivin Olivin
orthopiroksenit klinopiroksenit
Orthopiroksenit Olivin Websterites Klinopiroksenit

Websterit
ORTHOPIROKSEN KLINOPIROKSEN

Klasifikasi batuan ultramafik yang mengandung olivin, orthopiroksen dan


klinopiroksen (Streckeisen, 1974 dalam Waheed, 2002)

 Piroksenit
Menurut Waheed (2002), piroksenit Merupakan batuan ultramafik
monomineral yang seluruhnya mengandung mineral piroksen. batuan – batuan
piroksenit selanjutnya diklasifikasikan ke dalam orthorombik piroksen atau monoklin
piroksen :
1. Orthopiroksenit (orthorombik) : bronzitit
2. Klinopiroksenit (monoklin) : diopsidit, diallagit

 Hornbendit
Menurut Waheed (2002), hornblendit Merupakan batuan ultramafik
monomineral yang seluruhnya mengandung mineral hornblend.

 Serpentinit
Merupakan batuan ultramafik monomineral yang seluruhnya mengandung
mineral serpentin, yang kaya akan mineral mafik. Serpentinit merupakan batuan
hasil alterasi hidrotermal dari batuan ultramafik, dimana mineral – mineral olivin dan
piroksen jika teralterasi akan membentuk mineral serpentin. Batuan ini dapat
terbentuk dari batuan dunit yang terserpentinisasi, dari hornblendit, ataupun
peridotit ( Waheed, 2002).

Zonation Code

4
Zonation Code, diisi dengan beberapa kategori zonasi (kata/kalimat yang di
cetak tebal merupakan zonasi yang biasa digunakan dalam pendeskripsian di
BUMANIK ) seperti berikut;

TPS Top Soil


Tanah penutup, dominan organik, Seperti akar-akaran, adanya unsur hara
dll. Belum banyak mineral atau non mineral

LIM limonite
Clay ( lempung ), terdapat mineral seperti Oksida Besi (Fe 2O3), Hematit,
Geotit, Mangan (MnO), Silika Oksida (Si2O3), dan mineral penyerta lainnya.

SAP saprolite
Terdapat mineral Olivin, sedikit Oksida Besi (Fe 2O3), Mangan (MnO), Silika
Oksida (Si2O3), dan mineral penyerta lainnya.

RSP rocky saprolite


Saprolite dengan 30% gravel, couble ataupun Boulder.

SPR saprolite rock


Saprolite dengan 70% gravel, couble ataupun Boulder.

CLY clay
Clay (Lempung), dengan warna hitam(seperti karbon), abu-abu, abu-abu
kehijauan, dll.. Dengan tidak dapat membedakan jenis mineral yang
terkandung dalam core.

CGL conglomerate

TRN transition

BLD boulder
Merupakan batuan dengan panjang ≥ 15 cm. dan merupakan batuan dengan
tingkat pelapukan rendah hingga fresh

BRK bedrock
Merupakan 100% batuan. Dengan perbedaan tingkat pelapukanya.

Rock Code

Rock Code, biasanya digunakan dalam pendeskripsian batuan. Yang biasa


digunakan jika dalam zonation code terdapat boulder ( RSP, SPR, BRK )
batuan. Dan Rock Code dikategorikan menjadi (kata/kalimat yang di cetak
tebal merupakan batuan yang dominan terdapat pada area KP PT
BUMANIK) ;

dnt dunite

pdt peridotite

5
sil silica

srp serpentinite

hrz harzburgite

lhz lherzolite

prx pyroxenite

Grain Size

Grain Size, diisi berdasarkan ukuran butir ( Material ) yang dominan dalam
batuan (baik yang sudah lapuk dan individual maupun yang masih fresh dan
Interlocking). Biasakan diisikan bila Rock Code-nya merupakan RSP, SPR atau
BLD/BRK.

fg : fine-grained (less than 0.1 cm but not glassy)

mg : medium-grained (0.1 – 0.5 cm)

cg : coarse-grained (0.5 – 3 cm)

vcg : very coarse grain (greater than 3 cm)

Degree of Weathering ( Tingkat Pelapukan )


1 : untuk tingkat pelapukan tinggi (pelapukan sempurna, tekstur sisa batuan
yang fresh sudah jarang ditemukan, terdapat tanda-tanda slickensided, dan
kehadiran mineral clay)
2 : untuk tingkat pelapukan menengah (pelapukan belum sempurna, tekstur sisa
batuan yang fresh masih banyak/melimpah ditemukan, terdapat tanda-tanda
alterasi mineral hasil proses pelapukan)
3 : untuk tingkat pelapukan rendah (pelapukan belum terjadi, atau pelapukan
baru pada tahap awal (hanya terdapat pada permukaan batuan), fisik batuan
masih keras)
4 : belum terlapukan, fresh rock, hijau, hitam kecoklatan, abu-abu kehijaun, dll

Colour Codes

Colour Codes, zonation code harus dideskripsikan dengan pewarnaan pada


setiap zonasinya. Gunakan beberapa kategori pewarnaan sebagai berikut ;

blk black

brn brown

grn green

gry grey

6
red red

yel yellow

wht white

Pilih salah satu warna yang dominan. Cukup 1 pewarnaan yang dominan saja.

Structure Code

Structure, diisikan berdasarkan tekstur dan fracture yang terdapat pada


batuan.

Pengklasifikasian struktur adalah sebagai berikut :

Bxk boxwork

Ven vein

Brc breccia

Jnt jointing

Frc fractures

Mineral Code

olv olivin

hmt hematite

gth goethite

sil silica

tlc talc

mng manganese wad

grt garnierite

crs chrysoprase

ser serpentine

chl chlorite

chr chromite

mgt magnetite

7
opx orthopyroxene (Bronzite/enstatite)

mgh maghemite

asb asbolite

mgs magnesite

kln Kaolin

Ore Type

Ore Type, merupakan tipe ore yang memiliki fracture atau fragmen batuan
dengan dengan pengkategorian berdasarkan panjang dari Fracture atau
Fragmen tersebut. Disini yang dipakai adalah fraksi + 20 dan – 20 cm. panjang
minimum pengambilan sampel dengan system fraksi adalah 20 cm.

Untuk pengambilan conto dengan sistem fraksi (+ 20 cm dan – 20 cm), yang


terdapat pada material SP atau BLD, maka penomoran sampel seperti di atas
dengan penambahan huruf A pada fraksi + 20 cm dan huruf B pada fraksi – 20
cm
Pengisian Tingkat serpentinisasi (Degree of serpentinisation)

Tingkat serpentinisasi diisi disemua intercept/ break geologi pada hole-hole


yang mencirikan adanya proses serpentisasi. Tingkat serpentinisasi tidak
hanya ada pada batuan berukuran kasar, tetapi juga memungkinkan juga
untuk hadir di batuan yang berukuran halus.
Tingkat serpentinisasi pada kolom ini diisi berdasarkan kenampakan
visualnya saja (warna, kelimpahan mineral hasil proses serpentinisasi,
tekstur dll )
nil : nil (tidak adanya proses serpentinisasi. 0-10%)
low : low (tingkat serpentinisasi rendah, 10-25%)
med : medium (tingkat serpentinisasi menengah, 25-60%)
hi : high (tingkat serpentinisasi tinggi, 60-100%)

Skets

Skets, visualisasikan zonation code dalam gambar seperti berikut ;

TPS

LIM

8
SAP

RSP

SPR

CLY

BLD

BRK

9
10

Anda mungkin juga menyukai